Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.3750
Rolita Adelia Prasetya
Budaya Patriarki meringkus kebebasan perempuan desa ke dalam ruang yang sempit. Ketertindasan perempuan desa dalam masyarakat patriarki yang kuat terlihat begitu nyata. Eksploitasi tubuh perempuan sebagai pekerja rumah tangga, pemuas nafsu laki-laki, juru masak di dapur, dan pengurus anak seumur hidup menjadi bentuk ketertindasan perempuan yang akhirnya sulit menjamah ruang publik. Namun, di ambang ketertindasan yang ada, perempuan desa masih memiliki kebebasan untuk ke luar rumah, yaitu ke pasar tradisional. Perempuan masih memiliki secercah harapan untuk mejamah ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz dengan mengedepankan kedalaman data melalui kesadaran individu dalam melakukan tindakan sosial. Asumsi awal penelitian ini berdasar pada konsep ruang publik Hebermas yang menekankan kesetaraan posisi dalam menyampaikan opini di hadapan publik. Sehingga, peneliti melihat kesamaan posisi yang mampu di jamah perempuan desa dengan budaya partriarki yang kuat terdapat di pasar tradisional. Maka dari itu, perempuan desa mampu meretas budaya patriarki Madura dengan menjadikan pasar tradisional sebagai momentum untuk menjamah ruang publik yang lebih luas.
{"title":"Meretas Budaya Patriarki Madura: Eksplorasi Pasar Tradisional Sebagai Ruang Publik Perempuan Desa (Studi Fenomenologi Di Pasar Tradisional Desa Labang, Bangkalan)","authors":"Rolita Adelia Prasetya","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.3750","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3750","url":null,"abstract":"Budaya Patriarki meringkus kebebasan perempuan desa ke dalam ruang yang sempit. Ketertindasan perempuan desa dalam masyarakat patriarki yang kuat terlihat begitu nyata. Eksploitasi tubuh perempuan sebagai pekerja rumah tangga, pemuas nafsu laki-laki, juru masak di dapur, dan pengurus anak seumur hidup menjadi bentuk ketertindasan perempuan yang akhirnya sulit menjamah ruang publik. Namun, di ambang ketertindasan yang ada, perempuan desa masih memiliki kebebasan untuk ke luar rumah, yaitu ke pasar tradisional. Perempuan masih memiliki secercah harapan untuk mejamah ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz dengan mengedepankan kedalaman data melalui kesadaran individu dalam melakukan tindakan sosial. Asumsi awal penelitian ini berdasar pada konsep ruang publik Hebermas yang menekankan kesetaraan posisi dalam menyampaikan opini di hadapan publik. Sehingga, peneliti melihat kesamaan posisi yang mampu di jamah perempuan desa dengan budaya partriarki yang kuat terdapat di pasar tradisional. Maka dari itu, perempuan desa mampu meretas budaya patriarki Madura dengan menjadikan pasar tradisional sebagai momentum untuk menjamah ruang publik yang lebih luas.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123273435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.3319
Indra Setia Bakti, Anismar
Studi ini bertujuan menggambarkan prosesi adat turunmani pada masyarakat Gayo. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengungkapkan simbol-simbol dan makna adat pada acara kelahiran. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara, observasi, dan studi dokumen. Temuan lapangan menunjukkan bahwa prosesi turunmani melandasi perwujudan ikatan sudêrê dan solidaritas kampung. Ketika prosesi turunmani dilakukan sebenarnya ada konsekuensi yang mengikutinya, yaitu status bayi tersebut menjadi anak Rêjê dan masyarakat kampung. Dengan demikian, orang dewasa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam proses pendidikan anak-anak di kampung tersebut. Namun realitas ini tidak lagi sepenuhnya dimengerti oleh sebagian besar warga. Hal itu acapkali menjadi katalis konflik yang mendorong banyak keluarga pada saat ini lebih memilih untuk mengurus urusan keluarga masing-masing dalam rangka menghindari keributan dengan keluarga lain di kampung tersebut. Hal itu berdampak secara luas terhadap jalinan relasi sosial pada masyarakat kampung. Ikatan kekerabatan dan solidaritas sosial semakin lemah. Di sisi lain, individualitas semakin kuat yang tercermin pada maraknya budaya pesta yang memboncengi prosesi sintê môrep.
