Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.36423/AGROSCRIPT.V2I2.585
R. Ramadhan, Dewi Mirantika, Dina Septria
Keragaman serangga dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia, termasuk peranan serangga dalam suatu agroekosistem. Serangga memiliki berbagai peranan dalam agroekosistem meliputi serangga hama, polinator, predator, parasitoid, dan dekomposer. Monitoring serangga merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan guna mengetahui keragaman dan keberadaan serangga dalam suatu agroekosistem. Informasi mengenai keragaman serangga serta peranannya terhadap agroekosistem di kota Tasikmalaya masih sangat terbatas sehingga dirasa perlu untuk melaksanakan monitoring keragaman serangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemasangan light trap pada 6 kecamatan berbeda di kota Tasikmalaya yaitu kecamatan Cihideung, Mangkubumi, Tawang, Tamansari, Kawalu, dan Cibeureum selama tiga hari. Serangga yang terperangkap kemudian diidentifikasi dan ditentukan peranannya terhadap agroekosistem. Berdasarkan hasil pemasangan perangkap dan identifikasi, didapatkan 15 spesies serangga berbeda. Sembilan spesies berperan sebagai hama: Drosophila spp., Oryctes rhinoceros, Lepidioma stigma, Leptocorisa acuta, Acanthocephala spp., Scirpophaga innotata, Helicoperva armigera, Spodoptera frugiperda, dan Spodoptera litura. Tiga spesies sebagai polinator: Anopheles spp., Musca domestica, dan Camponotus pennsylvanicus. Dua spesies sebagai predator: Paederus fuscipes dan Ortethrum sabina. Satu spesies sebagai dekomposer: Coptotermes curvignathus.
{"title":"Keragaman Serangga Nokturnal dan Peranannya terhadap Agroekosistem di Kota Tasikmalaya","authors":"R. Ramadhan, Dewi Mirantika, Dina Septria","doi":"10.36423/AGROSCRIPT.V2I2.585","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/AGROSCRIPT.V2I2.585","url":null,"abstract":"Keragaman serangga dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kehidupan manusia, termasuk peranan serangga dalam suatu agroekosistem. Serangga memiliki berbagai peranan dalam agroekosistem meliputi serangga hama, polinator, predator, parasitoid, dan dekomposer. Monitoring serangga merupakan langkah awal yang dapat dilaksanakan guna mengetahui keragaman dan keberadaan serangga dalam suatu agroekosistem. Informasi mengenai keragaman serangga serta peranannya terhadap agroekosistem di kota Tasikmalaya masih sangat terbatas sehingga dirasa perlu untuk melaksanakan monitoring keragaman serangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemasangan light trap pada 6 kecamatan berbeda di kota Tasikmalaya yaitu kecamatan Cihideung, Mangkubumi, Tawang, Tamansari, Kawalu, dan Cibeureum selama tiga hari. Serangga yang terperangkap kemudian diidentifikasi dan ditentukan peranannya terhadap agroekosistem. Berdasarkan hasil pemasangan perangkap dan identifikasi, didapatkan 15 spesies serangga berbeda. Sembilan spesies berperan sebagai hama: Drosophila spp., Oryctes rhinoceros, Lepidioma stigma, Leptocorisa acuta, Acanthocephala spp., Scirpophaga innotata, Helicoperva armigera, Spodoptera frugiperda, dan Spodoptera litura. Tiga spesies sebagai polinator: Anopheles spp., Musca domestica, dan Camponotus pennsylvanicus. Dua spesies sebagai predator: Paederus fuscipes dan Ortethrum sabina. Satu spesies sebagai dekomposer: Coptotermes curvignathus.","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133984026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.192
S. S. Ningrum, I. Saleh, Dodi Budirokhman
Lettuce (Lactuca sativa L.) is one of the vegetables that are commonly cultivated by using hydroponic systems. Some hydroponic systems require high current expenses in particular for the electricity in order to circulate nutrient solution e.g. in the water culture system – deep flow technique (DFT) -. Electricity costs can be reduced by changing from continuous nutrient flow to intermittent nutrient flow. The aim of this research was to investigate the effect of interval nutrient flow on growth and yield of lettuce. The experiment was conducted in Cirebon from February to April 2018. The experiment was arranged by using randomized complete block design with four treatments: (i) continuous nutrient flow (control), intermittent nutrient flow (nutrient flow during (ii) 15 minutes, (iii) 30 minutes, and (iv) 45 minutes). For each intermittent treatment, the nutrient flow was interrupted for 60 minutes. Each treatment was repeated four times. The result showed nutrient flow interval affected to plant height, shoot diameter, and leaf area at 35 days after planting (DAP). Meanwhile, leaves number, root volume, and fresh weight of harvested crops were not significantly different in all nutrient interval treatments. The highest plant height and shoot diameter were detected in the treatment (ii) nutrient flow during 15 minutes and interruption for 60 minutes, the results were not significantly different to the control – continuous flow treatment. It can be concluded the interval nutrient flow can be used as an alternative of the continuous flow of nutrient solution in hydroponically DFT.
