Pub Date : 2024-02-19DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v25i1.784
South Borneo, Ronaldo Irzon, H. Samodra, S. Permanadewi
Long-term extensive carbon dioxide exposure inflicts diseases for humans and endangers the ecosystem. Carbon Capture and Storage (CCS) is a breakthrough to reduce CO2 in the atmosphere. The purpose of this study is to describe the CCS principles and suitability of this work in Indonesia, especially in the Meratus Mountains. The studied region is the major area of the Meratus Geopark. Selected ultramafic rocks from the Meratus Geopark were analyzed using X-Ray Fluorescence in the University of Tasmania. CCS project should consider the minimum implication for conservation strategy of geopark. Geologically, CCS is adapted through direct sequestration and carbon mineralization. Mafic-ultramafic lithologies are the best option for mineral carbonation. Most of the basaltic rocks in Indonesia are situated near active volcanoes that are heavily risky for CCS works. Ultramafic in the range of Meratus Geopark is clearly suitable for CCS because of its large expanse, far away from active volcanoes, without significant nickel mining activity. The project would promote geohazards and climate change issues of Meratus Geopark. In-situ CSS mineral carbonation should be located avoiding the Sultan Adam Mandiangin Serpentinite Geosite to nourish the geoconservation of Meratus Geopark. A successful CCS adaptation would be good evidence for the Indonesian government implementing the Paris Agreement. Keywords: Carbon Capture and Storage, In-situ mineral carbonation, ultramafic, Meratus Geopark.
长期大量接触二氧化碳会给人类带来疾病,并危及生态系统。碳捕集与封存(CCS)是减少大气中二氧化碳的一个突破口。本研究的目的是介绍 CCS 的原理以及在印度尼西亚,特别是在梅拉图斯山脉开展这项工作的适宜性。研究区域是梅拉图斯地质公园的主要区域。塔斯马尼亚大学利用 X 射线荧光分析了美拉图斯地质公园的部分超基性岩。综合碳捕获和储存项目应考虑对地质公园保护战略的最低影响。从地质学角度看,CCS 可通过直接封存和碳矿化来实现。岩浆岩-超岩浆岩是矿物碳化的最佳选择。印尼的大部分玄武岩都位于活火山附近,对于 CCS 工程来说风险很大。梅拉图斯地质公园范围内的超基性岩显然适合进行碳捕获与封存,因为其面积广阔,远离活火山,没有大量的镍矿开采活动。该项目将促进梅拉图斯地质公园的地质灾害和气候变化问题。原地碳捕集与封存(CCS)矿物碳化应避开苏丹-亚当-曼丹金蛇绿岩地质带,以促进梅拉图斯地质公园的地质保护。成功的碳捕集与封存适应性将成为印尼政府执行《巴黎协定》的良好证据:碳捕集与封存、原位矿物碳化、超基性岩、梅拉图斯地质公园。
{"title":"Prospecting CCS Project in Indonesia: A Case Study in Meratus Mountains, South Borneo","authors":"South Borneo, Ronaldo Irzon, H. Samodra, S. Permanadewi","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v25i1.784","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v25i1.784","url":null,"abstract":"Long-term extensive carbon dioxide exposure inflicts diseases for humans and endangers the ecosystem. Carbon Capture and Storage (CCS) is a breakthrough to reduce CO2 in the atmosphere. The purpose of this study is to describe the CCS principles and suitability of this work in Indonesia, especially in the Meratus Mountains. The studied region is the major area of the Meratus Geopark. Selected ultramafic rocks from the Meratus Geopark were analyzed using X-Ray Fluorescence in the University of Tasmania. CCS project should consider the minimum implication for conservation strategy of geopark. Geologically, CCS is adapted through direct sequestration and carbon mineralization. Mafic-ultramafic lithologies are the best option for mineral carbonation. Most of the basaltic rocks in Indonesia are situated near active volcanoes that are heavily risky for CCS works. Ultramafic in the range of Meratus Geopark is clearly suitable for CCS because of its large expanse, far away from active volcanoes, without significant nickel mining activity. The project would promote geohazards and climate change issues of Meratus Geopark. In-situ CSS mineral carbonation should be located avoiding the Sultan Adam Mandiangin Serpentinite Geosite to nourish the geoconservation of Meratus Geopark. A successful CCS adaptation would be good evidence for the Indonesian government implementing the Paris Agreement.