Yudhistira Anugerah Pratama, Arie Surya Gutama, Muhammad Fedryansyah
Penguatan kapasitas merupakan rangkaian kegiatan bagi kelompok dengan pendampingan rutin, agarkelompok tersebut dapat berkembang menjadi kelembagaan yang aktif, partisifatif, serta berfungsi sesuai dengan peranannya di masyarakat. Penguatan kapasitas yang dikaji dalam artikel ini adalah penguatan kapasitas UMKM di Rukun Warga 07, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menganalisis penguatan kapasitas UMKM di RW 07 yang terdiri dari empat dimensi, yakni peran pemimpin lokal, pengembangan komunitas lokal, komunikasi vertikal dan horizontal, serta dukungan pihak luar. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi penguatan kapasitas UMKM di RW 07 sudah terimplementasi dengan baik, namun belum mencapai hasil maksimal. Tidak maksimalnya proses penguatan kapasitas tersebut terlihat dari belum adanya proses pengembangan komunitaslokal di RW 07. Hal tersebut berimplikasi terhadap terhambatnya pencapaian tujuan dari penguatan kapasitas UMKM di RW 07. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi penguatan kapasitas UMKM diRW 07, diantaranya pemimpin lokal di RW 07 perlu menjaga dan meningkatkan perannya, komunitas lokal perlu dikembangkan, komunikasi vertikal dan horizontal perlu dijaga dan ditingkatkan, serta dukungan pihak luar perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain itu, peneliti juga memberikan saran berupa pemberian pelatihan bagi UMKM di RW 07 agar proses penguatan kapasitas dapat dilaksanakan dan memberikan manfaat secara berkelanjutan.
{"title":"Penguatan Kapasitas bagi UMKM di Rukun Warga 07, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung","authors":"Yudhistira Anugerah Pratama, Arie Surya Gutama, Muhammad Fedryansyah","doi":"10.33007/ska.v12i2.3242","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3242","url":null,"abstract":"Penguatan kapasitas merupakan rangkaian kegiatan bagi kelompok dengan pendampingan rutin, agarkelompok tersebut dapat berkembang menjadi kelembagaan yang aktif, partisifatif, serta berfungsi sesuai dengan peranannya di masyarakat. Penguatan kapasitas yang dikaji dalam artikel ini adalah penguatan kapasitas UMKM di Rukun Warga 07, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menganalisis penguatan kapasitas UMKM di RW 07 yang terdiri dari empat dimensi, yakni peran pemimpin lokal, pengembangan komunitas lokal, komunikasi vertikal dan horizontal, serta dukungan pihak luar. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi penguatan kapasitas UMKM di RW 07 sudah terimplementasi dengan baik, namun belum mencapai hasil maksimal. Tidak maksimalnya proses penguatan kapasitas tersebut terlihat dari belum adanya proses pengembangan komunitaslokal di RW 07. Hal tersebut berimplikasi terhadap terhambatnya pencapaian tujuan dari penguatan kapasitas UMKM di RW 07. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran bagi penguatan kapasitas UMKM diRW 07, diantaranya pemimpin lokal di RW 07 perlu menjaga dan meningkatkan perannya, komunitas lokal perlu dikembangkan, komunikasi vertikal dan horizontal perlu dijaga dan ditingkatkan, serta dukungan pihak luar perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain itu, peneliti juga memberikan saran berupa pemberian pelatihan bagi UMKM di RW 07 agar proses penguatan kapasitas dapat dilaksanakan dan memberikan manfaat secara berkelanjutan.","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135598113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pekerja sosial pada setting sekolahan bertanggung jawab memberikan layanan secara menyeluruh disain program untuk pendidikan, karir, pribadi, dan pengembangan sosial untuk seluruh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mekanisme teori implisit kreativitas yaitu pengetahuan implisit guru bimbingan dan konseling terhadap profil pribadi kreatif (implisit knowledge of Creative Person) dan persepsi sosial guru bimbingan dan konseling terhadap profil pribadi kreatif (social perception of the creative person). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subject pada penelitian ini terdiri dari tiga orang guru bimbingan dan konseling yang bertugas di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bandung Barat - Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan informan terhadap pribadi kreatif dikenal sebagai individu yang penuh semangat dan religius, pantang menyerah, tekun dan memiliki daya imajinasi tinggi. Sedangkan persepsi sosial informan terhadap orang kreatif mengharapkan bahwa keberadaan orang kreatif senantiasa bermanfaat bagi umat, selalu memberikan solusi bagi persoalan di masyarakat dengan karya yang inovatif, serta peduli terhadap kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakat . Hasil penelitian ini bermanfaat bagi strategi peningkatan kreativitas melalui persepsi yang positif terhadap orang kreatif sehingga mendorong individu dalam segala bidang untuk meraih pencapaian kreatif dengan melakukan hal-hal baru, belajar hal baru, dan menyelesaikan sesuatu dengan cara dan inovasi baru.
