Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.18979
Sabilar Rosyad, M. Alif
Technology has posed a big challenge to the study of hadith, namely that it is easy for fake hadith to appear or those with wrong interpretations and views. This article aims to analyze the challenges that arise in the use of hadith in the digital era and create strategies that utilize technology in the dissemination and understanding of hadith. By using a descriptive-qualitative method, the results of this discussion show that the study of hadith in the digital era has many challenges, such as the spread of fake hadith easily and causing harm. So the use of technology in Hadith studies requires good ethics and strategies in using existing technology. By respecting religious values, maintaining credibility, protecting privacy, and adhering to applicable ethical guidelines, Hadith researchers can utilize technology in a responsible and beneficial way. With the right approach, the use of technology can enhance understanding, research and dissemination of the rich Hadith heritage to Muslims around the world.
{"title":"Hadis di Era Digital: Tantangan dan Peluang Penggunaan Teknologi dalam Studi Hadis","authors":"Sabilar Rosyad, M. Alif","doi":"10.19109/jia.v24i2.18979","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.18979","url":null,"abstract":"Technology has posed a big challenge to the study of hadith, namely that it is easy for fake hadith to appear or those with wrong interpretations and views. This article aims to analyze the challenges that arise in the use of hadith in the digital era and create strategies that utilize technology in the dissemination and understanding of hadith. By using a descriptive-qualitative method, the results of this discussion show that the study of hadith in the digital era has many challenges, such as the spread of fake hadith easily and causing harm. So the use of technology in Hadith studies requires good ethics and strategies in using existing technology. By respecting religious values, maintaining credibility, protecting privacy, and adhering to applicable ethical guidelines, Hadith researchers can utilize technology in a responsible and beneficial way. With the right approach, the use of technology can enhance understanding, research and dissemination of the rich Hadith heritage to Muslims around the world.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"23 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139193547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.19011
Reaktualisasi Kritik, Khasan Misbah, A. Annisa, Khoirul Musthofa, Tafsir Taj al-Muslimi n, M. Kalami, Rabbil ‘Alam in, Kurikulum Pendidikan, D. Era, Orde Baru, Ris’an Rusli, M. Khai, Hanif Yuli, M. Hafizh
This research aims to analyze the social critique of K.H. Misbah Musthofa regarding the education curriculum during the New Order era, particularly within the context of interpreting QS. al-Baqarah [2]: 29. In this study, we delve into his perspective in detail through a content analysis approach. The data utilized is sourced from various educational and Quranic interpretation-related literature. The analysis highlights the arguments put forth by K.H. Misbah Musthofa in his critique. One crucial point emphasized is the necessity of integrating moral and spiritual values into the educational system, as well as the importance of holistic individual development. He also issues a warning about the significance of not just following contemporary trends to avoid falling behind the Western world but also preserving and perpetuating traditional values. The outcomes of this research make a significant contribution to deepening our understanding of education from an Islamic perspective. The reevaluation of KH. Misbah Musthofa's critique can serve as a foundation for formulating a more comprehensive educational approach oriented towards developing the education system, with the hope that it will contribute to building a better society.
