{"title":"巴厘岛普君干的拜拉瓦普加仪式练习","authors":"Nasution Nasution","doi":"10.15294/paramita.v32i1.22580","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research examines the Puja Bhairawa teachings development in Hindu Bhairawa in Pujungan Bali, especially the stages of ritual transformation and traces of the remaining practices of them which are still carried out as the Indonesian society traditions. The Research Methods include interview, observation, and documentation. The research results are the remaining teachings of the Pancamakara Puja practice that still exist such as Bhairawa puja ritual in Pujungan Bali. Hindu Bhairawa in Pujungan was brought to life by a man named I Nengah Gatot Kaca. The Bhairawa puja ritual is used as a short cut problem weapon to solve world problems. The Bhairawa puja ritual at Pujungan is placed in a quiet Pujungan coffee garden area away from the crowds. The ceremony leader of the ritual is I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata who has the title of Diksa Bheru Baba. In the coffee garden area, two black stones (linggams) were placed as the embodiment of Bhairava and Bhairavi. The Bhairawa puja ritual procession began with prepare ritual facilities for male goat blood, alcohol, flowers, fruits and other ingredients. After all the ritual facilities were ready and the ritual participants were present, the ritual procession begins by summoning the spirits of Bhairawa and Bhairawi which was done by making offerings such as the blood of a sacrificial animal which is sprinkled on two lingams as the embodiment of Bhairava and Bhairavi while accompanied by chanting of mantras by the priest, followed by other offerings such as alcoholic beverages, fragrances, and flowers on the Linggam. At that time, some participants will feel the presence of Bhairava and all ritual participants can do whatever prayer or invocation they want.Penelitian ini mengkaji perkembangan ajaran Puja Bhairawa dalam Hindu Bhairawa di Pujungan Bali, khususnya tahapan transformasi ritual dan jejak sisa praktiknya yang masih dilakukan sebagai tradisi masyarakat Indonesia. Metode Penelitian meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah sisa ajaran dari praktik Puja Pancamakara yang masih ada seperti ritual puja Bhairawa di Pujungan Bali. Bhairawa Hindu di Pujungan dihidupkan kembali oleh seorang pria bernama I Nengah Gatot Kaca. Ritual puja bhairawa digunakan sebagai senjata jalan pintas untuk memecahkan masalah dunia. Ritual puja Bhairawa di Pujungan ditempatkan di area kebun kopi Pujungan yang tenang jauh dari keramaian. Pemimpin upacara ritual tersebut adalah I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata yang bergelar Diksa Bheru Baba. Di areal kebun kopi ditempatkan dua buah batu hitam (linggam) sebagai perwujudan Bhairava dan Bhairavi. Prosesi ritual puja bhairawa dimulai dengan menyiapkan sarana ritual untuk darah kambing jantan, alkohol, bunga, buah-buahan dan bahan lainnya. Setelah semua sarana ritual siap dan peserta ritual sudah hadir, prosesi ritual dimulai dengan pemanggilan arwah Bhairawa dan Bhairawi yang dilakukan dengan cara memberikan sesaji berupa darah hewan kurban yang dipercikkan pada dua lingam sebagai perwujudan dari Bhairava dan Bhairavi sambil diiringi dengan pembacaan mantra oleh pendeta, dilanjutkan dengan sesaji lainnya seperti minuman beralkohol, wewangian, dan bunga di Linggam. Pada saat itu, beberapa peserta akan merasakan kehadiran Bhairava dan semua peserta ritual dapat melakukan doa atau doa apa pun yang mereka inginkan.Cite this article: Nasution. (2022). Bhairawa Puja Ritual Practice in Pujungan Bali. Paramita: Historical Studies Journal, 32(1), 97-106. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580 ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Bhairawa Puja Ritual Practice in Pujungan Bali\",\"authors\":\"Nasution Nasution\",\"doi\":\"10.15294/paramita.v32i1.22580\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This research examines the Puja Bhairawa teachings development in Hindu Bhairawa in Pujungan Bali, especially the stages of ritual transformation and traces of the remaining practices of them which are still carried out as the Indonesian society traditions. The Research Methods include interview, observation, and documentation. The research results are the remaining teachings of the Pancamakara Puja practice that still exist such as Bhairawa puja ritual in Pujungan Bali. Hindu Bhairawa in Pujungan was brought to life by a man named I Nengah Gatot