Freddy Lans, Deo Dawolo, Usaha Hamba, Tuhan Memaksimalan, Penggunaan Teknologi, Sebagai Wujud, Penerapan Misio, Dei Bagi
In human history, changes have always occurred, so everyone must be able to keep up with changes in order to adapt. For example, in terms of technological progress, the changes are increasingly unstoppable. In general, the most popular digital technology today is social media. The purpose of writing this article is to discuss how God's people can utilize technology in an effort to maximize the application of divine mission (Misio Dei) for the world in the digital era. With this, the research method used by the author is a qualitative research method. For this reason, the Servant of God needs to utilize social media as a tool to spread the gospel message and promote it. They need to have an effective strategy for using social media, such as creating interesting and relevant content, interacting with congregations online, and utilizing social media features to spread church messages. Servants of God need to keep abreast of technological developments and adopt the latest technologies that are relevant to the mission of the church. Because, this article aims to provide guidance and inspiration to God's people on how to use technology effectively and responsibly in the context of ecclesiastical missions.
{"title":"Usaha Hamba Tuhan Memaksimalan Penggunaan Teknologi Sebagai Wujud Penerapan Misio Dei Bagi Dunia Di Era Digital","authors":"Freddy Lans, Deo Dawolo, Usaha Hamba, Tuhan Memaksimalan, Penggunaan Teknologi, Sebagai Wujud, Penerapan Misio, Dei Bagi","doi":"10.55606/lumen.v2i1.173","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v2i1.173","url":null,"abstract":"In human history, changes have always occurred, so everyone must be able to keep up with changes in order to adapt. For example, in terms of technological progress, the changes are increasingly unstoppable. In general, the most popular digital technology today is social media. The purpose of writing this article is to discuss how God's people can utilize technology in an effort to maximize the application of divine mission (Misio Dei) for the world in the digital era. With this, the research method used by the author is a qualitative research method. For this reason, the Servant of God needs to utilize social media as a tool to spread the gospel message and promote it. They need to have an effective strategy for using social media, such as creating interesting and relevant content, interacting with congregations online, and utilizing social media features to spread church messages. Servants of God need to keep abreast of technological developments and adopt the latest technologies that are relevant to the mission of the church. Because, this article aims to provide guidance and inspiration to God's people on how to use technology effectively and responsibly in the context of ecclesiastical missions.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"136 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139357660","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Catholic youth are the heart of the Church, nation and state. The existence of a church will be determined by the young people in it. Likewise with the pastoral ministry of the Catholic Church, which requires young people to become drivers and motors to contribute talents and talents for the development of the people. Non-catechist religious teachers play an important role in proclaiming the Catholic faith through more concrete witness to life, education and teaching. The lack of involvement of young Catholics in the pastoral care of the Church is a big question that deserves to be investigated and resolved. This study focuses on young Catholics in Parish of Keluarga Kudus, Banjarmasin Cathedral. Young Catholics who are less active are also caused by many factors that must be studied one by one. This study aims to highlight the role and activity of young Catholics in the Holy Family Parish, Banjarmasin Cathedral and review their role in catechesis efforts among the people.