\u0000Keywords: Carbon Capture and Storage, In-situ mineral carbonation, ultramafic, Meratus Geopark.","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"43 14","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140451983","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di bagian selatan Pulau Jawa bagian barat dijumpai batuan gunungapi berumur Paleogen-Neogen, dengan pola sebaran relatif memanjang timur – barat. Batuan tersebut dimasukkan ke dalam kelompok batuan vulkanik dan Magmatic Arc berumur Eosen Akhir – Miosen Awal. Keberadaan batuan gunungapi tersebut merupakan fenomena menarik untuk dikaji, diantaranya kehadiran batuan gunungapi Formasi Jampang, Tuf Anggota Cikarang dan Lava Anggota Ciseureuh berumur Miosen awal di daerah Sukabumi Selatan. Makalah ini bertujuan untuk melakukan identifikasi batuan gunungapi bawah laut di daerah penelitian, berdasarkan kenampakan makroskopis, yang dihasilkan oleh interaksi antara lava-air-sedimen. Penelitian ini berbasis pada analisis data lapangan, terutama pengenalan produk batuan yang dihasilkan dari interaksi lava-air-sedimen yang ditemukan pada beberapa lokasi, serta dilakukan pengamatan petrografi pada beberapa sampel batuan untuk melihat hubungan antara skala makroskopis dan mikroskopisnya. Hasil interaksi lava dengan air-sedimen menghasilkan beberapa produk berupa lava bantal, peperit, dan hialoklastik, yang dijumpai di beberapa lokasi; seperti Sungai Cikaso - Surade, Lengkong dan Waluran – Jampang. Hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa pada saat terjadi aktivitas vulkanisme, lava berinteraksi dengan air dan sedimen yang masih basah dan tidak terkonsolidasi. Katakunci: Gunungapi bawah laut, hialoklastit, interaksi air-sedimen, lava bantal, peperit, Sukabumi selatan.
在爪哇岛西部的南部,发现了古新世-新近纪的火山岩,其相对分布模式从东向西延伸。这些岩石属于晚始新世-早中新世火山岩和岩浆弧岩群。这些火山岩的存在是一个值得研究的有趣现象,其中包括南苏卡布米地区早中新世时期的 Jampang Formation、Cikarang Member Tuff 和 Ciseureuh Member Lava 火山岩。本文旨在根据熔岩-水-沉积物相互作用产生的宏观外观,识别研究区域的海底火山岩。研究基于对实地数据的分析,特别是对多个地点发现的熔岩-水-沉积物相互作用产生的岩石产物的识别,以及对多个岩石样本的岩相学观察,以了解宏观和微观尺度之间的关系。熔岩-水-沉积物相互作用的结果产生了枕状熔岩、砾岩和水成岩等形式的多种产物,这些产物在多个地点都有发现,如西卡索河-苏拉德、伦孔和瓦鲁兰-占邦。鉴定结果表明,在火山活动期间,熔岩与水和仍处于潮湿和未固结状态的沉积物相互作用:海底火山、透明岩、水与沉积物的相互作用、枕状熔岩、佩珀里特、苏卡布米南部。
{"title":"Karakteristik Lava Bantal – Peperit – Hialoklastit Sukabumi Selatan : Wawasan Baru tentang Produk Gunungapi Bawah Laut di Selatan Pulau Jawa","authors":"Agustina Djafar, Indyo Pratomo, Wilda Aini Nurlathifah","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v25i1.780","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v25i1.780","url":null,"abstract":"Di bagian selatan Pulau Jawa bagian barat dijumpai batuan gunungapi berumur Paleogen-Neogen, dengan pola sebaran relatif memanjang timur – barat. Batuan tersebut dimasukkan ke dalam kelompok batuan vulkanik dan Magmatic Arc berumur Eosen Akhir – Miosen Awal. Keberadaan batuan gunungapi tersebut merupakan fenomena menarik untuk dikaji, diantaranya kehadiran batuan gunungapi Formasi Jampang, Tuf Anggota Cikarang dan Lava Anggota Ciseureuh berumur Miosen awal di daerah Sukabumi Selatan. Makalah ini bertujuan untuk melakukan identifikasi batuan gunungapi bawah laut di daerah penelitian, berdasarkan kenampakan makroskopis, yang dihasilkan oleh interaksi antara lava-air-sedimen. Penelitian ini berbasis pada analisis data lapangan, terutama pengenalan produk batuan yang dihasilkan dari interaksi lava-air-sedimen yang ditemukan pada beberapa lokasi, serta dilakukan pengamatan petrografi pada beberapa sampel batuan untuk melihat hubungan antara skala makroskopis dan mikroskopisnya. Hasil interaksi lava dengan air-sedimen menghasilkan beberapa produk berupa lava bantal, peperit, dan hialoklastik, yang dijumpai di beberapa lokasi; seperti Sungai Cikaso - Surade, Lengkong dan Waluran – Jampang. Hasil identifikasi tersebut menunjukkan bahwa pada saat terjadi aktivitas vulkanisme, lava berinteraksi dengan air dan sedimen yang masih basah dan tidak terkonsolidasi.\u0000Katakunci: Gunungapi bawah laut, hialoklastit, interaksi air-sedimen, lava bantal, peperit, Sukabumi selatan.\u0000 ","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"49 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139388376","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-21DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i4.804
Kresna Dewi, Erik Setiyabudi, Riecca Oktavitania, Hanang Samodra