Kaca. The Bhairawa puja ritual is used as a short cut problem weapon to solve world problems. The Bhairawa puja ritual at Pujungan is placed in a quiet Pujungan coffee garden area away from the crowds. The ceremony leader of the ritual is I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata who has the title of Diksa Bheru Baba. In the coffee garden area, two black stones (linggams) were placed as the embodiment of Bhairava and Bhairavi. The Bhairawa puja ritual procession began with prepare ritual facilities for male goat blood, alcohol, flowers, fruits and other ingredients. After all the ritual facilities were ready and the ritual participants were present, the ritual procession begins by summoning the spirits of Bhairawa and Bhairawi which was done by making offerings such as the blood of a sacrificial animal which is sprinkled on two lingams as the embodiment of Bhairava and Bhairavi while accompanied by chanting of mantras by the priest, followed by other offerings such as alcoholic beverages, fragrances, and flowers on the Linggam. At that time, some participants will feel the presence of Bhairava and all ritual participants can do whatever prayer or invocation they want.Penelitian ini mengkaji perkembangan ajaran Puja Bhairawa dalam Hindu Bhairawa di Pujungan Bali, khususnya tahapan transformasi ritual dan jejak sisa praktiknya yang masih dilakukan sebagai tradisi masyarakat Indonesia. Metode Penelitian meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah sisa ajaran dari praktik Puja Pancamakara yang masih ada seperti ritual puja Bhairawa di Pujungan Bali. Bhairawa Hindu di Pujungan dihidupkan kembali oleh seorang pria bernama I Nengah Gatot Kaca. Ritual puja bhairawa digunakan sebagai senjata jalan pintas untuk memecahkan masalah dunia. Ritual puja Bhairawa di Pujungan ditempatkan di area kebun kopi Pujungan yang tenang jauh dari keramaian. Pemimpin upacara ritual tersebut adalah I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata yang bergelar Diksa Bheru Baba. Di areal kebun kopi ditempatkan dua buah batu hitam (linggam) sebagai perwujudan Bhairava dan Bhairavi. Prosesi ritual puja bhairawa dimulai dengan menyiapkan sarana ritual untuk darah kambing jantan, alkohol, bunga, buah-buahan dan bahan lainnya. Setelah semua sarana ritual siap dan peserta ritual sudah hadir, prosesi ritual dimulai dengan pemanggilan arwah Bhairawa dan Bhairawi yang dilakukan dengan cara memberikan sesaji berupa darah hewan kurban yang dipercikkan pada dua lingam sebagai perwujudan dari Bhairava dan Bhairavi sambil diiringi dengan pembacaan mantra oleh pendeta, dilanjutkan dengan sesaji lainnya seperti minuman beralkohol, wewangian, dan bunga di Linggam. Pada saat itu, beberapa peserta akan merasakan kehadiran Bhairava dan semua peserta ritual dapat melakukan doa atau doa apa pun yang mereka inginkan.Cite this article: Nasution. (2022). Bhairawa Puja Ritual Practice in Pujungan Bali. Paramita: Historical Studies Journal, 32(1), 97-106. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580 \",\"PeriodicalId\":30724,\"journal\":{\"name\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-04-18\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Paramita Historical Studies Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Paramita Historical Studies Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究考察了普宗干巴厘印度教拜拉瓦的普加拜拉瓦教义的发展,特别是仪式转变的阶段和仍然作为印度尼西亚社会传统进行的剩余实践的痕迹。研究方法包括访谈法、观察法和文献法。研究结果是现存的潘卡玛卡拉法会实践的剩余教义,如巴厘岛普君干的Bhairawa法会。Pujungan的Hindu Bhairawa是由一个名叫I Nengah Gatot Kaca的人带来的。Bhairawa puja仪式被用作解决世界问题的捷径武器。普军干的拜拉瓦礼拜仪式在远离人群的安静的普军干咖啡花园举行。仪式的领袖是I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata,他的头衔是Diksa Bheru Baba。在咖啡花园区域,放置了两块黑色的石头(linggams)作为Bhairava和Bhairavi的化身。Bhairawa puja仪式游行从准备公山羊血、酒精、鲜花、水果和其他成分的仪式设施开始。在所有的仪式设施都准备好了,仪式参与者都出席了之后,仪式的游行开始于召唤Bhairawa和Bhairawi的灵魂,这是通过献祭来完成的,比如祭祀动物的血洒在两个灵干上作为Bhairava和Bhairavi的化身,同时伴随着牧师的诵经,然后是其他的祭品,比如酒精饮料,香水,和灵干上的鲜花。在那个时候,一些参与者会感受到Bhairava的存在,所有的仪式参与者都可以做任何他们想做的祈祷或祈祷。Penelitian ini mengkaji perkembangan ajaran Puja Bhairawa dalam印度教Bhairawa di Pujungan Bali, khususnya tahapan transformasi ritual dan jejak sisa praktiknya yang masih dilakukan sebagai tradisi masyarakat印度尼西亚。方法Penelitian meliputi wawancara,观测,和文献。哈西尔·佩尼利特·阿达尔·阿扎尔·达尔·帕拉尔·潘卡玛卡拉·扬·马西尔·阿达尔·阿扎尔·巴厘仪式Bhairawa Hindu di Pujungan dihidupkan kembali oleh seorang pria bernama I Nengah Gatot Kaca。仪式仪式拜会bhairawa digunakan sebagai senjata jalan pintas untuk memecahkan masalah dunia。仪式仪式Bhairawa di Pujungan ditempatkan di area kebun kopi Pujungan yang tenang jauh dari keramaian。