在现代化与资本化之间——二十世纪初马郎的商业化

R. Hudiyanto
{"title":"在现代化与资本化之间——二十世纪初马郎的商业化","authors":"R. Hudiyanto","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.20463","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract:  Colonialism, capitalism, and the city are three elements that always correlated. At the beginning of the 20th-century cities, growth was inseparable from the economic expansion of Dutch capitalism represented by the plantation industry, trade offices, insurance offices, and elite shopping areas. The exploitation of urban space followed this process. As the regime changed in early 1942, the growth of the symbol of capitalism in the city was halted by the Japanese Military Government. This article attempts to explain the relationship between the development of capitalism, the modernization of the city, and its impact on society. To explain this connection, the author uses historical methods using the city government report. Based on analysis of municipal tax report and the response of indigenous people who lived within the city, it can be concluded that there is an influence of capitalism on the high intensity of exploitation and conflict in struggling for urban space. Modernization of the city is not merely efforts to create a city comfortable and hygienic, but the strategy of commerce urban space. Modernization of the colonial city has covered the suffering of most people that have their own way of living. Abstrak: Kolonialisme, kapitalisme dan kota adalah tiga unsur yang selalu berkorelasi. Pada awal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekspansi ekonomi kapitalisme Belanda yang diwakili oleh industri perkebunan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan elit. Proses ini diikuti dengan eksploitasi ruang kota. Ketika rezim berganti pada awal 1942, pertumbuhan simbol kapitalisme di kota itu dihentikan oleh Pemerintah Militer Jepang. Artikel ini mencoba menjelaskan hubungan antara perkembangan kapitalisme, modernisasi kota dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan pemerintah kota. Berdasarkan analisis laporan pajak kota dan respon masyarakat adat yang tinggal bersama di kota dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kapitalisme terhadap tingginya intensitas eksploitasi dan konflik dalam memperebutkan ruang kota. Modernisasi kota bukan semata-mata upaya menciptakan kota yang nyaman dan bersih, tetapi strategi perdagangan ruang kota. Modernisasi kota kolonial telah menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri.  ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Between Modernization and Capitalization: Commercialization of Malang in The Early Twentieth Century\",\"authors\":\"R. Hudiyanto\",\"doi\":\"10.15294/PARAMITA.V31I1.20463\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract:  Colonialism, capitalism, and the city are three elements that always correlated. At the beginning of the 20th-century cities, growth was inseparable from the economic expansion of Dutch capitalism represented by the plantation industry, trade offices, insurance offices, and elite shopping areas. The exploitation of urban space followed this process. As the regime changed in early 1942, the growth of the symbol of capitalism in the city was halted by the Japanese Military Government. This article attempts to explain the relationship between the development of capitalism, the modernization of the city, and its impact on society. To explain this connection, the author uses historical methods using the city government report. Based on analysis of municipal tax report and the response of indigenous people who lived within the city, it can be concluded that there is an influence of capitalism on the high intensity of exploitation and conflict in struggling for urban space. Modernization of the city is not merely efforts to create a city comfortable and hygienic, but the strategy of commerce urban space. Modernization of the colonial city has covered the suffering of most people that have their own way of living. Abstrak: Kolonialisme, kapitalisme dan kota adalah tiga unsur yang selalu berkorelasi. Pada awal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekspansi ekonomi kapitalisme Belanda yang diwakili oleh industri perkebunan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan elit. Proses ini diikuti dengan eksploitasi ruang kota. Ketika rezim berganti pada awal 1942, pertumbuhan simbol kapitalisme di kota itu dihentikan oleh Pemerintah Militer Jepang. Artikel ini mencoba menjelaskan hubungan antara perkembangan kapitalisme, modernisasi kota dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan pemerintah kota. Berdasarkan analisis laporan pajak kota dan respon masyarakat adat yang tinggal bersama di kota dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kapitalisme terhadap tingginya intensitas eksploitasi dan konflik dalam memperebutkan ruang kota. Modernisasi kota bukan semata-mata upaya menciptakan kota yang nyaman dan bersih, tetapi strategi perdagangan ruang kota. Modernisasi kota kolonial telah menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri.  \",\"PeriodicalId\":30724,\"journal\":{\"name\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-03-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.20463\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.20463","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

