Artikel ini membahas realitas umat Islam bagaimana mereka meresepsi al-Qur’an dengan memfungsikan ayat-ayat tertentu dalam praktek ruqyah. Adalah Lembaga Ruqyah Quar’anic Healing Internationl (QHI) Wilayah Lampung yang dalam prakteknya menfungsikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai sarana dalam menyembuhkan penyakit klien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang ditelusuri secara snowball sampling. Berdasaarkan hasil wawancara dan observasi, maka ditemukan data bahwa: Pertama, Praktek resepsi Quar’anic Healing pada QHI terhadap al-Qur’an tergolong dalam ruqyah syar’iyyah. Kedua, pe-ruqyah dan klien memahami ruqyah sebagai bentuk meresepsi al-Qur’an yang diyakini memiliki kekuatan supranatural yang dapat menyembuhkan penyakit baik psikis maupun fisik. Dari perspektif dakwah, dalam proses ruqyah massal terbangun jaringan social antara peruqyah dan klien. Ketiga, praktek resepsi al-Qur’an dalam proses ruqyah mampu membentuk pribadi-pribadi yang ta’at kepada Allah SWT.
{"title":"TERAPI AL-QUR’AN: STUDI LIVING AL-QUR’AN TENTANG METODE RUQYAH SYAR’IYYAH","authors":"K. Khairullah, Faizal Faizal, Fariza Makmun","doi":"10.30631/atb.v6i2.114","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/atb.v6i2.114","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas realitas umat Islam bagaimana mereka meresepsi al-Qur’an dengan memfungsikan ayat-ayat tertentu dalam praktek ruqyah. Adalah Lembaga Ruqyah Quar’anic Healing Internationl (QHI) Wilayah Lampung yang dalam prakteknya menfungsikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai sarana dalam menyembuhkan penyakit klien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang ditelusuri secara snowball sampling. Berdasaarkan hasil wawancara dan observasi, maka ditemukan data bahwa: Pertama, Praktek resepsi Quar’anic Healing pada QHI terhadap al-Qur’an tergolong dalam ruqyah syar’iyyah. Kedua, pe-ruqyah dan klien memahami ruqyah sebagai bentuk meresepsi al-Qur’an yang diyakini memiliki kekuatan supranatural yang dapat menyembuhkan penyakit baik psikis maupun fisik. Dari perspektif dakwah, dalam proses ruqyah massal terbangun jaringan social antara peruqyah dan klien. Ketiga, praktek resepsi al-Qur’an dalam proses ruqyah mampu membentuk pribadi-pribadi yang ta’at kepada Allah SWT.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"18 S1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139158414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran terhadap ayat tentang bid’ah, dengan corak yang digunakan mufasir dalam menafsirkan ayat tersebut. Penelitian ini termasuk metode kualitatif yang sumber datanya di peroleh dari kepustakaan (library research). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam menafsirkan surah Al-Hujurat ayat 1, surah Al-Maidah ayat 3 dan surah Al-Hadid ayat 27 dalam Tafsir Ibnu Utsaimin menunjukkan perbedaan pendapat para ulama. Metode tafsir yang diterapkan oleh Syekh al-‘Utsaimin dalam tafsirnya. menggunakan perkataan yang jelas, kalimat yang dalam dan tidak bertele-tele dan selalu beliau iringi dengan untaian nasihat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu dalam tafsirnya tidak banyak menyebutkan perkataan dan masalah-masalah cabang yang banyak didapatkan dalam kitab tafsir seperti masalah balaghah dan i’rab. Corak yang digunakan Syekh al-‘Utsaimin dalam tafsirnya ialah menggunakan corak fiqih dan metode yang digunakannya adalah metode tahlili.