{"title":"EFFECT OF NUTRIENT SOLUTION FLOW INTERVAL ON GROWTH AND YIELD OF LETTUCE (Lactuca sativa) GROWN IN HYDROPONICALLY DEEP FLOW TECHNIQUE","authors":"S. S. Ningrum, I. Saleh, Dodi Budirokhman","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.192","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.192","url":null,"abstract":"Lettuce (Lactuca sativa L.) is one of the vegetables that are commonly cultivated by using hydroponic systems. Some hydroponic systems require high current expenses in particular for the electricity in order to circulate nutrient solution e.g. in the water culture system – deep flow technique (DFT) -. Electricity costs can be reduced by changing from continuous nutrient flow to intermittent nutrient flow. The aim of this research was to investigate the effect of interval nutrient flow on growth and yield of lettuce. The experiment was conducted in Cirebon from February to April 2018. The experiment was arranged by using randomized complete block design with four treatments: (i) continuous nutrient flow (control), intermittent nutrient flow (nutrient flow during (ii) 15 minutes, (iii) 30 minutes, and (iv) 45 minutes). For each intermittent treatment, the nutrient flow was interrupted for 60 minutes. Each treatment was repeated four times. The result showed nutrient flow interval affected to plant height, shoot diameter, and leaf area at 35 days after planting (DAP). Meanwhile, leaves number, root volume, and fresh weight of harvested crops were not significantly different in all nutrient interval treatments. The highest plant height and shoot diameter were detected in the treatment (ii) nutrient flow during 15 minutes and interruption for 60 minutes, the results were not significantly different to the control – continuous flow treatment. It can be concluded the interval nutrient flow can be used as an alternative of the continuous flow of nutrient solution in hydroponically DFT.","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133367217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.181
Y. Muliani, E. H. Krestini, Asep Anwar
Penelitian merupakan cara pengendalian pendahuluan utk diteruskan ke pengendalian lanjutan yg diawali dengan sifat antagonis agensia hayati Trichoderma spp. Utk mengendalikan penyakit tanaman Coletotrichum capsici penyebab penyakit pada tanaman cabe rawit
{"title":"UJI ANTAGONIS AGENSIA HAYATI Trichoderma spp. TERHADAP Colletotricum capsici Sydow PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI RAWIT Capsicum frustescens L.","authors":"Y. Muliani, E. H. Krestini, Asep Anwar","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.181","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.181","url":null,"abstract":"Penelitian merupakan cara pengendalian pendahuluan utk diteruskan ke pengendalian lanjutan yg diawali dengan sifat antagonis agensia hayati Trichoderma spp. Utk mengendalikan penyakit tanaman Coletotrichum capsici penyebab penyakit pada tanaman cabe rawit","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117211202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.194
Larin Tikafebrianti, Gita Anggraeni, Ratna Dwi Hirma Windriati
Ketersediaan bibit yang baik masih menjadi kendala utama dalam pengembangan budi daya stroberi di Indonesia. Perbanyakan bibit stroberi umumnya dilakukan dengan memisahkan stolon, namun teknik ini memiliki kelemahan karena bibit asal stolon rentan membawa penyakit dari indukan. Salah satu alternatif perbanyakan bibit stroberi adalah dengan cara menumbuhkan tanaman baru dari biji. Biji yang baik adalah yang memiliki viabilitas benih tinggi. Pemberian hormon eksogen seperti giberelin diduga mampu memperbaiki viabilitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap viabilitas benih stroberi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan perlakuan berupa taraf hormon giberelin (0; 50; 100; 150 dan 200 ppm), yang direndamkan pada biji stroberi selama 2 x 24 jam. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah (%), potensi tumbuh maksimum (%) dan index vigor (%). Hasil penelitian, menunjukan bahwa daya berkecambah dan index vigor perlakuan 100 ppm giberelin mencapai hasil tertinggi yaitu: 7,3 % dan 2,67 %. Sementara pada variabel potensi tumbuh maksimum (PTM), semakin tinggi taraf perlakuan justru PTM semakin rendah, sehingga disimpulkan bahwa pemberian giberelin dapat meningkatkan daya berkecambah dan indeks vigor benih, namun tidak dapat meningkatkan PTM.