{"title":"Pekerjaan Sosial Pada Seting Sekolahan: Persepsi Sosial Terhadap Profil Pribadi Kreatif Dalam Perspektif Teori Implisit Kreatifitas","authors":"Ineu Maryani","doi":"10.33007/ska.v12i2.3241","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3241","url":null,"abstract":"Pekerja sosial pada setting sekolahan bertanggung jawab memberikan layanan secara menyeluruh disain program untuk pendidikan, karir, pribadi, dan pengembangan sosial untuk seluruh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mekanisme teori implisit kreativitas yaitu pengetahuan implisit guru bimbingan dan konseling terhadap profil pribadi kreatif (implisit knowledge of Creative Person) dan persepsi sosial guru bimbingan dan konseling terhadap profil pribadi kreatif (social perception of the creative person). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subject pada penelitian ini terdiri dari tiga orang guru bimbingan dan konseling yang bertugas di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bandung Barat - Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan informan terhadap pribadi kreatif dikenal sebagai individu yang penuh semangat dan religius, pantang menyerah, tekun dan memiliki daya imajinasi tinggi. Sedangkan persepsi sosial informan terhadap orang kreatif mengharapkan bahwa keberadaan orang kreatif senantiasa bermanfaat bagi umat, selalu memberikan solusi bagi persoalan di masyarakat dengan karya yang inovatif, serta peduli terhadap kesejahteraan sosial di lingkungan masyarakat . Hasil penelitian ini bermanfaat bagi strategi peningkatan kreativitas melalui persepsi yang positif terhadap orang kreatif sehingga mendorong individu dalam segala bidang untuk meraih pencapaian kreatif dengan melakukan hal-hal baru, belajar hal baru, dan menyelesaikan sesuatu dengan cara dan inovasi baru.","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135598111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk menggugah partisipasi birokrasi khususnya untuk bersama mengupayakan penanganan percepatan penurunan stunting di masyarakat. Karena penanganan stunting membutuhkan kerjasama sinergis berbagai pihak, maka tata kelola kolaboratif menjadi opsi yang layak dipertimbangkan. Tulisan ini membahas tata kelola kolaboratif yang inovatif dengan mengangkat kasus implementasi BAAS melalui dapur sehat (Dashat). Inovasi yang diangkat adalah inovasi sosial, dimana program BAAS melalui Dashat adalah salah satu wujud dari penyelesaian masalah pada masyarakat melalui inovasi sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif, sementara data dan informasi diurai secara deskriptif analitis. Kolaborasi merupakan rekomendasi strategis pada implementasi program BAAS Kabupaten Subang. Kasus di Kecamatan Tambakdahan membuktikan strategi yang tepat untuk mewujudkan tata kelola kolaboratif yang efektif adalah dengan mengakomodasi penerapan inovasi sosial sehingga tujuan publik yang strategis yaitu percepatan penurunan stunting dapat tercapai. Namun, inovasi sosial memerlukan prasyarat yang mendukung antara lain: 1) kepemimpinan, 2) kesamaan pemahaman mengenai urgensi program, 3) komunikasi efektif antar jenjang, 4) kolaborasi yang baik antar pihak, dan 5) modal sosial. Modal sosial sangat penting agar pencegahan dan penangangan stunting mendapatkan perhatian dan bantuan dari masyarakat. Penanganan dan pencegahan stunting memerlukan kerjasama berbagai pihak yang ada di desa, dari pemerintah desa dan terutama masyarakatnya. Tantangan dalam menjalankan inovasi sosial ini bagi pelaku inovasi antara lain: sikap pesimis dari lingkungan sekitar, dukungan dari pemimpin, dan sikap kepemimpinan.