{"title":"PENAFSIRAN SYEKH AL-‘UTSAIMIN TERHADAP AYAT-AYAT BID’AH DALAM AL-QUR’AN","authors":"Hanisah Azzahra","doi":"10.30631/ATB.V3I1.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/ATB.V3I1.17","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran terhadap ayat tentang bid’ah, dengan corak yang digunakan mufasir dalam menafsirkan ayat tersebut. Penelitian ini termasuk metode kualitatif yang sumber datanya di peroleh dari kepustakaan (library research). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dalam menafsirkan surah Al-Hujurat ayat 1, surah Al-Maidah ayat 3 dan surah Al-Hadid ayat 27 dalam Tafsir Ibnu Utsaimin menunjukkan perbedaan pendapat para ulama. Metode tafsir yang diterapkan oleh Syekh al-‘Utsaimin dalam tafsirnya. menggunakan perkataan yang jelas, kalimat yang dalam dan tidak bertele-tele dan selalu beliau iringi dengan untaian nasihat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu dalam tafsirnya tidak banyak menyebutkan perkataan dan masalah-masalah cabang yang banyak didapatkan dalam kitab tafsir seperti masalah balaghah dan i’rab. Corak yang digunakan Syekh al-‘Utsaimin dalam tafsirnya ialah menggunakan corak fiqih dan metode yang digunakannya adalah metode tahlili.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122953082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Karya ini menelisik tentang spektrum historis tafsir al-Qur’an yang ada di Indonesia, yang diawali dengan pembahasan tentang konteks sosial-budaya kajian tafsir di Indonesia, yang sajikan sebagai pembahaan pembuka untuk memahami landasan atau basis sosial-budaya tafsir yang dihasilkan di bumi Nusantara Indonesia. Selanjutnya penulis menulis tentang embrio tafsir di Indonesia yang sesunggiuhnya telah dimulai seiring degan peryebaran dan pertumbuhan Islan di Nusantara. Akhirnya penulis menutup pembahasan tentang perkembangan tafsir di Indonesia yang penulis bingkai dalam tiga periodesasi, yaitu periode klasik, modern, dan kontemporer. Periode klasik diawali sejak awal abad ke-17 hingga akhir abad ke19; periode modern diawali sejak peruh pertama atau pertengahan abad ke-20 hingga akhir tahun 1980-an, dan periode kontemporer terjadi sejak awal tahun 1990-an hingga sekarang.
{"title":"SPEKTRUM HISTORIS TAFSIR AL-QUR’AN DI INDONESIA","authors":"Abdul Latif","doi":"10.30631/TJD.V18I1.97","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/TJD.V18I1.97","url":null,"abstract":"Karya ini menelisik tentang spektrum historis tafsir al-Qur’an yang ada di Indonesia, yang diawali dengan pembahasan tentang konteks sosial-budaya kajian tafsir di Indonesia, yang sajikan sebagai pembahaan pembuka untuk memahami landasan atau basis sosial-budaya tafsir yang dihasilkan di bumi Nusantara Indonesia. Selanjutnya penulis menulis tentang embrio tafsir di Indonesia yang sesunggiuhnya telah dimulai seiring degan peryebaran dan pertumbuhan Islan di Nusantara. Akhirnya penulis menutup pembahasan tentang perkembangan tafsir di Indonesia yang penulis bingkai dalam tiga periodesasi, yaitu periode klasik, modern, dan kontemporer. Periode klasik diawali sejak awal abad ke-17 hingga akhir abad ke19; periode modern diawali sejak peruh pertama atau pertengahan abad ke-20 hingga akhir tahun 1980-an, dan periode kontemporer terjadi sejak awal tahun 1990-an hingga sekarang.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122574736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ut. Febri Dwijayanti, Masiyan Masiyan, Ermawati Ermawati
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan, yaitu banyaknya perempuan yang menjadi korban dalam tindak kekerasan rumah tangga. Tindakan tersebut terjadi karena seorang suami merasa bahwa dirinya berhak melakukan apapun terhadap istrinya. Perbedaan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki bukanlah tindakan dari diskriminasi. Perbedaan tersebut tidak digunakan untuk meninggikan ataupun merendahkan salah satu makhluk. Salah satu faktor yang memicu tindakan kekerasan tersebut berkaitan dengan bagaimana cara suami dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan sebagai perempuan kebanyakan mereka menerima segala perlakuan dengan pasrah dan mengalah. Oleh karena itu penulis termotivasi untuk mengkaji tentang tafsiran beberapa ayat yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan agar dari penafsiran tersebut dapat ditemukan pencegahannya. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi maka, sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah fenomena yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Sedangkan metodologi yang digunakan adalah metode tematik dengan membahas beberapa ayat sesuai dengan tema yang ada di dalam al-Qur’an. Hasilnya penulis menemukan pencegahan dapat dilakukan pada masa awal perkawinan dengan memberikan wejangan dari pihak orang tua serta bagi kedua belah pasangan harus memahami sifat dan kepribadian masing-masing. Kekerasan dalam rumah tangga dapat diatasi pada masa awal sebelum perkawinan. Suami harus memiliki pemikiran yang positif bahwasanya istri adalah titipan Tuhan yang harus yang harus diberikan rasa tanggung jawab, diperlakukan dengan baik seperti dalam awal surah An-Nisa ayat 34 bahwasanya laki-laki adalah pemimpin keluarga. Serta dalam kehidupan rumah tangga harus senantiasa menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang seperti dalam surah Ar-Rum ayat 21.
