Pub Date : 2019-10-30DOI: 10.35724/mjce.v2i01.2256
Saenal Basri Palaguna, Hairulla Hairulla, S. Suyadi
Kabupaten Merauke adalah kota yang mengalami proses berkembang. Dengan wilayah yang sangat luas, dan jumlah penduduk yang cukup banyak, serta pembangunan infrastruktur dan tempat tinggal (perumahan), menyebabkan lingkugan juga perlu dipikirkan untuk meningkatkan kondisi yang baik untuk ditempati masyarakat. Adapun tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: a). Untuk menguji kelayakan septic tank komunal dengan mengetahui perbadingan nilai pH air limbah. b). Untuk merencanakan desain septic tank komunal sesuai dengan kelayakannya. Metode pembuatan septic tank Komunal yang kami buat adalah metode Aerobic dan Anaerobic sistem, dan juga kami menggunakan prototipe septic tank yang terbuat dari kaca untuk melakukan percobaan pemodelan septic tank komunal. pengujian ini menggunakan air limba (tidak menggunakan limbah padat feses) di campur lumpur sebagai bahan pengujian. Kami juga menggunakan Ph meter untuk mengukur Ph air dalam percobaan kami. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka didapat hasil perbandingan nilai pH pada pengujian air limbah menggunakan hasil desain pemodelan sepic tank komunal. Pada percobaan pertama Nilai pH yang didapat yaitu pH awal (air limbah pada saat sebelum dilakukan pengujian yaitu pH 9.0, dan nilai pH setelah dilakukan pengujian maka nilai pH yang didapat pada percobaan pertama sebesar pH 8.0, pada percobaan kedua sebesar pH 7.7 dan Pada percobaan ketiga sebesar pH 7.6.
{"title":"Pemodelan Septic Tank Komunal Ramah Lingkungan","authors":"Saenal Basri Palaguna, Hairulla Hairulla, S. Suyadi","doi":"10.35724/mjce.v2i01.2256","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/mjce.v2i01.2256","url":null,"abstract":"Kabupaten Merauke adalah kota yang mengalami proses berkembang. Dengan wilayah yang sangat luas, dan jumlah penduduk yang cukup banyak, serta pembangunan infrastruktur dan tempat tinggal (perumahan), menyebabkan lingkugan juga perlu dipikirkan untuk meningkatkan kondisi yang baik untuk ditempati masyarakat. Adapun tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: a). Untuk menguji kelayakan septic tank komunal dengan mengetahui perbadingan nilai pH air limbah. b). Untuk merencanakan desain septic tank komunal sesuai dengan kelayakannya. Metode pembuatan septic tank Komunal yang kami buat adalah metode Aerobic dan Anaerobic sistem, dan juga kami menggunakan prototipe septic tank yang terbuat dari kaca untuk melakukan percobaan pemodelan septic tank komunal. pengujian ini menggunakan air limba (tidak menggunakan limbah padat feses) di campur lumpur sebagai bahan pengujian. Kami juga menggunakan Ph meter untuk mengukur Ph air dalam percobaan kami. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka didapat hasil perbandingan nilai pH pada pengujian air limbah menggunakan hasil desain pemodelan sepic tank komunal. Pada percobaan pertama Nilai pH yang didapat yaitu pH awal (air limbah pada saat sebelum dilakukan pengujian yaitu pH 9.0, dan nilai pH setelah dilakukan pengujian maka nilai pH yang didapat pada percobaan pertama sebesar pH 8.0, pada percobaan kedua sebesar pH 7.7 dan Pada percobaan ketiga sebesar pH 7.6.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130767864","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanah gambut dalam pembangunan infrastruktur seringkali menjadi permasalahan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya dukung tanah tersebut dan sifat organiknya yang tinggi. Perbaikan daya dukung tanah dapat dilakukan dengan melakukan perkuatan menggunakan pondasi tiang yang merupakan elemen kolom dalam pondasi dengan fungsi memindahkan beban dari struktur di bagian atas. Salah satu metode perbaikan tanah yang dilakukan untuk perkuatan tanah lunak antara lain dengan pondasi tiang helix-rakit. Studi ini melakukan permodelan pondasi tiang helix-rakit pada deposisi tanah gambut dengan menggunakan pendekatan metode FEM untuk menginvestigasi daya dukung dan penurunan elastis pada pondasi tiang helix-rakit. Pada studi ini program komputer yang berbasis elemen hingga digunakan untuk menganalisa hubungan beban dan penurunan pada tiang helix-rakit yang dilalui beban. Hasil studi ini menunjukan penurunan pondasi tiang helix rakit makin berkurang seiring bertambahnya jumlah tiang helix. Namun demikian terdapat maksimal jumlah tiang helix yang digunakan, dikarenakan lebih dari jumlah ini, penurunan pondasi tiang helix-rakit tidak lagi signifikan.
