Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksil dan sering dikonsumsi dalam bentuk minuman oleh sebagian orang. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan akan berdampak buruk terhadap perubahan fisiologis spermatozoa, baik jumlah dan kualitas. Hal ini disebabkan oleh masuknya alkohol ke aliran darah menuju ke testis sehingga akan mempengaruhi sel-sel leydig dan sel sertoli di testis yang memainkan peran penting dalam pematangan sel spermatozoa. Untuk mengetahui perubahan fisiologis spermatozoa maka dilakukan analisis spermatozoa untuk mengetahui motilitas spermatozoa yang progresif, non-progresif, dan immotil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motilias spermatozoa pada pengonsumsi alkohol. Penelitian ini dilakukan secara observasi laboratorik dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 10 sampel dengan menggunakan metode mikroskopik. Hasil penelitian menunjukan 1 sampel (10%) memperlihatkan spermatozoa yang bergerak secara lurus dan konstan yang menunjukan bahwa spermatozoa tersebut adalah spermatozoa yang progresif dan 9 sampel (90%) menunjukan motilitas spermatozoa yang tidak progresif yang ditandai dengan pergerakan yang sempit serta arah yang tidak beraturan. Kesimpulan penelitian ini adalah 10% menunjukkan motilitas yang tidak normal dan 90% menunjukan motilitas spermatozoa normal.
{"title":"GAMBARAN MOTILITAS SPERMATOZOA PADA PENGONSUMSI ALKOHOL DI KECAMATAN MAMAJANG","authors":"Sukmawaty Raden, Nurul Ni'ma Azis, Mujahidah Basarang, Tuty Widyanti, Nurhidayat Nurhidayat, Muhammad Aswar, Effendy Rasiyanto","doi":"10.53861/jmed.v8i1.373","DOIUrl":"https://doi.org/10.53861/jmed.v8i1.373","url":null,"abstract":"Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksil dan sering dikonsumsi dalam bentuk minuman oleh sebagian orang. Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan akan berdampak buruk terhadap perubahan fisiologis spermatozoa, baik jumlah dan kualitas. Hal ini disebabkan oleh masuknya alkohol ke aliran darah menuju ke testis sehingga akan mempengaruhi sel-sel leydig dan sel sertoli di testis yang memainkan peran penting dalam pematangan sel spermatozoa. Untuk mengetahui perubahan fisiologis spermatozoa maka dilakukan analisis spermatozoa untuk mengetahui motilitas spermatozoa yang progresif, non-progresif, dan immotil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motilias spermatozoa pada pengonsumsi alkohol. Penelitian ini dilakukan secara observasi laboratorik dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 10 sampel dengan menggunakan metode mikroskopik. Hasil penelitian menunjukan 1 sampel (10%) memperlihatkan spermatozoa yang bergerak secara lurus dan konstan yang menunjukan bahwa spermatozoa tersebut adalah spermatozoa yang progresif dan 9 sampel (90%) menunjukan motilitas spermatozoa yang tidak progresif yang ditandai dengan pergerakan yang sempit serta arah yang tidak beraturan. Kesimpulan penelitian ini adalah 10% menunjukkan motilitas yang tidak normal dan 90% menunjukan motilitas spermatozoa normal.","PeriodicalId":484335,"journal":{"name":"Jurnal medika : media ilmiah analis kesehatan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135991247","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Helminthiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh serangan parasit cacing yang bersifat merugikan. Cacing penyebab infeksi terhadap manusia terbagi atas beberapa jenis, salah satunya adalah nematoda usus. Penularan nematoda usus melalui tanah disebut soil transmitted helminthes seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trihiura, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Penyakit infeksi cacing sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena pada usia anak sekolah dasar masih sering bermain dan kontak dengan tanah. Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk menandakan adanya infeksi adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran laju endap darah pada penderita helminthiasis. Teknik pengambilan sampel ini secara purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 10 orang dengan menggunakan metode westergreen. Berdasarkan pemeriksaan laju endap darah pada penderita helminthiasis diperoleh hasil bahwa terdapat 6 orang yang nilai laju endap darah dalam batas normal, hal ini karena penderita helminthiasis patuh terhadap keteraturan minum obat cacing, sebaliknya terdapat 4 orang yang nilai laju endap darah meningkat karena tidak patuh terhadap keteraturan minum obat cacing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa. nilai LED pada penderita helminthiasis meningkat sebanyak 4 orang (40%) dan normal sebanyak 6 orang (60%).
