Pelaksanaan upacara dapat dikatakan menjadi salah satu hal sentral dalam praktik keagamaan Hindu. Hal ini mengingat upacara menjadi bagian dari Tri Karangka Dasar agama Hindu setelah Tattwa dan Susila. Keutamaan dari upacara dalam keagamaan Hindu, menjelaskan penting nya kajian yang bertujuan menggali makna tiap upacara yang dilakukan. Penulis berupaya untuk menggali salah satu upacara dalam agama Hindu yaitu upacara Caru Manca Mebayang-bayang Kebo di Pura Meru, dengan melakukan metode wawancara dan observasi dari pelaksanaan upacara tersebut. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) Caru Manca Mebayang-bayang Kebo adalah salah satu prosesi Bhuta Yadnya yang merupakan koban suci kepada mahluk halus, (2) fungsi dari pelaksanaan Caru manca Mebayang-bayang adalah untuk penyucian diri dan menjaga harmoni kehidupan, (3) manfaat dari pelaksanaanya adalah agar manusia dapat menyadari sifat butha kala pada diri nya, dan berusaha untuk menetralisir hal tersebut dalam upacara dan menekannya dalam perilaku sehari.
{"title":"Upakara Caru Manca Mebayang-bayang Kebo di Pura Meru Lingkungan Karang Kecicang Cakranegara (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna)","authors":"Fuad Noorzeha, I. Wardana","doi":"10.53977/sd.v4i1.321","DOIUrl":"https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.321","url":null,"abstract":"Pelaksanaan upacara dapat dikatakan menjadi salah satu hal sentral dalam praktik keagamaan Hindu. Hal ini mengingat upacara menjadi bagian dari Tri Karangka Dasar agama Hindu setelah Tattwa dan Susila. Keutamaan dari upacara dalam keagamaan Hindu, menjelaskan penting nya kajian yang bertujuan menggali makna tiap upacara yang dilakukan. Penulis berupaya untuk menggali salah satu upacara dalam agama Hindu yaitu upacara Caru Manca Mebayang-bayang Kebo di Pura Meru, dengan melakukan metode wawancara dan observasi dari pelaksanaan upacara tersebut. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) Caru Manca Mebayang-bayang Kebo adalah salah satu prosesi Bhuta Yadnya yang merupakan koban suci kepada mahluk halus, (2) fungsi dari pelaksanaan Caru manca Mebayang-bayang adalah untuk penyucian diri dan menjaga harmoni kehidupan, (3) manfaat dari pelaksanaanya adalah agar manusia dapat menyadari sifat butha kala pada diri nya, dan berusaha untuk menetralisir hal tersebut dalam upacara dan menekannya dalam perilaku sehari.","PeriodicalId":287236,"journal":{"name":"Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122399360","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian tentang sanggah kemulan yang digunakan sebagai media untuk melakukan pemujaan oleh masyarakat Hindu di Kota Mataram dalam perspektif filsafat. Penelitian ini dirancang dalam penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ada tiga temuan penelitian. Pertama, bentuk sanggah kamulan yang ada pada masyarakat Hindu di Kota Mataram ada yang berupa bangunan rong tiga saka dua, ada rong tiga saka nem, rong tiga turus lumbung, dan ada berupa rong kalih. Bentuk-bentuk tersebut sangat erat kaitannya dengan keyakinan (sraddha) dari umat Hindu sebagai media pemujaan terhadap Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi maupun Hyang Dewa Pitara/Leluhur. Kedua, fungsi sanggah kamulan berupa rong tiga adalah sebagai stana Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) wujud sebagai Sang Hyang Tri Atma : Atma-Siwatma-Paratma. Wujud sebagai Sang Hyang Tri Purusa: Siwa-Sada Siwa-Parama Siwa. Sesuai pula dengan Brahma-Wisnu-Iswara. Siwa berfungsi sebagai Guru, maka Hyang Kamulan juga disebut Batara Guru : Guru Purwam (Parama Siwa), Guru Madyam (Sada Siwa), Guru Rupam (Siwa). Dengan demikian sesungguhnya yang dipuja pada Sanggah Kamulan adalah Ida Sang Hyang Widhi dalam wujud sebagai Sang Hyang Tri Atma, Sang Hyang Tri Purusa (Bhatara Guru) dan Sang Hyang Tri Murti disamping juga sebagai media pemujaan Hyang Dewa Pitara/Leluhur. Ketiga, makna filosofis sanggah kamulan berkaitan dengan hakikat dasar yang menjadi landasan dalam pembangunan pelinggih sanggah kamulan yakni sebagaimana gagasan Mpu Kuturan yang telah meminit palinggih Sanggah Kamulan Rong Tiga merupakan manifestasi Ida Sanghyang Widhi dimana Brahma sebagai pencipta dengan lamak warna merah, Wisnu sebagai pemelihara dengan lamak warna hitam dan Iswara sebagai pemralina dengan lamak warna putih dinamakan Sanghyang Tri Murti.
