Penelitian ini membahas tentang wacana feminisme pada karya sastra Minang Modern dalam kaitannya dengan persoalan perkotaan. Secara umum penelitian ini bertujuan melihat representasi feminisme sebagai akibat arus urbanisasi dan modernisme di Minangkabau. Secara khusus penelitian ini akan membahas tiga cerpen berbahasa Minang dan dikarang oleh pengarang Minang. Sehingga, wacana feminisme yang tengah berkembang di Minangkabau kala karya ini dibuat dapat terbaca. Karya-karya ini diharapkan mampu mewakili persoalan yang diamati oleh pengarang. Wacana feminisme dalam karya sastra yang tampak sebagai akibat hubungan kota dan desa tersebut berkatian dengan orientasi pendidikan, perjuangan akan kebebasan mengambil keputusan dan penolakan akan menikah dini oleh perempuan.
{"title":"Wacana Feminisme dalam Sastra Minang Modern/","authors":"Novi Yulia","doi":"10.25077/jcp.v3i1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v3i1.26","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang wacana feminisme pada karya sastra Minang Modern dalam kaitannya dengan persoalan perkotaan. Secara umum penelitian ini bertujuan melihat representasi feminisme sebagai akibat arus urbanisasi dan modernisme di Minangkabau. Secara khusus penelitian ini akan membahas tiga cerpen berbahasa Minang dan dikarang oleh pengarang Minang. Sehingga, wacana feminisme yang tengah berkembang di Minangkabau kala karya ini dibuat dapat terbaca. Karya-karya ini diharapkan mampu mewakili persoalan yang diamati oleh pengarang. Wacana feminisme dalam karya sastra yang tampak sebagai akibat hubungan kota dan desa tersebut berkatian dengan orientasi pendidikan, perjuangan akan kebebasan mengambil keputusan dan penolakan akan menikah dini oleh perempuan.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"122 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140378651","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Suku Baduy luar merupakan sekelompok individu yang memutuskan untuk keluar dari suku Baduy Dalam. Adapun yang membedakan suku Baduy Luar dengan suku Baduy dalam terlihat dari segi menjalani kehidupannya. Bagi Baduy Dalam, mereka masih memegang teguh adat dengan gaya hidup yang belum tersentuh oleh modernisasi. Sebaliknya, suku Baduy luar sudah mulai menyentuh modernisasi, dimana dengan mudahnya ditemui banyak orang asing yang mengunjungi pemukiman suku Baduy luar, baik itu untuk tujuan penelitian ataupun hanya sekedar untuk berwisata. Sementara itu, untuk kehidupan sosial masyarakat suku Baduy luar tidak berbeda jauh dengan suku Baduy dalam. Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai struktur sosial masyarakat adat Baduy luar yang dilihat dari segi perkawinannya, sistem hukum adat, sistem kekerabatan, hingga sistem kelembagaan masyarakat yang diatur dalam suatu aturan hukum yang berlaku di masyarakat dalam suku Baduy. Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi dan wawancara terkait topik yang akan dikaji dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
{"title":"Kehidupan Sosial Masyarakat Baduy Luar: Sebuah Observasi Awal","authors":"Adinda Wardatu, Fariz Adzam, Siti Khadijah, Salwa Putria, Rizki Afwan, Faturrahmah Faturrahmah, Arya Mubarakh","doi":"10.25077/jcp.v3i1.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v3i1.28","url":null,"abstract":"Suku Baduy luar merupakan sekelompok individu yang memutuskan untuk keluar dari suku Baduy Dalam. Adapun yang membedakan suku Baduy Luar dengan suku Baduy dalam terlihat dari segi menjalani kehidupannya. Bagi Baduy Dalam, mereka masih memegang teguh adat dengan gaya hidup yang belum tersentuh oleh modernisasi. Sebaliknya, suku Baduy luar sudah mulai menyentuh modernisasi, dimana dengan mudahnya ditemui banyak orang asing yang mengunjungi pemukiman suku Baduy luar, baik itu untuk tujuan penelitian ataupun hanya sekedar untuk berwisata. Sementara itu, untuk kehidupan sosial masyarakat suku Baduy luar tidak berbeda jauh dengan suku Baduy dalam. Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai struktur sosial masyarakat adat Baduy luar yang dilihat dari segi perkawinannya, sistem hukum adat, sistem kekerabatan, hingga sistem kelembagaan masyarakat yang diatur dalam suatu aturan hukum yang berlaku di masyarakat dalam suku Baduy. Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi dan wawancara terkait topik yang akan dikaji dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"103 26","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140379518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A recent study has identified the key factors that contribute to the themes explored in Jennifer Down's award-winning novel, Bodies of Light. The book has received literary criticism for its portrayal of human bondage, vulnerability, and social distinction, making these themes the primary focus of the study. By delving into the underlying themes and attributions within the novel, this analysis has provided valuable insights into the story. Notably, the study has shed light on the power dynamics between male characters, and the protagonist's struggle with pain, emotional trauma, and poignancy. Furthermore, previous research has highlighted the connections between the novel's exploration of existential crisis and identity. Keywords: Human Bondage, Emotional Investment, Vulnerability, Childhood Grief, Emotional Instability.