摘要:Â殖民主义、资本主义和城市是始终相互关联的三个要素。Â 20世纪初期的城市,增长wasÂ离不开以theÂ种植园工业、贸易办事处、保险办事处、精英购物区为代表的荷兰资本主义的经济扩张。城市空间的开发遵循了这一过程。Â随着1942年初政权的更迭,theÂ这座资本主义的象征在这座城市的发展被日本军政府叫停。Â本文试图解释资本主义的发展、城市的现代化及其对社会的影响之间的关系。Â为了解释这种联系,作者使用了历史的方法,并使用了市政府的报告。Â通过分析城市税收报告和居住在城市中的土著居民的反应,可以得出结论,资本主义对城市空间的高强度剥削和冲突的影响。Â城市现代化不仅仅是为了创造一个舒适卫生的城市,而是商业城市空间的策略。这座殖民城市的现代化掩盖了大多数拥有自己生活方式的人的痛苦。Â摘要:殖民主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义。perdawal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekespan ekespan ekespan ekespan经济资本主义Belanda yang diwakili oleh industri perkebuan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan精英。Proses ini diikuti dengan ekploitasi ruang kota。Ketika rezim berganti padada于1942年,pertumbuhan象征资本主义di kota itu dihentikan oleh peremerintah军事日本。资本主义,现代主义,现代主义,资本主义,现代主义。Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan peremerintah kota。Berdasarkan分析laporan pajak kota,但回应masyarakat和yang tinggal bersama di kota dapat dis冲动,bahwa terdaparta pengaru资本主义,hahadginya intensitas ekspploitasi和konflik dalam成员berdkanang kota。今天,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是。现代的哥塔殖民地的电视menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri。一个一个
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Between Modernization and Capitalization: Commercialization of Malang in The Early Twentieth Century
Abstract:  Colonialism, capitalism, and the city are three elements that always correlated. At the beginning of the 20th-century cities, growth was inseparable from the economic expansion of Dutch capitalism represented by the plantation industry, trade offices, insurance offices, and elite shopping areas. The exploitation of urban space followed this process. As the regime changed in early 1942, the growth of the symbol of capitalism in the city was halted by the Japanese Military Government. This article attempts to explain the relationship between the development of capitalism, the modernization of the city, and its impact on society. To explain this connection, the author uses historical methods using the city government report. Based on analysis of municipal tax report and the response of indigenous people who lived within the city, it can be concluded that there is an influence of capitalism on the high intensity of exploitation and conflict in struggling for urban space. Modernization of the city is not merely efforts to create a city comfortable and hygienic, but the strategy of commerce urban space. Modernization of the colonial city has covered the suffering of most people that have their own way of living. Abstrak: Kolonialisme, kapitalisme dan kota adalah tiga unsur yang selalu berkorelasi. Pada awal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekspansi ekonomi kapitalisme Belanda yang diwakili oleh industri perkebunan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan elit. Proses ini diikuti dengan eksploitasi ruang kota. Ketika rezim berganti pada awal 1942, pertumbuhan simbol kapitalisme di kota itu dihentikan oleh Pemerintah Militer Jepang. Artikel ini mencoba menjelaskan hubungan antara perkembangan kapitalisme, modernisasi kota dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan pemerintah kota. Berdasarkan analisis laporan pajak kota dan respon masyarakat adat yang tinggal bersama di kota dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kapitalisme terhadap tingginya intensitas eksploitasi dan konflik dalam memperebutkan ruang kota. Modernisasi kota bukan semata-mata upaya menciptakan kota yang nyaman dan bersih, tetapi strategi perdagangan ruang kota. Modernisasi kota kolonial telah menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri.  
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
15
审稿时长
12 weeks
期刊最新文献
May 1998 Mass Riots in Jakarta: A Holistic and Contextual Analysis of Critical Political Communication Uncertainty and Managing Randomness: The First Documented Cholera Epidemic in Bombay City and Presidency, 1818-1821 Cosmopolitan Palembang: Palembang's Interconnection and Global Trade in 1900-1930 Ethnic Cleansing of the Rohingyas: a Historical Analysis Preparing Graduates for the Workforce: The Development of Contextual-Based History Learning E-Modules in Vocational Schools
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1