Latar Belakang : Ruang penyimpanan berkas rekam medis di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya berada di lantai satu memiliki luas 15 m x 8 m dan didalamnya terdapat 16 buah rak penyimpanan serta merupakan tempat penyimpanan BRM. Ruang penyimpanan berkas rekam medis di sini juga masih belum memenuhi standar ilmu ergonomi, Seperti tidak memaksimalkan pencarian berkas dan penempatan berkas saat dibutuhkan, Pengaturan tata letak yang belum baik membuat perekam medis tidak nyaman saat bekerja. Tujuan : Tujuan dari penelitian adalah melakukan perancangan ulang tata letak rak dan peralatan kerja di unit rm secara ergonomis di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya. Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan tujuan untuk merancang ulang tata letak rak dan peralatan kerja di ruang penyimpanan berkas rekam medis sesuai dengan standar ergonomi. Sampel penelitian menggunakan teknik total sampling yaitu semua anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel yang digunakan yaitu 4 orang petugas rekam medis. Pengumpulan data melalui observasi menggunakan alat meter ukur. Hasil : Untuk ukuran tata ruang filing di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yang disesuaikan dengan data antropometri petugas filing ialah tinggi rak 180 cm disesuaikan menjadi 185,5 cm, panjang rak 229,5 cm disesuaikan menjadi 142,5 cm, lebar rak 50 cm disesuaikan menjadi 54 cm, jarak antar rak 63 cm disesuaikan menjadi 102 cm, luas ruangan 120 m2. Ukuran yang dihasilkan dari pengukuran di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya lebih kecil dibandingkan ukuran yang diperoleh dari hasil perhitungan. Kesimpulan : Perancangan ruang penyimpanan BRM aktif di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yang sudah memenuhi standar ergonomi, dimana ruang kerja petugas penyimpanan BRM terasa lebih nyaman. Selain itu BRM dapat tersusun dengan rapi dan dapat menampung lebih banyak BRM, jarak antara rak satu dengan lainnya yang sudah memenuhi standar disbanding sebelumnya.
{"title":"RANCANG ULANG TATA LETAK RAK DAN PERALATAN KERJA DI UNIT RM SECARA ERGONOMIS DI RUMAH SAKIT TINGKAT III BRAWIJAYA SURABAYA","authors":"Amir Ali, N. Nurlaili, S. Sudirman, Ade Setiawan","doi":"10.58535/jrmik.v3i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.58535/jrmik.v3i1.23","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Ruang penyimpanan berkas rekam medis di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya berada di lantai satu memiliki luas 15 m x 8 m dan didalamnya terdapat 16 buah rak penyimpanan serta merupakan tempat penyimpanan BRM. Ruang penyimpanan berkas rekam medis di sini juga masih belum memenuhi standar ilmu ergonomi, Seperti tidak memaksimalkan pencarian berkas dan penempatan berkas saat dibutuhkan, Pengaturan tata letak yang belum baik membuat perekam medis tidak nyaman saat bekerja. \u0000 \u0000Tujuan : Tujuan dari penelitian adalah melakukan perancangan ulang tata letak rak dan peralatan kerja di unit rm secara ergonomis di RS Tingkat III Brawijaya Surabaya. \u0000 \u0000Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan tujuan untuk merancang ulang tata letak rak dan peralatan kerja di ruang penyimpanan berkas rekam medis sesuai dengan standar ergonomi. Sampel penelitian menggunakan teknik total sampling yaitu semua anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel yang digunakan yaitu 4 orang petugas rekam medis. Pengumpulan data melalui observasi menggunakan alat meter ukur. \u0000 \u0000Hasil : Untuk ukuran tata ruang filing di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yang disesuaikan dengan data antropometri petugas filing ialah tinggi rak 180 cm disesuaikan menjadi 185,5 cm, panjang rak 229,5 cm disesuaikan menjadi 142,5 cm, lebar rak 50 cm disesuaikan menjadi 54 cm, jarak antar rak 63 cm disesuaikan menjadi 102 cm, luas ruangan 120 m2. Ukuran yang dihasilkan dari pengukuran di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya lebih kecil dibandingkan ukuran yang diperoleh dari hasil perhitungan. \u0000 \u0000Kesimpulan : Perancangan ruang penyimpanan BRM aktif di Rumah Sakit Tingkat III Brawijaya Surabaya yang sudah memenuhi standar ergonomi, dimana ruang kerja petugas penyimpanan BRM terasa lebih nyaman. Selain itu BRM dapat tersusun dengan rapi dan dapat menampung lebih banyak BRM, jarak antara rak satu dengan lainnya yang sudah memenuhi standar disbanding sebelumnya. ","PeriodicalId":305542,"journal":{"name":"JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION","volume":"305 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124345823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Resume medis adalah formulir yang harus diabadikan, dalam hal ini diabadikan