{"title":"Prosesi Turunmani (Kelahiran) dan Rekonstruksi Solidaritas Pada Masyarakat Gayo","authors":"Indra Setia Bakti, Anismar","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.3319","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3319","url":null,"abstract":"Studi ini bertujuan menggambarkan prosesi adat turunmani pada masyarakat Gayo. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengungkapkan simbol-simbol dan makna adat pada acara kelahiran. Teknik pengumpulan data antara lain wawancara, observasi, dan studi dokumen. Temuan lapangan menunjukkan bahwa prosesi turunmani melandasi perwujudan ikatan sudêrê dan solidaritas kampung. Ketika prosesi turunmani dilakukan sebenarnya ada konsekuensi yang mengikutinya, yaitu status bayi tersebut menjadi anak Rêjê dan masyarakat kampung. Dengan demikian, orang dewasa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam proses pendidikan anak-anak di kampung tersebut. Namun realitas ini tidak lagi sepenuhnya dimengerti oleh sebagian besar warga. Hal itu acapkali menjadi katalis konflik yang mendorong banyak keluarga pada saat ini lebih memilih untuk mengurus urusan keluarga masing-masing dalam rangka menghindari keributan dengan keluarga lain di kampung tersebut. Hal itu berdampak secara luas terhadap jalinan relasi sosial pada masyarakat kampung. Ikatan kekerabatan dan solidaritas sosial semakin lemah. Di sisi lain, individualitas semakin kuat yang tercermin pada maraknya budaya pesta yang memboncengi prosesi sintê môrep.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133673667","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.3773
H. Putra, Al Zuhri
Pramuka merupakan kegiatan ekstra di sekolah yang diharapkan dapat membangun potensi dan karakter siswa menjadi lebih baik ternyata kurang diminati oleh siswa. Pembina pramuka membutuhkan teknik komunikasi sebagai upaya memunculkan minat siswa untuk ikut kegiatan pramuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi teknik komunikasi pembina pramuka dalam menarik minat siswa untuk mengikut kegiatan pramuka. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena lapangan melalui observasi langsung, wawancara dan mencari dokumentasi pendukung mengenai kegiatan-kegiatan kepramukaan. Teknik komunikasi persuasif, informati, koersif, dan human relation digunakan para pembina pada saat pelatihan pramuka dan di luar kegiatan latihan rutin. Pada saat pembina menyampaikan materi tentang kepramukaan, komunikasi yang digunakan bersifat formal, sedangkan di luar kegiatan latihan rutin bersifat informal. Pesan yang disampaikan berupa nasehat, motivasi, teguran, dan saran yang bertujuan untuk meningkatkan minat, semangat, dan kedisiplinan para siswa dalam mengikuti kegiatan pramuka.