{"title":"KEAKTIFAN OMK DALAM HIDUP MENGGEREJA DAN SUMBANGANNYA BAGI KATEKESE UMAT DI PAROKI KATEDRAL KELUARGA KUDUS BANJARMASIN DI MASA PANDEMI","authors":"Firdaus Piga Leo","doi":"10.55606/lumen.v1i1.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.31","url":null,"abstract":"Catholic youth are the heart of the Church, nation and state. The existence of a church will be determined by the young people in it. Likewise with the pastoral ministry of the Catholic Church, which requires young people to become drivers and motors to contribute talents and talents for the development of the people. Non-catechist religious teachers play an important role in proclaiming the Catholic faith through more concrete witness to life, education and teaching. The lack of involvement of young Catholics in the pastoral care of the Church is a big question that deserves to be investigated and resolved. This study focuses on young Catholics in Parish of Keluarga Kudus, Banjarmasin Cathedral. Young Catholics who are less active are also caused by many factors that must be studied one by one. This study aims to highlight the role and activity of young Catholics in the Holy Family Parish, Banjarmasin Cathedral and review their role in catechesis efforts among the people.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"17 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113964196","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini menelaah pandemi Covid-19 yang menjadi peristiwa dari kehidupan umat manusia di dunia dalam tiga tahun ini. Pemerintah meminta para kepala daerah kabupaten dan kota untuk membuat langkah-langkah strategis mengurangi penyebaran Covid-19. Pembatasan gerak dan mobilitas segera dibuat. Kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadat dari rumah telah dikeluarkan. Seluruh aktivitas keagamaan yang menimbulkan kerumunan segerak ditutup. Gereja yang semula identik dengan persekutuan umat mendadak hilang dan tidak tampak. Gereja sepi dengan aktivitas, termasuk perayaan ekaristi. Situasi itu menimbulkan macam-macam perasaan, tanggapan dan refleksi umat atas kondisi yang terjadi. Kecemasan dan kekuatiran terjadi. Dalam kegiatan keagamaan, imam dan umat juga mengalami kemandegan dalam berkegiatan. Tiba-tiba muncullah tradisi perayaan Ekaristi secara online, suatu perayaan yang diadakan dari gereja dan kemudian dihubungkan dengan chanel youtube, sehingga umat dari tempatnya masing-masing bisa mengikuti perayaan ekaristi tersebut secara online. Ada pergulatan sendiri untuk memaknai pengalaman iman mereka. Apakah Tuhan sungguh hadir dalam perayaan yang diselenggarakan secara online? Gambaran Tuhan yang seperti apa yang terbangun dalam diri umat beriman di masa pandemi ini? Apakah kecemasan di masa pandemi ini melulu pengalaman psikologis seseorang atau juga pengalaman spiritual? Melalui pendekatan survey, studi ini menunjukkan bahwa kecemasan dan ketakutan yang muncul di masa pandemi Covid 19 sungguh merupakan pengalaman eksistensial sebagian besar umat beriman. Pandemi bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga menyatakan seluruh keberadaan hidup mereka di hadapan Tuhan. Tuhan dirasakan hadir sebagai yang tetap mengasihi dan melindungi. Pengalaman doa menjadi kekuatan umat untuk menjalani hidup di masa pandemi. Perayaan Ekaristi online walaupun menyimpan kekurangan tetapi tetap memberi kekuatan dan bekal rohani dalam kehidupan umat. Mereka tetap merasakan kehadiran dan campur tangan Tuhan. Oleh karena itu beriman di tengah pandemi menjadi suatu pengalaman unik bagi setiap orang beriman.