{"title":"Fashioning the Self: Reinvention as Depicted in Jennifer Down's \"Bodies of Light\"","authors":"Donny Syofyan","doi":"10.25077/jcp.v3i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v3i1.29","url":null,"abstract":"A recent study has identified the key factors that contribute to the themes explored in Jennifer Down's award-winning novel, Bodies of Light. The book has received literary criticism for its portrayal of human bondage, vulnerability, and social distinction, making these themes the primary focus of the study. By delving into the underlying themes and attributions within the novel, this analysis has provided valuable insights into the story. Notably, the study has shed light on the power dynamics between male characters, and the protagonist's struggle with pain, emotional trauma, and poignancy. Furthermore, previous research has highlighted the connections between the novel's exploration of existential crisis and identity. \u0000Keywords: Human Bondage, Emotional Investment, Vulnerability, Childhood Grief, Emotional Instability.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"112 45","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140379264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah seorang intelektual dan sejarawan terkenal Indonesia, Taufik Abdullah, lahir di Kota Bukittinggi pada tahun 1936. Terlepas dari kenyataan bahwa dia dibesarkan di Payakumbuh, identitasnya tetap terkait dengan rumahnya di Batusangkar, Tanah Datar. Sebelum menyelesaikan gelar sarjana di Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, dia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Cornell University, Amerika Serikat. Selama karirnya, Taufik Abdullah memiliki banyak posisi penting, seperti peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan aktif terlibat dalam diskusi akademik di dalam dan luar negeri. Dalam perspektifnya tentang sejarah, dia menekankan betapa pentingnya menulis sejarah secara objektif dan bagaimana hegemoni dapat merusak karya sejarah. Dia mendorong para sejarawan muda untuk berpikir kritis dan luas serta menghindari dominasi hegemonik dalam dunia akademis. Sebagai "Presiden Sejarawan Asia", dia diberi penghargaan atas karyanya yang luar biasa dalam bidang sejarah. Kata kunci: intelektual, sejarawan, perspektif, sejarah, sejarawan muda
{"title":"Taufik Abdullah: Sebuah Biografi Intelektual (1978-1995)","authors":"M. Afdal, Purwo Husodo","doi":"10.25077/jcp.v3i1.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v3i1.30","url":null,"abstract":"Salah seorang intelektual dan sejarawan terkenal Indonesia, Taufik Abdullah, lahir di Kota Bukittinggi pada tahun 1936. Terlepas dari kenyataan bahwa dia dibesarkan di Payakumbuh, identitasnya tetap terkait dengan rumahnya di Batusangkar, Tanah Datar. Sebelum menyelesaikan gelar sarjana di Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada, dia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Cornell University, Amerika Serikat. Selama karirnya, Taufik Abdullah memiliki banyak posisi penting, seperti peneliti senior di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan aktif terlibat dalam diskusi akademik di dalam dan luar negeri. Dalam perspektifnya tentang sejarah, dia menekankan betapa pentingnya menulis sejarah secara objektif dan bagaimana hegemoni dapat merusak karya sejarah. Dia mendorong para sejarawan muda untuk berpikir kritis dan luas serta menghindari dominasi hegemonik dalam dunia akademis. Sebagai \"Presiden Sejarawan Asia\", dia diberi penghargaan atas karyanya yang luar biasa dalam bidang sejarah. \u0000Kata kunci: intelektual, sejarawan, perspektif, sejarah, sejarawan muda","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"118 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140379211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemunculan fotografi dapat mempresentasikan terbukanya sebuah dunia baru. Permasalahan utama penelitian adalah seperti apa kehidupan perempuan Minangkabau dalam fotografi masa kolonial, serta menjelaskan gagasan-gagasan, deskripsi foto, dan relasinya dengan realitas perempuan Minangkabau masa kolonial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk-bentuk kehidupan perempuan Minangkabau dalam fotografi masa kolonial sehingga dapat menjelaskan interaksi simbolik perempuan Minangkabau dalam fotografi dan konteks historisnya. Kajian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fotografi perempuan Minangkabau masa kolonial memperlihatkan kehidupan modern dan status sosial mereka dalam masyarakat. Perempuan Minangkabau masa kolonial menempatkan modernitas sebagai cara pandang dunia baru mereka, sehingga menghasilkan imaji dan gambaran perempuan yang memiliki nilai estetis sekaligus realitas.