{"title":"Implementasi Teknik Komunikasi Pembina Pramuka Terhadap Siswa","authors":"H. Putra, Al Zuhri","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.3773","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3773","url":null,"abstract":"Pramuka merupakan kegiatan ekstra di sekolah yang diharapkan dapat membangun potensi dan karakter siswa menjadi lebih baik ternyata kurang diminati oleh siswa. Pembina pramuka membutuhkan teknik komunikasi sebagai upaya memunculkan minat siswa untuk ikut kegiatan pramuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi teknik komunikasi pembina pramuka dalam menarik minat siswa untuk mengikut kegiatan pramuka. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menggambarkan fenomena lapangan melalui observasi langsung, wawancara dan mencari dokumentasi pendukung mengenai kegiatan-kegiatan kepramukaan. Teknik komunikasi persuasif, informati, koersif, dan human relation digunakan para pembina pada saat pelatihan pramuka dan di luar kegiatan latihan rutin. Pada saat pembina menyampaikan materi tentang kepramukaan, komunikasi yang digunakan bersifat formal, sedangkan di luar kegiatan latihan rutin bersifat informal. Pesan yang disampaikan berupa nasehat, motivasi, teguran, dan saran yang bertujuan untuk meningkatkan minat, semangat, dan kedisiplinan para siswa dalam mengikuti kegiatan pramuka.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129923764","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.4043
M. Huda
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam dunia Pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal guru terhadap anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Temanggung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya menggunakan bentuk induktif dan deskriptif naratif. Hasil penelitian ini adalah bahwa Guru SLB Negeri Temanggung memiliki keterbukaan yang tinggi dalam berkomunikasi dengan siswa autis. Guru menggunakan strategi komunikasi empati dengan mengajak siswa autis untuk ikut bersosialisasi dan berinteraksi dengan yang lain agar siswa juga merasakan apa yang orang lain rasakan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, menyimak, menulis, membaca dan berbicara sangat penting untuk siswa autis karena mereka membutuhkan pengarahan dan keuletan dalam belajar agar siswa autis juga bisa seperti siswa siswa normal pada umumnya.
{"title":"Komunikasi Interpersonal Guru terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Temanggung","authors":"M. Huda","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.4043","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.4043","url":null,"abstract":"Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam dunia Pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal guru terhadap anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Temanggung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya menggunakan bentuk induktif dan deskriptif naratif. Hasil penelitian ini adalah bahwa Guru SLB Negeri Temanggung memiliki keterbukaan yang tinggi dalam berkomunikasi dengan siswa autis. Guru menggunakan strategi komunikasi empati dengan mengajak siswa autis untuk ikut bersosialisasi dan berinteraksi dengan yang lain agar siswa juga merasakan apa yang orang lain rasakan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, menyimak, menulis, membaca dan berbicara sangat penting untuk siswa autis karena mereka membutuhkan pengarahan dan keuletan dalam belajar agar siswa autis juga bisa seperti siswa siswa normal pada umumnya.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124187177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.3907
Yuliana
Tulisan ini bertujuan mengetahui makna dan representasi kewacanaan pemerintah Kalimantan Tengah melalui media pemberitaan online antara lain Kalteng.go.id (23 September 2021), bnpb.go.id (9 September 2021), tekno.tempo.co (3 September 2021), tentang penyebab banjir di Kabupaten Katingan Agustus-September 2021, selain itu mengetahui konsekuensi sosial dari representasi kewacanan yang dibuat oleh pemerintah. Adapun metode penelitian menggunakan kualitatif, yang mana sekaligus menggunakan diskurusus (wacana) pemikiran Foucault sebagai pendekatan analisis data. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah menghadirkan wacana meteorologi sebagai penyebab banjir di Kabupaten Katingan Agustus September 2021, sementara itu juga terdapat pihak lain yang menghadirkan wacana kritis dalam melihat penyebab banjir. Wacana meteorologi dilihat dalam perspektif kritis Foucault sebagai upaya melegitimasi kekuasaan ditengah wacana kritis yang muncul. Adapun wacana menghadirkan konsekuensi sosial berupa tindakan sosial yaitu bantuan terhadap warga terdampak banjir, serta men-challenge pemerintah melakukan evaluasi pengelolaan SDA di Kalimantan Tengah. Sementara ini dampak penelitian membuka lebih kritis posisi pemerintah dalam melihat realita banjir di Katingan, dengan harapan ada evaluasi oleh pemerintah terkait pengelolaan SDA di Kalimantan Tengah.
