Komposit UP-FG dipilih sebagai bahan penyusun pintu air komposit otomatis karena memiliki sifat plastik yang tahan terhadap air dan kekuatan yang cukup sebagai struktur penahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari perendaman air biasa dan air garam terhadap sifat mekanik bending dan kekerasan pintu air otomatis selama rentang waktu 360, 720 dan 1080 jam dibandingkan tanpa perendaman. Hasil pengujian didapatkan penurunan sifat mekanik bending dan kekerasan baik akibat perendaman air biasa maupun air garam seiring lamanya waktu perendaman. Penurunan sifat mekanik dimungkinkan akibat terdifusinya air kedalam sampel pintu air komposit yang menyebabkan ikatan interfacial serat matrik menjdi lemah yang ditandai dengan penambahan berat sampel.
{"title":"Efek Perendaman Air Biasa dan Air Garam Sampel Pintu Air Komposit Otomatis Terhadap Sifat Mekanik Bending dan Kekerasan","authors":"Singgih Prabowo, Yurohman","doi":"10.29122/jitm.v2i1.4048","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v2i1.4048","url":null,"abstract":"Komposit UP-FG dipilih sebagai bahan penyusun pintu air komposit otomatis karena memiliki sifat plastik yang tahan terhadap air dan kekuatan yang cukup sebagai struktur penahan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari perendaman air biasa dan air garam terhadap sifat mekanik bending dan kekerasan pintu air otomatis selama rentang waktu 360, 720 dan 1080 jam dibandingkan tanpa perendaman. Hasil pengujian didapatkan penurunan sifat mekanik bending dan kekerasan baik akibat perendaman air biasa maupun air garam seiring lamanya waktu perendaman. Penurunan sifat mekanik dimungkinkan akibat terdifusinya air kedalam sampel pintu air komposit yang menyebabkan ikatan interfacial serat matrik menjdi lemah yang ditandai dengan penambahan berat sampel.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115640809","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Anggaravidya, S. Habibie, A. Hidayat, H. Yuliani, A. Amry
One rubber products, pneumatic rubber fender (PRF), is fully imported, where the raw material is made primarily by synthetic rubber. PRF products have been used in the transport sector as the impact protection of ports and ships. In this study, the mixture between natural and synthetic rubber conducted to determine the  optimum formula of mixing rubber for  the product PRF. Then the PRF-product was subjected to Aging Resistance Test (ART). Physical and mechanical properties of the PRF were analyzed by tensile strength test, elongation at break test, tear resistance test, hardness test, and also some samples of the product of mixing were observed by Fourier Transform Spectroscopy (FTIR), Thermogravimetry Analysis (TGA) and Scanning Electron Microscopy (SEM). The formula used in this study is the ratio of single-NR-100%; combinations of NR-70% and CR-30%; combinations of NR-30% and CR-70%; and the CR-100%. The results showed that the optimum mix formula for the PRF product is NR-70%: CR-30%.
{"title":"Optimization of the Vulcanization Formula of Pneumatic Rubber Fender (PRF) to Increase Resistance to the Aging Process","authors":"M. Anggaravidya, S. Habibie, A. Hidayat, H. Yuliani, A. Amry","doi":"10.29122/jitm.v2i1.3835","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v2i1.3835","url":null,"abstract":"One rubber products, pneumatic rubber fender (PRF), is fully imported, where the raw material is made primarily by synthetic rubber. PRF products have been used in the transport sector as the impact protection of ports and ships. In this study, the mixture between natural and synthetic rubber conducted to determine the  optimum formula of mixing rubber for  the product PRF. Then the PRF-product was subjected to Aging Resistance Test (ART). Physical and mechanical properties of the PRF were analyzed by tensile strength test, elongation at break test, tear resistance test, hardness test, and also some samples of the product of mixing were observed by Fourier Transform Spectroscopy (FTIR), Thermogravimetry Analysis (TGA) and Scanning Electron Microscopy (SEM). The formula used in this study is the ratio of single-NR-100%; combinations of NR-70% and CR-30%; combinations of NR-30% and CR-70%; and the CR-100%. The results showed that the optimum mix formula for the PRF product is NR-70%: CR-30%.