Matematika dapat membantu orang meningkatkan harapan mereka untuk hidup dan menemukan kesepakatan dengan konsekuensi serius terkait masalah yang mereka hadapi secara konsisten. Siswa sudah diajarkan matematika sejak sekolah dasar. Matematika harus didorong dengan memberikan anak-anak pengenalan sains yang menyenangkan. Dengan menghubungkan materi dengan konteks kehidupan sehari-hari, pendidik dapat berupaya menonjol dari yang lain dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sains. Sebaliknya, pendidik tidak menggunakan alat peraga di ruang kelas, namun ia memberikan penekanan penting pada kemampuan siswa untuk pemeliharaan data. Selain itu, tidak semua siswa aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami, namun tidak ada satupun dari mereka yang berani melakukannya. Ketika guru mengajukan pertanyaan, salah satu siswa tidak menjawab dengan tepat. Selain itu, guru gagal mengontekstualisasikan informasi berdasarkan situasi siswa saat ini. Matematika dunia nyata menjadi lebih umum di kelas. Siswa menggunakan panduan visual, menyelidiki efek dari penggunaan alat peraga, memunculkan ide berdasarkan hasil, dan kemudian terbiasa dengan strategi standar untuk memecahkan masalah terkait persamaan dan menghubungkan konsep matematika terkait materi lainnya selama pembelajaran siklus I dan II. Pelajar secara otomatis terhubung dengan menggunakan alat bantu visual, merujuk realitas yang dapat dilihat, dan mengambil bagian dalam percakapan kelompok untuk melacak pemikiran sebelum mendapatkan kondisi rencana. Pendekatan pembelajaran matematika praktis adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini berdasarkan ilustrasi sebelumnya. Di SDN Kedungcaluk I Kecamatan Krejengan, peneliti ingin meneliti hal tersebut dengan mengkaji bagaimana pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V. Pada siklus I partisipasi guru sebesar 51,78 persen, dan pada siklus II partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan siswa dan pendidik dalam kontribusi penciptaan meningkat dengan baik. Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa meningkat 95% dan aktivitas guru meningkat 94,64%. 12 dari 20 siswa memperoleh nilai rata-rata 62 pada siklus I yang memiliki tingkat ketuntasan 60%; Pada siklus II tingkat kulminasi 95% dengan nilai tipikal 74. yang berjumlah 19 orang dari 20 siswa. Karena siswa secara langsung terlibat dengan pengalaman yang berkembang. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan hasil penilaian yang unggul, yang ditunjukkan dengan adanya informasi mengenai peningkatan hasil penilaian.
{"title":"Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Materi Mengenal Satuan Kecepatan, Jarak, dan Waktu melalui Pembelajaran Matematika Realistik di Sekolah Dasar Negeri Kedungcaluk I Kecamatan Krejengan","authors":"H. Hasan","doi":"10.28926/jprp.v3i2.869","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jprp.v3i2.869","url":null,"abstract":"Matematika dapat membantu orang meningkatkan harapan mereka untuk hidup dan menemukan kesepakatan dengan konsekuensi serius terkait masalah yang mereka hadapi secara konsisten. Siswa sudah diajarkan matematika sejak sekolah dasar. Matematika harus didorong dengan memberikan anak-anak pengenalan sains yang menyenangkan. Dengan menghubungkan materi dengan konteks kehidupan sehari-hari, pendidik dapat berupaya menonjol dari yang lain dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sains. Sebaliknya, pendidik tidak menggunakan alat peraga di ruang kelas, namun ia memberikan penekanan penting pada kemampuan siswa untuk pemeliharaan data. Selain itu, tidak semua siswa aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami, namun tidak ada satupun dari mereka yang berani melakukannya. Ketika guru mengajukan pertanyaan, salah satu siswa tidak menjawab dengan tepat. Selain itu, guru gagal mengontekstualisasikan informasi berdasarkan situasi siswa saat ini. Matematika dunia nyata menjadi lebih umum di kelas. Siswa menggunakan panduan visual, menyelidiki efek dari penggunaan alat peraga, memunculkan ide berdasarkan hasil, dan kemudian terbiasa dengan strategi standar untuk memecahkan masalah terkait persamaan dan menghubungkan konsep matematika terkait materi lainnya selama pembelajaran siklus I dan II. Pelajar secara otomatis terhubung dengan menggunakan alat bantu