{"title":"PENGARUH HORMON GIBERELIN TERHADAP VIABILITAS BENIH STROBERI (Fragaria x Ananassa)","authors":"Larin Tikafebrianti, Gita Anggraeni, Ratna Dwi Hirma Windriati","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.194","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.194","url":null,"abstract":"Ketersediaan bibit yang baik masih menjadi kendala utama dalam pengembangan budi daya stroberi di Indonesia. Perbanyakan bibit stroberi umumnya dilakukan dengan memisahkan stolon, namun teknik ini memiliki kelemahan karena bibit asal stolon rentan membawa penyakit dari indukan. Salah satu alternatif perbanyakan bibit stroberi adalah dengan cara menumbuhkan tanaman baru dari biji. Biji yang baik adalah yang memiliki viabilitas benih tinggi. Pemberian hormon eksogen seperti giberelin diduga mampu memperbaiki viabilitas benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap viabilitas benih stroberi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan perlakuan berupa taraf hormon giberelin (0; 50; 100; 150 dan 200 ppm), yang direndamkan pada biji stroberi selama 2 x 24 jam. Variabel yang diamati adalah daya berkecambah (%), potensi tumbuh maksimum (%) dan index vigor (%). Hasil penelitian, menunjukan bahwa daya berkecambah dan index vigor perlakuan 100 ppm giberelin mencapai hasil tertinggi yaitu: 7,3 % dan 2,67 %. Sementara pada variabel potensi tumbuh maksimum (PTM), semakin tinggi taraf perlakuan justru PTM semakin rendah, sehingga disimpulkan bahwa pemberian giberelin dapat meningkatkan daya berkecambah dan indeks vigor benih, namun tidak dapat meningkatkan PTM.","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122993753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.185
Tiara Septirosya, Ratih Hartono Putri, T. Aulawi
Tomat merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Penggunaan pupuk organik cair lamtoro dapat menjadi alternatif dalam menekan penggunaan pupuk anorganik dan memperbaiki kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi pupuk organik cair lamtoro dan interval waktu aplikasi terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian telah dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yakni konsentrasi pupuk organik cair lamtoro (0, 10, 20, 30%) dan interval waktu aplikasi (3, 6 dan 9 hari). Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair lamtoro dengan konsentrasi 10% efisien untuk meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah buah per tanaman. Interval 9 hari memberikan hasil terbaik terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentarsi dengan waktu aplikasi pupuk organik cair daun lamtoro.Kata kunci: konsentrasi, lingkungan, organik, pupuk, sayur
{"title":"Aplikasi Pupuk Organik Cair Lamtoro Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat","authors":"Tiara Septirosya, Ratih Hartono Putri, T. Aulawi","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.185","url":null,"abstract":"Tomat merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Penggunaan pupuk organik cair lamtoro dapat menjadi alternatif dalam menekan penggunaan pupuk anorganik dan memperbaiki kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi pupuk organik cair lamtoro dan interval waktu aplikasi terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian telah dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yakni konsentrasi pupuk organik cair lamtoro (0, 10, 20, 30%) dan interval waktu aplikasi (3, 6 dan 9 hari). Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk organik cair lamtoro dengan konsentrasi 10% efisien untuk meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah buah per tanaman. Interval 9 hari memberikan hasil terbaik terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentarsi dengan waktu aplikasi pupuk organik cair daun lamtoro.Kata kunci: konsentrasi, lingkungan, organik, pupuk, sayur","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125143039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.184