{"title":"Beriman Di Tengah Pandemi Covid-19","authors":"F.X. Sugiyana","doi":"10.55606/lumen.v1i1.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.30","url":null,"abstract":"Penelitian ini menelaah pandemi Covid-19 yang menjadi peristiwa dari kehidupan umat manusia di dunia dalam tiga tahun ini. Pemerintah meminta para kepala daerah kabupaten dan kota untuk membuat langkah-langkah strategis mengurangi penyebaran Covid-19. Pembatasan gerak dan mobilitas segera dibuat. Kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadat dari rumah telah dikeluarkan. Seluruh aktivitas keagamaan yang menimbulkan kerumunan segerak ditutup. Gereja yang semula identik dengan persekutuan umat mendadak hilang dan tidak tampak. Gereja sepi dengan aktivitas, termasuk perayaan ekaristi. Situasi itu menimbulkan macam-macam perasaan, tanggapan dan refleksi umat atas kondisi yang terjadi. Kecemasan dan kekuatiran terjadi. Dalam kegiatan keagamaan, imam dan umat juga mengalami kemandegan dalam berkegiatan. Tiba-tiba muncullah tradisi perayaan Ekaristi secara online, suatu perayaan yang diadakan dari gereja dan kemudian dihubungkan dengan chanel youtube, sehingga umat dari tempatnya masing-masing bisa mengikuti perayaan ekaristi tersebut secara online. Ada pergulatan sendiri untuk memaknai pengalaman iman mereka. Apakah Tuhan sungguh hadir dalam perayaan yang diselenggarakan secara online? Gambaran Tuhan yang seperti apa yang terbangun dalam diri umat beriman di masa pandemi ini? Apakah kecemasan di masa pandemi ini melulu pengalaman psikologis seseorang atau juga pengalaman spiritual? Melalui pendekatan survey, studi ini menunjukkan bahwa kecemasan dan ketakutan yang muncul di masa pandemi Covid 19 sungguh merupakan pengalaman eksistensial sebagian besar umat beriman. Pandemi bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga menyatakan seluruh keberadaan hidup mereka di hadapan Tuhan. Tuhan dirasakan hadir sebagai yang tetap mengasihi dan melindungi. Pengalaman doa menjadi kekuatan umat untuk menjalani hidup di masa pandemi. Perayaan Ekaristi online walaupun menyimpan kekurangan tetapi tetap memberi kekuatan dan bekal rohani dalam kehidupan umat. Mereka tetap merasakan kehadiran dan campur tangan Tuhan. Oleh karena itu beriman di tengah pandemi menjadi suatu pengalaman unik bagi setiap orang beriman.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128443668","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Valentina Marpaung, Anselmus Joko P, Andarweni Astuti
Adanya kebijakan stay at home memaksa keluarga kristiani untuk melakukan kegiatan keagamaan dari rumah seperti beribadah di rumah, melakukan kegiatan rohani, memberikan ajaran agama katolik pada anak, mengajarkan moral dasar pada anak. Persoalan yang muncul sejauh mana tingkat kesadaran keluarga katolik menyadari perannya sebagai Ecclesia Domestica dalam memberikan pendidikan moral dan agama pada anak, bagaimana aktivitas keluarga katolik melaksanakan pendidikan moral dan agama pada anak di masa pandemi, dan hambatan bagi orangtua dalam menerapkan pendidikan agama dan moral di masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif, 15 KK Stasi St. Benedictus TSE. Teknik pengumpulan data menggunakan metode koesioner, wawancara, dokumentasi. Tingkat kesadaran keluarga katolik sebagai Ecclesia domestica memberikan pendidikan agama dan moral pada anak memperoleh angka 71%, aktivitas keluarga katolik dimasa pandemi memperoleh angka 70%, hambatan yang dihadapi orangtua dalam mendidik moral dan agama anak memperoleh angka 68%. Hasil menunjukan bahwa peran Ecclesia domestica yang dikatakan sebagai Gereja Rumah Tangga untuk mendidik moral dan agama anak sudah cukup baik. Hasil wawancara dari ketiga variabel menyatakan tingkat kesadaran keluarga katolik didukung dengan adanya keterbukaan terhadap anggota keluarga. Aktifitas yang dilakukan dalam selama masa pandemi dengan mengajarkan nilai moral dasar, dan melakukan kegiatan rohani. Beberapa hambatan yang dialami keluarga katolik tidak bisa membagi waktu dan faktor lingkungan.