Dokumen usulan penetapan situs warisan geologi dari Pemerintah Daerah Kota, Kabupaten dan Provinsi di Indonesia makin meningkat sejak beberapa tahun terakhir ini.Situs Warisan Geologi tersebut ditetapkan berdasarkan keragaman komponen geologi (batuan, mineral, struktur, bentang alam dan fosil) yang memiliki nilai lebih sebagai suatu warisan terkait rekaman atas suatu peristiwa geologi. Hingga pertengahan tahun 2023 telah terbit 11 (sebelas) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang menetapkan 236 situs warisan geologi kepada 12 (duabelas) Kabupaten dan 2 (dua) Provinsi di Indonesia. Komponen fosil berkontribusi pada 28 situs warisan geologi dalam memberi sumbangsih bernilai ilmiah lokal hingga terkemuka dengan ditemukannya beragam fosil di Kabupaten Merangin, Tulungagung dan Gorontalo. Ketersediaan data fosil mendukung data suatu daerah yang mengajukan penetapan warisan geologi. Tujuan dari tulisan ini adalah menyediakan data fosil di beberapa daerah yang belum memasukkan komponen fosil. Selain itu juga menyajikan contoh proses penetapan warisan paleontologi sebagai bagian dari konservasi geologi di masa depan. Data paleontologi mempunyai nilai-nilai ilmiah, edukasi dan pariwisata berbasis geologi yang perlu dilindungi (geokonservasi). Hal ini dalam upaya memberi manfaat peningkatan perekonomian baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Katakunci: Warisan Geologi, fosil, nilai ilmiah, edukasi, konservasi
{"title":"Tinjauan Kontribusi Fosil dalam Penetapan Warisan Geologi","authors":"Kresna Dewi, Erik Setiyabudi, Riecca Oktavitania, Hanang Samodra","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i4.804","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i4.804","url":null,"abstract":"Dokumen usulan penetapan situs warisan geologi dari Pemerintah Daerah Kota, Kabupaten dan Provinsi di Indonesia makin meningkat sejak beberapa tahun terakhir ini.Situs Warisan Geologi tersebut ditetapkan berdasarkan keragaman komponen geologi (batuan, mineral, struktur, bentang alam dan fosil) yang memiliki nilai lebih sebagai suatu warisan terkait rekaman atas suatu peristiwa geologi. Hingga pertengahan tahun 2023 telah terbit 11 (sebelas) Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang menetapkan 236 situs warisan geologi kepada 12 (duabelas) Kabupaten dan 2 (dua) Provinsi di Indonesia. Komponen fosil berkontribusi pada 28 situs warisan geologi dalam memberi sumbangsih bernilai ilmiah lokal hingga terkemuka dengan ditemukannya beragam fosil di Kabupaten Merangin, Tulungagung dan Gorontalo. Ketersediaan data fosil mendukung data suatu daerah yang mengajukan penetapan warisan geologi. Tujuan dari tulisan ini adalah menyediakan data fosil di beberapa daerah yang belum memasukkan komponen fosil. Selain itu juga menyajikan contoh proses penetapan warisan paleontologi sebagai bagian dari konservasi geologi di masa depan. Data paleontologi mempunyai nilai-nilai ilmiah, edukasi dan pariwisata berbasis geologi yang perlu dilindungi (geokonservasi). Hal ini dalam upaya memberi manfaat peningkatan perekonomian baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Katakunci: Warisan Geologi, fosil, nilai ilmiah, edukasi, konservasi","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"5 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139251587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-20DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i4.694
Hasria, La Ode Muhamad Ahdiarno, Masri, Muliddin, Muhammad Arba Azzaman
Lokasi penelitian terhadap Formasi Eemoiko Daerah Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Formasi Eemoiko disusun oleh batugamping kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan napal. Tujuan pada penelitian ini mengetahui sebaran batuan sedimen pada daerah penelitian dan menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan tekstur, struktur serta stratigrafinya. Metode analisis yang digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan yaitu dengan melakukan analisis mikrofosil dan pengukuran penampang stratigrafi. Berdasarkan hasil analisis mikrofosil pada batugamping menunjukkan lingkungan pengendapan pada zona back-reef lagoon lebih tepatnya pada zona inner lagoon sedangkan berdasarkan tekstur dan struktur pada batupasir menunjukkan lingkungan pengendapan channel sungai. Katakunci: Lingkungan Pengendapan, Formasi Eemoiko, Palangga Selatan.