Dina Gustiana, Cecep Hidayat, Y. Setiati
Tingkat serangan P. xylostella sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kubis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengendalikan P. xylostella dengan M. anisopliae dalam mengurangi Intensitas Kerusakan dan mempertahankan hasil Kubis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan di Desa Sukarapih, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang dari bulan Januari sampai bulan mei 2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan faktor kerapatan spora M. anisopliae. Penelitian terdiri dari kontrolnegatif, kontrol positif, 105, 106, 107, 108, 109, dan 1010 ml-1 aquades sehingga terdapat 8 perlakuan yang diulang 3 kali. Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) taraf 5%. Pengujian dilakukan pada larva P. xylostella dengan cara menyemrotkan suspensi spora M. anisopliae pada tanaman kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan 1010 spora ml-1 memiliki peresentasi intensitas kerusakan sebesar 3,12% dimana hasil persentase intensitas kerusakan yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan kerapatan 1010 ml-1 spora berpengaruh juga terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dimana setiap minggunya meningkat, hal ini dapat dipengaruhi karena pada perlakuan 1010 ml-1 spora intensitas kerusakan tanaman rendah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dan menghasilkan bobot segar kubis dengan rata-rata sebesar 691,53 g tanaman-1. Semakin rendah intensitas serangan hama maka pertumbuhan diameter krop dan hasil tanaman kubis dapat dipertahankan.
P. xylostella的攻击率对卷心菜的生产产生了深远的影响。本研究的目的是控制P. xylostella与M. anisopliae一起抑制损害强度和保存卷心菜产品。Agroteknologi专业实验室里进行了这项研究,苏南国家和伊斯兰技术大学科学系Djati万隆山县Sukarapih村、街道Sukasari Sumedang 2017年从1月到5月。使用的方法是一种简单的随机设计的实验方法(物质),其衍生物密度为M. anisopliae。研究包括负控制、正控制、105、106、107、108、109和1010次aquades治疗,结果是3次重复的8次治疗。使用的进一步测试是邓肯(UJBD)的对偶测速5%。测试方式进行P . xylostella幼虫menyemrotkan植物的孢子悬浮液M . anisopliae卷心菜。研究结果表明,1010孢子ml-1有peresentasi强度密度高达3,12%损伤产生的破坏强度较低的百分比结果在哪里待遇相比,有过之无不及。在1010密度待遇ml-1孢子也对增长的影响直径krop卷心菜每周都在增加的影响,这可能是因为在1010待遇ml-1孢子植物损伤强度低,影响直径krop卷心菜和增长产生新鲜的卷心菜,配上691.53 g tanaman-1大小的平均重量。病虫害的强度越低,直径越低,卷心菜的产量就可以维持。
{"title":"Pengendalian Plutella xylostella dengan Metarhizium anisopliae dalam Mengurangi Intensitas Kerusakan dan Mempertahankan Hasil Kubis","authors":"Dina Gustiana, Cecep Hidayat, Y. Setiati","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.184","url":null,"abstract":"Tingkat serangan P. xylostella sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kubis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengendalikan P. xylostella dengan M. anisopliae dalam mengurangi Intensitas Kerusakan dan mempertahankan hasil Kubis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan di Desa Sukarapih, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang dari bulan Januari sampai bulan mei 2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) sederhana dengan faktor kerapatan spora M. anisopliae. Penelitian terdiri dari kontrolnegatif, kontrol positif, 105, 106, 107, 108, 109, dan 1010 ml-1 aquades sehingga terdapat 8 perlakuan yang diulang 3 kali. Uji lanjut yang digunakan adalah Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) taraf 5%. Pengujian dilakukan pada larva P. xylostella dengan cara menyemrotkan suspensi spora M. anisopliae