{"title":"Reaktualisasi Kritik KH. Misbah Musthofa dalam Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami Rabbil ‘Alamin terhadap Kurikulum Pendidikan di Era Orde Baru","authors":"Reaktualisasi Kritik, Khasan Misbah, A. Annisa, Khoirul Musthofa, Tafsir Taj al-Muslimi n, M. Kalami, Rabbil ‘Alam in, Kurikulum Pendidikan, D. Era, Orde Baru, Ris’an Rusli, M. Khai, Hanif Yuli, M. Hafizh","doi":"10.19109/jia.v24i2.19011","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.19011","url":null,"abstract":"This research aims to analyze the social critique of K.H. Misbah Musthofa regarding the education curriculum during the New Order era, particularly within the context of interpreting QS. al-Baqarah [2]: 29. In this study, we delve into his perspective in detail through a content analysis approach. The data utilized is sourced from various educational and Quranic interpretation-related literature. The analysis highlights the arguments put forth by K.H. Misbah Musthofa in his critique. One crucial point emphasized is the necessity of integrating moral and spiritual values into the educational system, as well as the importance of holistic individual development. He also issues a warning about the significance of not just following contemporary trends to avoid falling behind the Western world but also preserving and perpetuating traditional values. The outcomes of this research make a significant contribution to deepening our understanding of education from an Islamic perspective. The reevaluation of KH. Misbah Musthofa's critique can serve as a foundation for formulating a more comprehensive educational approach oriented towards developing the education system, with the hope that it will contribute to building a better society.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139187991","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.19478
Shabrina Aden, Alifarose Syahda Zahra, U. Ubaidillah
Sejak munculnya peristiwa multikultural alam yang dihasilkan dari pertemuan budaya yang berbeda, interaksi yang berbeda. Perubahan tasawuf dalam Islam melalui berbagai macam kondisi, pada setiap fase dan kondisinya terdapat bagian-bagian aspek-apek saja. pada persoalan ini sebuah dasar tasawuf yang tidak diperdebatkan bahwasannya terdapat tasawuf yang merupakan moral-moral yang dilandaskan Islam. Artikel ini membahas tentang analisis konsep tasawuf amali dalam internalisasi moderasi beragama. Tasawuf amali merupakan tasawuf yang melakukan mujahadah menghilangkan sifat-sifat yang tidak disukai. Kajian ini bertujuan menguraikan makna dan tujuan penggunaan unsur-unsur secara rinci dengan merujuk pada ragam literatur. Dengan menggunakan studi kepustakaan dan analisis wacana, dapat disimpulkan bahwa KH. Djamaluddin Ahmad dalam memulai perjalanannya dengan mendalami ilmu dan mempraktikkan amaliah-nya. Terdapatnya pendidikan tasawuf Kyai Djamal menyoroti betapa pentingnya pendidikan tasawuf dan diterapkan melalui kegiatan sehari-hari. Setiap pola pikir wasathiyyah dalam nilai tasawuf meliputi beberapa ciri di antaranya tawassith, ta’adul dan tawazun. Dengan demikian masyarakat mendapatkan gambaran secara praktis bagaimana agar bisa lebih dekat dengan tuhannya, salah satunya dengan cara mempelajari dan menerapkan tasawuf amali.
{"title":"Konsep Tasawuf Amaliyah sebagai Internalisasi Moderasi Beragama Perspektif KH. Djamaluddin Ahmad","authors":"Shabrina Aden, Alifarose Syahda Zahra, U. Ubaidillah","doi":"10.19109/jia.v24i2.19478","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.19478","url":null,"abstract":"Sejak munculnya peristiwa multikultural alam yang dihasilkan dari pertemuan budaya yang berbeda, interaksi yang berbeda. Perubahan tasawuf dalam Islam melalui berbagai macam kondisi, pada setiap fase dan kondisinya terdapat bagian-bagian aspek-apek saja. pada persoalan ini sebuah dasar tasawuf yang tidak diperdebatkan bahwasannya terdapat tasawuf yang merupakan moral-moral yang dilandaskan Islam. Artikel ini membahas tentang analisis konsep tasawuf amali dalam internalisasi moderasi beragama. Tasawuf amali merupakan tasawuf yang melakukan mujahadah menghilangkan sifat-sifat yang tidak disukai. Kajian ini bertujuan menguraikan makna dan tujuan penggunaan unsur-unsur secara rinci dengan merujuk pada ragam literatur. Dengan menggunakan studi kepustakaan dan analisis wacana, dapat disimpulkan bahwa KH. Djamaluddin Ahmad dalam memulai perjalanannya dengan mendalami ilmu dan mempraktikkan amaliah-nya. Terdapatnya pendidikan tasawuf Kyai Djamal menyoroti betapa pentingnya pendidikan tasawuf dan diterapkan melalui kegiatan sehari-hari. Setiap pola pikir wasathiyyah dalam nilai tasawuf meliputi beberapa ciri di antaranya tawassith, ta’adul dan tawazun. Dengan demikian masyarakat mendapatkan gambaran secara praktis bagaimana agar bisa lebih dekat dengan tuhannya, salah satunya dengan cara mempelajari dan menerapkan tasawuf amali.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"89 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139193063","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.18731