{"title":"Lingkungan Pengendapan Formasi Eemoiko Daerah Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara","authors":"Hasria, La Ode Muhamad Ahdiarno, Masri, Muliddin, Muhammad Arba Azzaman","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i4.694","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i4.694","url":null,"abstract":"Lokasi penelitian terhadap Formasi Eemoiko Daerah Palangga Selatan Kabupaten Konawe Selatan. Formasi Eemoiko disusun oleh batugamping kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan napal. Tujuan pada penelitian ini mengetahui sebaran batuan sedimen pada daerah penelitian dan menentukan lingkungan pengendapan berdasarkan tekstur, struktur serta stratigrafinya. Metode analisis yang digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan yaitu dengan melakukan analisis mikrofosil dan pengukuran penampang stratigrafi. Berdasarkan hasil analisis mikrofosil pada batugamping menunjukkan lingkungan pengendapan pada zona back-reef lagoon lebih tepatnya pada zona inner lagoon sedangkan berdasarkan tekstur dan struktur pada batupasir menunjukkan lingkungan pengendapan channel sungai. Katakunci: Lingkungan Pengendapan, Formasi Eemoiko, Palangga Selatan.","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139257968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-28DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.715
E. Kurniawati, N. Setiawan, S. Husein
An intrusive igneous rock with a columnar joint structure having a height of approximately 55 m cropped out in the Watugajah area, Gedangsari, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta Special Province. This region geologically is in the western part of the Southern Mountains, part of the Baturagung Subzone, which belongs to the Kebo Formation. This study aims to characterize the igneous rock in the Watugajah area of the Southern Mountains. It suggests the petrogenetic information of this igneous rock and gives a new consideration of the geological history in the Kebo Formation.Geological field mapping was managed in the research area to identify the correlation with other rock units. Rock samples were collected to characterize their composition by petrographical and geochemical analyses. The results suggest the igneous rocks intruded sedimentary rocks of the Kebo Formation, which consists of intercalations coarse sandstone and tuff, fine sandstone and siltstone, and tuff and fine sandstone units. The igneous rocks are classified as microgabbro and basalt in the form of the sill and dyke intrusions. The microgabbro and basalt consist of plagioclase, clinopyroxene, and magnetite, formed by the cooling of magma in the shallow depths. Based on geochemical studies, the igneous rocks of the Watugajah area were formed by subduction zone tectonic setting with the tholeiitic affinity. Keywords: Gedangsari, microgabbro, Southern Mountains, subduction, Watugajah.
在日惹特别省Gunung Kidul Regency的Gedangsari Watugajah地区,出现了一种具有柱状节理结构的侵入性火成岩,高度约为55米。该地区在地质上位于南部山脉的西部,属于巴图拉贡亚带的一部分,属于科博组。本研究的目的是表征南部山脉Watugajah地区的火成岩特征。揭示了该火成岩的成因信息,对科博组的地质历史进行了新的认识。在研究区进行了地质野外填图,以确定与其他岩石单元的对比关系。收集了岩石样品,通过岩石学和地球化学分析表征了它们的组成。结果表明,科博组为火成岩侵入沉积岩,由粗砂岩与凝灰岩、细砂岩与粉砂岩、凝灰岩与细砂岩单元等夹层组成。火成岩分为微辉长岩和玄武岩两类,以岩台侵入和岩脉侵入的形式存在。微辉长岩和玄武岩由斜长石、斜辉石和磁铁矿组成,由浅层岩浆冷却形成。地球化学研究表明,瓦图加加地区火成岩形成于俯冲带构造背景下,具有拉斑岩亲和作用。关键词:Gedangsari,微辉长岩,南部山脉,俯冲,Watugajah
{"title":"Petrology and Geochemistry of Microgabbro in Watugajah Area, Gedangsari, Southern Mountains","authors":"E. Kurniawati, N. Setiawan, S. Husein","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.715","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.715","url":null,"abstract":"An intrusive igneous rock with a columnar joint structure having a height of approximately 55 m cropped out in the Watugajah area, Gedangsari, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta Special Province. This region geologically is in the western part of the Southern Mountains, part of the Baturagung Subzone, which belongs to the Kebo Formation. This study aims to characterize the igneous rock in the Watugajah area of the Southern Mountains. It suggests the petrogenetic information of this igneous rock and gives a new consideration of the geological history in the Kebo Formation.Geological field mapping was managed in the research area to identify the correlation with other rock units. Rock samples were collected to characterize their composition by petrographical and geochemical analyses. The results suggest the igneous rocks intruded sedimentary rocks of the Kebo Formation, which consists of intercalations coarse sandstone and tuff, fine sandstone and siltstone, and tuff and fine sandstone units. The igneous rocks are classified as microgabbro and basalt in the form of the sill and dyke intrusions. The microgabbro and basalt consist of plagioclase, clinopyroxene, and magnetite, formed by the cooling of magma in the shallow depths. Based on geochemical studies, the igneous rocks of the Watugajah area were formed by subduction zone tectonic setting with the tholeiitic affinity.\u0000Keywords: Gedangsari, microgabbro, Southern Mountains, subduction, Watugajah.","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"285 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126282744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.777