berarti formulir resumemedisharusdisimpansebagaicatatanriwayatpenyakitpasienselamadirawatsampaikeluar rumahsakit.DokumenrekammedisrawatinapdiRSUDKanjuruhanKabupatenMalangditemukan bahwa banyak lembar ringkasan pulang (Resume) medis yang belum terisi dengan lengkap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab ketidaklengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume)medisrawatinapdiRSUDKanjuruhanKabupatenMalang.Jenispenelitianiniadalahmix method dengan menggunakan diagram Fishbone ditinjau dari variabel 5M yaitu Man, Machine, Method, Media dan Motivation. Hasil penelitian menunjukkan ketidaklengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume) medis rawat inap disebabkan tidak adanya SPO tentang kelengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume) medis, kurangnya kesadaran Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan petugas rekam medis terkait tentang pelatihan pentingnya kelengkapan pengisian dan kurangnya kepedulian pimpinan terhadap kinerja bawahannya. Sehingga dapat disarankanuntukmembuat,menetapkandanmensosialisasikanSPOtentangkelengkapanpengisian lembar ringkasan pulang, mengadakan atau mengikutsertakan dokter dan petugas rekam medis dalam kegiatan pelatihan dan seminar tentang rekam medis agar dapat menambah pengetahuan dan meningkatkanmotivasidokterdalampengisianrekammedismelaluipengembangankarier,promosi dan pemberian umpan balik dengan memberikan reward danpunishment.
{"title":"ANALISIS PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN RAWAT INAP RSUD KANJURUHAN MALANG","authors":"M. Ulum","doi":"10.58535/jrmik.v3i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.58535/jrmik.v3i1.21","url":null,"abstract":"ABSTRAK\u0000Resume medis adalah formulir yang harus diabadikan, dalam hal ini diabadikan berarti formulir resumemedisharusdisimpansebagaicatatanriwayatpenyakitpasienselamadirawatsampaikeluar rumahsakit.DokumenrekammedisrawatinapdiRSUDKanjuruhanKabupatenMalangditemukan bahwa banyak lembar ringkasan pulang (Resume) medis yang belum terisi dengan lengkap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab ketidaklengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume)medisrawatinapdiRSUDKanjuruhanKabupatenMalang.Jenispenelitianiniadalahmix method dengan menggunakan diagram Fishbone ditinjau dari variabel 5M yaitu Man, Machine, Method, Media dan Motivation. Hasil penelitian menunjukkan ketidaklengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume) medis rawat inap disebabkan tidak adanya SPO tentang kelengkapan pengisian lembar ringkasan pulang (Resume) medis, kurangnya kesadaran Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan petugas rekam medis terkait tentang pelatihan pentingnya kelengkapan pengisian dan kurangnya kepedulian pimpinan terhadap kinerja bawahannya. Sehingga dapat disarankanuntukmembuat,menetapkandanmensosialisasikanSPOtentangkelengkapanpengisian lembar ringkasan pulang, mengadakan atau mengikutsertakan dokter dan petugas rekam medis dalam kegiatan pelatihan dan seminar tentang rekam medis agar dapat menambah pengetahuan dan meningkatkanmotivasidokterdalampengisianrekammedismelaluipengembangankarier,promosi dan pemberian umpan balik dengan memberikan reward danpunishment.","PeriodicalId":305542,"journal":{"name":"JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129260952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya sesuai dengan prinsip-prinsip moral atau etika. Pada hakikatnya, hak adalah kebebasan yang dimiliki tiap manusia yang dilindungi oleh hukum yang berlaku. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait dengan adanya hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.Tujuan: Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor : 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris yaitu dimana dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.Hasil: Hasil penelitian berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara kepada petugas Rekam Medik, Kasubag Rekam Medis Evaluasi dan Pelaporan menyebutkan bahwa “perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah sesuai dengan Standar Prosedur Opersional (SPO) dan peraturan yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang” . Bentuk perlindungan atas hak dan kewajiban pasien telah dilaksanakan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang berdasarkan pasal 32 Undang – Undang Nomor : 44 tahun 2009 dan pasal 28 Permenkes RI Nomor: 69tahun 2014.Kesimpulan: Namun pada pelaksanaannya, masih belum sepenuhnya menjelaskan secara detail tentang informasi yang ada pada lembar persetujuan umum (general consent) sehingga memungkinkan pasien tidak mengetahui dan memahami hak dan kewajiban mereka selama mendapatkan pelayanan di RSUD Kanjuruhan.