Abdul Rahman Matondang, Sufrida Said, L. Luthfi
This research aims to analyze the dualism of meaning in the history of Islam in Spain, concerning the spread of Islam and the practices of colonialism that occurred during the Al-Andalus period. The research utilizes a historical approach, drawing on the works of Kuntuwijoyo as the analytical foundation. The research methodology involves a historical analysis of various relevant sources, including historical literature, records, and previous studies. The collected data is then analyzed to understand the historical context, cultural influences, intellectual developments, as well as the impact of the spread of Islam and Islamic colonialism in Spain. The findings of this research reveal a complex dualism of meaning in the spread of Islam and colonialism in Spain. The spread of Islam brought positive changes in culture, art, architecture, science, and language. However, the practices of colonialism also had negative consequences, such as the suppression of non-Muslim groups and suffering during the Reconquista period. This research provides a deeper understanding of the complex dynamics in the history of Islam in Spain. Through a historical analysis, this study uncovers the significant role of Islam in the social and cultural development of Spain while acknowledging the negative impacts of colonialism. The research contributes to understanding the roles of religion, power, and colonialism in the historical context of Spain and its relevance in a broader global context
{"title":"Sejarah Islam di Spanyol: Dualisme Makna antara Penyebaran Agama dan Kolonialisme Islam","authors":"Abdul Rahman Matondang, Sufrida Said, L. Luthfi","doi":"10.19109/jia.v24i2.18731","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.18731","url":null,"abstract":"This research aims to analyze the dualism of meaning in the history of Islam in Spain, concerning the spread of Islam and the practices of colonialism that occurred during the Al-Andalus period. The research utilizes a historical approach, drawing on the works of Kuntuwijoyo as the analytical foundation. The research methodology involves a historical analysis of various relevant sources, including historical literature, records, and previous studies. The collected data is then analyzed to understand the historical context, cultural influences, intellectual developments, as well as the impact of the spread of Islam and Islamic colonialism in Spain. The findings of this research reveal a complex dualism of meaning in the spread of Islam and colonialism in Spain. The spread of Islam brought positive changes in culture, art, architecture, science, and language. However, the practices of colonialism also had negative consequences, such as the suppression of non-Muslim groups and suffering during the Reconquista period. This research provides a deeper understanding of the complex dynamics in the history of Islam in Spain. Through a historical analysis, this study uncovers the significant role of Islam in the social and cultural development of Spain while acknowledging the negative impacts of colonialism. The research contributes to understanding the roles of religion, power, and colonialism in the historical context of Spain and its relevance in a broader global context","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"21 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139191658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.19024
Nor Syifa Faiziah, Aḥmad Mujāhid, A. Za
Salah satu uslub Al-Qur’an, amtsȃl, memberikan makna yang indah dan menggelitik dengan maksud menggugah jiwa pembacanya dengan menyamakan yang gaib dengan yang terlihat, yang abstrak dengan yang konkrit, atau dengan menarik analogi antara hal-hal yang serupa. Ayat yang berbicara tentang infak merupakan salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung amtsȃl. Banyak ayat yang memberikan inspirasi dan memberikan contoh betapa beruntungnya mereka yang gemar mengeluarkan harta untuk berinfak, dan betapa malangnya mereka yang tidak ingin melakukan hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kementerian Agama Republik Indonesia menafsirkan ayat-ayat amtsȃl infak dalam sudut pandang kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya. Ini adalah bentuk penelitian perpustakaan atau literatur. Metode analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk sumber primernya, kajian ini mengkaji ayat-ayat infak yang beredaksi amtsȃl dalam perspektif kitab Al-Qur’an dan tafsirnya. Sumber sekunder diambil dari berbagai literatur yang membicarakan mengenai ayat-ayat infak yang beredaksi amtsȃl. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia terhadap ayat amtsȃl infak dalam kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya menggambarkan seseorang yang menafkahkan hartanya sebagai benih yang menumbuhkan ratusan benih, taman di dataran tinggi yang disiram hujan lebat, taman yang ditiup angin kencang berisi api, batu halus yang disiram hujan deras, dan anjuran bersikap pertengahan, tidak boros dan tidak pula kikir.
