Perlawanan tanpa kekerasan sering dikaitkan dengan istilah pacifisme. Istilah pacifisme berasal dari bahasa Latin yaitu paci- yang berarti “perdamaian” dan –ficus yang berarti “membuat”. Pacifisme adalah komitmen terhadap pengusahaan perdamaian. Namun, karena banyaknya variasi makna dari istilah “perdamaian” itu sendiri, pacifisme didefinisikan secara sederhana sebagai “ideologi anti-perang” atau sebagai komitmen terhadap “anti-kekerasan”. Dalam kaitan dengan melawan kekerasan, pacifisme dalam hal ini mencakup pandangan tentang penolakan akan kekerasan dan penggunaan kekerasan dalam keadaan apapun. Penolakan akan kekerasan ini sendiri bukan berarti sikap diam atau pasif menerima kekerasan tanpa perlawanan (non resistance), tetapi bertindak tanpa kekerasan (non violence).[1] Dalam tulisan ini akan ditinjau bagaimana pacifisme Kristen yang bepusat pada Yesus Kristus berpengaruh terhadap adanya perdamaian. Pacifisme dalam kekristenan sejatinya adalah suatu bentuk perlawananan terhadap kesenjangan, ketidakadilan dan mengupayakan agar kedamaian dan kesejahteraan hadir di setiap bidang kehidupan. Sebagaimana manusia berdosa yang telah dahulu mengalami pendamaian atau reconciliation dari Yesus Kristus, demikianlah hendaknya hal tersebut disadari sebagai wujud iman umat Kristen sebagai pembawa perdamaian di kehidupannya. Oleh karena itu hidup tanpa kekerasan merupakan suatu tindakan agar tidak muncul kekerasan-kekerasan selanjutnya yang dapat merusak kerukunan umat beragama. Dengan pilihan jalan tanpa kekerasan, berarti bukan mengandalkan senjata dan manipulasi politik sesaat, melainkan justru dengan kerelaan untuk membungkus senjata, mengandalkan diri pada budi luhur, dan kebijaksaan yang membawa pembebasan struktural maupun personal, sebagai upaya untuk menegakkan nilai-nilai warga dunia yaitu kemerdekaan, kesaudaraan, keadilan sosial dan kerakyatan.
[1] Yussar Yanto, Menghadapi Kekerasan dengan Nir-Kekerasan” ,dalam Stop Kekerasan: Pemahaman Alkitab Tentang Nir-Kekerasan Vol 2, Redaksi PT. BPK-Gunung Mulia, 43.
{"title":"“Jika Ditampar Pipi Kanan, Beri Pipi Kiri”: Pacifisme Kristen sebagai Wujud Iman dalam Pendamaian (Reconciliation) dan Perdamaian (Peace)","authors":"Sry Novita Tondang","doi":"10.52157/me.v12i2.203","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.203","url":null,"abstract":"Perlawanan tanpa kekerasan sering dikaitkan dengan istilah pacifisme. Istilah pacifisme berasal dari bahasa Latin yaitu paci- yang berarti “perdamaian” dan –ficus yang berarti “membuat”. Pacifisme adalah komitmen terhadap pengusahaan perdamaian. Namun, karena banyaknya variasi makna dari istilah “perdamaian” itu sendiri, pacifisme didefinisikan secara sederhana sebagai “ideologi anti-perang” atau sebagai komitmen terhadap “anti-kekerasan”. Dalam kaitan dengan melawan kekerasan, pacifisme dalam hal ini mencakup pandangan tentang penolakan akan kekerasan dan penggunaan kekerasan dalam keadaan apapun. Penolakan akan kekerasan ini sendiri bukan berarti sikap diam atau pasif menerima kekerasan tanpa perlawanan (non resistance), tetapi bertindak tanpa kekerasan (non violence).[1] Dalam tulisan ini akan ditinjau bagaimana pacifisme Kristen yang bepusat pada Yesus Kristus berpengaruh terhadap adanya perdamaian. Pacifisme dalam kekristenan sejatinya adalah suatu bentuk perlawananan terhadap kesenjangan, ketidakadilan dan mengupayakan agar kedamaian dan kesejahteraan hadir di setiap bidang kehidupan. Sebagaimana manusia berdosa yang telah dahulu mengalami pendamaian atau reconciliation dari Yesus Kristus, demikianlah hendaknya hal tersebut disadari sebagai wujud iman umat Kristen sebagai pembawa perdamaian di kehidupannya. Oleh karena itu hidup tanpa kekerasan merupakan suatu tindakan agar tidak muncul kekerasan-kekerasan selanjutnya yang dapat merusak kerukunan umat beragama. Dengan pilihan jalan tanpa kekerasan, berarti bukan mengandalkan senjata dan manipulasi politik sesaat, melainkan justru dengan kerelaan untuk membungkus senjata, mengandalkan diri pada budi luhur, dan kebijaksaan yang membawa pembebasan struktural maupun personal, sebagai upaya untuk menegakkan nilai-nilai warga dunia yaitu kemerdekaan, kesaudaraan, keadilan sosial dan kerakyatan.