Pemimpin upacara仪式tersebut adalah I Nengah gaot Kaca/Gede gaot Bhinawa Rata yang bergelar Diksa Bheru Baba。Di areal kebun kopi ditempatkan dua buah batu hitam (linggam) sebagai perwujudan Bhairava dan Bhairavi。Prosesi仪式puja bhairawa dimulai dengan menyiapkan sarana仪式untuk darah kambing jantan,酒精,bunga, buah-buahan dan bahan lainnya。Setelah semua sarana ritual siap dan peserta ritual sudah hadir, prosesi ritual dimulai dengan pemanggilan arwah Bhairawa dan Bhairawi yang dilakukan dailan dakukan dailan hewan kurban yang dipercikkan pada dua lingam sebagai perwujudan dari Bhairava dan Bhairavi sambil diiringi dengan pembacaan mantra oleh pendeta, dilanjutkan dengan sesaji lainnya perperti minuman beralkohol, wewangian, dan bunga di linggan。祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷,祈祷。引用这篇文章:Nasution。(2022)。巴厘岛普君干的拜拉瓦普加仪式练习。历史研究,32(1),97-106。http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580
This research examines the Puja Bhairawa teachings development in Hindu Bhairawa in Pujungan Bali, especially the stages of ritual transformation and traces of the remaining practices of them which are still carried out as the Indonesian society traditions. The Research Methods include interview, observation, and documentation. The research results are the remaining teachings of the Pancamakara Puja practice that still exist such as Bhairawa puja ritual in Pujungan Bali. Hindu Bhairawa in Pujungan was brought to life by a man named I Nengah Gatot Kaca. The Bhairawa puja ritual is used as a short cut problem weapon to solve world problems. The Bhairawa puja ritual at Pujungan is placed in a quiet Pujungan coffee garden area away from the crowds. The ceremony leader of the ritual is I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata who has the title of Diksa Bheru Baba. In the coffee garden area, two black stones (linggams) were placed as the embodiment of Bhairava and Bhairavi. The Bhairawa puja ritual procession began with prepare ritual facilities for male goat blood, alcohol, flowers, fruits and other ingredients. After all the ritual facilities were ready and the ritual participants were present, the ritual procession begins by summoning the spirits of Bhairawa and Bhairawi which was done by making offerings such as the blood of a sacrificial animal which is sprinkled on two lingams as the embodiment of Bhairava and Bhairavi while accompanied by chanting of mantras by the priest, followed by other offerings such as alcoholic beverages, fragrances, and flowers on the Linggam. At that time, some participants will feel the presence of Bhairava and all ritual participants can do whatever prayer or invocation they want.Penelitian ini mengkaji perkembangan ajaran Puja Bhairawa dalam Hindu Bhairawa di Pujungan Bali, khususnya tahapan transformasi ritual dan jejak sisa praktiknya yang masih dilakukan sebagai tradisi masyarakat Indonesia. Metode Penelitian meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah sisa ajaran dari praktik Puja Pancamakara yang masih ada seperti ritual puja Bhairawa di Pujungan Bali. Bhairawa Hindu di Pujungan dihidupkan kembali oleh seorang pria bernama I Nengah Gatot Kaca. Ritual puja bhairawa digunakan sebagai senjata jalan pintas untuk memecahkan masalah dunia. Ritual puja Bhairawa di Pujungan ditempatkan di area kebun kopi Pujungan yang tenang jauh dari keramaian. Pemimpin upacara ritual tersebut adalah I Nengah Gatot Kaca/Gede Gatot Bhinawa Rata yang bergelar Diksa Bheru Baba. Di areal kebun kopi ditempatkan dua buah batu hitam (linggam) sebagai perwujudan Bhairava dan Bhairavi. Prosesi ritual puja bhairawa dimulai dengan menyiapkan sarana ritual untuk darah kambing jantan, alkohol, bunga, buah-buahan dan bahan lainnya. Setelah semua sarana ritual siap dan peserta ritual sudah hadir, prosesi ritual dimulai dengan pemanggilan arwah Bhairawa dan Bhairawi yang dilakukan dengan cara memberikan sesaji berupa darah hewan kurban yang dipercikkan pada dua lingam sebagai perwujudan dari Bhairava dan Bhairavi sambil diiringi dengan pembacaan mantra oleh pendeta, dilanjutkan dengan sesaji lainnya seperti minuman beralkohol, wewangian, dan bunga di Linggam. Pada saat itu, beberapa peserta akan merasakan kehadiran Bhairava dan semua peserta ritual dapat melakukan doa atau doa apa pun yang mereka inginkan.Cite this article: Nasution. (2022). Bhairawa Puja Ritual Practice in Pujungan Bali. Paramita: Historical Studies Journal, 32(1), 97-106. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.22580