{"title":"Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan Perspektif Al-Qur’an","authors":"Ut. Febri Dwijayanti, Masiyan Masiyan, Ermawati Ermawati","doi":"10.30631/ATB.V2I1.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/ATB.V2I1.12","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan, yaitu banyaknya perempuan yang menjadi korban dalam tindak kekerasan rumah tangga. Tindakan tersebut terjadi karena seorang suami merasa bahwa dirinya berhak melakukan apapun terhadap istrinya. Perbedaan yang terjadi antara perempuan dan laki-laki bukanlah tindakan dari diskriminasi. Perbedaan tersebut tidak digunakan untuk meninggikan ataupun merendahkan salah satu makhluk. Salah satu faktor yang memicu tindakan kekerasan tersebut berkaitan dengan bagaimana cara suami dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan sebagai perempuan kebanyakan mereka menerima segala perlakuan dengan pasrah dan mengalah. Oleh karena itu penulis termotivasi untuk mengkaji tentang tafsiran beberapa ayat yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan agar dari penafsiran tersebut dapat ditemukan pencegahannya. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi maka, sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah fenomena yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga dengan menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Sedangkan metodologi yang digunakan adalah metode tematik dengan membahas beberapa ayat sesuai dengan tema yang ada di dalam al-Qur’an. Hasilnya penulis menemukan pencegahan dapat dilakukan pada masa awal perkawinan dengan memberikan wejangan dari pihak orang tua serta bagi kedua belah pasangan harus memahami sifat dan kepribadian masing-masing. Kekerasan dalam rumah tangga dapat diatasi pada masa awal sebelum perkawinan. Suami harus memiliki pemikiran yang positif bahwasanya istri adalah titipan Tuhan yang harus yang harus diberikan rasa tanggung jawab, diperlakukan dengan baik seperti dalam awal surah An-Nisa ayat 34 bahwasanya laki-laki adalah pemimpin keluarga. Serta dalam kehidupan rumah tangga harus senantiasa menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang seperti dalam surah Ar-Rum ayat 21.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126584310","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fokus penelitian ini adalah tentang teori kesejahteraan sosial dan bagaimana konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui; (1) Komponen kesejahteraan sosial yang terdapat dalam al-Qur’an. (2) Cara-cara al-Qur’an dalam mewujudkan kesejahteraan sosial (3) Implementasi Untuk Membentuk Kesejahteraan Sosial Menuju Masyarakat Madani. Hasil penelitian menunjukkan (1) Menurut al-Qur’an terdapat lima komponen yang harus terpenuhi dalam kehidupan agar tercipta kesejahteraan sosial, yaitu kebutuhan fisik biologis, intelektual, emosi/psikis, spiritual dan sosial. (2) Secara subtantif terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang menunjukkan cara-cara untuk memenuhi lima komponen kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh al-Qur’an sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang sejahtera dan menjadi salah satu faktor pendukung perwujudan masyarakat madani. (3) Konsep kesejahteraan sosial menurut al-Qur’an masih belum terimplementasikan dengan sempurna di Indonesia. Masih banyak teori-teori lain seperti liberalis kapitalis, sosialis dan lain sebagainya yang lebih didahulukan penggunaannya dalam membentuk kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani adalah dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam segala aktivitas kemanusiaan serta melapisi dimensi material dengan dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama.