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128782258","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kalsium Pirofosfat (CPP: ) adalah biomaterial yang berbasis kalsium fosfat yang telah digunakan secara luas dalam bidang medis seperti perbaikan dan penggantian jaringan tulang yang rusak. Secara kimiawi CPP sangat mirip dengan komponen mineral tulang dan gigi manusia. Namun, kekuatan mekanik yang rendah pada material berbahan kalsium fosfat  menjadi masalah yang harus diselesaikan. Tambahan zat penguat berupa  dan  diperlukan untuk untuk mendapatkan fase matriks dan juga fase penguatan dalam penerapan bioimplant karena biokompatibilitas yang superior, ketahanan oksidasi dan ketahanan haus. Untuk itu dilakukan penambahan  sebanyak 5% dan 10% pada CPP sintesis dari cangkang kerang. Proses pencampuran komposit dan CPP menggunkan metode High Energy Milling dengan Ball Powder Ratio sebesar 5:1 selama 30 menit kemudian diberi heat treatment pada temperatur 1000°C selama 1 jam. Hasil XRD menunjukkan bahwa tiap material campuran mengalami dekomposisi menjadi  dan  serta mendapatkan produk sampingan berupa calcium aluminate dan calcium zirconium oxide. Untuk ukuran mikrostruktur CPP setelah proses mixing dan heat treatment mengalami penyusutan yang cukup signifikan. Hal tersebut bisa dilihat dari ukuran partikel CPP yaitu sebesar 1,5 ±0,8 µm, tetapi setelah dicampurkan dengan 5%  dan proses heat treatment 1000°C ukuran partikel menjadi 1,087 ± 0,6 µm atau mengecil 27,5% dari ukuran sebelumnya.
{"title":"Efek Temperatur Tinggi Pada Pembentukan Komposit Kalsium Pirofosfat Dengan Penambahan Alumina Dan Zirkonia","authors":"Faisal Akbar","doi":"10.29122/jitm.v2i1.4008","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v2i1.4008","url":null,"abstract":"Kalsium Pirofosfat (CPP: ) adalah biomaterial yang berbasis kalsium fosfat yang telah digunakan secara luas dalam bidang medis seperti perbaikan dan penggantian jaringan tulang yang rusak. Secara kimiawi CPP sangat mirip dengan komponen mineral tulang dan gigi manusia. Namun, kekuatan mekanik yang rendah pada material berbahan kalsium fosfat  menjadi masalah yang harus diselesaikan. Tambahan zat penguat berupa  dan  diperlukan untuk untuk mendapatkan fase matriks dan juga fase penguatan dalam penerapan bioimplant karena biokompatibilitas yang superior, ketahanan oksidasi dan ketahanan haus. Untuk itu dilakukan penambahan  sebanyak 5% dan 10% pada CPP sintesis dari cangkang kerang. Proses pencampuran komposit dan CPP menggunkan metode High Energy Milling dengan Ball Powder Ratio sebesar 5:1 selama 30 menit kemudian diberi heat treatment pada temperatur 1000°C selama 1 jam. Hasil XRD menunjukkan bahwa tiap material campuran mengalami dekomposisi menjadi  dan  serta mendapatkan produk sampingan berupa calcium aluminate dan calcium zirconium oxide. Untuk ukuran mikrostruktur CPP setelah proses mixing dan heat treatment mengalami penyusutan yang cukup signifikan. Hal tersebut bisa dilihat dari ukuran partikel CPP yaitu sebesar 1,5 ±0,8 µm, tetapi setelah dicampurkan dengan 5%  dan proses heat treatment 1000°C ukuran partikel menjadi 1,087 ± 0,6 µm atau mengecil 27,5% dari ukuran sebelumnya.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114277916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mohammad Hamzah, Siswanto, Herri Susanto, Eryanti Kalembang, Bambang Triwibowo, Soleh Iskandar, Diah Ayu Fitriani