{"title":"PROTECTION OF PATIENTS RIGHTS IN RECEIVING MEDICAL INFORMATION IN KANJURUHAN REGIONAL GENERAL HOSPITAL REGENCY","authors":"Astria Susanti Landang, Femy Anggriyani","doi":"10.58535/jrmik.v3i1.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.58535/jrmik.v3i1.38","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Hak pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya sesuai dengan prinsip-prinsip moral atau etika. Pada hakikatnya, hak adalah kebebasan yang dimiliki tiap manusia yang dilindungi oleh hukum yang berlaku. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait dengan adanya hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.Tujuan: Menurut Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor : 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis empiris yaitu dimana dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.Hasil: Hasil penelitian berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara kepada petugas Rekam Medik, Kasubag Rekam Medis Evaluasi dan Pelaporan menyebutkan bahwa “perlindungan hak-hak pasien dalam menerima informasi medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang sudah sesuai dengan Standar Prosedur Opersional (SPO) dan peraturan yang ada di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang” . Bentuk perlindungan atas hak dan kewajiban pasien telah dilaksanakan di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang berdasarkan pasal 32 Undang – Undang Nomor : 44 tahun 2009 dan pasal 28 Permenkes RI Nomor: 69tahun 2014.Kesimpulan: Namun pada pelaksanaannya, masih belum sepenuhnya menjelaskan secara detail tentang informasi yang ada pada lembar persetujuan umum (general consent) sehingga memungkinkan pasien tidak mengetahui dan memahami hak dan kewajiban mereka selama mendapatkan pelayanan di RSUD Kanjuruhan.","PeriodicalId":305542,"journal":{"name":"JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127346229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Salah satu sistem pelayanan rekam medis adalah sistem penyimpanan. Sistem penyimpanan adalah kegiatan menyimpan, menyusun atau menyimpan berkas rekam medis untuk memudahkan dalam pencarian kembali berkas rekam medis. Sistem penyimpanan merupakan salah satu standar akreditasi Puskesmas yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui penerapan manajemen informasi rekam medis dengan SOP, mengetahui kesesuaian pelaksanaan manajemen informasi rekam medis dengan SK yang ada serta untuk mengetahui kesesuaian manajemen informasi rekam medis dengan pedoman internal rekam medis yang ada di Puskesmas Rampal Celaket.Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.Hasil: Hasil penelitian sistem manajemen rekam medis di puskesmas rampal celaket menggunakan sistem yang berbasis manual dan elektronik dengan menggunakan bentuk layanan rekam medis kertas dan layanan rekam medis manual, serta layanan rekam medis registrasi komputer dan rekam medis online. Manajemen informasi rekam medis berpedoman pada instrumen akreditasi puskesmas yang menyangkut SK (Surat Keputusan) dan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah dibuat. Manajemen informasi rekam medis menurut instrumen akreditasi puskesmas tidak sesuai salah satunya adalah 8.4.3 Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam medis, dimana SOP (Standar Operasional Prosedur) penyimpanan rekam medis tidak berjalan dengan baik dalam penggunaan tracer yang berfungsi sebagai pembatas berkas rekam medis saat dipinjam dan membantu pengembalian berkas rekam medis (retrieval).Kesimpulan: Akibatnya dapat meghambat pelayanan proses pengambilan serta pengembalian berkas rekam medis dan dapat mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan prosedur pelayanan rekam medis. Serta terhambatnya pelaksanaan manajemen informasi rekam medis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sumber daya manusia yang kurang, pedoman pelayanan rekam medis dan aturan instrumen yang belum sesuai serta masyarakat yang belum mampu menyerap informasi dengan baik.