{"title":"Perempuan Minangkabau Dalam Fotografi Masa Kolonial Tahun 1900-1942","authors":"Ilma Ilma","doi":"10.25077/jcp.v2i2.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i2.16","url":null,"abstract":"Kemunculan fotografi dapat mempresentasikan terbukanya sebuah dunia baru. Permasalahan utama penelitian adalah seperti apa kehidupan perempuan Minangkabau dalam fotografi masa kolonial, serta menjelaskan gagasan-gagasan, deskripsi foto, dan relasinya dengan realitas perempuan Minangkabau masa kolonial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk-bentuk kehidupan perempuan Minangkabau dalam fotografi masa kolonial sehingga dapat menjelaskan interaksi simbolik perempuan Minangkabau dalam fotografi dan konteks historisnya. Kajian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fotografi perempuan Minangkabau masa kolonial memperlihatkan kehidupan modern dan status sosial mereka dalam masyarakat. Perempuan Minangkabau masa kolonial menempatkan modernitas sebagai cara pandang dunia baru mereka, sehingga menghasilkan imaji dan gambaran perempuan yang memiliki nilai estetis sekaligus realitas.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114381088","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah menjabarkan pergulatan pembuatan film horor berupa kelahiran dan perkembangannya pada masa pasca Orde Baru. Film horor pasca Orde Baru mengambil latar perkotaan dan menggunakan tokoh atau sosok profesional, atau pelajar muda dengan wajah yang semakin menarik. Hal ini berbanding terbali dengan film horor sebelumnya, yang menggunakan legenda atau cerita rakyat lokal (lokal). Dalam film horor Pasca Orde Baru, karakter hantuhadir di hadapan publik dalam teror psikologis. Selain itu, hampir seluruh alur cerita, kisah terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat (legenda) kota, atau mitos legenda urban (urban legend). Salah satu film masa ini adalah berjudul, Jelangkung. Film ini menandai maraknya kembali film horor sejak era Reformasi. Gambar-gambar dalam film ini diambil dengan gaya video musik televisi Film horor Indonesia pasca Orde Baru merupakan salinan yang menarik dari perjuangan antara "tradisi" dan "modern", atau antara "alasan" dan "irasionalitas", yang membawa kepercayaan pada hal-hal mistis menjadi bagian dari kehidupan, dan terus tumbuh dalam masyarakat urban yang dianggap modern dan rasional. Kata kunci: Orde Baru, teror psikologis, Jelangkung, tradisi, modern
{"title":"Mistikasi dalam Urban Legend: Film Horor di Indonesia Pasca Orde","authors":"Yusuf Kurnaiawan","doi":"10.25077/jcp.v2i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i1.19","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah menjabarkan pergulatan pembuatan film horor berupa kelahiran dan perkembangannya pada masa pasca Orde Baru. Film horor pasca Orde Baru mengambil latar perkotaan dan menggunakan tokoh atau sosok profesional, atau pelajar muda dengan wajah yang semakin menarik. Hal ini berbanding terbali dengan film horor sebelumnya, yang menggunakan legenda atau cerita rakyat lokal (lokal). Dalam film horor Pasca Orde Baru, karakter hantuhadir di hadapan publik dalam teror psikologis. Selain itu, hampir seluruh alur cerita, kisah terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat (legenda) kota, atau mitos legenda urban (urban legend). Salah satu film masa ini adalah berjudul, Jelangkung. Film ini menandai maraknya kembali film horor sejak era Reformasi. Gambar-gambar dalam film ini diambil dengan gaya video musik televisi Film horor Indonesia pasca Orde Baru merupakan salinan yang menarik dari perjuangan antara \"tradisi\" dan \"modern\", atau antara \"alasan\" dan \"irasionalitas\", yang membawa kepercayaan pada hal-hal mistis menjadi bagian dari kehidupan, dan terus tumbuh dalam masyarakat urban yang dianggap modern dan rasional. \u0000Kata kunci: Orde Baru, teror psikologis, Jelangkung, tradisi, modern","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131748487","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sejak lama Minangkabau dikenal sebagai suku bangsa (etnik) yang memiliki nilai-nilai budaya yang demokratis. Namun kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. Sekalipun sudah terdapat beberapa kemajuan dalam pelaksanaan demokrasi, baik pada tataran prosedur maupun nilai, namun juga masih banyak unsur budaya dan praktik sosial politik di Minangkabau sampai saat ini belum sejalan dengan nilai-nilai demokrasi. Salah satunya terkait soal kualitas keterwakilan (representasi) perempuan dalam kehidupan politik di daerah.