Rubber cone merupakan produk karet teknik yang digunakan sebagai mechanical seal part pada stuffing box pompa angguk sebagai peralatan utama untuk memompa crude oil dari dalam perut bumi sehingga keberadaannya begitu krusial dalam menentukan produksi yang akan dicapai. Dalam penggunaannya, rubber cone dikategorikan sebagai consummable part sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Rubber Mechanical seal stuffing box pompa angguk saat ini sebagian besar berbahan baku karet sintetis NBR (rubber) yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap gesekan dan minyak. Produk rubber cone berbahan baku karet alam yang dibuat diharapkan memenuhi spesifikasi teknis operasi pompa angguk yang bekerja pada kondisi beban tinggi, tahan terhadap gesekan serta tahan terhadap minyak dan temperature tinggi. Vulkanisat rubber cone bahan baku karet alam di uji untuk kemudian dibandingkan dengan spesifikasi teknis rubber cone komersiil. Uji kekuatan tarik dan kekerasan vulkanisat karet berdasar standar ASTM D412. Dari hasil uji ini diharapkan rubber cone karet alam dapat menggantikan rubber cone komersiil, sehingga mengurangi ketergantungan produk karet teknik impor.Â
{"title":"Uji Vulkanisat Rubber Cone Berbahan Baku Perpaduan Karet Nitril Butadiena Dan Karet Alam","authors":"Mohammad Hamzah, Siswanto, Herri Susanto, Eryanti Kalembang, Bambang Triwibowo, Soleh Iskandar, Diah Ayu Fitriani","doi":"10.29122/jitm.v2i1.4085","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v2i1.4085","url":null,"abstract":"Rubber cone merupakan produk karet teknik yang digunakan sebagai mechanical seal part pada stuffing box pompa angguk sebagai peralatan utama untuk memompa crude oil dari dalam perut bumi sehingga keberadaannya begitu krusial dalam menentukan produksi yang akan dicapai. Dalam penggunaannya, rubber cone dikategorikan sebagai consummable part sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Rubber Mechanical seal stuffing box pompa angguk saat ini sebagian besar berbahan baku karet sintetis NBR (rubber) yang mempunyai ketahanan yang baik terhadap gesekan dan minyak. Produk rubber cone berbahan baku karet alam yang dibuat diharapkan memenuhi spesifikasi teknis operasi pompa angguk yang bekerja pada kondisi beban tinggi, tahan terhadap gesekan serta tahan terhadap minyak dan temperature tinggi. Vulkanisat rubber cone bahan baku karet alam di uji untuk kemudian dibandingkan dengan spesifikasi teknis rubber cone komersiil. Uji kekuatan tarik dan kekerasan vulkanisat karet berdasar standar ASTM D412. Dari hasil uji ini diharapkan rubber cone karet alam dapat menggantikan rubber cone komersiil, sehingga mengurangi ketergantungan produk karet teknik impor. ","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"111 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130806931","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penambahan bahan semen tulang kedalam rongga tulang dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah kerusakan tulang akibat osteoporosis. Kelemahan utama dari bahan implant ortopedik berbasis hydroksiapatit sinter adalah bahan dalam bentuk solid dimana dalam aplikasi pembedahan, sulit untuk mengisi rongga tulang dengan ukuran tertentu. Alternatif yang nyaman untuk bahan pengisi tulang suspensi adalah dengan menggunakan bahan Injectable bone substitute. Dalam studi ini dipelajari komposisi material Injectable Bone substitute dengan matrik berupa polimer CMC-gelatin dan HA/TCP sebagai filler. Dilakukan variasi rasio Hidroksiapatit (HA) / tri-calcium phosphate (TCP) (70:30; 50:50; 40:60)  untuk  mempelajari pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik dan mekanik campuran. Hasil uji FTIR menunjukkan gugus fungsi fosfat (PO43-) gugus fungsi karboksil dan gugus fungsi NH2 yang merujuk kepada bahan penyusunnya. Peningkatan porositas karena perubahan morfologi dikonfirmasi oleh gambar mikroskop polaritas. Hasil uji tekan menunjukkan berkurangnya  nilai kuat tekan dengan bertambahnya konsentrasi TCP dalam campuran. Semua kelompok uji menunjukkan kemiripan struktural dengan tulang cancellous dalam sifat porositas dan kekuatan mekanik.
