This article discusses about women in Alor in the Belis vortex in a dilemma that limits its empowerment efforts. Cultural revitalization is closely related to the issue of child protection and empowerment of women, therefore it is necessary to reconstruct existing and ongoing social constructs, but it has an impact on systematic impoverishment, where women's rights and children's basic rights are not met. The revitalization process starts from the perspective that influences human life in terms of race, religion, ethnicity and community. This research method uses qualitative ethnography to photograph the lives of Alor women in the vortex of Belis culture and how it impacts on women's empowerment. especially education and well-being. The result was the collective awareness of 3 Triple Helix (three stoves, namely traditional leaders, religious leaders and the government). Collective awareness results from a long process of journey and combinatorial collaboration between people who want to change, middle people who become assistants and change facilitators and the government as a key stake holder that provides power, funding and prayer support. Keywords: cultural revitalization, empowerment of women, belis
{"title":"Peran Perempuan dalam Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Tangerang Selatan","authors":"Anil Dawan","doi":"10.33541/ji.v2i1.1037","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/ji.v2i1.1037","url":null,"abstract":"This article discusses about women in Alor in the Belis vortex in a dilemma that limits its empowerment efforts. Cultural revitalization is closely related to the issue of child protection and empowerment of women, therefore it is necessary to reconstruct existing and ongoing social constructs, but it has an impact on systematic impoverishment, where women's rights and children's basic rights are not met. The revitalization process starts from the perspective that influences human life in terms of race, religion, ethnicity and community. This research method uses qualitative ethnography to photograph the lives of Alor women in the vortex of Belis culture and how it impacts on women's empowerment. especially education and well-being. The result was the collective awareness of 3 Triple Helix (three stoves, namely traditional leaders, religious leaders and the government). Collective awareness results from a long process of journey and combinatorial collaboration between people who want to change, middle people who become assistants and change facilitators and the government as a key stake holder that provides power, funding and prayer support. \u0000Keywords: cultural revitalization, empowerment of women, belis","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133675193","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dulu dianggap sebagai daerah di mana angka kematian ibu dan anak yang tinggi di Indonesia. Di saat yang bersamaan, Millennium Development Goals (MDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan terhadap semua negara dalam hal pengurangan substansial dalam kematian anak dan ibu hingga tahun 2015 (dari 1990). Karena itu, Indonesia dan NTT perlu memiliki program komitmen yang kuat. Mengurangi kematian ibu dan anak adalah salah satu dari program strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Indonesia masih mengalami permasalahan kematian ibu tinggi, kasus HIV, status gizi buruk dan penyakit tidak menular. Presiden Joko Widodo menyatakan pentingnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu agar kesehatan anak lebih baik, hal ini menjadi bagian dari program prioritas nasional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti berdasarkan peluang dan partisipasi perempuan dalam hak dan layanan kesehatan reproduksi. Penelitian ini juga mengidentifikasi pengucilan sosial di antara keputusan perempuan yang berkaitan dengan praktik tradisional dan budaya; untuk mengeksplorasi kebijakan kesehatan reproduksi di Alor. Peneliti mengambil informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabuaten Alor dengan menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi terbatas khususnya untuk perempuan. Konsultasi pra nikah adalah salah satu kebijakan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan Kementerian Agama dari tingkat pusat hingga kecamatan. Kekerasan berbasis gender biasanya terjadi terkait aktivitas seksual perempuan dan laki-laki. Posisi perempuan dalam komunitas masih lemah, terutama yang terkait dengan budaya mas kawin 'belis' - Moko. Belis menjadi sebuah belenggu bagi Perempuan Alor dalam mengakses hak dan kesehatan reproduksi. Perempuan Alor belum paham benar tentang hak kesehatan reproduksi mereka. Kata Kunci: Perempuan, Hak Kesehatan Reproduksi, FGD, Belis