{"title":"Daya Dukung Tiang Helix Rakit Pada Tanah Gambut Dengan Menggunakan Metode FEM","authors":"Eko Budianto, A. Muhidin, Ardy Arsyad","doi":"10.35724/MJCE.V1I2.2057","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I2.2057","url":null,"abstract":"Tanah gambut dalam pembangunan infrastruktur seringkali menjadi permasalahan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya daya dukung tanah tersebut dan sifat organiknya yang tinggi. Perbaikan daya dukung tanah dapat dilakukan dengan melakukan perkuatan menggunakan pondasi tiang yang merupakan elemen kolom dalam pondasi dengan fungsi memindahkan beban dari struktur di bagian atas. Salah satu metode perbaikan tanah yang dilakukan untuk perkuatan tanah lunak antara lain dengan pondasi tiang helix-rakit. Studi ini melakukan permodelan pondasi tiang helix-rakit pada deposisi tanah gambut dengan menggunakan pendekatan metode FEM untuk menginvestigasi daya dukung dan penurunan elastis pada pondasi tiang helix-rakit. Pada studi ini program komputer yang berbasis elemen hingga digunakan untuk menganalisa hubungan beban dan penurunan pada tiang helix-rakit yang dilalui beban. Hasil studi ini menunjukan penurunan pondasi tiang helix rakit makin berkurang seiring bertambahnya jumlah tiang helix. Namun demikian terdapat maksimal jumlah tiang helix yang digunakan, dikarenakan lebih dari jumlah ini, penurunan pondasi tiang helix-rakit tidak lagi signifikan.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117250197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pekerjaan fisik diatas permukaan bumi ini tidak ada yang sama disebabkan perbedaan permukaan yang nyaris semua tidak sama, demikian pula komposisi dibawah permukaan tanah. Terdapat banyak pilihan perangkat lunak yang menyediakan produk kontur namun menuntut kita memilih mana perangkat yang terbaik. Pada eksperimen ini digunakan 2 jenis software yaitu Global mapper dan Surfer yang akan digunakan membuat peta kontur untuk dibandingkan hasilnya. Lokasi eksperimen yang dipilih adalah kawasan kota terpadu mandiri (KTM). KTM Tinanggea Sulawesi Tenggara. Hasil perbandingan kemampuan perangkat memberikan informasi pada segmen input data awal, global mapper lebih praktis dibanding surfer walaupun keduanya mengandalkan google earth. Pada tahap kedua penampakan pola kontur surfer berpatokan pada input path yang masuk sedangkan global mapper garis kontur terbentuk dari rekaman permukaan bumi itu sendiri walupun dalam kotak dialog terdapat pilihan permintaan jarak kontur. Rincian profil global mapper lebih detail dibanding surfer. Tahap ketiga visual 3D untuk surfer hanya mampu berotasi horizontal sedangkan global mapper mampu berotasi semua arah dan tampak lebih alami. Tahap ke empat perbandingan skala ketinggian maksimum terdapat selisih surfer 130 m dpl dan global mapper 150 m dpl. Dari ke empat segmen tahapan pengujian menunjukkan global mapper jauh lebih unggul dalam pembuatan kontur dan dalam menghasilkan produk tidak memerlukan bantuan perangkat lain kecuali global earth
{"title":"Perbandingan Produk Kontur Global Mapper Dan Surfer","authors":"Agustan Agustan, Muh. Akbar, D. L. Pamuttu","doi":"10.35724/MJCE.V1I2.2038","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I2.2038","url":null,"abstract":"Pekerjaan fisik diatas permukaan bumi ini tidak ada yang sama disebabkan perbedaan permukaan yang nyaris semua tidak sama, demikian pula komposisi dibawah permukaan tanah. Terdapat banyak pilihan perangkat lunak yang menyediakan produk kontur namun menuntut kita memilih mana perangkat yang terbaik. Pada eksperimen ini digunakan 2 jenis software yaitu Global mapper dan Surfer yang akan digunakan membuat peta kontur untuk dibandingkan hasilnya. Lokasi eksperimen yang dipilih adalah kawasan kota terpadu mandiri (KTM). KTM Tinanggea Sulawesi Tenggara. Hasil perbandingan kemampuan perangkat memberikan informasi pada segmen input data awal, global mapper lebih praktis dibanding surfer walaupun keduanya mengandalkan google earth. Pada