{"title":"Pengaruh Rasio HA/TCP terhadap Karakteristik Komposit BCP-Gelatin-CMC sebagai Bahan Injectable Bone Substitute","authors":"M. D. Effendi, Nandang Suhendra","doi":"10.29122/JITM.V1I2.3837","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JITM.V1I2.3837","url":null,"abstract":"Penambahan bahan semen tulang kedalam rongga tulang dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah kerusakan tulang akibat osteoporosis. Kelemahan utama dari bahan implant ortopedik berbasis hydroksiapatit sinter adalah bahan dalam bentuk solid dimana dalam aplikasi pembedahan, sulit untuk mengisi rongga tulang dengan ukuran tertentu. Alternatif yang nyaman untuk bahan pengisi tulang suspensi adalah dengan menggunakan bahan Injectable bone substitute. Dalam studi ini dipelajari komposisi material Injectable Bone substitute dengan matrik berupa polimer CMC-gelatin dan HA/TCP sebagai filler. Dilakukan variasi rasio Hidroksiapatit (HA) / tri-calcium phosphate (TCP) (70:30; 50:50; 40:60)  untuk  mempelajari pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik dan mekanik campuran. Hasil uji FTIR menunjukkan gugus fungsi fosfat (PO43-) gugus fungsi karboksil dan gugus fungsi NH2 yang merujuk kepada bahan penyusunnya. Peningkatan porositas karena perubahan morfologi dikonfirmasi oleh gambar mikroskop polaritas. Hasil uji tekan menunjukkan berkurangnya  nilai kuat tekan dengan bertambahnya konsentrasi TCP dalam campuran. Semua kelompok uji menunjukkan kemiripan struktural dengan tulang cancellous dalam sifat porositas dan kekuatan mekanik.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124507179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fita Widiyatun, Neng Nenden Mulyaningsih, S. Sudirman
Susu cair merupakan minuman yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik tua maupun muda. Susu mengandung nutrisi penting seperti vitamin, protein, kalsium, magnesium, fosfor dan zinc. Akan tetapi, susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk mengetahui kualitas susu cair. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi dan analisis terhadap film antosianin dari beras merah dan kedelai hitam. Film antosianin dibuat dengan menambahkan campuran chitosan dan polivinil alkohol dengan perbandingan 3:7 sebanyak 75 ml ke dalam antosianin beras merah dan kedelai hitam masing-masing sebanyak 25 ml. Film yang dihasilkan dikarakterisasi dengan thermal gravimetric analysis (TGA) pada atmosfer oksigen. Hasilnya menunjukkan bahwa kedelai hitam memiliki kriteria yang lebih memungkinkan sebagai kandidat indikator kualitas susu cair dibandingkan dengan beras merah.
{"title":"Perbandingan Film Antosianin Beras Merah Dan Kedelai Hitam Sebagai Kandidat Indikator Kualitas Susu Cair","authors":"Fita Widiyatun, Neng Nenden Mulyaningsih, S. Sudirman","doi":"10.29122/jitm.v1i1.3581","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v1i1.3581","url":null,"abstract":"Susu cair merupakan minuman yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik tua maupun muda. Susu mengandung nutrisi penting seperti vitamin, protein, kalsium, magnesium, fosfor dan zinc. Akan tetapi, susu juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk mengetahui kualitas susu cair. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi dan analisis terhadap film antosianin dari beras merah dan kedelai hitam. Film antosianin dibuat dengan menambahkan campuran chitosan dan polivinil alkohol dengan perbandingan 3:7 sebanyak 75 ml ke dalam antosianin beras merah dan kedelai hitam masing-masing sebanyak 25 ml. Film yang dihasilkan dikarakterisasi dengan thermal gravimetric analysis (TGA) pada atmosfer oksigen. Hasilnya menunjukkan bahwa kedelai hitam memiliki kriteria yang lebih memungkinkan sebagai kandidat indikator kualitas susu cair dibandingkan dengan beras merah.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126466276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Hidayat, D. K. Arti, Lies Agustine, Mahendra Aggaravidya
The rheological properties of rubber compound in general application and especially rubber airbag compounding is very important to predict the mechanical properties of rubber products, as well as useful for obtaining optimum formulations in the research and development of a product. The viscoelastic properties of the rubber compound are strongly influenced by the type of rubber and the filler used. The purpose of this research is to investigate the rheological properties of rubber airbag compounding using natural rubber (NR) and high cis butadiene rubber (BR) materials with various compositions of carbon black N220 filler. The mixing of NR and BR with 90/10 phr ratio was performed in a kneader, with carbon