{"title":"Peran Ecclesia Domestica Dalam Medidik Moral dan Agama Anak Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Stasi St.Benedictus Teluk Siak Estate (TSE)","authors":"Valentina Marpaung, Anselmus Joko P, Andarweni Astuti","doi":"10.55606/lumen.v1i1.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.28","url":null,"abstract":"Adanya kebijakan stay at home memaksa keluarga kristiani untuk melakukan kegiatan keagamaan dari rumah seperti beribadah di rumah, melakukan kegiatan rohani, memberikan ajaran agama katolik pada anak, mengajarkan moral dasar pada anak. Persoalan yang muncul sejauh mana tingkat kesadaran keluarga katolik menyadari perannya sebagai Ecclesia Domestica dalam memberikan pendidikan moral dan agama pada anak, bagaimana aktivitas keluarga katolik melaksanakan pendidikan moral dan agama pada anak di masa pandemi, dan hambatan bagi orangtua dalam menerapkan pendidikan agama dan moral di masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif Deskriptif, 15 KK Stasi St. Benedictus TSE. Teknik pengumpulan data menggunakan metode koesioner, wawancara, dokumentasi. Tingkat kesadaran keluarga katolik sebagai Ecclesia domestica memberikan pendidikan agama dan moral pada anak memperoleh angka 71%, aktivitas keluarga katolik dimasa pandemi memperoleh angka 70%, hambatan yang dihadapi orangtua dalam mendidik moral dan agama anak memperoleh angka 68%. Hasil menunjukan bahwa peran Ecclesia domestica yang dikatakan sebagai Gereja Rumah Tangga untuk mendidik moral dan agama anak sudah cukup baik. Hasil wawancara dari ketiga variabel menyatakan tingkat kesadaran keluarga katolik didukung dengan adanya keterbukaan terhadap anggota keluarga. Aktifitas yang dilakukan dalam selama masa pandemi dengan mengajarkan nilai moral dasar, dan melakukan kegiatan rohani. Beberapa hambatan yang dialami keluarga katolik tidak bisa membagi waktu dan faktor lingkungan.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"23 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126320602","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sike Rabano adalah dzikir yang menggunakan alat musik rebana. Sike rabano pada awalnya berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk berdzikir melalui hiburan untuk penyebaran agama Islam. Tujuan dari penelitian ini ditinjau dari (1), Sejarah kemunculan kesenian ini. (2), perkembangan dan perubahan nilai yang terjadi di masyarakat Koto Tuo Ujung Pasir. (3), dan Strategi dalam pelestarian kesenian tradisonal Sike Rabano di tengah perubahan sosial masyarakat. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, observasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa (1), Sike rabano muncul diperkirakan pada awal abad ke-13 M. Kemunculan sike rabano dikaitkan dengan munculnya penyebaran agama islam di Kabupaten Kerinci. (2). Perkembangan dan perubahan dari kesenian sike rabano ini meliputi perubahan dalam pelaksanaan, perubahan pada syair dan perubahan pada segi nilai yang terjadi pada masyarakat. (3). Strategi untuk pelestarian sike rabano dengan solidaritas antar warga, kesadaran dan regenerasi pengajaran sike rabano secara turun temurun pada masyarakat Koto Tuo Ujung Pasir.
{"title":"EKSISTENSI SIKE RABANO DI TENGAH PERUBAHAN SOSIAL DI DESA KOTO TUO UJUNG PASIR KABUPATEN KERINCI","authors":"Deri Saputra, Andarweni Astuti, Gunawan Gunawan","doi":"10.55606/lumen.v1i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.23","url":null,"abstract":"Sike Rabano adalah dzikir yang menggunakan alat musik rebana. Sike rabano pada awalnya berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk berdzikir melalui hiburan untuk penyebaran agama Islam. Tujuan dari penelitian ini ditinjau dari (1), Sejarah kemunculan kesenian ini. (2), perkembangan dan perubahan nilai yang terjadi di masyarakat Koto Tuo Ujung Pasir. (3), dan Strategi dalam pelestarian kesenian tradisonal Sike Rabano di tengah perubahan sosial masyarakat. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, observasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa (1), Sike rabano muncul diperkirakan pada awal abad ke-13 M. Kemunculan sike rabano dikaitkan dengan munculnya penyebaran agama islam di Kabupaten Kerinci. (2). Perkembangan dan perubahan dari kesenian sike rabano ini meliputi perubahan dalam pelaksanaan, perubahan pada syair dan perubahan pada segi nilai yang terjadi pada masyarakat. (3). Strategi untuk pelestarian sike rabano dengan solidaritas antar warga, kesadaran dan regenerasi pengajaran sike rabano secara turun temurun pada masyarakat Koto Tuo Ujung Pasir.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"6 10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122467932","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Carolus Aditya Nouvanto, Sugiyana Sugiyana, Anselmus Joko Prayitno
Masa transisi pandemi covid-19 mendorong penggunaan sistem pembelajaran hybrid menggantikan sistem daring dimana siswa sekarang dibagi dalam dua tempat belajar yaitu dari rumah dan juga ada yang berada di kelas. SMA Tarakanita Magelang merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran hybrid pada masa transisi. Kemampuan guru dalam memberikan metode yang efektif dalam masa pembelajaran hybrid akan menunjukkan kompetensi dari guru tersebut. Dalam memaksimalkan pembelajaran hybrid, guru ditawarkan metode Problem Based Learning berbantuan ThinkLink yang diasumsikan bahwa metode tersebut akan efektif bagi prestasi belajar siswa selama pembelajaran hybrid. Hasil Penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar kelas eksperimen mendapat 80,15 sedangkan kelas kontrol 73,45. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penerapan metode pembelajaran yang digunakan masih memiliki beberapa hambatan meskipun sudah efektif bagi prestasi belajar yang menunjukkan rataan kelas eksperimen lebih baik dan mendapatkan respon yang positif dari siswa di kelas, sehingga diharapkan metode Problem Based Learninng dapat diterapkan dan semakin dikembangkan oleh para tenaga pendidikan.