pada tanaman kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan 1010 spora ml-1 memiliki peresentasi intensitas kerusakan sebesar 3,12% dimana hasil persentase intensitas kerusakan yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan kerapatan 1010 ml-1 spora berpengaruh juga terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dimana setiap minggunya meningkat, hal ini dapat dipengaruhi karena pada perlakuan 1010 ml-1 spora intensitas kerusakan tanaman rendah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter krop kubis dan menghasilkan bobot segar kubis dengan rata-rata sebesar 691,53 g tanaman-1. Semakin rendah intensitas serangan hama maka pertumbuhan diameter krop dan hasil tanaman kubis dapat dipertahankan.","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133912966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-19DOI: 10.36423/agroscript.v1i1.180
P. Deswina, Sri Indrayani, A. Y. Perdani, E. Mulyaningsih
ABSTRACT Garut (Maranta arundinaceae L.) is one crop a potential alternative source of carbohydrate that has enormous potential to be developed. Food made from arrowroot flour has the advantage that is easy to digest up to very good for health. These plants are generally propagated vegetative, so it has a narrow genetic diversity. To increase the genetic diversity of arrowroot plants, gamma ray irradiation was performed at the Center for Radiation and Isotopes, BATAN, at a dose of 10 to 140 Gy with intervals of 10. Analysis of morphological changes and the selection was done by observing the characteristic changes of the plant began generating plant shoots up to a maximum plant growth or plant produces flowers. The research objective was to determine the optimal dose of irradiation in determining the LD 50 for expanding the arrowroot plant genetic diversity. The method used was completely randomized design with 15 treatments and two replications. Based on the results revealed that the radiation could be affect to the morphological characteristics of plants such as leaves, number of shoots, plant height and tubers production. Key words: gamma ray radiation, alternative food, Garut plant (Maranta arundinaceae L).
{"title":"EVALUATION AND SELECTION FENOTYPE OF GARUT PLANT (Maranta arundinacea L.) WITH GAMMA RAY RADIATION TREATMENTS","authors":"P. Deswina, Sri Indrayani, A. Y. Perdani, E. Mulyaningsih","doi":"10.36423/agroscript.v1i1.180","DOIUrl":"https://doi.org/10.36423/agroscript.v1i1.180","url":null,"abstract":"ABSTRACT Garut (Maranta arundinaceae L.) is one crop a potential alternative source of carbohydrate that has enormous potential to be developed. Food made from arrowroot flour has the advantage that is easy to digest up to very good for health. These plants are generally propagated vegetative, so it has a narrow genetic diversity. To increase the genetic diversity of arrowroot plants, gamma ray irradiation was performed at the Center for Radiation and Isotopes, BATAN, at a dose of 10 to 140 Gy with intervals of 10. Analysis of morphological changes and the selection was done by observing the characteristic changes of the plant began generating plant shoots up to a maximum plant growth or plant produces flowers. The research objective was to determine the optimal dose of irradiation in determining the LD 50 for expanding the arrowroot plant genetic diversity. The method used was completely randomized design with 15 treatments and two replications. Based on the results revealed that the radiation could be affect to the morphological characteristics of plants such as leaves, number of shoots, plant height and tubers production. Key words: gamma ray radiation, alternative food, Garut plant (Maranta arundinaceae L).","PeriodicalId":164906,"journal":{"name":"AGROSCRIPT Journal of Applied Agricultural Sciences","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116488097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}