Marjiyono, Setiawan J.H, Hidayat, Andriani S, Ibrahim A, Buana W.T, Subagio
Kerusakan bangunan dan infrastruktur dalam kejadian gempabumi tidak hanya terkait dengan besaran gempabumi dan jarak sumbernya, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi permukaan. Daerah dengan litologi permukaan yang belum mengalami konsolidasi cenderung menguatkan gelombang yang meningkatkan intensitas goncangan. Karakterisasi sedimen permukaan diperlukan dalam rangka mengidentifikasi nilai panguatan gelombang. Sebagai daerah yang telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional, ketersediaan data mikrozonasi seismik di daerah Demak dan sekitarnya untuk penataan ruang wilayah mutlak diperlukan. Pengukuran mikrotremor array dan single station telah dilakukan untuk memodelkan kondisi bawah permukaan dangkal. Hasil analisis nilai penguatan gelombang menunjukkan zona kerentanan tinggi menempati bagian tengah, timur dan utara daerah penyelidikan. Zona kerentanan tinggi direkomendasikan untuk pengembangan sektor-sektor beresiko rendah. Pengembangan perkotaan lebih lanjut direkomendasikan di zona kerentanan rendah. Kata kunci : tata ruang wilayah, penguatan gelombang, mikrozonasi seismik, mikrotremor, kerentanan.
{"title":"Mikrozonasi Seismik : Sebuah Pendekatan Delineasi Penguatan Gelombang Seismik oleh Sedimen Permukaan untuk Penyediaan Data Dasar Penataan Ruang Wilayah, Studi Kasus Daerah Demak, Jawa Tengah","authors":"Marjiyono, Setiawan J.H, Hidayat, Andriani S, Ibrahim A, Buana W.T, Subagio","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.777","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.777","url":null,"abstract":"Kerusakan bangunan dan infrastruktur dalam kejadian gempabumi tidak hanya terkait dengan besaran gempabumi dan jarak sumbernya, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi permukaan. Daerah dengan litologi permukaan yang belum mengalami konsolidasi cenderung menguatkan gelombang yang meningkatkan intensitas goncangan. Karakterisasi sedimen permukaan diperlukan dalam rangka mengidentifikasi nilai panguatan gelombang. Sebagai daerah yang telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional, ketersediaan data mikrozonasi seismik di daerah Demak dan sekitarnya untuk penataan ruang wilayah mutlak diperlukan. Pengukuran mikrotremor array dan single station telah dilakukan untuk memodelkan kondisi bawah permukaan dangkal. Hasil analisis nilai penguatan gelombang menunjukkan zona kerentanan tinggi menempati bagian tengah, timur dan utara daerah penyelidikan. Zona kerentanan tinggi direkomendasikan untuk pengembangan sektor-sektor beresiko rendah. Pengembangan perkotaan lebih lanjut direkomendasikan di zona kerentanan rendah. \u0000 \u0000Kata kunci : tata ruang wilayah, penguatan gelombang, mikrozonasi seismik, mikrotremor, kerentanan.","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124093288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-14DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.700
M. -
Many infrastructure buildings are on mudstone. The Hambalang area is an area that has projected infrastructure buildings such as the Puncak II road that is projected to connect the Bogor-Cianjur strategic area. Engineering issues may stem from a hazardous material related to existing mudrock. Mudrock can be studied through the disintegration behavior of wetting and drying processes. The research examined the mudrock disintegration of several samples in the studied area. Outcrops in the field were recorded and then sampled by the standard pack. This test mainly needs rock samples weighing 450-550 grams, dried in the sun for the length of the day. The sample was then immersed in a glass filled with water for 1 x 24 hours. The standard properties tests were also carried out to obtain such physical parameters from moisture content, dry density, and void ratio, until absorption. According to the disintegration parameter, the sample explicitly indicates the massive disintegration of each cycle. Most of the samples started to experience a marked disintegration after the first cycle and have mostly fragmented to an angular shape. With the application of the correlation line, dry density significantly affects the mudrock disintegration.