{"title":"GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH PADA PENDERITA HELMINTHIASIS","authors":"Darmawaty Rauf, Rahmawati Rahmawati, Suardi Suardi, Nuraisyah Kahar","doi":"10.53861/jmed.v8i1.351","DOIUrl":"https://doi.org/10.53861/jmed.v8i1.351","url":null,"abstract":"Helminthiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh serangan parasit cacing yang bersifat merugikan. Cacing penyebab infeksi terhadap manusia terbagi atas beberapa jenis, salah satunya adalah nematoda usus. Penularan nematoda usus melalui tanah disebut soil transmitted helminthes seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trihiura, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Penyakit infeksi cacing sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena pada usia anak sekolah dasar masih sering bermain dan kontak dengan tanah. Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk menandakan adanya infeksi adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran laju endap darah pada penderita helminthiasis. Teknik pengambilan sampel ini secara purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 10 orang dengan menggunakan metode westergreen. Berdasarkan pemeriksaan laju endap darah pada penderita helminthiasis diperoleh hasil bahwa terdapat 6 orang yang nilai laju endap darah dalam batas normal, hal ini karena penderita helminthiasis patuh terhadap keteraturan minum obat cacing, sebaliknya terdapat 4 orang yang nilai laju endap darah meningkat karena tidak patuh terhadap keteraturan minum obat cacing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa. nilai LED pada penderita helminthiasis meningkat sebanyak 4 orang (40%) dan normal sebanyak 6 orang (60%).","PeriodicalId":484335,"journal":{"name":"Jurnal medika : media ilmiah analis kesehatan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136300145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nunung Sulistyani, Anggun Permata Sari Simbolon, Barinta Widaryanti
Infeksi cacing tular tanah atau soil transmitted helmints (STH) di Indonesia masih banyak ditemukan pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak usia pra sekolah dasar. Infeksi STH pada anak usia pra sekolah banyak dikaitkan dengan faktor kebersihan pribadi dan lingkungan. Dampak infeksi STH dapat menimbulkan permasalahan gizi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi STH pada anak-anak usia pra sekolah di Suryodiningratan Kota Yogyakarta. STH diidentifikasi melalui pemeriksaan mikroskopis feses metode langsung (direct wet mounting) dengan eosin 2%. Penetapan STH berdasarkan pengamatan morofologi stadium telur yang ditemukan pada spesimen feses responden. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan tidak ditemukan stadium telur pda semua spesimen feses. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak teridenifikasi STH pada spesimen feses anak usia pra sekolah di Suryodiningratan kota Yogyakarta.
{"title":"IDENTIFIKASI SOIL TRANSMITTED HELMINTS PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI SURYODININGRATAN KOTA YOGYAKARTA","authors":"Nunung Sulistyani, Anggun Permata Sari Simbolon, Barinta Widaryanti","doi":"10.53861/jmed.v8i1.375","DOIUrl":"https://doi.org/10.53861/jmed.v8i1.375","url":null,"abstract":"Infeksi cacing tular tanah atau soil transmitted helmints (STH) di Indonesia masih banyak ditemukan pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak usia pra sekolah dasar. Infeksi STH pada anak usia pra sekolah banyak dikaitkan dengan faktor kebersihan pribadi dan lingkungan. Dampak infeksi STH dapat menimbulkan permasalahan gizi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi STH pada anak-anak usia pra sekolah di Suryodiningratan Kota Yogyakarta. STH diidentifikasi melalui pemeriksaan mikroskopis feses metode langsung (direct wet mounting) dengan eosin 2%. Penetapan STH berdasarkan pengamatan morofologi stadium telur yang ditemukan pada spesimen feses responden. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan tidak ditemukan stadium telur pda semua spesimen feses. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak teridenifikasi STH pada spesimen feses anak usia pra sekolah di Suryodiningratan kota Yogyakarta.","PeriodicalId":484335,"journal":{"name":"Jurnal medika : media ilmiah analis kesehatan","volume":"71 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136300146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}