{"title":"Efektivitas Metode Problem Based Learning Berbantuan Thinklink Pada Pembelajaran Hybrid Siswa Kelas X SMA Tarakanita Magelang","authors":"Carolus Aditya Nouvanto, Sugiyana Sugiyana, Anselmus Joko Prayitno","doi":"10.55606/lumen.v1i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.25","url":null,"abstract":"Masa transisi pandemi covid-19 mendorong penggunaan sistem pembelajaran hybrid menggantikan sistem daring dimana siswa sekarang dibagi dalam dua tempat belajar yaitu dari rumah dan juga ada yang berada di kelas. SMA Tarakanita Magelang merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran hybrid pada masa transisi. Kemampuan guru dalam memberikan metode yang efektif dalam masa pembelajaran hybrid akan menunjukkan kompetensi dari guru tersebut. Dalam memaksimalkan pembelajaran hybrid, guru ditawarkan metode Problem Based Learning berbantuan ThinkLink yang diasumsikan bahwa metode tersebut akan efektif bagi prestasi belajar siswa selama pembelajaran hybrid. Hasil Penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar kelas eksperimen mendapat 80,15 sedangkan kelas kontrol 73,45. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penerapan metode pembelajaran yang digunakan masih memiliki beberapa hambatan meskipun sudah efektif bagi prestasi belajar yang menunjukkan rataan kelas eksperimen lebih baik dan mendapatkan respon yang positif dari siswa di kelas, sehingga diharapkan metode Problem Based Learninng dapat diterapkan dan semakin dikembangkan oleh para tenaga pendidikan.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121853562","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pembinaan calon imam merupakan bagian penting untuk menyiapkan tenaga pastoral yang mampu memimpin sebuah paroki. Lima aspek pembinaan: kepribadian, intelektual, komunitas, pastoral, komunitas menjadi bagian utama dalam proses formasi. Berbagai bentuk pembinaan dibuat guna mencetek para pemimpin yang baik. Saat ini dunia yang sedang manghadapi wabah virus corona juga mempengaruhi proses pembinaan calon imam. Merujuk pada dokumen gereja mengenai pembinaan calon imam Optatam Totius yang mengatakan bahwa pembinaan calon imam adalah bagian penting bagi Gereja. Fokus penulisan yaitu meneliti proses pembinaan selama masa pandemi. Tujuan dari tulisan ini adalah memahami proses pembinaan seminari dalam masa pandemi. Permasalahan yang hendak diangkat yaitu: mengapa formasi calon imam itu perlu dalam Gereja Katolik? Mengapa fenomena pandemi covid-19 ini perlu didalami dalam konteks pembinaan seminari? Mengapa pandemi covid-19 di Seminari Tinggi San Giovanni XXIII perlu diteliti? Metodologi penulisan menggunakan analisis deskriptif-naratif dengan menelaah pembinaan seminari selama pandemi. Temuan dari penulisan ini adalah pembinaan di seminari Giovanni selama pandemi mengalami keterbatasan. Keterbatasan ini tidak menciutkan semangat untuk terus memformat para calon imam.