black N220 filler variation: 35, 45, 50 phr, named as BD1, BD2 and BD3, respectively. Rheology and viscosity properties were tested using Rubber Process Analyser (RPA) 2000 Alpha Technology. The test was performed with strain sweep at 70 C and comparing 1% strain and 10% strain to indicate dispersion and homogenity. Frequency sweep was performed at 100 C at 6 cpm and 7% strain. High strain sweep was also done as well as strain sweep after cure (ASTM D6601) which material were cured at 1800 C and strain sweep was applied at 1%, 2%, 5%, 10% and 20% to determine the mechanical properties of compound. The result showed that 35 phr of carbon black N220 (BD1) was the optimum formulation since compounds BD3 and BD2 have higher elastic torque (S’) peaks and may be harder to process as a result. The results for Tan (Delta) from all compounds in the high strain sweep verify that compounds BD3 and BD2 have lower Tan(Delta) values and therefore will probably have more difficulty in processing. The highest peak of modulus values at low strain indicates the carbon black with the highest reinforcement or the worst dispersion. BD3 and BD2 have high peak modulus value which is show the worse dispersion compared to BD1. Keywords: rheology, rubber airbag, filler, RPA
{"title":"Natural Rubber/High Cis Butadiene Rubber-Filler Interactions And Rheological Properties In Rubber Airbag Compounding Formulation","authors":"A. Hidayat, D. K. Arti, Lies Agustine, Mahendra Aggaravidya","doi":"10.29122/JITM.V1I1.3579","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JITM.V1I1.3579","url":null,"abstract":"The rheological properties of rubber compound in general application and especially rubber airbag compounding is very important to predict the mechanical properties of rubber products, as well as useful for obtaining optimum formulations in the research and development of a product. The viscoelastic properties of the rubber compound are strongly influenced by the type of rubber and the filler used. The purpose of this research is to investigate the rheological properties of rubber airbag compounding using natural rubber (NR) and high cis butadiene rubber (BR) materials with various compositions of carbon black N220 filler. The mixing of NR and BR with 90/10 phr ratio was performed in a kneader, with carbon black N220 filler variation: 35, 45, 50 phr, named as BD1, BD2 and BD3, respectively. Rheology and viscosity properties were tested using Rubber Process Analyser (RPA) 2000 Alpha Technology. The test was performed with strain sweep at 70 C and comparing 1% strain and 10% strain to indicate dispersion and homogenity. Frequency sweep was performed at 100 C at 6 cpm and 7% strain. High strain sweep was also done as well as strain sweep after cure (ASTM D6601) which material were cured at 1800 C and strain sweep was applied at 1%, 2%, 5%, 10% and 20% to determine the mechanical properties of compound. The result showed that 35 phr of carbon black N220 (BD1) was the optimum formulation since compounds BD3 and BD2 have higher elastic torque (S’) peaks and may be harder to process as a result. The results for Tan (Delta) from all compounds in the high strain sweep verify that compounds BD3 and BD2 have lower Tan(Delta) values and therefore will probably have more difficulty in processing. The highest peak of modulus values at low strain indicates the carbon black with the highest reinforcement or the worst dispersion. BD3 and BD2 have high peak modulus value which is show the worse dispersion compared to BD1. Keywords: rheology, rubber airbag, filler, RPA","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132818345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Habibie, M. Anggaravidya, A. Amry, E. Kalembang
Pipa apung banyak digunakan pada industri pengerukan dan industri perminyakan. Dari penggunaannya maka spesifikasi pipa apung harus mempunyai daya lentur (elasticity), kekuatan (strength), tahan air (water proof), tahan minyak (oil resistance), dan tahan panas (hot resistance). Untuk itu pada pembuatannya, pipa apung membutuhkan bahan baku yang baik diantaranya adalah bahan tekstil (kanvas) sebagai penguat yang terdiri dari serat-serat tekstil. Dari hasil penelitian serat nylon mempunyai keunggulan sebagai penguat tekstil baik itu digunakan dalam bentuk benang maupun bentuk kain untuk pembuatan pipa apung. Pada pembuatan hose, bagaimanapun ikatan antara nylon dan karet sangat dibutuhkan untuk menerima beban yang besar, untuk itu dibutuhkan suatu adhesif yang dapat menyatukan antara nylon dan karet. Dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pipa apung buatan BPPT telah memenuhi standard penggunaan pada industri perminyakan.