 
 [1] Yussar Yanto, Menghadapi Kekerasan dengan Nir-Kekerasan” ,dalam Stop Kekerasan: Pemahaman Alkitab Tentang Nir-Kekerasan Vol 2, Redaksi PT. BPK-Gunung Mulia, 43.","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"26 6","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135371897","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Grace Manaransyah, Agus Rahman, Ike Kusdyah Rachmawaty
Penting bagi perguruan tinggi untuk memperhatikan kepuasan pengguna jasa pendidikan karena hal ini berkontribusi besar pada kemajuan perguruan tinggi. Kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran daring dipengaruhi oleh kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik, dan lingkungan belajar. Mahasiswa yang merasa puas dengan ketiga faktor antara lain kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik, dan lingkungan belajar cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Namun, masih terdapat kesenjangan penelitian yang perlu diisi, terutama dalam hal mengukur pengaruh masing-masing faktor secara lebih spesifik dan menyeluruh, serta mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pengajaran terhadap kepuasan mahasiswa, (2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan akademik terhadap kepuasan mahasiswa, (3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan belajar terhadap kepuasan mahasiswa, (4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik dan lingkungan belajar secara bersamaan terhadap kepuasan mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas dengan pendekatan penelitian metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 119 mahasiswa pasca sarjana dengan sampel yang digunakan adalah 30 mahasiswa pasca sarjana. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrumen, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kualitas pengajaran berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan mahasiswa, (2) Kualitas pelayanan akademik secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa, (3) Lingkungan belajar secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa, dan (4) Kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik dan lingkungan belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa.
{"title":"Pengaruh Kualitas Pengajaran, Kualitas Pelayanan akademik dan Lingkungan Belajar Virtual pada Kepuasan Mahasiswa Pascasarjana dalam Perkuliahan Daring","authors":"Grace Manaransyah, Agus Rahman, Ike Kusdyah Rachmawaty","doi":"10.52157/me.v12i2.205","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.205","url":null,"abstract":"Penting bagi perguruan tinggi untuk memperhatikan kepuasan pengguna jasa pendidikan karena hal ini berkontribusi besar pada kemajuan perguruan tinggi. Kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran daring dipengaruhi oleh kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik, dan lingkungan belajar. Mahasiswa yang merasa puas dengan ketiga faktor antara lain kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik, dan lingkungan belajar cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Namun, masih terdapat kesenjangan penelitian yang perlu diisi, terutama dalam hal mengukur pengaruh masing-masing faktor secara lebih spesifik dan menyeluruh, serta mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pengajaran terhadap kepuasan mahasiswa, (2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan akademik terhadap kepuasan mahasiswa, (3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan belajar terhadap kepuasan mahasiswa, (4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik dan lingkungan belajar secara bersamaan terhadap kepuasan mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas dengan pendekatan penelitian metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 119 mahasiswa pasca sarjana dengan sampel yang digunakan adalah 30 mahasiswa pasca sarjana. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrumen, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kualitas pengajaran berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan mahasiswa, (2) Kualitas pelayanan akademik secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa, (3) Lingkungan belajar secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa, dan (4) Kualitas pengajaran, kualitas pelayanan akademik dan lingkungan belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa.","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"122 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135871882","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pewartaan Firman Tuhan melalui keseharian umat merupakan ranah dari kegiatan teologi praktis. Dalam ilmu homiletika, bahwa keberadaan teks-teks kitab suci, selalu membutuhkan kesadaran teologis melalui dialog dengan pengalaman hidup. Melalui pendekatan fenomenologis ini, bahwa dalam pewartaan Firman Tuhan lebih dekat dengan pengalaman keseharian hidup umat. Masalah yang muncul dalam artikel ini adalah bagaimana memperlakukan homili yang mampu menjaga nilai-nilai utama teks-teks kitab suci yang memuat pengalaman pribadi bersama Tuhan di keseharian umat, dan bagaimana pewartaan Firman dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai utama bagi keseharian umat. Pendekatan Homiletika Fenomenologis tentu dapat menjadikan pewartaan Firman Tuhan ini nyata di tengah-tengah realita hidup umat, sebagai intervensi Tuhan, dan kesatuan iman, serta tanggungjawab dengan evangelisasi baru. Metode penulisan dalam artikel ini adalah melalui kajian pustaka. Penulis berkeyakinan bahwa homiletika fenomenologis dapat menjadi pintu gerbang homili, di tengah minimnya pengetahuan teologi praktis bagi pengkhotbah tentang adanya realita kaum awam di tengah tuntutan panggilan dan identitas kekristenannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah melalui pendekatan ‘Homiletika Fenomenologis’ ini.