{"title":"Formatio Calon Imam Seminari Tinggi San Giovanni XXIII Di Masa Pandemi Covid-19","authors":"Galuh Wicaksono, Antonius Denny Firmanto","doi":"10.55606/lumen.v1i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.29","url":null,"abstract":"Pembinaan calon imam merupakan bagian penting untuk menyiapkan tenaga pastoral yang mampu memimpin sebuah paroki. Lima aspek pembinaan: kepribadian, intelektual, komunitas, pastoral, komunitas menjadi bagian utama dalam proses formasi. Berbagai bentuk pembinaan dibuat guna mencetek para pemimpin yang baik. Saat ini dunia yang sedang manghadapi wabah virus corona juga mempengaruhi proses pembinaan calon imam. Merujuk pada dokumen gereja mengenai pembinaan calon imam Optatam Totius yang mengatakan bahwa pembinaan calon imam adalah bagian penting bagi Gereja. Fokus penulisan yaitu meneliti proses pembinaan selama masa pandemi. Tujuan dari tulisan ini adalah memahami proses pembinaan seminari dalam masa pandemi. Permasalahan yang hendak diangkat yaitu: mengapa formasi calon imam itu perlu dalam Gereja Katolik? Mengapa fenomena pandemi covid-19 ini perlu didalami dalam konteks pembinaan seminari? Mengapa pandemi covid-19 di Seminari Tinggi San Giovanni XXIII perlu diteliti? Metodologi penulisan menggunakan analisis deskriptif-naratif dengan menelaah pembinaan seminari selama pandemi. Temuan dari penulisan ini adalah pembinaan di seminari Giovanni selama pandemi mengalami keterbatasan. Keterbatasan ini tidak menciutkan semangat untuk terus memformat para calon imam.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121070789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Theresia Yulinda Araujo, Yustinus Joko Wahyu Yuniarto, Hartutik Hartutik
The role of parent at st. Benedictus gulf of Siak Estate is less serious than entertaining the Catholic faith in paiding. preparing children for the first communion. Often children who should be able to receive communion are, in fact, unable to accept it because parents are busy with their work or the child himself is not asking the parents to take the first communion preparation. Research aims to review the practical roles of parents with children, to know inhibitors and supportive factors and to know the steps to improving parenting. Research of qualitative methods with this descriptive approach scores the data trianulation. With the respondent's parents of the first communion candidate. Data collection techniques using interviews, and documentation, and observations. Research indicates that parents perform a child's side by taking part in the first communion study, inviting children to the celebration of the Eucharist and teaching reverence before and after receiving holy communion, and actively inviting children to join spiritual activities in the church, both in the ward and at home. The barriers that parents experience are sometimes forgetting to remind children follow communion study and the difficulty of teaching children to manage time between play and learning. Supporting factors of parents have teachers and catechism and the first communion handbook and facilitate transportation. Parish priest and caretaker of gere
在Siak Estate的st. Benedictus gulf,父母的角色不如在支付中娱乐天主教信仰那么严肃。为孩子们准备第一次圣餐。通常,应该接受圣餐的孩子,实际上,无法接受它,因为父母忙于工作,或者孩子自己没有要求父母做第一次圣餐的准备。研究的目的是回顾父母对孩子的实际作用,了解抑制和支持因素,并了解改善养育的步骤。定性方法的研究用这种描述性方法对数据的三次拟合进行评分。与第一次圣餐候选人的被调查者的父母。使用访谈、文件和观察的数据收集技术。研究表明,父母通过参加第一次圣餐学习,邀请孩子参加圣餐庆祝活动并在接受圣餐前后教导敬畏,积极邀请孩子参加教会的精神活动,无论是在病房还是在家里。父母遇到的障碍是有时忘记提醒孩子遵循交流学习,以及教孩子管理游戏和学习之间的时间困难。家长的支持因素有教师和教理问答和第一次圣餐手册,交通便利。教区牧师和看守人
{"title":"Peran Orangtua Dalam Pendampingan Persiapan Komuni Pertama Di Stasi St. Benedictus Teluk Siak Estate Paroki St. Yohanes Pembaptis Perawang","authors":"Theresia Yulinda Araujo, Yustinus Joko Wahyu Yuniarto, Hartutik Hartutik","doi":"10.55606/lumen.v1i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.27","url":null,"abstract":"The role of parent at st. Benedictus gulf of Siak Estate is less serious than entertaining the Catholic faith in paiding. preparing children for the first communion. Often children who should be able to receive communion are, in fact, unable to accept it because parents are busy with their work or the child himself is not asking the parents to take the first communion preparation. Research aims to review the practical roles of parents with children, to know inhibitors and supportive factors and to know the steps to improving parenting. Research of qualitative methods with this descriptive approach scores the data trianulation. With the respondent's parents of the first communion candidate. Data collection techniques using interviews, and documentation, and observations. Research indicates that parents perform a child's side by taking part in the