{"title":"Penggunaan Bahan Tekstil Sebagai Penguat Pada Pembuatan Pipa Apung","authors":"S. Habibie, M. Anggaravidya, A. Amry, E. Kalembang","doi":"10.29122/jitm.v1i1.3564","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v1i1.3564","url":null,"abstract":"Pipa apung banyak digunakan pada industri pengerukan dan industri perminyakan. Dari penggunaannya maka spesifikasi pipa apung harus mempunyai daya lentur (elasticity), kekuatan (strength), tahan air (water proof), tahan minyak (oil resistance), dan tahan panas (hot resistance). Untuk itu pada pembuatannya, pipa apung membutuhkan bahan baku yang baik diantaranya adalah bahan tekstil (kanvas) sebagai penguat yang terdiri dari serat-serat tekstil. Dari hasil penelitian serat nylon mempunyai keunggulan sebagai penguat tekstil baik itu digunakan dalam bentuk benang maupun bentuk kain untuk pembuatan pipa apung. Pada pembuatan hose, bagaimanapun ikatan antara nylon dan karet sangat dibutuhkan untuk menerima beban yang besar, untuk itu dibutuhkan suatu adhesif yang dapat menyatukan antara nylon dan karet. Dari pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pipa apung buatan BPPT telah memenuhi standard penggunaan pada industri perminyakan.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114590391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gadolinium doped cerium (GDC10) banyak dikembangkan sebagai elektrolit ITSOFC. Bahan baku GDC10 diperkirakan dapat memanfaatkan sumber daya alam lokal. Penelitian ini mempelajari sintesis GDC10 menggunakan prekursor Ce(OH)4 (Produk Lokal, 85% Ce) dan Gd2O3 (Produk Lokal, 1,26% Gd) dengan metode kopresipitasi. Tiga jenis senyawa karbonat, yaitu amonium karbonat ((NH4)2CO3), potasium karbonat (K2CO3), dan sodium hidrogen karbonat (NaHCO3), digunakan sebagai agen presipitasi. Serbuk hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Penambahan berbagai senyawa karbonat sebagai agen presipitasi dengan prekursor berupa gadolinium dan serium lokal dapat menghasilkan serbuk elektrolit GDC10 dengan struktur kristal fluorite kubik. Potasium karbonat memiliki kualitas dan performa yang lebih baik sebagai agen presipitasi untuk menghasilkan serbuk elektrolit GDC10 karena menghasilkan ukuran kristalit yang paling kecil sebesar 0,014 nm dibandingkan jenis GDC10 dengan agen presipitasi lainnya. Namun, masih perlu optimasi pada temperatur kalsinasi untuk menghilangkan pengotor berupa karbonat.
{"title":"Analisis Kemurnian Hasil Sintesis Gadolinium Doped Cerium (GDC) Menggunakan Prekursor Gd2O3 dan Ce(OH)4 Lokal dengan Metode Kopresipitasi","authors":"Ade Utami Hapsari, Retna Deca Pravitasari, Hanifah Yuliani, D. -, Jarot Raharjo","doi":"10.29122/jitm.v1i1.3573","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v1i1.3573","url":null,"abstract":"Gadolinium doped cerium (GDC10) banyak dikembangkan sebagai elektrolit ITSOFC. Bahan baku GDC10 diperkirakan dapat memanfaatkan sumber daya alam lokal. Penelitian ini mempelajari sintesis GDC10 menggunakan prekursor Ce(OH)4 (Produk Lokal, 85% Ce) dan Gd2O3 (Produk Lokal, 1,26% Gd) dengan metode kopresipitasi. Tiga jenis senyawa karbonat, yaitu amonium karbonat ((NH4)2CO3), potasium karbonat (K2CO3), dan sodium hidrogen karbonat (NaHCO3), digunakan sebagai agen presipitasi. Serbuk hasil sintesis dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Penambahan berbagai senyawa karbonat sebagai agen presipitasi dengan prekursor berupa gadolinium dan serium lokal dapat menghasilkan serbuk elektrolit GDC10 dengan struktur kristal fluorite kubik. Potasium karbonat memiliki kualitas dan performa yang lebih baik sebagai agen presipitasi untuk menghasilkan serbuk elektrolit GDC10 karena menghasilkan ukuran kristalit yang paling kecil sebesar 0,014 nm dibandingkan jenis GDC10 dengan agen presipitasi lainnya. Namun, masih perlu optimasi pada temperatur kalsinasi untuk menghilangkan pengotor berupa karbonat.","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127935014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. Jamilah, Dasep Rusmana, Roni Sujarwadi, Chandra Liza