{"title":"Inovasi Sosial pada Penanganan Stunting: Penerapan Konsep Bapak Asuh Anak Stunting di Tambak Dahan, Subang, Provinsi Jawa Barat","authors":"Febtri Wijayanti, Raphael Yudha, Carolina Carolina, Rachmini Saparita","doi":"10.33007/ska.v12i2.3239","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3239","url":null,"abstract":"Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk menggugah partisipasi birokrasi khususnya untuk bersama mengupayakan penanganan percepatan penurunan stunting di masyarakat. Karena penanganan stunting membutuhkan kerjasama sinergis berbagai pihak, maka tata kelola kolaboratif menjadi opsi yang layak dipertimbangkan. Tulisan ini membahas tata kelola kolaboratif yang inovatif dengan mengangkat kasus implementasi BAAS melalui dapur sehat (Dashat). Inovasi yang diangkat adalah inovasi sosial, dimana program BAAS melalui Dashat adalah salah satu wujud dari penyelesaian masalah pada masyarakat melalui inovasi sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif, sementara data dan informasi diurai secara deskriptif analitis. Kolaborasi merupakan rekomendasi strategis pada implementasi program BAAS Kabupaten Subang. Kasus di Kecamatan Tambakdahan membuktikan strategi yang tepat untuk mewujudkan tata kelola kolaboratif yang efektif adalah dengan mengakomodasi penerapan inovasi sosial sehingga tujuan publik yang strategis yaitu percepatan penurunan stunting dapat tercapai. Namun, inovasi sosial memerlukan prasyarat yang mendukung antara lain: 1) kepemimpinan, 2) kesamaan pemahaman mengenai urgensi program, 3) komunikasi efektif antar jenjang, 4) kolaborasi yang baik antar pihak, dan 5) modal sosial. Modal sosial sangat penting agar pencegahan dan penangangan stunting mendapatkan perhatian dan bantuan dari masyarakat. Penanganan dan pencegahan stunting memerlukan kerjasama berbagai pihak yang ada di desa, dari pemerintah desa dan terutama masyarakatnya. Tantangan dalam menjalankan inovasi sosial ini bagi pelaku inovasi antara lain: sikap pesimis dari lingkungan sekitar, dukungan dari pemimpin, dan sikap kepemimpinan.","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135598114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R Sukarni, Diah Krisnatuti, Tin Herawati, Irwan Rahadi
Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di kabupaten Lombok Timur, yaitu Sambelia dan Sembalun. Sebanyak 120 keluarga berpartisipasi dalam penelitian ini yang dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar yang mewakili dataran tinggi/pegunungan dan wilayah dekat pantai/pesisir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisa hubungan antara tingkat stres dan strategi koping keluarga korban bencana. Uji Korelasi Spearman digunakan untuk melakukan Analisa hubungan antara kedua variabel. Hasil penelitian membuktikan bahwa tingkat stres respondent di daerah pegunungan secara signifikan lebih tinggi daripada di wilayah pesisir dengan nilai p-value = 0.027. Tingkat pendidikan istri dan tingkat stres juga secara signifikan berhubungan positif dengan strategi koping (r = -0.203, p <0.05) dan (r = -0.291, p <0.01). Penelitian ini merekomendasikan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mengurangi gejala stres. Keluarga dapat melakukan ini dengan melakukan interaksi positif dan komunikasi yang baik satu sama lain, sehingga menciptakan lingkungan yang saling menguatkan. Pemerintah juga diharapkan untuk memberikan pendampingan psikologi jangka panjang kepada keluarga korban bencana, karena penelitian ini menemukan bahwa keluarga masih merasa takut, sedih, dan penuh ketidakpastian selama tinggal di hunian sementara. Selain itu, masyarakat dan Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan daerah bencana diharapkan untuk memberikan perhatian dalam bentuk edukasi, konseling, dan arahan secara berkala kepada keluarga korban bencana, untuk membantu mereka mengembangkan strategi koping yang efektif.