{"title":"Kesempatan Perempuan mendapatkan Pelayanan dan Hak Kesehatan Reproduksi di Pedesaan Alor, Nusa Tenggara Timur","authors":"Sipin Putra","doi":"10.33541/JI.V2I1.1036","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V2I1.1036","url":null,"abstract":"Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak dulu dianggap sebagai daerah di mana angka kematian ibu dan anak yang tinggi di Indonesia. Di saat yang bersamaan, Millennium Development Goals (MDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan terhadap semua negara dalam hal pengurangan substansial dalam kematian anak dan ibu hingga tahun 2015 (dari 1990). Karena itu, Indonesia dan NTT perlu memiliki program komitmen yang kuat. Mengurangi kematian ibu dan anak adalah salah satu dari program strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Indonesia masih mengalami permasalahan kematian ibu tinggi, kasus HIV, status gizi buruk dan penyakit tidak menular. Presiden Joko Widodo menyatakan pentingnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu agar kesehatan anak lebih baik, hal ini menjadi bagian dari program prioritas nasional. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti berdasarkan peluang dan partisipasi perempuan dalam hak dan layanan kesehatan reproduksi. Penelitian ini juga mengidentifikasi pengucilan sosial di antara keputusan perempuan yang berkaitan dengan praktik tradisional dan budaya; untuk mengeksplorasi kebijakan kesehatan reproduksi di Alor. Peneliti mengambil informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabuaten Alor dengan menggunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi terbatas khususnya untuk perempuan. Konsultasi pra nikah adalah salah satu kebijakan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dan Kementerian Agama dari tingkat pusat hingga kecamatan. Kekerasan berbasis gender biasanya terjadi terkait aktivitas seksual perempuan dan laki-laki. Posisi perempuan dalam komunitas masih lemah, terutama yang terkait dengan budaya mas kawin 'belis' - Moko. Belis menjadi sebuah belenggu bagi Perempuan Alor dalam mengakses hak dan kesehatan reproduksi. Perempuan Alor belum paham benar tentang hak kesehatan reproduksi mereka. \u0000Kata Kunci: Perempuan, Hak Kesehatan Reproduksi, FGD, Belis","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114472541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article discusses about the style of women leadership in the local government (Pemda) of North Toraja, South Sulawesi, which in their daily life is still highly upholds patriarchal culture. But in running out their functions, several strategic positions in local government of North Toraja are led by women. Data obtained by literature study, observation and interviews. The results showed that women leadership styles varied based on their character, background, education and career path. The sixth informant's leadership style was able to adjust to the conditions and situations in the field with subordinates who had diverse characters. Some informants were able to show significant achievements compared to the previous leaders held by male leaders. Related to the customs in North Toraja that are strong and uphold patriarchal culture, the six informants are still able to carry out their duties as leaders and be professional. Keywords: Leadership Style, Women Leader, North Toraja