{"title":"KONSEP AL-QUR’AN DALAM MEMBENTUK KESEJAHTERAAN SOSIAL MENUJU MASYARAKAT MADANI","authors":"Ahmad Mustaniruddin","doi":"10.30631/atb.v2i2.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/atb.v2i2.6","url":null,"abstract":"Fokus penelitian ini adalah tentang teori kesejahteraan sosial dan bagaimana konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui; (1) Komponen kesejahteraan sosial yang terdapat dalam al-Qur’an. (2) Cara-cara al-Qur’an dalam mewujudkan kesejahteraan sosial (3) Implementasi Untuk Membentuk Kesejahteraan Sosial Menuju Masyarakat Madani. Hasil penelitian menunjukkan (1) Menurut al-Qur’an terdapat lima komponen yang harus terpenuhi dalam kehidupan agar tercipta kesejahteraan sosial, yaitu kebutuhan fisik biologis, intelektual, emosi/psikis, spiritual dan sosial. (2) Secara subtantif terdapat sejumlah ayat al-Qur’an yang menunjukkan cara-cara untuk memenuhi lima komponen kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh al-Qur’an sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang sejahtera dan menjadi salah satu faktor pendukung perwujudan masyarakat madani. (3) Konsep kesejahteraan sosial menurut al-Qur’an masih belum terimplementasikan dengan sempurna di Indonesia. Masih banyak teori-teori lain seperti liberalis kapitalis, sosialis dan lain sebagainya yang lebih didahulukan penggunaannya dalam membentuk kesejahteraan sosial di Indonesia. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsep al-Qur’an dalam membentuk kesejahteraan sosial menuju masyarakat madani adalah dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam segala aktivitas kemanusiaan serta melapisi dimensi material dengan dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115036574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini mengkaji tentang konsep bekerja yang di era modernisasi saat ini tengah mengalami distansi dari tujuannya. Kebutuhan hidup yang semakin menghimpit dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit membuat manusia menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta. Sehingga konsep bekerja manusia saat ini menjadi penting untuk dikaji berlandaskan pedoman umat Islam yakni al-Qur’an. Dalam menganilisis permasalahan penulis menggunakan metode tafisr maudhu’i (tafsir tematik). Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa al-Qur’an telah memberikan pedoman bagi manusia dalam bekerja yang dapat dirangkum dalam konsep tashawwur al-hayah dan ghayah al-hayah. Dalam bingkai tashawwur al-hayah (tujuan hidup di dunia) bekerja merupakan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, dan masyarakat yang harus dimulai dengan niat, tempat, dan cara yang baik. Sedangkan dalam bingkai ghayah al-hayah (tujuan hidup manusia), bekerja merupakan realisasi dari fungsi ibadullah dari hasil bekerja yang didistribusikan kepada sail dan mahrum, baik yang bersifat ijbari maupun ikhtiyari.
{"title":"KONSEP TASHAWWUR Al-HAYAH DAN GHAYAH AL-HAYAH DALAM BEKERJA PERSPEKTIF AL-QUR’AN","authors":"Zaki Mubarak","doi":"10.30631/atb.v2i2.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/atb.v2i2.7","url":null,"abstract":"Tulisan ini mengkaji tentang konsep bekerja yang di era modernisasi saat ini tengah mengalami distansi dari tujuannya. Kebutuhan hidup yang semakin menghimpit dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit membuat manusia menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta. Sehingga konsep bekerja manusia saat ini menjadi penting untuk dikaji berlandaskan pedoman umat Islam yakni al-Qur’an. Dalam menganilisis permasalahan penulis menggunakan metode tafisr maudhu’i (tafsir tematik). Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa al-Qur’an telah memberikan pedoman bagi manusia dalam bekerja yang dapat dirangkum dalam konsep tashawwur al-hayah dan ghayah al-hayah. Dalam bingkai tashawwur al-hayah (tujuan hidup di dunia) bekerja merupakan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, dan masyarakat yang harus dimulai dengan niat, tempat, dan cara yang baik. Sedangkan dalam bingkai ghayah al-hayah (tujuan hidup manusia), bekerja merupakan realisasi dari fungsi ibadullah dari hasil bekerja yang didistribusikan kepada sail dan mahrum, baik yang bersifat ijbari maupun ikhtiyari.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121389334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Term sunnah adalah salah satu kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia. Sunnah adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan suatu perbuatan atau amalan yang disandarkan langsung kepada Nabi Saw. dari segi perkataan, perbuatan, dan persetujuan (taqrir). Di Indonesia pada beberapa oknum atau kalangan tertentu, term sunnah digunakan bukan untuk menunjukkan suatu amalan atau perbuatan yang disandarkan kepada Nabi sebagaimana yang telah disebutkan, akan tetapi term sunnah tersebut digunakan sebagai kata yang dilekatkan pada penamaan sebuah objek tertentu. Dengan menggunakan survey literature, artikel ini mencoba untuk mengkaji makna sunnah yang sebenarnya menurut para ulama, juga untuk meneliti beberapa objek yang menggunakan kata sunnah dalam penamaannya. Data yang didapat melalui penelusuran naskah dari berbagai sumber tentang penamaan dengan memakai kata sunnah ini akan dikaji ulang untuk kemudian dikomparasikan dengan makna sunnah yang sesungguhnya. Hasilnya, Merupakan suatu kesalahan apabila kata sunnah digunakan untuk penamaan suatu objek, sebagaimana yang terjadi di Indonesia yang jelas-jelas tidak pernah terjadi di zaman Rasulullah; baik yang secara langsung dilakukan oleh beliau, Sahabat maupun Tabi’in. Hal ini akan memunculkan asumsi bahwa suatu objek seperti para Ustadz, toko, komunitas, radio, tv, dan objek-objek lainnya yang tidak menggunakan kata sunnah dalam penamaannya akan dianggap bid’ah. Hal ini akan berdampak pada bingungnya ummat dan konsekuensinya adalah ummat akan menjauh serta akan muncul sikap meremehkan dan saling menyalahkan dan akan menimbulkan perpecahan. Jika-pun memang harus memakai kata sunnah untuk nama suatu objek, maka hal itu harus diakui hanya sebatas label saja dan bukan untuk menunjuk pada makna dari kata sunnah yang sebenarnya.