tahap kedua penampakan pola kontur surfer berpatokan pada input path yang masuk sedangkan global mapper garis kontur terbentuk dari rekaman permukaan bumi itu sendiri walupun dalam kotak dialog terdapat pilihan permintaan jarak kontur. Rincian profil global mapper lebih detail dibanding surfer. Tahap ketiga visual 3D untuk surfer hanya mampu berotasi horizontal sedangkan global mapper mampu berotasi semua arah dan tampak lebih alami. Tahap ke empat perbandingan skala ketinggian maksimum terdapat selisih surfer 130 m dpl dan global mapper 150 m dpl. Dari ke empat segmen tahapan pengujian menunjukkan global mapper jauh lebih unggul dalam pembuatan kontur dan dalam menghasilkan produk tidak memerlukan bantuan perangkat lain kecuali global earth","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122769841","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Distrik Merauke merupakan pusat kota Kabupaten Merauke. Adanya pergerakan distribusi barang dan orang yang besar, maka diperlukan suatu sarana yang dapat mempermudah arus pergerakan tersebut. Namun dengan adanya beberapa permasalahan yang ada seperti banyaknya masyarakat yang sudah memiliki kendaraan pribadi, kenaikan BBM, biaya kebutuhan hidup semakin mahal, biaya perbaikan mobil secara berkala yang semakin mahal dikarenakan suku cadang kendaraan harganya naik menyebabkan biaya operasional kendaraan semakin naik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya tarif kendaraan angkutan kota A2 Kabupaten Merauke. Pengumpulan data primer dilakukan survei langsung dan wawancara sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan wawacara terhadap pihak terkait dalam hal ini Organda. Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya tarif adalah metode Biaya Operasi Kendaraan (BOK). Hasil analisis diperoleh besarnya tarif adalah Rp. 4.496,39 per penumpang yang berarti lebih rendah Rp. 503,61 per penumpang dari tarif yang di berlakukan yaitu sebesar Rp. 5000,- per penumpang. Sehingga berdasarkan analisis biaya operasional pemilik kendaraan masih memperoleh keuntungan dalam pengoperasian angkutan kota dengan tarif yang ada saat ini.
{"title":"Penentuan Besarnya Tarif Angkutan Dalam Kota (Angkot) Dengan Metode BOK","authors":"M. Akbar, Eko Budianto, Budi Doloksaribu","doi":"10.35724/MJCE.V1I2.2037","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I2.2037","url":null,"abstract":"Distrik Merauke merupakan pusat kota Kabupaten Merauke. Adanya pergerakan distribusi barang dan orang yang besar, maka diperlukan suatu sarana yang dapat mempermudah arus pergerakan tersebut. Namun dengan adanya beberapa permasalahan yang ada seperti banyaknya masyarakat yang sudah memiliki kendaraan pribadi, kenaikan BBM, biaya kebutuhan hidup semakin mahal, biaya perbaikan mobil secara berkala yang semakin mahal dikarenakan suku cadang kendaraan harganya naik menyebabkan biaya operasional kendaraan semakin naik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya tarif kendaraan angkutan kota A2 Kabupaten Merauke. Pengumpulan data primer dilakukan survei langsung dan wawancara sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan wawacara terhadap pihak terkait dalam hal ini Organda. Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya tarif adalah metode Biaya Operasi Kendaraan (BOK). Hasil analisis diperoleh besarnya tarif adalah Rp. 4.496,39 per penumpang yang berarti lebih rendah Rp. 503,61 per penumpang dari tarif yang di berlakukan yaitu sebesar Rp. 5000,- per penumpang. Sehingga berdasarkan analisis biaya operasional pemilik kendaraan masih memperoleh keuntungan dalam pengoperasian angkutan kota dengan tarif yang ada saat ini.