{"title":"Peran Perempuan dalam Mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam rangka menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Tangerang Selatan","authors":"Linda S Paembonan, Helen Diana Vida","doi":"10.33541/JI.V2I1.1038","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V2I1.1038","url":null,"abstract":"This article discusses about the style of women leadership in the local government (Pemda) of North Toraja, South Sulawesi, which in their daily life is still highly upholds patriarchal culture. But in running out their functions, several strategic positions in local government of North Toraja are led by women. Data obtained by literature study, observation and interviews. The results showed that women leadership styles varied based on their character, background, education and career path. The sixth informant's leadership style was able to adjust to the conditions and situations in the field with subordinates who had diverse characters. Some informants were able to show significant achievements compared to the previous leaders held by male leaders. Related to the customs in North Toraja that are strong and uphold patriarchal culture, the six informants are still able to carry out their duties as leaders and be professional. \u0000Keywords: Leadership Style, Women Leader, North Toraja","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129873147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Masyarakat Kabupaten Nias merupakan penganut budaya patriarki. Perempuan masih dianggap sebagai pelengkap bagi laki-laki dan bukan individu yang berdaya. Kondisi ini membuat perempuan rentan mengalami kekerasan. Kekerasan yang dialami perempuan menggambarkan seorang yang tidak memiliki asertivitas. Asertivitas penting dimiliki oleh perempuan dalam menghadapi banyak situasi yang kurang menguntungkan. Apa yang menyebabkan perempuan di Nias kurang memiliki asertivitas? Artikel ini mencoba menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas perempuan di Kabupaten Nias. Adapun faktor yang mempengaruhi asertivitas antara lain jenis kelamin, budaya, pendidikan, situasi tertentu yang dialami, dan harga diri. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang memengaruhi asertivitas perempuan di Nias. Harapannya, kajian ini dapat menjadi langkah awal dalam melakukan intervensi untuk meningkatkan asertivitas perempuan di Nias. Kata Kunci: Asertivitas, Perempuan, Nias, Patriarki Abstract: Key Words: The Nias District community is a follower of patriarchal culture. Women are still considered to be complementary to men and not empowered individuals. This condition makes women vulnerable to violence. Violence experienced by women describes a person who does not have assertiveness. Asertivity is important for women to face in many disadvantaged situations. What causes women in Nias District to have low assertiveness? This article tries to describe the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The factors that influence assertiveness include gender, culture, education, certain situations experienced, and self-esteem. The purpose of this article is to find out an overview of the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The hope, this study can be the first step in intervening to improve women's assertiveness in Nias. Key words: Asertivity, Women, Nias, Patriarchal
抽象:Nias学区是父权制文化的一部分。女性仍然被视为对男人和辅助不是无助的个体。这些条件使妇女容易受到暴力。女性的暴力行为说明了女性缺乏主观性。Asertivitas拥有重要的女人在面对许多不利的情况。是什么让Nias的女性缺乏自信?这篇文章试图描述的因素影响asertivitas女人在Nias县。至于asertivitas的因素包括性别、文化教育、所经历的某些情况和自尊。至于这篇文章的目的是了解的因素影响的了解asertivitas Nias的女人。希望,这项研究可以成为干预的第一步,提高asertivitas Nias的女人。关键词:认同,女性,Nias,父权制:关键字:Nias地区社区是宗法文化的追随者。妇女仍然认为是男人的完整,而不是使个人变得脆弱。这种情况使女性很容易受到暴力。暴力经历by women描述一个人谁确实有assertiveness音符。Asertivity是重要for women to face in很多disadvantaged说大话使。为什么Nias地区的妇女要有如此低的自豪感?这文章tries to描述《Nias factors,以至于影响women ' s assertiveness区。受到影响的因素包括性别、文化、教育、确定的情况经历和自我意识。这篇文章的目的是概述尼亚斯地区影响女性的因素。希望,这个研究可能是促成妇女怀孕的第一步。关键词:认同,女性,Nias,父权
{"title":"Faktor yang Memengaruhi Asertivitas Perempuan di Kabupaten Nias","authors":"Eustalia Wigunawati","doi":"10.33541/JI.V1I2.936","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V1I2.936","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstrak: Masyarakat Kabupaten Nias merupakan penganut budaya patriarki. Perempuan masih dianggap sebagai pelengkap bagi laki-laki dan bukan individu yang berdaya. Kondisi ini membuat perempuan rentan mengalami kekerasan. Kekerasan yang dialami perempuan menggambarkan seorang yang tidak memiliki asertivitas. Asertivitas penting dimiliki oleh perempuan dalam menghadapi banyak situasi yang kurang menguntungkan. Apa yang menyebabkan perempuan di Nias kurang memiliki asertivitas? Artikel ini mencoba menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas perempuan di Kabupaten Nias. Adapun faktor yang mempengaruhi asertivitas antara lain jenis kelamin, budaya, pendidikan, situasi tertentu yang dialami, dan harga diri. Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang memengaruhi asertivitas perempuan di Nias. Harapannya, kajian ini dapat menjadi langkah awal dalam melakukan intervensi untuk meningkatkan asertivitas perempuan di Nias. \u0000Kata Kunci: Asertivitas, Perempuan, Nias, Patriarki \u0000Abstract: \u0000Key Words: The Nias District community is a follower of patriarchal culture. Women are still considered to be complementary to men and not empowered individuals. This condition makes women vulnerable to violence. Violence experienced by women describes a person who does not have assertiveness. Asertivity is important for women to face in many disadvantaged situations. What causes women in Nias District to have low assertiveness? This article tries to describe the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The factors that influence assertiveness include gender, culture, education, certain situations experienced, and self-esteem. The purpose of this article is to find out an overview of the factors that influence women's assertiveness in Nias District. The hope, this study can be the first step in intervening to improve women's assertiveness in Nias. \u0000Key words: Asertivity, Women, Nias, Patriarchal \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121190234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Review Film "Sa Ada di Sini: Perempuan Papua di Antara Adat dan Negara"
{"title":"Sa Ada di Sini: Perempuan Papua di Antara Adat dan Negara","authors":"Ryan Richard Rihi, Yosua Hiluka","doi":"10.33541/JI.V1I2.943","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V1I2.943","url":null,"abstract":"Review Film \"Sa Ada di Sini: Perempuan Papua di Antara Adat dan Negara\"","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114353272","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Timor-Leste adalah salah satu kisah sukses operasi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlepas dari lamanya operasi tersebut dilakukan. Intervensi PBB di Timor-Leste bersifat khusus karena PBB menetapkan dua mekanisme peradilan selama operasi perdamaian berjalan, yaitu Serious Crime Unit (SCU) atau Unit Kejahatan Serius dan Komisi Kebenaran (CAVR). Baik SCU maupun CAVR memiliki mandat yang berbeda dengan tujuan bersama untuk mengatasi pelanggaran HAM yang terjadi di Timor-Leste. Tulisan ini bertujuan untuk mengkritik kedua mekanisme tersebut, khususnya mengenai bagaimana inisiatif ini mengusahakan keadilan bagi perempuan korban konflik di Timor-Leste. Kritik berfokus pada mandat, tindakan dan otoritas mereka. Berdasarkan ketiga aspek ini, kesimpulan yang dihasilkan adalah mekanisme –mekanisme ini gagal memberikan keadilan bagi para perempuan korban di Timor-Leste. Kata Kunci: Timor-Leste, operasi perdamaian PBB, pelanggaran HAM, mekanisme peradilan, SCU, CAVR, perempuan korban Abstract: Timor-Leste is one of few success stories of the United Nations (UN) peacekeeping operations despite its long period. The UN intervention in Timor-Leste is unique because it established two justice mechanisms during the peacekeeping operations, namely the Serious Crime Unit (SCU) and the Truth Commission (CAVR). Both SCU and CAVR have different mandates with a common objective to address human rights violations committed in Timor-Leste. This paper tries to criticize these two mechanisms, particularly on how these initiatives delivered justice for women victims of conflict in Timor-Leste. The critique focuses on their mandate, performance, and authority. Based on these three aspects, it is concluded that these mechanisms failed to deliver justice to women victims in Timor-Leste. Key Words: Timor-Leste, UN peacekeeping operation, human rights violations, justice mechanism, SCU, CAVR, women victims