Term sunnah是穆斯林中一个非常熟悉的词,尤其是在印尼。“苏拿”一词是用来指直接指向先知(愿平安与祝福与祝福与祝福同在)的任何行为或行为。在言语、行为和同意方面(taqrir)。在印尼的某些人或团体中,“太阳神”一词并不是指先知所提到的那种奉献或行为,而是用来表示一个特定物体的命名。利用文献调查,这篇文章试图研究神职人员对苏纳的真正含义,并研究一些使用苏纳这个词命名的对象。通过对各种命名源的文本搜索获得的数据,使用sunnah这个词将被重新计算,然后与它的真正含义进行比较。因此,sunnah这个词被用来命名一个物体是错误的,就像在印度尼西亚发生的事情显然是伊斯兰教从未发生过的那样;他既不是朋友也不是爱人这就提出了这样一种假设:乌斯塔兹、商店、社区、广播、电视和其他不使用sunnah这个词的物体将被视为异端邪说。这将导致ummah的混乱和结果是ummah将会退出,导致轻蔑和指责,并导致不团结。如果一个人必须使用sunnah来表示一个物体的名字,那么承认它应该仅仅局限于标签,而不是指向真正的sunnah的意思。
{"title":"SEGMENTASI TERM SUNNAH DI INDONESIA","authors":"Sanip Nasrullah","doi":"10.30631/atb.v2i2.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.30631/atb.v2i2.3","url":null,"abstract":"Term sunnah adalah salah satu kata yang sangat familiar di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia. Sunnah adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan suatu perbuatan atau amalan yang disandarkan langsung kepada Nabi Saw. dari segi perkataan, perbuatan, dan persetujuan (taqrir). Di Indonesia pada beberapa oknum atau kalangan tertentu, term sunnah digunakan bukan untuk menunjukkan suatu amalan atau perbuatan yang disandarkan kepada Nabi sebagaimana yang telah disebutkan, akan tetapi term sunnah tersebut digunakan sebagai kata yang dilekatkan pada penamaan sebuah objek tertentu. Dengan menggunakan survey literature, artikel ini mencoba untuk mengkaji makna sunnah yang sebenarnya menurut para ulama, juga untuk meneliti beberapa objek yang menggunakan kata sunnah dalam penamaannya. Data yang didapat melalui penelusuran naskah dari berbagai sumber tentang penamaan dengan memakai kata sunnah ini akan dikaji ulang untuk kemudian dikomparasikan dengan makna sunnah yang sesungguhnya. Hasilnya, Merupakan suatu kesalahan apabila kata sunnah digunakan untuk penamaan suatu objek, sebagaimana yang terjadi di Indonesia yang jelas-jelas tidak pernah terjadi di zaman Rasulullah; baik yang secara langsung dilakukan oleh beliau, Sahabat maupun Tabi’in. Hal ini akan memunculkan asumsi bahwa suatu objek seperti para Ustadz, toko, komunitas, radio, tv, dan objek-objek lainnya yang tidak menggunakan kata sunnah dalam penamaannya akan dianggap bid’ah. Hal ini akan berdampak pada bingungnya ummat dan konsekuensinya adalah ummat akan menjauh serta akan muncul sikap meremehkan dan saling menyalahkan dan akan menimbulkan perpecahan. Jika-pun memang harus memakai kata sunnah untuk nama suatu objek, maka hal itu harus diakui hanya sebatas label saja dan bukan untuk menunjuk pada makna dari kata sunnah yang sebenarnya.","PeriodicalId":166321,"journal":{"name":"At-Tibyan","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132422340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}