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"120 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133772699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hamparan 20 distrik kabupaten Merauke tidak semua terkoneksi dengan transportasi darat, laut, dan udara. Wilayah distrik masing-masing memiliki potensi daya tarik sehingga dalam pergerakan barang dan manusia terjadi saling mempengaruhi atau daya tarik menarik antar distrik. Selain faktor topografi, Potensi grafitasi distrik penelitian ini mencoba menggunakan jenis dan jumlah kegiatan yang ada didalamnya. Variabel kekuatan grafitasi distrik digunakan persamaan Hansen untuk mengukur indeks terkuat. Hasil analisa menunjukkan hirarki grafitasi sebagai berikut : Merauke 5247.66, Tanamiring 1297.95, Semangga 1109.8, Kurik 825.84, Jagebob 690.94, Malind 627.41, Elikobel 572.61, Muting 531.85, Ulilin 455.77, Sota 264.34, Kimaam 227.09, Okaba 194.68, Nokenjerai 161.4, Animha 141.26, Tabonji 112.68, Ngguti 99.66, Ilwayab 91.08, Kaptel 81.65, Waan 73.73, Tuban 65.27. Hal ini memberikan gambaran bahwa distrik Merauke, Tanamiring, dan Semangga adalah 3 wilayah distrik yang mulai terhubung sebagai pusat kegiatan kabupaten. Distrik kurik dan jagebob adalah dua wilayah terpisah namun memperlihatkan ciri pusat kegiatan baru. Sedangkan Ilwayab, Kaptel, Waan, dan Tuban adalah daerah pelosok dengan kegiatan yang masih minim
{"title":"Gravitasi Transportasi Antar Distrik Kabupaten Merauke","authors":"Agustan Agustan, Muh. Akbar, J. Paresa","doi":"10.35724/MJCE.V1I2.2034","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I2.2034","url":null,"abstract":"Hamparan 20 distrik kabupaten Merauke tidak semua terkoneksi dengan transportasi darat, laut, dan udara. Wilayah distrik masing-masing memiliki potensi daya tarik sehingga dalam pergerakan barang dan manusia terjadi saling mempengaruhi atau daya tarik menarik antar distrik. Selain faktor topografi, Potensi grafitasi distrik penelitian ini mencoba menggunakan jenis dan jumlah kegiatan yang ada didalamnya. Variabel kekuatan grafitasi distrik digunakan persamaan Hansen untuk mengukur indeks terkuat. Hasil analisa menunjukkan hirarki grafitasi sebagai berikut : Merauke 5247.66, Tanamiring 1297.95, Semangga 1109.8, Kurik 825.84, Jagebob 690.94, Malind 627.41, Elikobel 572.61, Muting 531.85, Ulilin 455.77, Sota 264.34, Kimaam 227.09, Okaba 194.68, Nokenjerai 161.4, Animha 141.26, Tabonji 112.68, Ngguti 99.66, Ilwayab 91.08, Kaptel 81.65, Waan 73.73, Tuban 65.27. Hal ini memberikan gambaran bahwa distrik Merauke, Tanamiring, dan Semangga adalah 3 wilayah distrik yang mulai terhubung sebagai pusat kegiatan kabupaten. Distrik kurik dan jagebob adalah dua wilayah terpisah namun memperlihatkan ciri pusat kegiatan baru. Sedangkan Ilwayab, Kaptel, Waan, dan Tuban adalah daerah pelosok dengan kegiatan yang masih minim","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115288938","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ada informasi ketinggian permukaan tanah lingkungan perkotaan Merauke sekitar 0-4m dpl dari kantor statistik, tetapi tidak menyajikan bentuk garis konturnya sehingga estimasi genangan dan aliran air sulit diprediksi. Peta topografi tidak selalu tersedia dan tidak ada jaminan memperoleh dengan cepat dan sesuai, sehingga menuntut upaya pemanfaatan perangkat lunak yang dapat menghasilkan garis kontur sesuai lokasi yang direncanakan. Pada eksperimen pembuatan kontur ini yang disiapkan adalah Google Earth, TCX Converter dan Surfer. Hasil diperoleh informasi ketinggian kontur 1–10 m dpl untuk keseluruhan zona path. Pesisir ketinggian 1 m dpl. Lingkungan perkotan rata-rata 4–8 m dpl. Dan 4 spot kecil ketinggian 9–10 m dpl. Kontur ini tidak sesuai berdasarkan data BPS dan fakta lapangan ketinggian dataran perkotaan Merauke hanya 1–4 m dpl. Faktor ketinggian badan bangunan sekitar 4 m, ketinggian atap sekitar 6 m, dan bangunan lantai 2 sekitar 8-10 m. dengan demikian citra satelit menterjemahkan ketinggian bangunan sebagai ketinggian permukaan tanah yang ditranslate ke dalam garis-garis kontur. Pembuatan kontur topografi melalui citra satelit dalam lingkungan perkotaan Merauke tidak dapat digunakan sebagai dasar rancangan pembangunan fisik, tetapi dapat dipakai sebagai salah satu alat pengukuran zona kenaikan badan bangunan pada ligkungan permukiman atau perkotaan.