这项研究的目的是研究从哲学的角度来看,作为一种媒介被用作崇拜马塔兰市印度教居民的道德准则。本研究是在描述性质的研究中设计的。根据这项研究,有三项研究发现。首先,存在于马塔兰市的印度教社区的一种马加兰式的建筑是荣三种萨朗二种,荣三种萨朗三种,荣卡勒的谷仓,荣卡勒的谷仓。这些形式与印度教徒的信仰(sraddha)密切相关,他们是对艾达·桑·维德和他的皮塔拉/祖先之神Hyang的崇拜媒介。其次,荣三的僧伽函数是stana Ida Sang hdhi Widhi(上帝),化身为Hyang Tri Atma: Atma- siwatma - paratma。我以三岛人妖的形式出现:湿婆婆。与梵天-威斯努-伊斯瓦拉相对应。湿婆是一名教师,所以Hyang kalan也被称为教师Batara:普尔曼(湿婆的母亲),Madyam(萨达湿婆),Rupam(湿婆)老师。因此,似乎被崇拜的僧伽伽兰实际上是aiyang Sang Hyang Widhi以Hyang Tri Atma、Hyang Tri Purusa (Bhatara Guru)和Hyang Tri Murti为偶像,同时也是崇拜太阳神Pitara/祖先Hyang的媒介。第三,有关起诉kamulan哲学意义的基本本质成为基础建设中pelinggih kamulan脱口即正如Mpu想法Kuturan meminit所palinggih三荣kamulan是个表现Ida Sanghyang脱口Widhi梵天作为创造者在哪里与lamak lamak红色,毗瑟奴作为维持黑色和白色lamak Iswara作为pemralina叫做Sanghyang Tri穆提。
{"title":"Sanggah Kamulan sebagai Media Pemujaan pada Masyarakat Hindu di Kota Mataram: Sebuah Kajian Filsafat","authors":"John Abraham Ziswan Suryosumunar, I. K. Narwadha","doi":"10.53977/sd.v4i1.325","DOIUrl":"https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.325","url":null,"abstract":"Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian tentang sanggah kemulan yang digunakan sebagai media untuk melakukan pemujaan oleh masyarakat Hindu di Kota Mataram dalam perspektif filsafat. Penelitian ini dirancang dalam penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ada tiga temuan penelitian. Pertama, bentuk sanggah kamulan yang ada pada masyarakat Hindu di Kota Mataram ada yang berupa bangunan rong tiga saka dua, ada rong tiga saka nem, rong tiga turus lumbung, dan ada berupa rong kalih. Bentuk-bentuk tersebut sangat erat kaitannya dengan keyakinan (sraddha) dari umat Hindu sebagai media pemujaan terhadap Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi maupun Hyang Dewa Pitara/Leluhur. Kedua, fungsi sanggah kamulan berupa rong tiga adalah sebagai stana Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) wujud sebagai Sang Hyang Tri Atma : Atma-Siwatma-Paratma. Wujud sebagai Sang Hyang Tri Purusa: Siwa-Sada Siwa-Parama Siwa. Sesuai pula dengan Brahma-Wisnu-Iswara. Siwa berfungsi sebagai Guru, maka Hyang Kamulan juga disebut Batara Guru : Guru Purwam (Parama Siwa), Guru Madyam (Sada Siwa), Guru Rupam (Siwa). Dengan demikian sesungguhnya yang dipuja pada Sanggah Kamulan adalah Ida Sang Hyang Widhi dalam wujud sebagai Sang Hyang Tri Atma, Sang Hyang Tri Purusa (Bhatara Guru) dan Sang Hyang Tri Murti disamping juga sebagai media pemujaan Hyang Dewa Pitara/Leluhur. Ketiga, makna filosofis sanggah kamulan berkaitan dengan hakikat dasar yang menjadi landasan dalam pembangunan pelinggih sanggah kamulan yakni sebagaimana gagasan Mpu Kuturan yang telah meminit palinggih Sanggah Kamulan Rong Tiga merupakan manifestasi Ida Sanghyang Widhi dimana Brahma sebagai pencipta dengan lamak warna merah, Wisnu sebagai pemelihara dengan lamak warna hitam dan Iswara sebagai pemralina dengan lamak warna putih dinamakan Sanghyang Tri Murti. ","PeriodicalId":287236,"journal":{"name":"Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129665461","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The era new pandemi or what is