{"title":"Homiletika Fenomenologis: Pewartaan Firman Tuhan Dalam Keseharian Umat","authors":"Yustus Adipati","doi":"10.52157/me.v12i2.202","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.202","url":null,"abstract":"Pewartaan Firman Tuhan melalui keseharian umat merupakan ranah dari kegiatan teologi praktis. Dalam ilmu homiletika, bahwa keberadaan teks-teks kitab suci, selalu membutuhkan kesadaran teologis melalui dialog dengan pengalaman hidup. Melalui pendekatan fenomenologis ini, bahwa dalam pewartaan Firman Tuhan lebih dekat dengan pengalaman keseharian hidup umat. Masalah yang muncul dalam artikel ini adalah bagaimana memperlakukan homili yang mampu menjaga nilai-nilai utama teks-teks kitab suci yang memuat pengalaman pribadi bersama Tuhan di keseharian umat, dan bagaimana pewartaan Firman dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai utama bagi keseharian umat. Pendekatan Homiletika Fenomenologis tentu dapat menjadikan pewartaan Firman Tuhan ini nyata di tengah-tengah realita hidup umat, sebagai intervensi Tuhan, dan kesatuan iman, serta tanggungjawab dengan evangelisasi baru. Metode penulisan dalam artikel ini adalah melalui kajian pustaka. Penulis berkeyakinan bahwa homiletika fenomenologis dapat menjadi pintu gerbang homili, di tengah minimnya pengetahuan teologi praktis bagi pengkhotbah tentang adanya realita kaum awam di tengah tuntutan panggilan dan identitas kekristenannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah melalui pendekatan ‘Homiletika Fenomenologis’ ini.","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"125 10","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135813220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak
Penelitian ini berbicara mengenai tinjauan pendidikan agama dalam keluarga sebagai landasan karakter mengampuni pada usia muda. Hal ini dilakukan karena semakin banyaknya kasus bunuh diri, lari dari rumah, narkoba, seks bebas di kalangan muda-mudi. Terjadinya kasus-kasus tersebut dilatarbelakangi pendidikan agama dalam keluarga yang tidak memadai dan hubungan keluarga yang tidak harmonis. Akhirnya anak-anak dalam usia muda terikat pada amarah dan dendam yang dibalaskan dengan merusak diri. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif dan model interaktif. Dasar dari penelitian merujuk kepada teori Thomas Lickona mengenai pendidikan karakter dan Matt Chandler dan Adam Griffin pemuridan dalam keluarga. Hasil ditemukan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendidik anak mengampuni sesuai Firman Tuhan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak diusia muda. Pada usia muda dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat menerima dan mengampuni kesalahan atau kekurangan keluarga dan teman-teman.