这项研究是在东龙目岛的两个地区进行的,那是sam贝利亚和Sembalun。多达120个家庭参加了这项研究,该研究将这些研究分成两组,代表高地和沿海地区。本研究的目的是分析压力水平和灾难受害者家庭应对策略之间的关系。Spearman相关性测试用于分析这两个变量之间的关系。研究表明,山区的压力水平明显高于p-value = 0027的沿海地区。妻子的教育水平和压力水平与koping策略(r = - 0203, p < 0.05)和(r = - 0291, p = 0.01)也有显著的关系。这项研究表明,家庭在减轻压力症状方面发挥着重要作用。家庭可以通过积极的互动和良好的沟通来做到这一点,从而创造一个相互强化的环境。政府还希望对受灾家庭提供长期的心理咨询,因为这项研究发现,在临时住房生活中,家庭仍然感到恐惧、悲伤和不确定。此外,关心灾区的社区和非政府组织应定期向受灾家庭提供教育、咨询和指导,帮助他们制定有效的应对战略。
{"title":"Analisis Hubungan Tingkat Stres, dan Strategi Koping pada Korban Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Lombok Timur","authors":"R Sukarni, Diah Krisnatuti, Tin Herawati, Irwan Rahadi","doi":"10.33007/ska.v12i2.3237","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3237","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan di dua kecamatan di kabupaten Lombok Timur, yaitu Sambelia dan Sembalun. Sebanyak 120 keluarga berpartisipasi dalam penelitian ini yang dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar yang mewakili dataran tinggi/pegunungan dan wilayah dekat pantai/pesisir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisa hubungan antara tingkat stres dan strategi koping keluarga korban bencana. Uji Korelasi Spearman digunakan untuk melakukan Analisa hubungan antara kedua variabel. Hasil penelitian membuktikan bahwa tingkat stres respondent di daerah pegunungan secara signifikan lebih tinggi daripada di wilayah pesisir dengan nilai p-value = 0.027. Tingkat pendidikan istri dan tingkat stres juga secara signifikan berhubungan positif dengan strategi koping (r = -0.203, p <0.05) dan (r = -0.291, p <0.01). Penelitian ini merekomendasikan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mengurangi gejala stres. Keluarga dapat melakukan ini dengan melakukan interaksi positif dan komunikasi yang baik satu sama lain, sehingga menciptakan lingkungan yang saling menguatkan. Pemerintah juga diharapkan untuk memberikan pendampingan psikologi jangka panjang kepada keluarga korban bencana, karena penelitian ini menemukan bahwa keluarga masih merasa takut, sedih, dan penuh ketidakpastian selama tinggal di hunian sementara. Selain itu, masyarakat dan Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan daerah bencana diharapkan untuk memberikan perhatian dalam bentuk edukasi, konseling, dan arahan secara berkala kepada keluarga korban bencana, untuk membantu mereka mengembangkan strategi koping yang efektif.","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135598110","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam upaya mengurangi ketimpangan, pemerintah melaksanakan pembangunan rumah layak huni kepada masyarakat yang membutuhkan. Secara nasional, program ini telah berjalan sejak tahun 2015 yang diinisiasikan langsung oleh Presiden Joko Widodo melalui program Sejuta Rumah. Disisi lain, ternyata pemerintah Aceh sudah lebih dulu menginisiasi bantuan perumahan bagi masyarakat kurang mampu ini sejak tahun 2008. Seiring berjalannya waktu, dengan paket kebijakan bantuan sosialnya, ternyata Aceh masih saja terjerambab kedalam lingkaran kemiskinan. Status termiskin di Sumatera masih melabeli propinsi paling barat Indonesia ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas penyaluran rumah layak huni, sekaligus mengevaluasi capain utamanya seperti mengurangi ketimpangan bahkan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan pisau analisis menggunakan teori efektivitas dari Sutrisno (2013), yaitu; yaitu: (i) pemahaman program; (ii) tepat sasaran; (iii) tepat waktu; (iv) tercapainya tujuan; dan (v) perubahan nyata. Secara keseluruhan, empat indikator telah mampu terpenuhi, hanya variable tepat sasaran yang masih bermasalah. Oleh karena itu. peneliti sangat mengharapkan pemangku kebijakan dapat melakukan evaluasi terhadap efektivitas program rumah layak huni tersebut agar tidak hanya menjadi solusi jangka pendek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