{"title":"Perempuan Dan Demokrasi Lokal Di Minangkabau","authors":"Israr Iskandar","doi":"10.25077/jcp.v2i1.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i1.14","url":null,"abstract":"Sejak lama Minangkabau dikenal sebagai suku bangsa (etnik) yang memiliki nilai-nilai budaya yang demokratis. Namun kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. Sekalipun sudah terdapat beberapa kemajuan dalam pelaksanaan demokrasi, baik pada tataran prosedur maupun nilai, namun juga masih banyak unsur budaya dan praktik sosial politik di Minangkabau sampai saat ini belum sejalan dengan nilai-nilai demokrasi. Salah satunya terkait soal kualitas keterwakilan (representasi) perempuan dalam kehidupan politik di daerah.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122157134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lirik-lirik lahir dari satu masa menjadi alat revitalisasi budaya di satu masyarakat. Lirik lagu Minangkabau dan penggunaan tahun dalam judul tulisan menunjukkan masa populernya lagu-lagu tersebut dan fase penting dari transisi dan transformasi masyarakat Minangkabau. Penelitian ini menunjukkan perubahan masyarakat Minangkabau dan gambaran realitas sosial-budaya Minangkabau dalam empat isu utama yaitu rantau, nilai dan norma, revitalisasi budaya, dan perubahan sosial dalam lirik lagu yang dinyanyikan Elly Kasim dalam Album Top Hits 1960-1970. kata kunci Revitalisasi budaya, lirik lagu, transisi, transformasi, perubahan sosial
{"title":"Elly Kasim dan Perubahan Sosial: Analisis LIrik Lagu Minangkabau dalam Album Top Hits (1960-1970)","authors":"Novi Yulia","doi":"10.25077/jcp.v2i1.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i1.22","url":null,"abstract":"Lirik-lirik lahir dari satu masa menjadi alat revitalisasi budaya di satu masyarakat. Lirik lagu Minangkabau dan penggunaan tahun dalam judul tulisan menunjukkan masa populernya lagu-lagu tersebut dan fase penting dari transisi dan transformasi masyarakat Minangkabau. Penelitian ini menunjukkan perubahan masyarakat Minangkabau dan gambaran realitas sosial-budaya Minangkabau dalam empat isu utama yaitu rantau, nilai dan norma, revitalisasi budaya, dan perubahan sosial dalam lirik lagu yang dinyanyikan Elly Kasim dalam Album Top Hits 1960-1970. \u0000kata kunci \u0000Revitalisasi budaya, lirik lagu, transisi, transformasi, perubahan sosial","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123449605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article based on research about the mistakes of the Indonesian language in the Local Government Regulations of West Sumatra Province. This article explained the mistakes of Indonesian language in local government regulation were designed, discussed, and decided by the West Sumatra Provincial Government and the Assembly at West Sumatra Province. This research is important because the Indonesian language mistakes in local government regulations are related to the implementation of Presidential Regulation Number 63 of 2019 Part 3 which is “that Indonesian language should be used in grammar regulations which are using sentences, writing techniques, and spelling. Local government regulation is a product of laws and regulations that should use the Indonesian language correctly. However, some mistakes Indonesian languages still found in the local government regulation. This research is qualitative and the method used in data collection is the observation method, the method of analyzing data used the distributional method, and the method of presenting the results of the analysis is an oral presentation. Several mistakes in the Indonesian language was found in the local government regulation of West Sumatra Province that are 1) the mistake of used punctuation, 2) the mistake of words and spelling, 3) the mistake of used words from local language and foreign language, 4) the mistake of used compound, 5) the sentences that are not effective, 6)using of non-standard words, 7) the mistype the words, and 8) the mistake used preposition. Keywords: Mistakes, Indonesian Language, Local Government Regulation, West Sumatra
{"title":"Kekeliruan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatra Barat","authors":"Elly Delfia","doi":"10.25077/jcp.v2i1.20","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i1.20","url":null,"abstract":"This article based on research about the mistakes of the Indonesian language in the Local Government Regulations of West Sumatra Province. This article explained the mistakes of Indonesian language in local government regulation were designed, discussed, and decided by the West Sumatra Provincial Government and the Assembly at West Sumatra Province. This research is important because the Indonesian language mistakes in local government regulations are related to the implementation of Presidential Regulation Number 63 of 2019 Part 3 which is “that Indonesian language should be used in grammar regulations which are using sentences, writing