许多基础设施建筑都建在泥岩上。Hambalang地区是一个规划基础设施建设的地区,如punak II公路,预计将连接茂物-香珠尔战略地区。工程问题可能源于与现有泥岩有关的有害物质。泥岩可以通过干湿过程的崩解行为进行研究。对研究区几个样品的泥岩崩解进行了研究。野外露头被记录下来,然后用标准包取样。这个测试主要需要重450-550克的岩石样本,在太阳下晒一天。然后将样品浸泡在装满水的玻璃杯中1 x 24小时。还进行了标准性能测试,以获得从含水量,干密度和空隙率等物理参数,直到吸收。根据崩解参数,试样明确表示每个周期的大规模崩解。大多数样品在第一次循环后开始出现明显的崩解,大部分破碎成棱角状。通过对比线分析,发现干密度对泥岩崩解有显著影响。
{"title":"The Investigation of Mudrock Disintegration: Case Study at Hambalang Area, Bogor, West Java","authors":"M. -","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.700","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.700","url":null,"abstract":"Many infrastructure buildings are on mudstone. The Hambalang area is an area that has projected infrastructure buildings such as the Puncak II road that is projected to connect the Bogor-Cianjur strategic area. Engineering issues may stem from a hazardous material related to existing mudrock. Mudrock can be studied through the disintegration behavior of wetting and drying processes. The research examined the mudrock disintegration of several samples in the studied area. Outcrops in the field were recorded and then sampled by the standard pack. This test mainly needs rock samples weighing 450-550 grams, dried in the sun for the length of the day. The sample was then immersed in a glass filled with water for 1 x 24 hours. The standard properties tests were also carried out to obtain such physical parameters from moisture content, dry density, and void ratio, until absorption. According to the disintegration parameter, the sample explicitly indicates the massive disintegration of each cycle. Most of the samples started to experience a marked disintegration after the first cycle and have mostly fragmented to an angular shape. With the application of the correlation line, dry density significantly affects the mudrock disintegration.","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"343 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133212319","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-11DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.751
Cekungan Kuarter, Antar Pegunungan, Jawa Barat, Edy Sunardi, Iyan Haryanto, A. Nur, A. dan, Nisa Nurul Ilmi
Geologi suatu daerah sebagai suatu model dapat mengalami perubahan secara konstruktif (refining), sejalan dengan munculnya gagasan-gagasan baru dalam sedimentasi, stratigrafi, tektonik dan evolusi cekungan, serta vulkanisme, didukung oleh berbagai jenis data baru yang lebih banyak dan lebih akurat. Suatu kolase elemen-elemen dasar yang disusun secara lokal dan dihubungkan satu dengan yang lain menurut kaidah yang dianut akan membentuk pengertian baru. Penelitian ini merupakan hasil pengamatan geologi lapangan ditunjang dengan pekerjaan studio, khususnya dalam interpretasi struktur geologi. Klasifikasi genetik terbentuknya cekungan Kuarter, selanjutnya dibangun dan mengacu juga kepada kontrol struktur terhadap penyebaran batuan vulkanik Kuarter dan gunugapi aktif di Jawa Barat. Atas dasar analisis, pembentukan cekungan pada area studi merupakan cekungan antar pegunungan di Jawa Barat, secara umum dapat dikelompokan menjadi: Anticlinal collapse basin, Half Grabben Basin, Flexure Subsidence Basin, Pull Apart Basin dan Paleovolcano Crater Kata kunci: Jawa Barat, Pembentukan cekungan, Tektonik, volkanisme
{"title":"Cekungan Kuarter Antar Pegunungan di Jawa Barat","authors":"Cekungan Kuarter, Antar Pegunungan, Jawa Barat, Edy Sunardi, Iyan Haryanto, A. Nur, A. dan, Nisa Nurul Ilmi","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.751","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.751","url":null,"abstract":"Geologi suatu daerah sebagai suatu model dapat mengalami perubahan secara konstruktif (refining), sejalan dengan munculnya gagasan-gagasan baru dalam sedimentasi, stratigrafi, tektonik dan evolusi cekungan, serta vulkanisme, didukung oleh berbagai jenis data baru yang lebih banyak dan lebih akurat. Suatu kolase elemen-elemen dasar yang disusun secara lokal dan dihubungkan satu dengan yang lain menurut kaidah yang