墨洛克城市环境的表面信息约为统计局的0-4m dpl,但没有呈现出轮廓,因此很难预测水坑和水流的估计。地形图并不总是可用的,也没有保证快速和适当地获取,因此需要软件利用的努力,以便在计划的地点创建等高线。在这个等高线实验中,谷歌地球,TCX转换者和冲浪者。结果获得高度1a€轮廓信息“10 m dpl整个区域的路径。沿海海拔1米dpl。环境平均perkotan 4a€”8 m dpl。和四个小斑点9a€10 m dpl”的高度。这根据BPS的数据和事实不符的轮廓城市海拔平原球场墨洛克只有m dpl 1a€”4。建筑体的高度约为4米(40英尺),屋顶高度约6米(20英尺),二楼约为8-10米(10英尺),卫星图像将建筑的高度转换为将地面的高度转换成轮廓线的高度。墨洛克市区的卫星图像显示,地形轮廓不能作为物理建设计划的基础,但可以作为城市或城市盆地上升区域的测量工具之一。
{"title":"Uji Pemetaan Topografi Lingkungan Perkotaan Menggunakan Surfer","authors":"Agustan Agustan, C. Utary, D. S. Nababan","doi":"10.35724/MJCE.V1I2.2029","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I2.2029","url":null,"abstract":"Ada informasi ketinggian permukaan tanah lingkungan perkotaan Merauke sekitar 0-4m dpl dari kantor statistik, tetapi tidak menyajikan bentuk garis konturnya sehingga estimasi genangan dan aliran air sulit diprediksi. Peta topografi tidak selalu tersedia dan tidak ada jaminan memperoleh dengan cepat dan sesuai, sehingga menuntut upaya pemanfaatan perangkat lunak yang dapat menghasilkan garis kontur sesuai lokasi yang direncanakan. Pada eksperimen pembuatan kontur ini yang disiapkan adalah Google Earth, TCX Converter dan Surfer. Hasil diperoleh informasi ketinggian kontur 1–10 m dpl untuk keseluruhan zona path. Pesisir ketinggian 1 m dpl. Lingkungan perkotan rata-rata 4–8 m dpl. Dan 4 spot kecil ketinggian 9–10 m dpl. Kontur ini tidak sesuai berdasarkan data BPS dan fakta lapangan ketinggian dataran perkotaan Merauke hanya 1–4 m dpl. Faktor ketinggian badan bangunan sekitar 4 m, ketinggian atap sekitar 6 m, dan bangunan lantai 2 sekitar 8-10 m. dengan demikian citra satelit menterjemahkan ketinggian bangunan sebagai ketinggian permukaan tanah yang ditranslate ke dalam garis-garis kontur. Pembuatan kontur topografi melalui citra satelit dalam lingkungan perkotaan Merauke tidak dapat digunakan sebagai dasar rancangan pembangunan fisik, tetapi dapat dipakai sebagai salah satu alat pengukuran zona kenaikan badan bangunan pada ligkungan permukiman atau perkotaan.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"206 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116196353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sistim drainase yang ada di jalan Prajurit Satu pada saat ini kurang begitu efektif bekerja. Genangan air yang sering terjadi di jalan Prajurit diakibatkan oleh air hujan dan air buangan rumah tangga yang masuk ke drainase, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui debit banjir dan kapasitas saluran serta merencanakan saluran tertutup yang sekaligus berfungsi sebagai bahu jalan. Analisis data curah hujan menggunakan metode Gumbel, Log Pearson Type III, Log Normal dan Normal. Pengujian metode di atas dihitung menggunakan Chi Square dan Smirnov Kolmogorof. Hasil perhitungan diperoleh debit saluran existing 0,031 m3/detik lebih kecil dari pada debit banjir 0,671 m3/detik, sehingga perlu direncanakan saluran drainase baru menggunakan penampang persegi dengan lebar dasar saluran (b) = 150 cm, kedalaman aliran (h) = 150 cm, tinggi jagaan (w) = 30 cm dan diperoleh debit (Q) = 0,842 m3/detik. Penutup drainase menggunakan tulangan pokok (As) = D13 – 150, tulangan bagi (Asb) = D10 – 175 dan tebal plat 200 mm. Kata kunci : Saluran tertutup, Debit banjir, Kapasitas saluran.