techniques, and spelling. Local government regulation is a product of laws and regulations that should use the Indonesian language correctly. However, some mistakes Indonesian languages still found in the local government regulation. This research is qualitative and the method used in data collection is the observation method, the method of analyzing data used the distributional method, and the method of presenting the results of the analysis is an oral presentation. Several mistakes in the Indonesian language was found in the local government regulation of West Sumatra Province that are 1) the mistake of used punctuation, 2) the mistake of words and spelling, 3) the mistake of used words from local language and foreign language, 4) the mistake of used compound, 5) the sentences that are not effective, 6)using of non-standard words, 7) the mistype the words, and 8) the mistake used preposition. \u0000Keywords: Mistakes, Indonesian Language, Local Government Regulation, West Sumatra","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114688211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini berupaya mengurai masalah tentang perkembangan sejarah Islam yang berkaitan dengan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 1984-2014, seperti proses masuk dan berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan, pola pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah oleh Buya Haji Zhainir Dt. Gayua, dan ajaran serta kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan. Tujuan artikel ini bermaksud untuk menjelaskan keberadaan dan perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Nagari Suayan dalam penekanan ruang dan waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian yang didapat adalah: [1] Keberadaan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan tidak terlepas dari peran Buya Haji Zhainir Dt. Gayua di abad ke-20, [2] pola pengembangan yang dilakukan oleh Buya Haji Zhainir Dt. Gayua melalui pendidikan tarekat yang terpusat di Surau Halaqah Al-Jama’atul Mukminin, [3] ajaran serta kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah lebih berfokus pada kegiatan suluk, shalat, dan zikir. Dengan demikian, artikel ini cenderung menekankan waktu yang menjadi dinamika perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan sebagai salah satu tarekat yang ada di Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota. Kata kunci: Tarekat Naqsyabandiyah; Buya Haji Zhainir Dt. Gayua; dan Nagari Suayan.
这篇文章旨在探讨伊斯兰历史上关于Tarekat naqshabandiyah的历史发展的问题,比如1985 -2014年至2014年“Akabiluru地区”的50个城市的入口和发展,如Buya Haji Zhainir Dt的Tarekat naqshabandiyah的进入和发展模式。Gayua,以及在na加里Suayan的教义和活动。这篇文章的目的是在空间和时间的重点上解释纳格里亚纳格里亚的存在和发展。研究方法包括历史方法:启发法、来源批评、解释和史学。这项研究的结果是[1]Tarekat naqshabandiyah在Nagari Suayan的存在,而不是Buya Haji Zhainir Dt的角色。Gayua在20世纪,[2]由Buya Haji Zhainir Dt开创的发展模式。Gayua以tarekat为中心的教育在Surau Halaqah Al-Jama Mukminin[3]教义和tarekat活动更集中在suluk, praqshabandiyah和zikir活动上。因此,这篇文章倾向于强调在纳加里苏扬的Tarekat naqshabandiyah作为50个城市赤义道的Tarekat之一。关键词:Tarekat naqshabandiyah;@ Buya Haji Zhainir Dt报道。Gayua;还有Nagari Suayan。
{"title":"Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah Di Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 1984-2014","authors":"Purwo Husodo, Welly","doi":"10.25077/jcp.v2i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jcp.v2i1.21","url":null,"abstract":"Artikel ini berupaya mengurai masalah tentang perkembangan sejarah Islam yang berkaitan dengan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 1984-2014, seperti proses masuk dan berkembangnya Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan, pola pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah oleh Buya Haji Zhainir Dt. Gayua, dan ajaran serta kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan. Tujuan artikel ini bermaksud untuk menjelaskan keberadaan dan perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Nagari Suayan dalam penekanan ruang dan waktu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian yang didapat adalah: [1] Keberadaan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan tidak terlepas dari peran Buya Haji Zhainir Dt. Gayua di abad ke-20, [2] pola pengembangan yang dilakukan oleh Buya Haji Zhainir Dt. Gayua melalui pendidikan tarekat yang terpusat di Surau Halaqah Al-Jama’atul Mukminin, [3] ajaran serta kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah lebih berfokus pada kegiatan suluk, shalat, dan zikir. Dengan demikian, artikel ini cenderung menekankan waktu yang menjadi dinamika perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Nagari Suayan sebagai salah satu tarekat yang ada di Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota. \u0000Kata kunci: Tarekat Naqsyabandiyah; Buya Haji Zhainir Dt. Gayua; dan Nagari Suayan.","PeriodicalId":157894,"journal":{"name":"Jurnal Ceteris Paribus","volume":"142 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131579943","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}