{"title":"Amtsal Ayat-Ayat Infak dan Tafsirnya dalam Kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya Kementerian Agama Republik Indonesia","authors":"Nor Syifa Faiziah, Aḥmad Mujāhid, A. Za","doi":"10.19109/jia.v24i2.19024","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.19024","url":null,"abstract":"Salah satu uslub Al-Qur’an, amtsȃl, memberikan makna yang indah dan menggelitik dengan maksud menggugah jiwa pembacanya dengan menyamakan yang gaib dengan yang terlihat, yang abstrak dengan yang konkrit, atau dengan menarik analogi antara hal-hal yang serupa. Ayat yang berbicara tentang infak merupakan salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung amtsȃl. Banyak ayat yang memberikan inspirasi dan memberikan contoh betapa beruntungnya mereka yang gemar mengeluarkan harta untuk berinfak, dan betapa malangnya mereka yang tidak ingin melakukan hal tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kementerian Agama Republik Indonesia menafsirkan ayat-ayat amtsȃl infak dalam sudut pandang kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya. Ini adalah bentuk penelitian perpustakaan atau literatur. Metode analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Untuk sumber primernya, kajian ini mengkaji ayat-ayat infak yang beredaksi amtsȃl dalam perspektif kitab Al-Qur’an dan tafsirnya. Sumber sekunder diambil dari berbagai literatur yang membicarakan mengenai ayat-ayat infak yang beredaksi amtsȃl. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia terhadap ayat amtsȃl infak dalam kitab Al-Qur’an dan Tafsirnya menggambarkan seseorang yang menafkahkan hartanya sebagai benih yang menumbuhkan ratusan benih, taman di dataran tinggi yang disiram hujan lebat, taman yang ditiup angin kencang berisi api, batu halus yang disiram hujan deras, dan anjuran bersikap pertengahan, tidak boros dan tidak pula kikir.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"141 5-8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139194891","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.19807
H. Rusdi
Surah al-Fil merupakan salah satu teks ayat al-Qur’an yang menarik diteliti dari latar belakang mana pun, salah satunya dengan pendekatan teori resepsi sastra Hans Robert Jauss. Teori Jauss menekankan terhadap tanggapan pembaca atau penikmat karya sastra pada suatu teks. Wujud resepsi ini berorientasi pada pemahaman makna atau bentuk aktivitas fisik. Surah al-Fil sendiri pada masa awal Islam dibaca sebagai karya sejarah, sementara pada masa modern dituntut untuk merasionalisasi kandungan ayat. Hal ini sebagaimana al-Ghazali yang mendorong agar surah al-Fil dibaca pada rakaat kedua salat Subuh karena khasiat tertentu. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan teori resepsi sastra Hans Robert Jauss, artikel ini menyimpulkan bahwa pembacaan surah al-Fil membentuk tanggapan dan perilaku sehingga menjadi wujud resepsi, antara lain disebabkan: pertama, kedekatan peristiwa sejarah dan turunnya teks membentuk horizon supra rasional terhadap teks. Kedua, Pengaruh global menuntut rasionalisasi sebuah teks. Duah hal ini membentuk kesalehan pribadi yang dapat menumbuhkan daya khasiat keselamatan yang direfleksikan dari kronologi kegagalan pasukan gajah dalam menyerang Mekkah.