often referred to as the new normal requires adapting to maintain physical and health during a pandemic like now. Almost all activities were carried out as before the beginning of the pandemic. There are many regulations that must be obeyed, there are many challenges for the community in doing activities in the new normal, always remember the health protocols using masks, maintaining distance when in public places, and implementing a healthy lifestyle. Women as mothers in the falimy who have to look after, care for, educate, with love so that everything becomes harmonious. Survive in the new normal period right for Hindu women to live according to the teachings of Hinduism in the Ayurweda book.
{"title":"Kontribusi Wanita Hindu dalam Penerapan Protokol Kesehatan di Masyarakat","authors":"Diah Nirmala Dewi, Ni Wayan Yusi Armini","doi":"10.53977/sd.v4i1.328","DOIUrl":"https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.328","url":null,"abstract":"The era new pandemi or what is often referred to as the new normal requires adapting to maintain physical and health during a pandemic like now. Almost all activities were carried out as before the beginning of the pandemic. There are many regulations that must be obeyed, there are many challenges for the community in doing activities in the new normal, always remember the health protocols using masks, maintaining distance when in public places, and implementing a healthy lifestyle. Women as mothers in the falimy who have to look after, care for, educate, with love so that everything becomes harmonious. Survive in the new normal period right for Hindu women to live according to the teachings of Hinduism in the Ayurweda book.","PeriodicalId":287236,"journal":{"name":"Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126178453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to conduct a study of Hindu literary texts that contain teachings about inspiration to realize work professionalism using the basis of guna and karma. The Hindu religious texts used as research data sources are the text of Agastya Parwa, the Vedic scriptures, and the Bhagavadgita. The text that is used as the source of research data is limited to aspects that contain aspects of the division of labor according to guna and karma. This study uses a qualitative descriptive method to analyze Hindu religious texts according to the research focus. More specifically, this study applies content analysis in order to find answers to the formulation of the problem posed. Based on the results of this study, two findings were found. First, the teachings that contain inspiration for work professionalism in Agastya Parwa's text are presented in the form of a dialogue which essentially states that work professionalism is inspired by grouping people based on chess colors. Second, the inspiration in building work professionalism contained in the teachings of the Agastya Parwa text is in harmony with the teachings of the Vedas and the Bhagavadgita, especially in determining professionalism based on guna and karma.