{"title":"PERENCANAAN SALURAN TERTUTUP DRAINASE BAWAH TANAH DI JALAN PRAJURIT SATU MERAUKE.","authors":"Siti Fatimah Nelson, Abner Doloksaribu, Budi Doloksaribu","doi":"10.35724/MJCE.V1I1.1215","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I1.1215","url":null,"abstract":"Sistim drainase yang ada di jalan Prajurit Satu pada saat ini kurang begitu efektif bekerja. Genangan air yang sering terjadi di jalan Prajurit diakibatkan oleh air hujan dan air buangan rumah tangga yang masuk ke drainase, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui debit banjir dan kapasitas saluran serta merencanakan saluran tertutup yang sekaligus berfungsi sebagai bahu jalan. Analisis data curah hujan menggunakan metode Gumbel, Log Pearson Type III, Log Normal dan Normal. Pengujian metode di atas dihitung menggunakan Chi Square dan Smirnov Kolmogorof. Hasil perhitungan diperoleh debit saluran existing 0,031 m3/detik lebih kecil dari pada debit banjir 0,671 m3/detik, sehingga perlu direncanakan saluran drainase baru menggunakan penampang persegi dengan lebar dasar saluran (b) = 150 cm, kedalaman aliran (h) = 150 cm, tinggi jagaan (w) = 30 cm dan diperoleh debit (Q) = 0,842 m3/detik. Penutup drainase menggunakan tulangan pokok (As) = D13 – 150, tulangan bagi (Asb) = D10 – 175 dan tebal plat 200 mm. \u0000 Kata kunci : Saluran tertutup, Debit banjir, Kapasitas saluran.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"47 8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133850624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan kota Merauke yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan persawahan ataupun rawa menjadi areal pemukiman yang mengakibatkan daya resap tanah menjadi berkurang sehingga menyebabkan timbulnya banjir, maka dilakukan analisis dan perhitungan untuk mengetahui besar debit limpasan, debit akibat perubahan tata guna lahan yang terjadi pada drainase di jalan Jalan Ahmad Yani - Gang Rawa dan menemukan solusi permasalahan terjadinya genangan. Perhitungan kapasitas saluran dilakukan berdasarkan hasil pengukuran pada dimensi saluran, kecepatan aliran, dan tinggi aliran dengan data – data penunjang berupa data curah hujan dan masterplan. Menganalisa curah hujan rencana menggunakan metode hidrologi dan jenis distribusi gumbel. Sedangkan untuk menganalisa debit, menggunakan metode rasional dan Manning. Debit air maksimal sepuluh tahun ke depan pada saluran drainase Jalan Ahmad Yani - Gang Rawa adalah 3,3014 m³/det yang melebihi kapasitas eksisting drainase sebesar 1,2211 m3/det dengan daya tampung maksimal yaitu 3,0501 m³/det. Perlu pembuatan kontruksi sistem jaringan drainase yang baru agar dapat menanggulangi banjir Kata Kunci: Tata guna lahan, debit, genangan
{"title":"ANALISIS PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN DRAINASE JALAN AHMAD YANI – GANG RAWA, DISTRIK MERAUKE","authors":"M. Akbar, Dina Pasa Lolo, I. Djaja","doi":"10.35724/MJCE.V1I1.1162","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I1.1162","url":null,"abstract":"Perkembangan kota Merauke yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan persawahan ataupun rawa menjadi areal pemukiman yang mengakibatkan daya resap tanah menjadi berkurang sehingga menyebabkan timbulnya banjir, maka dilakukan analisis dan perhitungan untuk mengetahui besar debit limpasan, debit akibat perubahan tata guna lahan yang terjadi pada drainase di jalan Jalan Ahmad Yani - Gang Rawa dan menemukan solusi permasalahan terjadinya genangan. Perhitungan kapasitas saluran dilakukan berdasarkan hasil pengukuran pada dimensi saluran, kecepatan aliran, dan tinggi aliran dengan data – data penunjang berupa data curah hujan dan masterplan. Menganalisa curah hujan rencana menggunakan metode hidrologi dan jenis distribusi gumbel. Sedangkan untuk menganalisa debit, menggunakan metode rasional dan Manning. Debit air maksimal sepuluh tahun ke depan pada saluran drainase Jalan Ahmad Yani - Gang Rawa adalah 3,3014 m³/det yang melebihi kapasitas eksisting drainase sebesar 1,2211 m3/det dengan daya tampung maksimal yaitu 3,0501 m³/det. Perlu pembuatan kontruksi sistem jaringan drainase yang baru agar dapat menanggulangi banjir Kata Kunci: Tata guna lahan, debit, genangan","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"129 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130203175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di kota Merauke sangatlah pesat. Kepadatan kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan beberapa permasalahan di bidang transportasi. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah kecelakaan lalu lintas. Seringnya kecelakaan yang terjadi ini mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dan bahkan dapat membahayakan keselamatan nyawa seseorang. Ada empat faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan raya yaitu faktor manusia, faktor kendaraan , faktor jalan dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor manusia dan kendaraan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan raya di Merauke. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil kuisioner dari pengaruh faktor manusia dan faktor kendaraan. Data sekunder terdiri dari data jumlah kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda, adapun uji yang dilakukan dalam analisis tersebut seperti uji F, uji T, dan uji determinan R dan program SPSS. Berdasarkan penelitian terhadap faktor manusia (X1) dan faktor kendaraan (X2) maka diperoleh kesimpulan Y= 10,105 + 0,4768823X1 + 0,1759497X2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel berpengaruh signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan raya. Dengan kontribusi sebesar 52,12%. Kata Kunci: kecelakaan lalu lintas, faktor manusia, faktor kendaraan, metode regresi linier berganda
{"title":"PENGARUH FAKTOR MANUSIA DAN KENDARAAN TERHADAP KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN RAYA DI MERAUKE","authors":"Erlin Yuniardini, D. S. Nababan, Agustan Agustan","doi":"10.35724/MJCE.V1I1.1159","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/MJCE.V1I1.1159","url":null,"abstract":"Perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di kota Merauke sangatlah pesat. Kepadatan kendaraan yang terus meningkat setiap tahunnya menyebabkan beberapa permasalahan di bidang transportasi. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah kecelakaan lalu lintas. Seringnya kecelakaan yang terjadi ini mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dan bahkan dapat membahayakan keselamatan nyawa seseorang. Ada empat faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di jalan raya yaitu faktor manusia, faktor kendaraan , faktor jalan dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor manusia dan kendaraan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan raya di Merauke. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari hasil kuisioner dari pengaruh faktor manusia dan faktor kendaraan. Data sekunder terdiri dari data jumlah kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda, adapun uji yang dilakukan dalam analisis tersebut seperti uji F, uji T, dan uji determinan R dan program SPSS. Berdasarkan penelitian terhadap faktor manusia (X1) dan faktor kendaraan (X2) maka diperoleh kesimpulan Y= 10,105 + 0,4768823X1 + 0,1759497X2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel berpengaruh signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan raya. Dengan kontribusi sebesar 52,12%. \u0000 Kata Kunci: kecelakaan lalu lintas, faktor manusia, faktor kendaraan, metode regresi linier berganda \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"18 7","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114029096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Banjir yang terjadi pada tanggal 09 januari 2013, merupakan banjir besar yang pernah melanda kota Merauke. Salah satu kawasan yang menerima dampak banjir antara lain jalan Aliarkam, Perumahan PU dan Jalan Trikora. Penyebab terjadinya banjir di kawasan tersebut diakibatkan oleh perubahan geometri saluran drainase yang terjadi, antara lain penyempitan luas penampang basah saluran, adanya belokan (tikungan) pada saluran, serta adanya pendangkalan. Maka dilakukan analisis dan perhitungan guna mengetahui