visual, merujuk realitas yang dapat dilihat, dan mengambil bagian dalam percakapan kelompok untuk melacak pemikiran sebelum mendapatkan kondisi rencana. Pendekatan pembelajaran matematika praktis adalah strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini berdasarkan ilustrasi sebelumnya. Di SDN Kedungcaluk I Kecamatan Krejengan, peneliti ingin meneliti hal tersebut dengan mengkaji bagaimana pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V. Pada siklus I partisipasi guru sebesar 51,78 persen, dan pada siklus II partisipasi siswa dalam pembelajaran sebesar 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan siswa dan pendidik dalam kontribusi penciptaan meningkat dengan baik. Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa meningkat 95% dan aktivitas guru meningkat 94,64%. 12 dari 20 siswa memperoleh nilai rata-rata 62 pada siklus I yang memiliki tingkat ketuntasan 60%; Pada siklus II tingkat kulminasi 95% dengan nilai tipikal 74. yang berjumlah 19 orang dari 20 siswa. Karena siswa secara langsung terlibat dengan pengalaman yang berkembang. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan hasil penilaian yang unggul, yang ditunjukkan dengan adanya informasi mengenai peningkatan hasil penilaian.","PeriodicalId":410095,"journal":{"name":"Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan (JPRP)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129138069","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan mahluk hidup, termasuk manusia yang mempengaruhi alam dan kelangsungan kehidupan, kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Lingkungan hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan hidup untuk kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan. Permasalahannya sekarang adalah 10 (sepuluh) atau 20 (duapuluh) tahun ke depan dengan adanya perkembangan penduduk sehingga terjadi konversi lahan atau alih fungsi lahan. Dimana lahan atau area pertanian, perkebunan dan kehutanan semakin berkurang karena sebagian berubah fungsi menjadi lahan perindustrian dan perumahan. Dari permasalahan tersebut sekarang berupaya untuk menanamkan kebiasaan cinta terhadap lingkungan hidup sejak usia dini. Generasi muda mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup terutama budaya menanam jenis tanaman yang dapat menjadi pembiasaan sejak usia dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah materi pelestarian lingkungan hidup yang terdapat dalam pembelajaran IPS melalui tugas menanam untuk memanfaatkan lahan di lingkungan sekitar. Sekarang ini sekolah sekolah di berbagai daerah mengajukan sekolahnya untuk menjadi sekolah adiwiyata.
{"title":"Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Meningkatkan Kepedulian dan Pembiasaan Diri pada Peserta Didik","authors":"Siti Nuriyah","doi":"10.28926/jprp.v3i2.856","DOIUrl":"https://doi.org/10.28926/jprp.v3i2.856","url":null,"abstract":"Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan mahluk hidup, termasuk manusia yang mempengaruhi alam dan kelangsungan kehidupan, kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Lingkungan hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan hidup untuk kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, papan. Permasalahannya sekarang adalah 10 (sepuluh) atau 20 (duapuluh) tahun ke depan dengan adanya perkembangan penduduk sehingga terjadi konversi lahan atau alih fungsi lahan. Dimana lahan atau area pertanian, perkebunan dan kehutanan semakin berkurang karena sebagian berubah fungsi menjadi lahan perindustrian dan perumahan. Dari permasalahan tersebut sekarang berupaya untuk menanamkan kebiasaan cinta terhadap lingkungan hidup sejak usia dini. Generasi muda mempunyai kepedulian terhadap lingkungan hidup terutama budaya menanam jenis tanaman yang dapat menjadi pembiasaan sejak usia dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah materi pelestarian lingkungan hidup yang terdapat dalam pembelajaran IPS melalui tugas menanam untuk memanfaatkan lahan di lingkungan sekitar. Sekarang ini sekolah sekolah di berbagai daerah mengajukan sekolahnya untuk menjadi sekolah adiwiyata.","PeriodicalId":410095,"journal":{"name":"Jurnal Pembelajaran dan Riset Pendidikan (JPRP)","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116664149","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}