{"title":"Pendekatan Wacana Kritis-Foucault Terhadap Perspektif Pemerintah di Media Massa Tentang Banjir di Katingan Agustus-September 2021","authors":"Yuliana","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.3907","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3907","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan mengetahui makna dan representasi kewacanaan pemerintah Kalimantan Tengah melalui media pemberitaan online antara lain Kalteng.go.id (23 September 2021), bnpb.go.id (9 September 2021), tekno.tempo.co (3 September 2021), tentang penyebab banjir di Kabupaten Katingan Agustus-September 2021, selain itu mengetahui konsekuensi sosial dari representasi kewacanan yang dibuat oleh pemerintah. Adapun metode penelitian menggunakan kualitatif, yang mana sekaligus menggunakan diskurusus (wacana) pemikiran Foucault sebagai pendekatan analisis data. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah menghadirkan wacana meteorologi sebagai penyebab banjir di Kabupaten Katingan Agustus September 2021, sementara itu juga terdapat pihak lain yang menghadirkan wacana kritis dalam melihat penyebab banjir. Wacana meteorologi dilihat dalam perspektif kritis Foucault sebagai upaya melegitimasi kekuasaan ditengah wacana kritis yang muncul. Adapun wacana menghadirkan konsekuensi sosial berupa tindakan sosial yaitu bantuan terhadap warga terdampak banjir, serta men-challenge pemerintah melakukan evaluasi pengelolaan SDA di Kalimantan Tengah. Sementara ini dampak penelitian membuka lebih kritis posisi pemerintah dalam melihat realita banjir di Katingan, dengan harapan ada evaluasi oleh pemerintah terkait pengelolaan SDA di Kalimantan Tengah.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128075895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.32505/hikmah.v13i1.3973
Dara Maisun
Tulisan ini membahas tentang respon generasi millennial di media sosial terkait Qanun Jinayat Aceh terhadap korban kekerasan seksual perempuan dan anak. Informasi yang ditampilkan dalam edia sosial terkait Qanun Jinayat sangat mendiskriminasikan perempuan sebagai korban sehingga dianggap melanggar HAM dan dituntut untuk melakukan revisi terkait pasal 52 dan 55 terkait korban kekerasan seksual dimana korban diharuskan menghadirkan bukti bahwa telah terjadinya pelecehan. Hal ini menjadi isu yang terus menjadi pro-kontra. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penulisan ini adalah metode literatur dan menggunakan teori analisis wacana Sara Mills. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial mampu merubah cara pandang akan Qanun Jinayat yang selama ini menjadi landasan hukum Syariat di Aceh. Adanya marjinalisasi perempuan pada setiap isu-isu perempuan di media sosial dan menggerakkan kaum millennial untuk menuntut dan memperjuangkan keadilan bagi para perempuan Aceh.
{"title":"Generasi Milennial dan Qanun Jinayat Aceh di Media Sosial: Tanggapan Terhadap Qanun Jinayat Pasal Kekerasan Seksual","authors":"Dara Maisun","doi":"10.32505/hikmah.v13i1.3973","DOIUrl":"https://doi.org/10.32505/hikmah.v13i1.3973","url":null,"abstract":"Tulisan ini membahas tentang respon generasi millennial di media sosial terkait Qanun Jinayat Aceh terhadap korban kekerasan seksual perempuan dan anak. Informasi yang ditampilkan dalam edia sosial terkait Qanun Jinayat sangat mendiskriminasikan perempuan sebagai korban sehingga dianggap melanggar HAM dan dituntut untuk melakukan revisi terkait pasal 52 dan 55 terkait korban kekerasan seksual dimana korban diharuskan menghadirkan bukti bahwa telah terjadinya pelecehan. Hal ini menjadi isu yang terus menjadi pro-kontra. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penulisan ini adalah metode literatur dan menggunakan teori analisis wacana Sara Mills. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial mampu merubah cara pandang akan Qanun Jinayat yang selama ini menjadi landasan hukum Syariat di Aceh. Adanya marjinalisasi perempuan pada setiap isu-isu perempuan di media sosial dan menggerakkan kaum millennial untuk menuntut dan memperjuangkan keadilan bagi para perempuan Aceh.","PeriodicalId":143769,"journal":{"name":"Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Kebudayaan","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116311299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}