{"title":"IMPLEMENTASI MANAJEMEN INFORMASI REKAM MEDIS MENURUT STANDAR AKREDITASI DI PUSKESMAS RAMPAL CELAKET","authors":"Asmaul Husna Hari Saputri, M. A. Rachman","doi":"10.58535/jrmik.v3i1.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.58535/jrmik.v3i1.37","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Salah satu sistem pelayanan rekam medis adalah sistem penyimpanan. Sistem penyimpanan adalah kegiatan menyimpan, menyusun atau menyimpan berkas rekam medis untuk memudahkan dalam pencarian kembali berkas rekam medis. Sistem penyimpanan merupakan salah satu standar akreditasi Puskesmas yang terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan.Tujuan: untuk mengetahui penerapan manajemen informasi rekam medis dengan SOP, mengetahui kesesuaian pelaksanaan manajemen informasi rekam medis dengan SK yang ada serta untuk mengetahui kesesuaian manajemen informasi rekam medis dengan pedoman internal rekam medis yang ada di Puskesmas Rampal Celaket.Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.Hasil: Hasil penelitian sistem manajemen rekam medis di puskesmas rampal celaket menggunakan sistem yang berbasis manual dan elektronik dengan menggunakan bentuk layanan rekam medis kertas dan layanan rekam medis manual, serta layanan rekam medis registrasi komputer dan rekam medis online. Manajemen informasi rekam medis berpedoman pada instrumen akreditasi puskesmas yang menyangkut SK (Surat Keputusan) dan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah dibuat. Manajemen informasi rekam medis menurut instrumen akreditasi puskesmas tidak sesuai salah satunya adalah 8.4.3 Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam medis, dimana SOP (Standar Operasional Prosedur) penyimpanan rekam medis tidak berjalan dengan baik dalam penggunaan tracer yang berfungsi sebagai pembatas berkas rekam medis saat dipinjam dan membantu pengembalian berkas rekam medis (retrieval).Kesimpulan: Akibatnya dapat meghambat pelayanan proses pengambilan serta pengembalian berkas rekam medis dan dapat mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan prosedur pelayanan rekam medis. Serta terhambatnya pelaksanaan manajemen informasi rekam medis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sumber daya manusia yang kurang, pedoman pelayanan rekam medis dan aturan instrumen yang belum sesuai serta masyarakat yang belum mampu menyerap informasi dengan baik.","PeriodicalId":305542,"journal":{"name":"JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131235138","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas menyatakan bahwa akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standart akreditasi. Sumber daya manusia penting dan berpengaruh, karena itu keberadaannya dalam organisasi tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Walaupun menggunakan teknologi modern atau memiliki dana yang banyak, namun apabila faktor manusia tidak mendukung maka akan mempengaruhi keberhasilan suatu Puskesmas.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penting sumber daya manusia (SDM) di bidang rekam medis dalam pencapaian akreditasi paripurna di puskesmas Dinoyo.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diperoleh langsung dari pegawai atau staff terkait di Puskesmas Dinoyo dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasiHasil: Fokus penelitian ini berpusat pada unit rekam medis mengenai peran petugas rekam medis dalam pencapaian akreditasi. Hal tersebut sangat mendukung Puskesmas Dinoyo dalam pencapaian akreditasi paripurna.Peran petugas rekam medis dalam akreditasi Puskesmas terkait erat dengan standart 8.4 (Kebutuhan data dan informasi asuhan bagi petugas kesehatan, pengelola sarana, dan pihak terkait di luar organisasi dapat di penuhi melalui proses yang baku) stadart ini meliputi kriteria 8.4.1 (Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol, dan istilah yang dipakai) dengan maksud yaitu standarisasi pada terminologi, definisi, kosakata dan penamaan yang memfasilitasi pembandingan dalam kata dan informasi yang ada di dalam maupun di luar Puskesmas (Fasilitas Rujukan), dan keseragaman dalam penggunaan kode diagnosa serta prosedur atau suatu tindakan yang mendukung pengumpulan dan analisis data. Kriteria 8.4.2 (Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerja.) yaitu