Plastik ramah lingkungan umumnya digunakan untuk aplikasi kemasan sekali pakai, salah satunya adalah penggunaan singkong sebagai bahan plastik biodegradable. Proses pencampuran biodegradable selama pendinginan umumnya menggunakan air, sementara itu pati memiliki sifat mudah menyerap air sehingga memungkinkan terbentuknya porositas pada produk akhir. Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan komposit HDPE biodegradable – pati singkong dengan parameter penambahan pati dan proses pendinginan setelah compounding,pengamatan dilakukan melalui struktur morfologi. Parameter proses pendinginan setelah compounding yaitu dengan cara memasukkan sampel ke dalam air selama beberapa menit dan dengan pendinginan udara. Karakterisasi awal dilakukan dengan pengukuran MFR (Melt Flow Rate) dan strain at break. Dari hasil pengujian, campuran biodegradabledengan 10% pati menghasilkan nilai MFR 0,258 g/10 menit dan strain at break 10,37%, nilai ini menunjukan karakteristik material polimer untuk proses injection molding. Selanjutnya material setelah proses pendinginan diamati porositas menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope), porositas terbentuk karena sifat pati yang menyerap air. Hasil morfologi alat SEM menunjukkan adanya porositas dalam produk yang dilakukan proses pendinginan menggunakan air. Pendinganan lebih lama menghasilkan porositas sekitar 5,32 μsedangkan pendinginan lebih lambat menghasilkan porositas sekitar 2,48 μ. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama proses pendinginan, maka semakin besar porositas yang terbentuk. Sementara proses pendinginan dengan udara tidak membentuk porositas pada komposit HDPE biodegradable – pati singkong.Â
{"title":"Efek Proses Pendinginan Terhadap Struktur Morfologi Komposit Biodegradable HDPE-Pati Singkong","authors":"N. Jamilah, Dasep Rusmana, Roni Sujarwadi, Chandra Liza","doi":"10.29122/jitm.v1i1.3612","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/jitm.v1i1.3612","url":null,"abstract":"Plastik ramah lingkungan umumnya digunakan untuk aplikasi kemasan sekali pakai, salah satunya adalah penggunaan singkong sebagai bahan plastik biodegradable. Proses pencampuran biodegradable selama pendinginan umumnya menggunakan air, sementara itu pati memiliki sifat mudah menyerap air sehingga memungkinkan terbentuknya porositas pada produk akhir. Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan komposit HDPE biodegradable – pati singkong dengan parameter penambahan pati dan proses pendinginan setelah compounding,pengamatan dilakukan melalui struktur morfologi. Parameter proses pendinginan setelah compounding yaitu dengan cara memasukkan sampel ke dalam air selama beberapa menit dan dengan pendinginan udara. Karakterisasi awal dilakukan dengan pengukuran MFR (Melt Flow Rate) dan strain at break. Dari hasil pengujian, campuran biodegradabledengan 10% pati menghasilkan nilai MFR 0,258 g/10 menit dan strain at break 10,37%, nilai ini menunjukan karakteristik material polimer untuk proses injection molding. Selanjutnya material setelah proses pendinginan diamati porositas menggunakan alat SEM (Scanning Electron Microscope), porositas terbentuk karena sifat pati yang menyerap air. Hasil morfologi alat SEM menunjukkan adanya porositas dalam produk yang dilakukan proses pendinginan menggunakan air. Pendinganan lebih lama menghasilkan porositas sekitar 5,32 μsedangkan pendinginan lebih lambat menghasilkan porositas sekitar 2,48 μ. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama proses pendinginan, maka semakin besar porositas yang terbentuk. Sementara proses pendinginan dengan udara tidak membentuk porositas pada komposit HDPE biodegradable – pati singkong. ","PeriodicalId":255869,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi dan Teknologi Material","volume":"206 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"1900-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132133037","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}