seberapa besar pengaruh geometri terhadap debit banjir, menentukan usaha-usaha teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah geometri jaringan. Perhitungan kapasitas saluran dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dimensi saluran, sendimenatasi, dan jari-jari tikungan dengan data-data penunjang berupa data curah hujan dan peta masterplan drainase. Perhitungan hidrologi dilakukan untuk mendapatkan debit banjir yang menjadi beban pada saluran drainase, perhitungan data curah hujan menggunakan metode gumbel, serta debit banjir didapat dengan menggunakan metode rasional. Menganalisa kapasitas saluran dilakukan pada berbagai kondisi yaitu pada kondisi terganggu penyempitan, pendangkalan dan tikungan. Hal tersebut dibandingkan dengan kapasitas saluran sesuai rencana. Pengaruh kapasitas yang diakibatkan oleh pendangkalan dengan deviasi kapasitas rata-rata sebesar 9,06 m3/det, penyempitan dengan deviasi kapasitas sebesar 10,990 m3/det dan kehilangan energi di belokan (tikungan) setinggi 5,84 cm untuk P.16 sedangkan untuk P.20 setinggi 2,93 cm. Perubahan geometri saluran menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran yang dipengaruhi oleh sendimentasi, penyempitan dan tikungan sehingga berdampak terhadap kecepatan aliran. Usaha teknis yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan kecepatan aliran dengan merubah kekasaran saluran (menggunakan saluran Lining), melakukan pemeliharaan saluran secara berkala untuk mengendalikan laju sendimentasi. Kata kunci : Drainase, Kondisi geometri, Kapasitas saluran.
{"title":"STUDI KASUS PENGARUH GEOMETRI JARINGAN DRAINASE TERHADAP GENANGAN BANJIR DI KELURAHAN MARO DISTRIK MERAUKE","authors":"M. Afandi, Abner Doloksaribu, J. Paresa","doi":"10.35724/mjce.v1i1.1167","DOIUrl":"https://doi.org/10.35724/mjce.v1i1.1167","url":null,"abstract":"Banjir yang terjadi pada tanggal 09 januari 2013, merupakan banjir besar yang pernah melanda kota Merauke. Salah satu kawasan yang menerima dampak banjir antara lain jalan Aliarkam, Perumahan PU dan Jalan Trikora. Penyebab terjadinya banjir di kawasan tersebut diakibatkan oleh perubahan geometri saluran drainase yang terjadi, antara lain penyempitan luas penampang basah saluran, adanya belokan (tikungan) pada saluran, serta adanya pendangkalan. Maka dilakukan analisis dan perhitungan guna mengetahui seberapa besar pengaruh geometri terhadap debit banjir, menentukan usaha-usaha teknis yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah geometri jaringan. Perhitungan kapasitas saluran dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dimensi saluran, sendimenatasi, dan jari-jari tikungan dengan data-data penunjang berupa data curah hujan dan peta masterplan drainase. Perhitungan hidrologi dilakukan untuk mendapatkan debit banjir yang menjadi beban pada saluran drainase, perhitungan data curah hujan menggunakan metode gumbel, serta debit banjir didapat dengan menggunakan metode rasional. Menganalisa kapasitas saluran dilakukan pada berbagai kondisi yaitu pada kondisi terganggu penyempitan, pendangkalan dan tikungan. Hal tersebut dibandingkan dengan kapasitas saluran sesuai rencana. Pengaruh kapasitas yang diakibatkan oleh pendangkalan dengan deviasi kapasitas rata-rata sebesar 9,06 m3/det, penyempitan dengan deviasi kapasitas sebesar 10,990 m3/det dan kehilangan energi di belokan (tikungan) setinggi 5,84 cm untuk P.16 sedangkan untuk P.20 setinggi 2,93 cm. Perubahan geometri saluran menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran yang dipengaruhi oleh sendimentasi, penyempitan dan tikungan sehingga berdampak terhadap kecepatan aliran. Usaha teknis yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan kecepatan aliran dengan merubah kekasaran saluran (menggunakan saluran Lining), melakukan pemeliharaan saluran secara berkala untuk mengendalikan laju sendimentasi. \u0000Kata kunci : Drainase, Kondisi geometri, Kapasitas saluran.","PeriodicalId":174605,"journal":{"name":"Musamus Journal of Civil Engineering","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132555104","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}