菲勒经》是《古兰经》中的一篇经文，从任何背景出发对其进行研究都很有意义，其中之一就是汉斯-罗伯特-尧斯的文学接受理论。尧斯的理论强调读者或文学作品鉴赏家对文本的反应。这种接受形式旨在理解身体活动的意义或形式。在伊斯兰教早期，《菲勒经》本身是作为历史作品来阅读的，而在现代，则需要对诗句的内容进行合理化。这就像加扎利（al-Ghazali）鼓励在斋戒祈祷的第二节经文中宣读《菲勒经》一样，因为它具有某些特性。本文采用定性方法和汉斯-罗伯特-豪斯（Hans Robert Jauss）的文学接受理论方法，得出结论认为，对《菲勒经》的诵读塑造了人们的反应和行为，使其成为一种接受形式，部分原因在于：首先，历史事件和经文启示的接近为经文形成了一个超理性的视野。其次，全球影响要求文本合理化。这两点形成了个人的虔诚，可以促进大象军队进攻麦加失败的时间顺序所反映的救赎效果。
{"title":"Dinamika Resepsi terhadap Surah al-Fil (Analisis Teori Resepsi Hans Robert Jauss)","authors":"H. Rusdi","doi":"10.19109/jia.v24i2.19807","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.19807","url":null,"abstract":"Surah al-Fil merupakan salah satu teks ayat al-Qur’an yang menarik diteliti dari latar belakang mana pun, salah satunya dengan pendekatan teori resepsi sastra Hans Robert Jauss. Teori Jauss menekankan terhadap tanggapan pembaca atau penikmat karya sastra pada suatu teks. Wujud resepsi ini berorientasi pada pemahaman makna atau bentuk aktivitas fisik. Surah al-Fil sendiri pada masa awal Islam dibaca sebagai karya sejarah, sementara pada masa modern dituntut untuk merasionalisasi kandungan ayat. Hal ini sebagaimana al-Ghazali yang mendorong agar surah al-Fil dibaca pada rakaat kedua salat Subuh karena khasiat tertentu. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan teori resepsi sastra Hans Robert Jauss, artikel ini menyimpulkan bahwa pembacaan surah al-Fil membentuk tanggapan dan perilaku sehingga menjadi wujud resepsi, antara lain disebabkan: pertama, kedekatan peristiwa sejarah dan turunnya teks membentuk horizon supra rasional terhadap teks. Kedua, Pengaruh global menuntut rasionalisasi sebuah teks. Duah hal ini membentuk kesalehan pribadi yang dapat menumbuhkan daya khasiat keselamatan yang direfleksikan dari kronologi kegagalan pasukan gajah dalam menyerang Mekkah.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139188407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.19461
Hardiansyah Hardiansyah, Rasman Rasman, Susiyanto Susiyanto
Penelitian ini mengkaji komparasi antara upacara kematian tradisional masyarakat suku Serawai dan upacara kematian golongan warga Muhammadiyah. Urgensi kajian ini berkaitan dengan Muhamma-diyah yang lekat dengan ciri kemodernan. Cara beragama Muhammadiyah yang mengusung jargon anti takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC) dinilai kering dan sangat sederhana dibandingkan dengan kaum tradisionalis. Namun pada kenyataanya, warga Muhamadiyah sendiri membentuk sebuah budaya dalam malam kematian dengan sebuah acara yang dinamakan Tabligh Musibah, di mana penyelenggaraan acara ini memiliki kesamaan tujuan dengan upacara tradisional masyrakat serawai. Alih-alih mengirim doa untuk orang yang sudah mati sebagaimana tradisi tradisionalis Islam, kedua acara ini justru berfokus menghibur keluarga yang ditinggalkan serta berisi nasehat bagi para hadirin. Dengan menggunakan jenis penelitian adalah studi pustaka berkaitan dengan catatan atau arsip tentang Nandai Boteba dan studi lapangan dengan melakukan wawancara terkait dengan Tabligh Musibah, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara upacara tardisional kematian suku Serawai baik berkaitan dengan ritual maupun rangkaian acara. Selain itu, Nandai Boteba dan Tabligh Musibah memiliki kemiripan di mana tujuannya adalah menghibur keluarga yang ditinggalkan.