dianut akan membentuk pengertian baru. Penelitian ini merupakan hasil pengamatan geologi lapangan ditunjang dengan pekerjaan studio, khususnya dalam interpretasi struktur geologi. Klasifikasi genetik terbentuknya cekungan Kuarter, selanjutnya dibangun dan mengacu juga kepada kontrol struktur terhadap penyebaran batuan vulkanik Kuarter dan gunugapi aktif di Jawa Barat. Atas dasar analisis, pembentukan cekungan pada area studi merupakan cekungan antar pegunungan di Jawa Barat, secara umum dapat dikelompokan menjadi: Anticlinal collapse basin, Half Grabben Basin, Flexure Subsidence Basin, Pull Apart Basin dan Paleovolcano Crater Kata kunci: Jawa Barat, Pembentukan cekungan, Tektonik, volkanisme","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"113 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123304938","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-07DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.747
Suciana Fitria, Teuku Rahmadhani Z, Yan W. M. Iskandarsyah, Cipta Endayana, Sumtra. Mitigasi, Tsunami Inundation, Padang, Kantor Pemerintahan, K. Kantor, Lurah Pasie, Nan Tigo Koto, Tangah Kantor, Camat Ujung, Gurun Padang, B. Kantor, Lurah Berok, Nipah Padang, Barat Kantor Lurah, Olo Padang, Barat Tabel, Fasilitas Pemerintahan, Terdampak Tsunami, Ketinggian Air, Meter Garis, P. Kantor, Pemerintahan Kecamatan, Kantor Lurah, Pasienantigo Koto, Lurah Bungo, Pasang Koto, Lurah Seberang, Palinggan Padang, Selatan Kantor, Lurah Batang, Arau Padang, Lurah Pasar, Gadang Padang, Lurah Belakang, Tangsi Padang Barat, Flamboyan Padang, Lurah Rimbo, Kaluang Padang, Kampung Lapai, Nanggalo Kantor, Lurah Surau, Gadang Nanggalo, Parupuk Tabing, Koto Tangah, Tabel, Tsunami
Kota Padang menjadi salah satu kota di Indonesia yang berada dan berkembang di pesisir barat Pulau Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tsunami dan dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana tsunami jika melanda wilayah yang ada di Kota Padang dengan menggunakan parameter garis pantai Kota Padang, administrasi, slope dan tutupan lahan yang akan diolah dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada software Arcgis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tsunami Inundation dan cost-distance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam kecamatan di Kota Padang yang terkena dampak dari bencana tsunami dengan ketinggian air 5 dan 12 meter diantaranya yaitu Kecamatan Padang Selatan, Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara, Nanggalo, Koto Tangah dengan jarak landaan tsunami sekitar 1,5 hingga 3 kilometer ke arah daratan Kota Padang. Katakunci : Sumtra. Mitigasi, Tsunami Inundation, Padang, Sistem Informasi Geografis
{"title":"Prediksi Landaan Bencana Tsunami Ketinggian 5 dan 12 Meter di Kota Padang, Sumatera Barat","authors":"Suciana Fitria, Teuku Rahmadhani Z, Yan W. M. Iskandarsyah, Cipta Endayana, Sumtra. Mitigasi, Tsunami Inundation, Padang, Kantor Pemerintahan, K. Kantor, Lurah Pasie, Nan Tigo Koto, Tangah Kantor, Camat Ujung, Gurun Padang, B. Kantor, Lurah Berok, Nipah Padang, Barat Kantor Lurah, Olo Padang, Barat Tabel, Fasilitas Pemerintahan, Terdampak Tsunami, Ketinggian Air, Meter Garis, P. Kantor, Pemerintahan Kecamatan, Kantor Lurah, Pasienantigo Koto, Lurah Bungo, Pasang Koto, Lurah Seberang, Palinggan Padang, Selatan Kantor, Lurah Batang, Arau Padang, Lurah Pasar, Gadang Padang, Lurah Belakang, Tangsi Padang Barat, Flamboyan Padang, Lurah Rimbo, Kaluang Padang, Kampung Lapai, Nanggalo Kantor, Lurah Surau, Gadang Nanggalo, Parupuk Tabing, Koto Tangah, Tabel, Tsunami","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.747","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.747","url":null,"abstract":"Kota Padang menjadi salah satu kota di Indonesia yang berada dan berkembang di pesisir barat Pulau Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tsunami dan dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana tsunami jika melanda wilayah yang ada di Kota Padang dengan menggunakan parameter garis