{"title":"Delivering Justice for Women Victims of Conflicts: How Judicial Mechanisms Perpetuated Gender Inequality in Timor-Leste","authors":"Sorang Saragih, Mita Yesyca","doi":"10.33541/ji.v1i2.938","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/ji.v1i2.938","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstrak: Timor-Leste adalah salah satu kisah sukses operasi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlepas dari lamanya operasi tersebut dilakukan. Intervensi PBB di Timor-Leste bersifat khusus karena PBB menetapkan dua mekanisme peradilan selama operasi perdamaian berjalan, yaitu Serious Crime Unit (SCU) atau Unit Kejahatan Serius dan Komisi Kebenaran (CAVR). Baik SCU maupun CAVR memiliki mandat yang berbeda dengan tujuan bersama untuk mengatasi pelanggaran HAM yang terjadi di Timor-Leste. Tulisan ini bertujuan untuk mengkritik kedua mekanisme tersebut, khususnya mengenai bagaimana inisiatif ini mengusahakan keadilan bagi perempuan korban konflik di Timor-Leste. Kritik berfokus pada mandat, tindakan dan otoritas mereka. Berdasarkan ketiga aspek ini, kesimpulan yang dihasilkan adalah mekanisme –mekanisme ini gagal memberikan keadilan bagi para perempuan korban di Timor-Leste. \u0000Kata Kunci: Timor-Leste, operasi perdamaian PBB, pelanggaran HAM, mekanisme peradilan, SCU, CAVR, perempuan korban \u0000Abstract: Timor-Leste is one of few success stories of the United Nations (UN) peacekeeping operations despite its long period. The UN intervention in Timor-Leste is unique because it established two justice mechanisms during the peacekeeping operations, namely the Serious Crime Unit (SCU) and the Truth Commission (CAVR). Both SCU and CAVR have different mandates with a common objective to address human rights violations committed in Timor-Leste. This paper tries to criticize these two mechanisms, particularly on how these initiatives delivered justice for women victims of conflict in Timor-Leste. The critique focuses on their mandate, performance, and authority. Based on these three aspects, it is concluded that these mechanisms failed to deliver justice to women victims in Timor-Leste. \u0000Key Words: Timor-Leste, UN peacekeeping operation, human rights violations, justice mechanism, SCU, CAVR, women victims \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130249777","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Review Film "Tiga Babak Kekerasan dalam Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak"
“刺客玛丽莲的三轮暴力四场复出”
{"title":"Tiga Babak Kekerasan dalam Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak","authors":"Putu Agung Nara Indra Prima Satya","doi":"10.33541/ji.v1i2.944","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/ji.v1i2.944","url":null,"abstract":"Review Film \"Tiga Babak Kekerasan dalam Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak\"","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121110797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Tulisan ini adalah refleksi atas penelitian aksi partisipatif bersama perempuan Papua dan Papua Barat. Melihat kembali dan mengakui sejarah bangsa Papua merupakan langkah penting untuk rekonsiliasi dan pemulihan kolektif di Papua. Karenanya, tulisan diawali dengan ulasan ringkas tentang latar belakang sejarah dan situasi konflik di Papua. Keluasan dan menyejarahnya kekerasan yang dialami perempuan Papua memberi gambaran akan pentingnya metode penelitian yang dapat memulihkan dan memberdayakan perempuan korban kekerasan di Papua dan Papua Barat. Akhirnya, pendekatan yang berasal dari akar rumput beserta catatan-catatan kritis dan rekomendasi dari riset aksi partisipatif sangat perlu diperhatikan oleh para penyusun kebijakan dan berbagai stakeholder yang terkait dalam perencanaan dan inisiatif pembangunan di Papua. Kata Kunci: Perempuan, Papua, Papua Barat, Penelitian Aksi Partisipatif, refleksi Abstract: The article is a reflection on the Participative Action Research done with the Papuan and West Papuan women. Looking back and acknowledging the history of Papuans is an important step for reconciliation and collective healing in Papua. Because of that, this article starts with a brief review about the historical background and conflict situation in Papua. The breadth and history of violence experienced by Papuan women show how important is a research method which is able to heal and empower women victims of violence in Papua and West Papua. Finally, an approach coming from the grass-root along with critical notes and recommendations from the research is very much needed to be considered by policy makers and various related stakeholders in the planning and development initiative in Papua. Key Words: Women, Papua, West Papua, Participative Action Research, reflection