{"title":"Efektifitas Program Rumah Layak Huni dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat Daya","authors":"Fahmi Idris, Mukhrijal Mukhrijal, Saddam Rassanjani","doi":"10.33007/ska.v12i2.3240","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3240","url":null,"abstract":"Dalam upaya mengurangi ketimpangan, pemerintah melaksanakan pembangunan rumah layak huni kepada masyarakat yang membutuhkan. Secara nasional, program ini telah berjalan sejak tahun 2015 yang diinisiasikan langsung oleh Presiden Joko Widodo melalui program Sejuta Rumah. Disisi lain, ternyata pemerintah Aceh sudah lebih dulu menginisiasi bantuan perumahan bagi masyarakat kurang mampu ini sejak tahun 2008. Seiring berjalannya waktu, dengan paket kebijakan bantuan sosialnya, ternyata Aceh masih saja terjerambab kedalam lingkaran kemiskinan. Status termiskin di Sumatera masih melabeli propinsi paling barat Indonesia ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas penyaluran rumah layak huni, sekaligus mengevaluasi capain utamanya seperti mengurangi ketimpangan bahkan kemiskinan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan pisau analisis menggunakan teori efektivitas dari Sutrisno (2013), yaitu; yaitu: (i) pemahaman program; (ii) tepat sasaran; (iii) tepat waktu; (iv) tercapainya tujuan; dan (v) perubahan nyata. Secara keseluruhan, empat indikator telah mampu terpenuhi, hanya variable tepat sasaran yang masih bermasalah. Oleh karena itu. peneliti sangat mengharapkan pemangku kebijakan dapat melakukan evaluasi terhadap efektivitas program rumah layak huni tersebut agar tidak hanya menjadi solusi jangka pendek dalam upaya penanggulangan kemiskinan.","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"230 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135598112","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Budi Muhammad Taftazani, Nurliana Cipta Apsari, Meilanny Budiarti Santoso
Berbagai lembaga yang menyelenggarakan rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba telah berkembang, salah satunya diselenggarakan oleh Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya yang menerapkan pendekatan spiritualisme Islam untuk mengubah kebiasaan menggunakan narkoba menjadi kebiasaan melaksanakan ritual keagamaan sehingga tertanam sikap dan perilaku yang yang baik atau ahlakul karimah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba di Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer diperoleh dari informan yang terdiri dari pimpinan pondok pesantren, pimpinan yayasan, pengelola Inabah, dan anak bina sebagai penerima manfaat. Hasil penelitian menunjukkan proses rehabilitasi yang diselenggarakan oleh Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya menggunakan aktivitas beribadah keagamaan sebagai kegiatan yang mengalihkan perhatian dan tenaga penyalahguna dari keinginan untuk menggunakan narkoba. Dari tujuan dan proses rehabilitasi, pendekatan spiritualisme yang dijalankan lembaga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku melalui aktivitas ritual yang dapat mengembangkan dan memperkuat aspek spiritual anak bina. Namun demikian, masih dibutuhkan proses tindak lanjut untukpenguatan agar anak bina tidak lagi tergoda dengan kebiasaan lamanya yang buruk. Kajian kritis yang bersifat evaluatif diperlukan pada layanan berbasis faith based untuk memperkuat pengaruh dan posisi dari pendekatan ini di arena praktik pekerjaan sosial
{"title":"Spiritualisme Dalam Rehabilitasi Pengguna Narkoba Pada Pondok Pesantren Suryalaya","authors":"Budi Muhammad Taftazani, Nurliana Cipta Apsari, Meilanny Budiarti Santoso","doi":"10.33007/ska.v12i2.3236","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3236","url":null,"abstract":"Berbagai lembaga yang menyelenggarakan rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba telah berkembang, salah satunya diselenggarakan oleh Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya yang menerapkan pendekatan spiritualisme Islam untuk mengubah kebiasaan menggunakan narkoba menjadi kebiasaan melaksanakan ritual keagamaan sehingga tertanam sikap dan perilaku yang yang baik atau ahlakul karimah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba di Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer diperoleh dari informan yang terdiri dari pimpinan pondok pesantren, pimpinan yayasan, pengelola Inabah, dan anak bina sebagai penerima manfaat. Hasil penelitian