Kata Kunci: Keluarga, Pendidikan Karakter, Mengampuni, Usia Muda
{"title":"Keterlibatan Keluarga Dalam Pendidikan Karakter Mengampuni Pada Anak Usia Muda","authors":"Ade Efra Anugrah","doi":"10.52157/me.v12i2.195","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.195","url":null,"abstract":"Abstrak
 Penelitian ini berbicara mengenai tinjauan pendidikan agama dalam keluarga sebagai landasan karakter mengampuni pada usia muda. Hal ini dilakukan karena semakin banyaknya kasus bunuh diri, lari dari rumah, narkoba, seks bebas di kalangan muda-mudi. Terjadinya kasus-kasus tersebut dilatarbelakangi pendidikan agama dalam keluarga yang tidak memadai dan hubungan keluarga yang tidak harmonis. Akhirnya anak-anak dalam usia muda terikat pada amarah dan dendam yang dibalaskan dengan merusak diri. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif dan model interaktif. Dasar dari penelitian merujuk kepada teori Thomas Lickona mengenai pendidikan karakter dan Matt Chandler dan Adam Griffin pemuridan dalam keluarga. Hasil ditemukan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendidik anak mengampuni sesuai Firman Tuhan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anak diusia muda. Pada usia muda dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat menerima dan mengampuni kesalahan atau kekurangan keluarga dan teman-teman.
 
 Kata Kunci: Keluarga, Pendidikan Karakter, Mengampuni, Usia Muda","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"16 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135928545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuak/thockh is an alcoholic drink in the village of Kaera-Padangsul. Tuak is believed by the Padangsul people to be a heritage from their ancestors that must be preserved. The aim of this research is to determine the causes and impacts of consuming alcoholic drinks such as palm wine by teenagers aged 12-18 years. This research uses a qualitative-descriptive method which is carried out by researchers, through and within the method steps. One of them is that the researcher conducted field research in mid-September-October 2023. The researcher conducted in-depth observations and interviews with 5 (five) informants. Researchers found results that show that the main problem in teenagers aged 12-18 years consuming palm wine is caused by family/parental, cultural, economic, social, health, educational and spiritual factors. This has a significant impact on their education, namely they do not continue their education (drop out of school). Damages physical health such as coughing up blood, lung disease. Fights with friends, even with his biological parents, has no self-confidence, talks a lot, is lazy at work. Don't pray, don't go to places of worship, and don't read the holy books. Starting from this basis, all elements within the Kaera Padangsul village community need to network and work together to assist in the development of teenagers aged 12-18 years, so that the future of teenagers at that age can be achieved in accordance with their dreams and their lives. will be better and more prosperous.
{"title":"Analisis Dampak Perilaku Minum Tuak/Thockh Pada Remaja Usia 12-18 Tahun Di Desa Kaera Padangsul Alor-NTT","authors":"Wilianus Illu, Sulaiman Sulaiman, Olivia Masihoru","doi":"10.52157/me.v12i2.207","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.207","url":null,"abstract":"Tuak/thockh is an alcoholic drink in the village of Kaera-Padangsul. Tuak is believed by the Padangsul people to be a heritage from their ancestors that must be preserved. The aim of this research is to determine the causes and impacts of consuming alcoholic drinks such as palm wine by teenagers aged 12-18 years. This research uses a qualitative-descriptive method which is carried out by researchers, through and within the method steps. One of them is that the researcher conducted field research in mid-September-October 2023. The researcher conducted in-depth observations and interviews with 5 (five) informants. Researchers found results that show that the main problem in teenagers aged 12-18 years consuming palm wine is caused by family/parental, cultural, economic, social, health, educational and spiritual factors. This has a significant impact on their education, namely they do not continue their education (drop out of school). Damages physical health such as coughing up blood, lung disease. Fights with friends, even with his biological parents, has no self-confidence, talks a lot, is lazy at work. Don't pray, don't go to places of worship, and don't read the holy books. Starting from this basis, all elements within the Kaera Padangsul village community need to network and work together to assist in the development of teenagers aged 12-18 years, so that the future of teenagers at that age