{"title":"Meniti Teks Ajaran Hindu sebagai Inspirasi Mewujudkan Profesionalitas Kerja sesuai Guna dan Karma","authors":"I. G. K. Kembarawan","doi":"10.53977/sd.v4i1.327","DOIUrl":"https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.327","url":null,"abstract":"This study aims to conduct a study of Hindu literary texts that contain teachings about inspiration to realize work professionalism using the basis of guna and karma. The Hindu religious texts used as research data sources are the text of Agastya Parwa, the Vedic scriptures, and the Bhagavadgita. The text that is used as the source of research data is limited to aspects that contain aspects of the division of labor according to guna and karma. This study uses a qualitative descriptive method to analyze Hindu religious texts according to the research focus. More specifically, this study applies content analysis in order to find answers to the formulation of the problem posed. Based on the results of this study, two findings were found. First, the teachings that contain inspiration for work professionalism in Agastya Parwa's text are presented in the form of a dialogue which essentially states that work professionalism is inspired by grouping people based on chess colors. Second, the inspiration in building work professionalism contained in the teachings of the Agastya Parwa text is in harmony with the teachings of the Vedas and the Bhagavadgita, especially in determining professionalism based on guna and karma.","PeriodicalId":287236,"journal":{"name":"Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128412209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kekaguman akan dunia digumuli dalam filsfat. Darinya bersemi sebuah cara pandang baru tentang mencintai kebijaksanaan, philo-sophia. Mencintai kebijaksanaan dimulai dari rasa kagum akan dunia. Perlahan dunia dipertanyakan secara mendalam. Ia membentuk cara berpikir. Cakrawala berpikir membuahkan tindakan atas jalan filsafat. Perilaku adalah praksis hidup filsafat. Filsafat eksistensialisme merupakan salah satu cara kultur filsfat kontemporer. Ia lahir pada awal abad ke-20 sebagai bentuk kritik terhadap filsfat barat dan dogmatisme agama. Kecenderungan filsafat barat yang abstrak dan idealistik menelurkan corak berpikir yakni kembali kepada subjek manusia yang sadar akan dirinya sendiri. Jenis kesadaran tersebut dikembalikan pada subjek manusia yang aktif dan merancang masa depan sendiri. Kemampuan manusia untuk merancang masa depan sendiri mendongkel dogmatisme agama yang rigid. Filsafat eksistensialis membuka prespektif baru tentang cara berada manusia. Itulah praksis filsafat eksistensialisme.
{"title":"Filsafat Eksistensialisme: Sebuah Pilihan Kemungkinan Hidup yang Sejati","authors":"Wilhelmus Jemarut, Kondradus Sandur","doi":"10.53977/sd.v4i1.329","DOIUrl":"https://doi.org/10.53977/sd.v4i1.329","url":null,"abstract":"Kekaguman akan dunia digumuli dalam filsfat. Darinya bersemi sebuah cara pandang baru tentang mencintai kebijaksanaan, philo-sophia. Mencintai kebijaksanaan dimulai dari rasa kagum akan dunia. Perlahan dunia dipertanyakan secara mendalam. Ia membentuk cara berpikir. Cakrawala berpikir membuahkan tindakan atas jalan filsafat. Perilaku adalah praksis hidup filsafat. Filsafat eksistensialisme merupakan salah satu cara kultur filsfat kontemporer. Ia lahir pada awal abad ke-20 sebagai bentuk kritik terhadap filsfat barat dan dogmatisme agama. Kecenderungan filsafat barat yang abstrak dan idealistik menelurkan corak berpikir yakni kembali kepada subjek manusia yang sadar akan dirinya sendiri. Jenis kesadaran tersebut dikembalikan pada subjek manusia yang aktif dan merancang masa depan sendiri. Kemampuan manusia untuk merancang masa depan sendiri mendongkel dogmatisme agama yang rigid. Filsafat eksistensialis membuka prespektif baru tentang cara berada manusia. Itulah praksis filsafat eksistensialisme.","PeriodicalId":287236,"journal":{"name":"Sophia Dharma: Jurnal Filsafat Agama Hindu dan Masyarakat","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128013097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}