Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.52562/kapita.v1i2.389
Sitti Arwati, Nailah Husain, S. R
This study aims to analyze the income and break-even point of Arabica coffee farming in Benteng Alla Village, Baroko District, Enrekang Regency. This study uses primary data from interviews using questionnaires with Arabica coffee farmers and secondary data from the annual report of the Central Bureau of Statistics. This study uses quantitative descriptive data analysis in measuring the income and break-even point of Arabica coffee farming. The results showed that the average income obtained by Arabica coffee farmers per harvest season was IDR. 18.200.000 and the average total cost per harvest season is IDR. 9.049.577. The average Arabica coffee farm income received per harvest season is IDR. 9.150,423. In addition, the BEP value for the production volume of Arabica coffee farming is 452,48 kg and the BEP for the production price is IDR. 9.944,59.
{"title":"ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHATANI KOPI ARABIKA DI DESA BENTENG ALLA UTARA KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG","authors":"Sitti Arwati, Nailah Husain, S. R","doi":"10.52562/kapita.v1i2.389","DOIUrl":"https://doi.org/10.52562/kapita.v1i2.389","url":null,"abstract":"This study aims to analyze the income and break-even point of Arabica coffee farming in Benteng Alla Village, Baroko District, Enrekang Regency. This study uses primary data from interviews using questionnaires with Arabica coffee farmers and secondary data from the annual report of the Central Bureau of Statistics. This study uses quantitative descriptive data analysis in measuring the income and break-even point of Arabica coffee farming. The results showed that the average income obtained by Arabica coffee farmers per harvest season was IDR. 18.200.000 and the average total cost per harvest season is IDR. 9.049.577. The average Arabica coffee farm income received per harvest season is IDR. 9.150,423. In addition, the BEP value for the production volume of Arabica coffee farming is 452,48 kg and the BEP for the production price is IDR. 9.944,59.","PeriodicalId":346925,"journal":{"name":"KAPITA: Jurnal Agribisnis & Pembangunan Pertanian","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115916790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.52562/kapita.v1i2.386
Lambertus Nesi Bria
Kakao merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki potensi dan mampu berdaya saing di pasar internasional. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis posisi ekspor kakao Indonesia menurut sembilan negara tujuan di pasar internasional. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah matriks Boston Consulting Group (BCG). Ekspor kakao Indonesia menurut sembilan negara tujuan yang berada pada posisi Star adalah: Filipina, Jerman, Australia, India, dan Spayol. Sedangkan negara yang berada pada posisi Cash Cow adalah; Malaysia, Amerika Serikat, China, dan Belanda. Cash Cow merupakan posisi ke III dari matriks BCG di mana menunjukan tinggkat pertumbuhan pasar rendah dan pangsa pasarnya tinggi. Strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan sehingga memperoleh keuntungan yang besar dan dapat membayar utang.
{"title":"PENENTUAN POSISI EKSPOR KAKAO INDONESIA MENURUT SEMBILAN NEGARA TUJUAN DI PASAR INTERNASIONAL","authors":"Lambertus Nesi Bria","doi":"10.52562/kapita.v1i2.386","DOIUrl":"https://doi.org/10.52562/kapita.v1i2.386","url":null,"abstract":"Kakao merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki potensi dan mampu berdaya saing di pasar internasional. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis posisi ekspor kakao Indonesia menurut sembilan negara tujuan di pasar internasional. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah matriks Boston Consulting Group (BCG). Ekspor kakao Indonesia menurut sembilan negara tujuan yang berada pada posisi Star adalah: Filipina, Jerman, Australia, India, dan Spayol. Sedangkan negara yang berada pada posisi Cash Cow adalah; Malaysia, Amerika Serikat, China, dan Belanda. Cash Cow merupakan posisi ke III dari matriks BCG di mana menunjukan tinggkat pertumbuhan pasar rendah dan pangsa pasarnya tinggi. Strategi yang dapat dilakukan adalah mempertahankan sehingga memperoleh keuntungan yang besar dan dapat membayar utang.","PeriodicalId":346925,"journal":{"name":"KAPITA: Jurnal Agribisnis & Pembangunan Pertanian","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133796207","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}