first communion study, inviting children to the celebration of the Eucharist and teaching reverence before and after receiving holy communion, and actively inviting children to join spiritual activities in the church, both in the ward and at home. The barriers that parents experience are sometimes forgetting to remind children follow communion study and the difficulty of teaching children to manage time between play and learning. Supporting factors of parents have teachers and catechism and the first communion handbook and facilitate transportation. Parish priest and caretaker of gere","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132963035","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Elisabeth Marito Gultom, Sugiyana Sugiyana, Wuriningsih Wuriningsih
Adolescence is when a person begins to learn to be an adult human being. Therefore, there is a need for coaching. On the other hand, adolescence also experiences resilience. For this reason, faith formation is needed. This also happened to the students of St. Fransiskus Vocational School Semarang. Therefore, faith-building at St. Fransiskus Vocational School affects student resilience. To discuss this problem, the researcher conducted a study entitled The Correlation Between Faith Development and Resilience in Catholic Adolescents at St. Fransiskus Vocational School Semarang as the subject of the study was a Catholic student at St. Fransiskus Vocational School Semarang. The method used is descriptive quantitative with correlational techniques. This research was conducted from July to September 2021. The variables of this research are independent variables of Catholic faith development and dependent variables of adolescents. The research population was all St. Fransiskus Vocational School Semarang students, and samples were taken using simple random sampling techniques. The theoretical basis used is the theory of faith development and adolescent resilience. The results showed that the calculated r-value (rxy) was 0.6373, which was included in the relatively strong or high category (the calculated r-value was 0.41 - 0.70). Based on the data analysis, it was concluded that there is a correlation between faith development and resilience in Catholic adolescents at St. Fransiskus Vocational School in Semarang. The percentage of contribution of faith development to resilience in Catholic adolescents at St. Fransiskus Vocational School Semarang is 40.61%, based on calculations using the product-moment correlation formula.
{"title":"Hubungan Antara Pembinaan Iman Dengan Resiliensi Pada Remaja Katolik Di Smk Santo Fransiskus Semarang","authors":"Elisabeth Marito Gultom, Sugiyana Sugiyana, Wuriningsih Wuriningsih","doi":"10.55606/lumen.v1i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.55606/lumen.v1i1.24","url":null,"abstract":"Adolescence is when a person begins to learn to be an adult human being. Therefore, there is a need for coaching. On the other hand, adolescence also experiences resilience. For this reason, faith formation is needed. This also happened to the students of St. Fransiskus Vocational School Semarang. Therefore, faith-building at St. Fransiskus Vocational School affects student resilience. To discuss this problem, the researcher conducted a study entitled The Correlation Between Faith Development and Resilience in Catholic Adolescents at St. Fransiskus Vocational School Semarang as the subject of the study was a Catholic student at St. Fransiskus Vocational School Semarang. The method used is descriptive quantitative with correlational techniques. This research was conducted from July to September 2021. The variables of this research are independent variables of Catholic faith development and dependent variables of adolescents. The research population was all St. Fransiskus Vocational School Semarang students, and samples were taken using simple random sampling techniques. The theoretical basis used is the theory of faith development and adolescent resilience. The results showed that the calculated r-value (rxy) was 0.6373, which was included in the relatively strong or high category (the calculated r-value was 0.41 - 0.70). Based on the data analysis, it was concluded that there is a correlation between faith development and resilience in Catholic adolescents at St. Fransiskus Vocational School in Semarang. The percentage of contribution of faith development to resilience in Catholic adolescents at St. Fransiskus Vocational School Semarang is 40.61%, based on calculations using the product-moment correlation formula.","PeriodicalId":202855,"journal":{"name":"Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129715506","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}