{"title":"Nandai Boteba dan Tabligh Musibah: Komparasi Upacara Kematian Tradisional Masyarakat Serawai dan Kematian Warga Muhammadiyah Bengkulu","authors":"Hardiansyah Hardiansyah, Rasman Rasman, Susiyanto Susiyanto","doi":"10.19109/jia.v24i2.19461","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.19461","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkaji komparasi antara upacara kematian tradisional masyarakat suku Serawai dan upacara kematian golongan warga Muhammadiyah. Urgensi kajian ini berkaitan dengan Muhamma-diyah yang lekat dengan ciri kemodernan. Cara beragama Muhammadiyah yang mengusung jargon anti takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC) dinilai kering dan sangat sederhana dibandingkan dengan kaum tradisionalis. Namun pada kenyataanya, warga Muhamadiyah sendiri membentuk sebuah budaya dalam malam kematian dengan sebuah acara yang dinamakan Tabligh Musibah, di mana penyelenggaraan acara ini memiliki kesamaan tujuan dengan upacara tradisional masyrakat serawai. Alih-alih mengirim doa untuk orang yang sudah mati sebagaimana tradisi tradisionalis Islam, kedua acara ini justru berfokus menghibur keluarga yang ditinggalkan serta berisi nasehat bagi para hadirin. Dengan menggunakan jenis penelitian adalah studi pustaka berkaitan dengan catatan atau arsip tentang Nandai Boteba dan studi lapangan dengan melakukan wawancara terkait dengan Tabligh Musibah, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan antara upacara tardisional kematian suku Serawai baik berkaitan dengan ritual maupun rangkaian acara. Selain itu, Nandai Boteba dan Tabligh Musibah memiliki kemiripan di mana tujuannya adalah menghibur keluarga yang ditinggalkan.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"365 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139195407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-01DOI: 10.19109/jia.v24i2.18913
Kholila Mukaromah
This paper aims to criticize the meaning of the hadith which talks about dayyūth which is spread on social media in the perspective of qira’ah mubādalah. This study is included in the library research where the data is analyzed using qira’ah mubādalah analysis. The study begins with searching for some hadīths that contain the term dayyūth. The results of the study show that: first, the hadith regarding dayyūth is found in a number of hadith books: Sunan al-Nasa’i no. 2512; Musnad Ahmad no. 5904, 5839, and 5117; Musnad Abī Ya’lā no. 5430, al-Mustadrak ‘ala Ṣahihayn li al-Ḥākim no. 226; Muṣannaf Abī Razzāq no. 19.521; dan al-Mu’jam al-Awsaṭ li al-Ṭabranī with meaningful editorial and hadith quality still at the level of accepted hadith (ṣaḥīḥ). Second, in the original meaning, dayyūth is addressed to someone who has given up his family to commit an abomination. In the analysis of qira’ah mubādalah, dayyūth is not only aimed at men, but also includes women who allow their partners or family to do things that are prohibited by religion. The prohibition of becoming a dayyūth is basically a signal to always remind each other to amar ma'ruf nahi munkar in the smallest sphere of society, namely the family. Third, the results of this interpretation are therefore considered not to support the meaning of the hadith dayyūth which is spread on social media which tends to partially and literally place the blame on men as husbands or heads of families and at the same time prohibit women from appearing in public, even if it's just a photo.
{"title":"Kritik atas Pemaknaan Hadis tentang Dayyūth di Media Sosial","authors":"Kholila Mukaromah","doi":"10.19109/jia.v24i2.18913","DOIUrl":"https://doi.org/10.19109/jia.v24i2.18913","url":null,"abstract":"This paper aims to criticize the meaning of the hadith which talks about dayyūth which is spread on social media in the perspective of qira’ah mubādalah. This study is included in the library research where the data is analyzed using qira’ah mubādalah analysis. The study begins with searching for some hadīths that contain the term dayyūth. The results of the study show that: first, the hadith regarding dayyūth is found in a number of hadith books: Sunan al-Nasa’i no. 2512; Musnad Ahmad no. 5904, 5839, and 5117; Musnad Abī Ya’lā no. 5430, al-Mustadrak ‘ala Ṣahihayn li al-Ḥākim no. 226; Muṣannaf Abī Razzāq no. 19.521; dan al-Mu’jam al-Awsaṭ li al-Ṭabranī with meaningful editorial and hadith quality still at the level of accepted hadith (ṣaḥīḥ). Second, in the original meaning, dayyūth is addressed to someone who has given up his family to commit an abomination. In the analysis of qira’ah mubādalah, dayyūth is not only aimed at men, but also includes women who allow their partners or family to do things that are prohibited by religion. The prohibition of becoming a dayyūth is basically a signal to always remind each other to amar ma'ruf nahi munkar in the smallest sphere of society, namely the family. Third, the results of this interpretation are therefore considered not to support the meaning of the hadith dayyūth which is spread on social media which tends to partially and literally place the blame on men as husbands or heads of families and at the same time prohibit women from appearing in public, even if it's just a photo.","PeriodicalId":509171,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama","volume":"40 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139189644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
京公网安备 11010802042870号
京ICP备2023020795号-1
扫码关注我们
求助内容：
应助结果提醒方式：