can be achieved in accordance with their dreams and their lives. will be better and more prosperous.","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"253 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135863152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini berusaha menjawab tentang sosok Yesus Kristus yang diyakini orang-orang percaya (Kristen) tentang iman mereka yang meyakini seutuhnya bahwa Yesus Kristus (Sang Logos) itu adalah wahyu terakhir Allah, yang mana sebelumnya di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, Allah telah berbicara kepada umat-Nya lewat perantaraan nabi-nabi-Nya kepada Israel. Dan di zaman akhir inilah, Allah berbicara lewat perantaraan Anak-Nya yang diutus ke dalam dunia untuk menggenapi seluruh kitab Perjanjian Lama. Maksud tujuan Yesus Kristus sebagai sebuah penggenapan dari karya Allah untuk keselamatan umat manusia dari kengerian kekal Di dalam sejarah keselamatan manusia, sejak manusia pertama yang diciptakan TUHAN jatuh ke dalam dosa, manusia seharusnya menerima upahnya yaitu mati kekal karena pelanggaran atau ketidaktaatan Adam dan Hawa saat itu (Kejadian 2:17). Tetapi inisiatif Allahlah yang merencanakan keselamatan bagi manusia hingga saat ini (Kejadian 3:21). Penggenapan itu dengan mengutus Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah turun ke dalam dunia, masuk dalam sejarah umat manusia. Yesus Kristus berperan sebagai Juruselamat manusia bahkan dikatakan satu-satunya jalan menuju ke Sorga (Yohanes 4:16). Tidak ada seorangpun, pemuka agama manapun, pendiri agama manapun yang dapat melakukan hal ini. Pribadi kedua dari Allah Trinitas inilah yang menjelma menjadi manusia bernama Yesus Kristus, sesuai dengan yang dikatakan kitab suci sebagai Juruselamat manusia. Yesus Kristus menggenapi semua pemberitaan nabi-nabi dalam keseluruhan kitab Perjanjian Lama, mulai dari kitab Taurat, kitab nabi besar dan nabi kecil, artinya sebagai wahyu terakhir atau pernyataan Allah yang final bagi keselamatan umat manusia. Dikatakan sebagai wahyu terakhir karena nubuatan kitab suci mengatakan demikian, dan dipertegas lagi oleh penulis kitab Ibrani bahwa pada zaman akhir, Allah berbicara kepada manusia lewat perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:2).
{"title":"Yesus Kristus Sebagai Wahyu Terakhir Allah Dalam Konteks Kitab Ibrani 1:1-4","authors":"Erikson SM, Leyna Christin Nainggolan, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amin RK","doi":"10.52157/me.v12i2.209","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/me.v12i2.209","url":null,"abstract":"Penelitian ini berusaha menjawab tentang sosok Yesus Kristus yang diyakini orang-orang percaya (Kristen) tentang iman mereka yang meyakini seutuhnya bahwa Yesus Kristus (Sang Logos) itu adalah wahyu terakhir Allah, yang mana sebelumnya di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, Allah telah berbicara kepada umat-Nya lewat perantaraan nabi-nabi-Nya kepada Israel. Dan di zaman akhir inilah, Allah berbicara lewat perantaraan Anak-Nya yang diutus ke dalam dunia untuk menggenapi seluruh kitab Perjanjian Lama. Maksud tujuan Yesus Kristus sebagai sebuah penggenapan dari karya Allah untuk keselamatan umat manusia dari kengerian kekal Di dalam sejarah keselamatan manusia, sejak manusia pertama yang diciptakan TUHAN jatuh ke dalam dosa, manusia seharusnya menerima upahnya yaitu mati kekal karena pelanggaran atau ketidaktaatan Adam dan Hawa saat itu (Kejadian 2:17). Tetapi inisiatif Allahlah yang merencanakan keselamatan bagi manusia hingga saat ini (Kejadian 3:21). Penggenapan itu dengan mengutus Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah turun ke dalam dunia, masuk dalam sejarah umat manusia. Yesus Kristus berperan sebagai Juruselamat manusia bahkan dikatakan satu-satunya jalan menuju ke Sorga (Yohanes 4:16). Tidak ada seorangpun, pemuka agama manapun, pendiri agama manapun yang dapat melakukan hal ini. Pribadi kedua dari Allah Trinitas inilah yang menjelma menjadi manusia bernama Yesus Kristus, sesuai dengan yang dikatakan kitab suci sebagai Juruselamat manusia. Yesus Kristus menggenapi semua pemberitaan nabi-nabi dalam keseluruhan kitab Perjanjian Lama, mulai dari kitab Taurat, kitab nabi besar dan nabi kecil, artinya sebagai wahyu terakhir atau pernyataan Allah yang final bagi keselamatan umat manusia. Dikatakan sebagai wahyu terakhir karena nubuatan kitab suci mengatakan demikian, dan dipertegas lagi oleh penulis kitab Ibrani bahwa pada zaman akhir, Allah berbicara kepada manusia lewat perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:2).","PeriodicalId":489184,"journal":{"name":"Missio Ecclesiae: Jurnal Institut Injil Indonesia Malang","volume":"104 3","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135813450","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}