{"title":"Transformasi Berkelanjutan Berbasis Sumber Daya Lokal: Sebuah Refleksi Penelitian Aksi Partisipatif terhadap Perempuan di Akar Rumput, Papua dan Papua Barat","authors":"Selviana Yolanda","doi":"10.33541/ji.v1i2.899","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/ji.v1i2.899","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstrak: Tulisan ini adalah refleksi atas penelitian aksi partisipatif bersama perempuan Papua dan Papua Barat. Melihat kembali dan mengakui sejarah bangsa Papua merupakan langkah penting untuk rekonsiliasi dan pemulihan kolektif di Papua. Karenanya, tulisan diawali dengan ulasan ringkas tentang latar belakang sejarah dan situasi konflik di Papua. Keluasan dan menyejarahnya kekerasan yang dialami perempuan Papua memberi gambaran akan pentingnya metode penelitian yang dapat memulihkan dan memberdayakan perempuan korban kekerasan di Papua dan Papua Barat. Akhirnya, pendekatan yang berasal dari akar rumput beserta catatan-catatan kritis dan rekomendasi dari riset aksi partisipatif sangat perlu diperhatikan oleh para penyusun kebijakan dan berbagai stakeholder yang terkait dalam perencanaan dan inisiatif pembangunan di Papua. \u0000Kata Kunci: Perempuan, Papua, Papua Barat, Penelitian Aksi Partisipatif, refleksi \u0000Abstract: The article is a reflection on the Participative Action Research done with the Papuan and West Papuan women. Looking back and acknowledging the history of Papuans is an important step for reconciliation and collective healing in Papua. Because of that, this article starts with a brief review about the historical background and conflict situation in Papua. The breadth and history of violence experienced by Papuan women show how important is a research method which is able to heal and empower women victims of violence in Papua and West Papua. Finally, an approach coming from the grass-root along with critical notes and recommendations from the research is very much needed to be considered by policy makers and various related stakeholders in the planning and development initiative in Papua. \u0000Key Words: Women, Papua, West Papua, Participative Action Research, reflection \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129212991","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan mengenai potret perempuan anggota legislatif di DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpilih dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014. Dalam kerangka implementasi afirmative action (kuota 30 persen) mengenai keterwakilan perempuan di parlemen sudah dilakukan sejak tahun 2004, dan artikel ini ingin menjelaskan bagaimana keterwakilan perempuan NTT di lembaga legislatif dilihat dari latar belakang dan motivasi perempuan dalam mengikuti pemilu. Dengan menggunakan metode studi kasus dan analisis melacak proses, artikel ini berpendapat bahwa perempuan NTT yang berpartisipasi dalam pemilu 2014 mampu berkontribusi dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan parlemen, walaupun dalam perjalanannya, banyak menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal. Kata Kunci: Keterwakilan, Legislatif, Partai Politik, Nusa Tenggara Timur Abstract: This article describes about women legislative member in Provincial Parliament in Nusa Tenggara Timur, who elected in legislative election in 2014. On the frame of the implementation of women’s representation in parliament that has been started since 2004 election, this article explains representation of NTT’s women in parliament based on back ground and the motivation to participate in election. Using case study method and analysis with process tracing, this article argues that NTT’s women who participated in election, have contributed to consummate women’s representation into their political party and parliament. Even thought, NTT’s women has been faced internal and external challenges. Key Words: representation, legislative, political party, Nusa Tenggara Timur
摘要:这篇文章描述了2014年议会选举中当选的东南方选区议会议员的女性肖像。在一项关于议会妇女参与的肯定行动(配额30%)的框架内,这篇文章将解释NTT妇女参加选举的背景和动机。通过案例研究方法和分析跟踪进程,这篇文章认为,参加2014年大选的NTT妇女能够在政党和议会内部作出贡献,尽管她们在旅途中面临着许多内部和外部的挑战。关键词:表示关切、立法、政党、东北各州、摘要:这篇文章描述了2014年联合国安理会选举委员中女性议员的描述。《帧of the implementation of womena€™s representation in议会那已经开始自从2004年选举,这文章explains representation of NTTa€™s women in议会改编自《回到地面与motivation to participate in选举。利用案例研究方法和过程追踪和分析,这文章argues that NTTa€™s women who participated在选举中,有促成了要完美womena€™s representation进入党和议会的政治问题。甚至以为,NTTa€™s women and external内部已经被faced挑战。关键字:代表、议员、政治党、东努萨