berkas rekam medis merupakan alat komunikasi yang penting karena berkas rekam medis pasien adalah suatu sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien. Kriteria 8.4.3 (Adanya system yang memandu penyimpanan dan pemprosesan rekam medis.) yang dimaksud yaituPuskesmas melaksanakan dan menetapkan suatu kebijakan yang dijadikan pedoman dalam retensi berkas rekam medis dan data informasi yang lainnya, pengelolaan rekam medis didalamnya berisi tentang ketentuan penyimpanan rekam medis, dan SOP penyimpanan rekam medis. Kriteria 8.4.4 (Rekam medis berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah, kemajuan pasiean dan hasil asuhan.) yang dimaksud yaitu kelengkapan isi rekam medis sangat berpengaruh dalam untuk menjamin kesinambungan pelayanan, serta memantau respon pasien terhadap asuhan yang telah di berikan, berkas rekam medis pasien harus dijaga kerahasiaannya terutama data dan informasi yang sensitif. Kriteria kode tersebut sangat
{"title":"PERAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM PENCAPAIAN AKREDITASI PARIPURNA PUSKESMAS DINOYO","authors":"Adretta Putri Cendani, A. Hanafiah","doi":"10.58535/jrmik.v3i1.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.58535/jrmik.v3i1.36","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas menyatakan bahwa akreditasi adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standart akreditasi. Sumber daya manusia penting dan berpengaruh, karena itu keberadaannya dalam organisasi tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Walaupun menggunakan teknologi modern atau memiliki dana yang banyak, namun apabila faktor manusia tidak mendukung maka akan mempengaruhi keberhasilan suatu Puskesmas.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penting sumber daya manusia (SDM) di bidang rekam medis dalam pencapaian akreditasi paripurna di puskesmas Dinoyo.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian ini diperoleh langsung dari pegawai atau staff terkait di Puskesmas Dinoyo dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasiHasil: Fokus penelitian ini berpusat pada unit rekam medis mengenai peran petugas rekam medis dalam pencapaian akreditasi. Hal tersebut sangat mendukung Puskesmas Dinoyo dalam pencapaian akreditasi paripurna.Peran petugas rekam medis dalam akreditasi Puskesmas terkait erat dengan standart 8.4 (Kebutuhan data dan informasi asuhan bagi petugas kesehatan, pengelola sarana, dan pihak terkait di luar organisasi dapat di penuhi melalui proses yang baku) stadart ini meliputi kriteria 8.4.1 (Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol, dan istilah yang dipakai) dengan maksud yaitu standarisasi pada terminologi, definisi, kosakata dan penamaan yang memfasilitasi pembandingan dalam kata dan informasi yang ada di dalam maupun di luar Puskesmas (Fasilitas Rujukan), dan keseragaman dalam penggunaan kode diagnosa serta prosedur atau suatu tindakan yang mendukung pengumpulan dan analisis data. Kriteria 8.4.2 (Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab pekerja.) yaitu berkas rekam medis merupakan alat komunikasi yang penting karena berkas rekam medis pasien adalah suatu sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan perkembangan pasien. Kriteria 8.4.3 (Adanya system yang memandu penyimpanan dan pemprosesan rekam medis.) yang dimaksud yaituPuskesmas melaksanakan dan menetapkan suatu kebijakan yang dijadikan pedoman dalam retensi berkas rekam medis dan data informasi yang lainnya, pengelolaan rekam medis didalamnya berisi tentang ketentuan penyimpanan rekam medis, dan SOP penyimpanan rekam medis. Kriteria 8.4.4 (Rekam medis berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah, kemajuan pasiean dan hasil asuhan.) yang dimaksud yaitu kelengkapan isi rekam medis sangat berpengaruh dalam untuk menjamin kesinambungan pelayanan, serta memantau respon pasien terhadap asuhan yang telah di berikan, berkas rekam medis pasien harus dijaga kerahasiaannya terutama data dan informasi yang sensitif. Kriteria kode tersebut sangat","PeriodicalId":305542,"journal":{"name":"JOURNAL OF MEDICAL RECORDS AND HEALTH INFORMATION","volume":"110 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115182890","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}