pantai Kota Padang, administrasi, slope dan tutupan lahan yang akan diolah dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada software Arcgis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tsunami Inundation dan cost-distance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam kecamatan di Kota Padang yang terkena dampak dari bencana tsunami dengan ketinggian air 5 dan 12 meter diantaranya yaitu Kecamatan Padang Selatan, Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara, Nanggalo, Koto Tangah dengan jarak landaan tsunami sekitar 1,5 hingga 3 kilometer ke arah daratan Kota Padang.\u0000Katakunci : Sumtra. Mitigasi, Tsunami Inundation, Padang, Sistem Informasi Geografis","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134100161","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-31DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v24i3.758
Katon Sena Adji Nugraha, Mega Fatimah Rosana, Zulfiadi Zakaria
Abstrak Amfiteater Ciletuh merupakan bentang alam unik berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah barat dengan dimensi panjang sekitar 15km dan lebar 9km. Bentang alam ini berada di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, kabupaten Sukabumi. Teori pembentukan amfiteater ini menyebutkan bentukan ini terbentuk akibat keruntuhan yang dipicu tumbukan meteorit dan ada pula yang menyebutkan akibat gravity collapse. Metode analisis kekasaran citra digunakan untuk melihat garis patah di dinding amfiteater. Analisis inverse paleostress digunakan untuk mengetahui fase tektonik di daerah penelitian. Bentuk amfiteater tidak sirkular sempurna, namun mengikuti pola-pola kelurusan yang searah dengan sesar yang ada. Nilai indeks kekasaran pada DEM menunjukan nilai tinggi sepanjang amfiteater yang diartikan sebagai garis patah dari keruntuhan. Penampang lereng amfiteater menunjukan adanya perbedaan bentuk lereng yang mengindikasikan pengaruh struktur geologi yang berbeda di sepanjang lereng. Hasil analisis inverse paleostress menunjukan setidaknya ada dua fase tektonik yang mempengaruhi pembentukan amfiteater diantaranya fase “rezim tegasan strike-slip” dan fase “rezim tegasan ekstensional”. Kata Kunci : Amfiteater Ciletuh, pola struktur, inverse paleostess, rezim tegasan
{"title":"Pengaruh tektonik pada keruntuhan purba di amfiteater Ciletuh, Sukabumi Indonesia","authors":"Katon Sena Adji Nugraha, Mega Fatimah Rosana, Zulfiadi Zakaria","doi":"10.33332/jgsm.geologi.v24i3.758","DOIUrl":"https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v24i3.758","url":null,"abstract":"Abstrak Amfiteater Ciletuh merupakan bentang alam unik berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah barat dengan dimensi panjang sekitar 15km dan lebar 9km. Bentang alam ini berada di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, kabupaten Sukabumi. Teori pembentukan amfiteater ini menyebutkan bentukan ini terbentuk akibat keruntuhan yang dipicu tumbukan meteorit dan ada pula yang menyebutkan akibat gravity collapse. Metode analisis kekasaran citra digunakan untuk melihat garis patah di dinding amfiteater. Analisis inverse paleostress digunakan untuk mengetahui fase tektonik di daerah penelitian. Bentuk amfiteater tidak sirkular sempurna, namun mengikuti pola-pola kelurusan yang searah dengan sesar yang ada. Nilai indeks kekasaran pada DEM menunjukan nilai tinggi sepanjang amfiteater yang diartikan sebagai garis patah dari keruntuhan. Penampang lereng amfiteater menunjukan adanya perbedaan bentuk lereng yang mengindikasikan pengaruh struktur geologi yang berbeda di sepanjang lereng. Hasil analisis inverse paleostress menunjukan setidaknya ada dua fase tektonik yang mempengaruhi pembentukan amfiteater diantaranya fase “rezim tegasan strike-slip” dan fase “rezim tegasan ekstensional”. \u0000Kata Kunci : Amfiteater Ciletuh, pola struktur, inverse paleostess, rezim tegasan","PeriodicalId":119305,"journal":{"name":"Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131538319","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}