{"title":"Potret Keterwakilan Politik Perempuan Anggota Legislatif di DPRD NTT pada Pemilu 2014","authors":"Audra Jovani","doi":"10.33541/JI.V1I1.829","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V1I1.829","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstrak: Artikel ini mendeskripsikan mengenai potret perempuan anggota legislatif di DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpilih dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014. Dalam kerangka implementasi afirmative action (kuota 30 persen) mengenai keterwakilan perempuan di parlemen sudah dilakukan sejak tahun 2004, dan artikel ini ingin menjelaskan bagaimana keterwakilan perempuan NTT di lembaga legislatif dilihat dari latar belakang dan motivasi perempuan dalam mengikuti pemilu. Dengan menggunakan metode studi kasus dan analisis melacak proses, artikel ini berpendapat bahwa perempuan NTT yang berpartisipasi dalam pemilu 2014 mampu berkontribusi dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di dalam partai politik dan parlemen, walaupun dalam perjalanannya, banyak menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal. \u0000Kata Kunci: Keterwakilan, Legislatif, Partai Politik, Nusa Tenggara Timur \u0000Abstract: This article describes about women legislative member in Provincial Parliament in Nusa Tenggara Timur, who elected in legislative election in 2014. On the frame of the implementation of women’s representation in parliament that has been started since 2004 election, this article explains representation of NTT’s women in parliament based on back ground and the motivation to participate in election. Using case study method and analysis with process tracing, this article argues that NTT’s women who participated in election, have contributed to consummate women’s representation into their political party and parliament. Even thought, NTT’s women has been faced internal and external challenges. \u0000Key Words: representation, legislative, political party, Nusa Tenggara Timur \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121023654","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak; Sebagai salah satu kelompok etnis yang paling banyak dipelajari di Indonesia terkait dengan mobilitas penduduknya, perempuan sering terabaikan ketika membahas perilaku migrasi Oreng Madura. Tulisan ini akan mencoba untuk menangkap perilaku migrasi perempuan Madura. Secara khusus, migrasi individu oleh perempuan Madura tanpa anggota keluarga mereka dan/atau orang-orang dengan kelompok etnis yang sama di Kabupaten Bekasi. Studi ini mengambil sepuluh orang sebagai subjek, dan berfokus pada mereka yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga, pedagang dan pekerja pabrik di beberapa tempat sebagai informan. Secara umum migrasi perempuan Madura di Bekasi mengikuti tiga pola umum: (1) bermigrasi ke tempat di mana ada anggota keluarga, (2) bermigrasi ke tempat di mana tidak ada anggota keluarga namun tetap dalam kelompok etnis yang sama, atau (3) bermigrasi ke tempat yang benar-benar baru. Dalam upaya untuk mengeksplorasi fenomena migrasi individu, tulisan ini berfokus pada poin ketiga. Alasan utama perempuan bermigrasi dari Madura adalah mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari kesempatan kerja yang lebih terbuka daripada di daerah asal mereka. Masalahnya adalah, banyak yang tidak memiliki kemampuan yang memadai, sehingga pekerjaan yang tersedia sebagai pekerja rumah tangga dan buruh, namun demikian, pekerjaan tersebut masih diambil sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan, baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai remitan. Dalam beberapa kasus, mereka tidak lagi kembali ke Madura tetapi memilih untuk tinggal di Bekasi. Tulisan ini berusaha untuk mengeksplorasi alasan bagi perempuan untuk bermigrasi, bagaimana mereka beradaptasi dengan daerah migrasi baru, dan khususnya menjelaskan bahwa perempuan juga sangat kalkulatif dan rasional ketika dihadapkan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan yang terbatas. Kata Kunci: Perempuan, Migrasi, Ekonomi, Madura Abstract: As one of the most studied ethnic groups in Indonesia related to population mobility, women are often overlooked when discussing the migration behavior of Oreng Madura. This paper will try to capture the migration behavior of Madurese women. Specifically, individual migration by Madurese women without their family members nor people with the same ethnic group in the District of Bekasi. This study takes ten peoples as the subject, and focuses on those who work as household workers, merchants and factory workers in several places as informants. In general it can be said that migration by Madurese women in Bekasi follows three general patterns: (1) migrating to a place where there are family members, (2) migrating to places where no family members yet have the same ethnic group, or (3) migrate to a completely new place. In an attempt to explore the phenomenon of individual migration, this paper focuses on the third point. The main reason women migrate to Madurese is to seek a better life and look for more open employment opportunities than in their home regions
{"title":"Mereka yang Keluar dari Rumahnya: Pengalaman Perempuan Madura di Bekasi","authors":"K. Noer","doi":"10.33541/JI.V1I1.826","DOIUrl":"https://doi.org/10.33541/JI.V1I1.826","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstrak; Sebagai salah satu kelompok etnis yang paling banyak dipelajari di Indonesia terkait dengan mobilitas penduduknya, perempuan sering terabaikan ketika membahas perilaku migrasi Oreng Madura. Tulisan ini akan mencoba untuk menangkap perilaku migrasi perempuan Madura. Secara khusus, migrasi individu oleh perempuan Madura tanpa anggota keluarga mereka dan/atau orang-orang dengan kelompok etnis yang sama di Kabupaten Bekasi. Studi ini mengambil sepuluh orang sebagai subjek, dan berfokus pada mereka yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga, pedagang dan pekerja pabrik di beberapa tempat sebagai informan. Secara umum migrasi perempuan Madura di Bekasi mengikuti tiga pola umum: (1) bermigrasi ke tempat di mana ada anggota keluarga, (2) bermigrasi ke tempat di mana tidak ada anggota keluarga namun tetap dalam kelompok etnis yang sama, atau (3) bermigrasi ke tempat yang benar-benar baru. Dalam upaya untuk mengeksplorasi fenomena migrasi individu, tulisan ini berfokus pada poin ketiga. Alasan utama perempuan bermigrasi dari Madura adalah mencari kehidupan yang lebih baik dan mencari kesempatan kerja yang lebih terbuka daripada di daerah asal mereka. Masalahnya adalah, banyak yang tidak memiliki kemampuan yang memadai, sehingga pekerjaan yang tersedia sebagai pekerja rumah tangga dan buruh, namun demikian, pekerjaan tersebut masih diambil sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan, baik untuk dirinya sendiri maupun sebagai remitan. Dalam beberapa kasus, mereka tidak lagi kembali ke Madura tetapi memilih untuk tinggal di Bekasi. Tulisan ini berusaha untuk mengeksplorasi alasan bagi perempuan untuk bermigrasi, bagaimana mereka beradaptasi dengan daerah migrasi baru, dan khususnya menjelaskan bahwa perempuan juga sangat kalkulatif dan rasional ketika dihadapkan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan yang terbatas. \u0000Kata Kunci: Perempuan, Migrasi, Ekonomi, Madura \u0000 \u0000 \u0000 \u0000 \u0000Abstract: As one of the most studied ethnic groups in Indonesia related to population mobility, women are often overlooked when discussing the migration behavior of Oreng Madura. This paper will try to capture the migration behavior of Madurese women. Specifically, individual migration by Madurese women without their family members nor people with the same ethnic group in the District of Bekasi. This study takes ten peoples as the subject, and focuses on those who work as household workers, merchants and factory workers in several places as informants. In general it can be said that migration by Madurese women in Bekasi follows three general patterns: (1) \u0000 \u0000 \u0000 \u0000 \u0000migrating to a place where there are family members, (2) migrating to places where no family members yet have the same ethnic group, or (3) migrate to a completely new place. In an attempt to explore the phenomenon of individual migration, this paper focuses on the third point. The main reason women migrate to Madurese is to seek a better life and look for more open employment opportunities than in their home regions","PeriodicalId":174338,"journal":{"name":"Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar","volume":"182 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114952903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}