menunjukkan proses rehabilitasi yang diselenggarakan oleh Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya menggunakan aktivitas beribadah keagamaan sebagai kegiatan yang mengalihkan perhatian dan tenaga penyalahguna dari keinginan untuk menggunakan narkoba. Dari tujuan dan proses rehabilitasi, pendekatan spiritualisme yang dijalankan lembaga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku melalui aktivitas ritual yang dapat mengembangkan dan memperkuat aspek spiritual anak bina. Namun demikian, masih dibutuhkan proses tindak lanjut untukpenguatan agar anak bina tidak lagi tergoda dengan kebiasaan lamanya yang buruk. Kajian kritis yang bersifat evaluatif diperlukan pada layanan berbasis faith based untuk memperkuat pengaruh dan posisi dari pendekatan ini di arena praktik pekerjaan sosial","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135597961","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lukman Nul Hakim, Reza Amarta Prayoga, Mery Ganti, Muslim Sabarisman, A. Nururrochman Hidayatulloh
Kasus bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahunnya rata-rata sebanyak 30 orang. Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah pola perilaku bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul? Bagaimanakah penjelasan mengenai fenomena Pulung Gantung di Kabupaten Gunung Kidul? Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pihak terkait dalam menyusun langkah preventif perilaku bunuh diri di Gunung Kidul. Metode penelitian kualitatif dengan teknik penelitian wawancara dan kajian literatur digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk alasan etis, wawancara tidak dilakukan kepada penyintas ataupun keluarga pelaku bunuh diri, melainkan kepada pihak yang terlibat dalam penanganan bunuh diri di Gunung Kidul, diantaranya pihak pemerintah daerah, rumah sakit, kepolisian, dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku bunuh diri lebih banyak berjenis kelamin laki-laki, berusia diatas 58 tahun, berprofesi sebagai petani, dengan cara gantung diri, pada pukul 02-03 dinihari, sering dilakukan di bulan maret, dengan motif faktor usia, penyakit menahun, dan tekanan ekonomi. Paling banyak terjadi Kelurahan Semin, Gedangsari, dan Wonosari. Penanganan fenomena bunuh diri membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah daerah harus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia. Program Posyandu Lansia harus di intensifkan dengan menyasar kesehatan fisik dan psikis. DPRD harus mengawasi implementasi program pemerintah daerah. Perlu keterlibatan akademisi dan masyarakat
{"title":"Kesejahteraan Semu dalam Dialektika Perilaku Bunuh Diri di Kabupaten Gunung Kidul: Tinjauan Sosial Psikologis","authors":"Lukman Nul Hakim, Reza Amarta Prayoga, Mery Ganti, Muslim Sabarisman, A. Nururrochman Hidayatulloh","doi":"10.33007/ska.v12i2.3235","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v12i2.3235","url":null,"abstract":"Kasus bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahunnya rata-rata sebanyak 30 orang. Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah pola perilaku bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul? Bagaimanakah penjelasan mengenai fenomena Pulung Gantung di Kabupaten Gunung Kidul? Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pihak terkait dalam menyusun langkah preventif perilaku bunuh diri di Gunung Kidul. Metode penelitian kualitatif dengan teknik penelitian wawancara dan kajian literatur digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk alasan etis, wawancara tidak dilakukan kepada penyintas ataupun keluarga pelaku bunuh diri, melainkan kepada pihak yang terlibat dalam penanganan bunuh diri di Gunung Kidul, diantaranya pihak pemerintah daerah, rumah sakit, kepolisian, dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku bunuh diri lebih banyak berjenis kelamin laki-laki, berusia diatas 58 tahun, berprofesi sebagai petani, dengan cara gantung diri, pada pukul 02-03 dinihari, sering dilakukan di bulan maret, dengan motif faktor usia, penyakit menahun, dan tekanan ekonomi. Paling banyak terjadi Kelurahan Semin, Gedangsari, dan Wonosari. Penanganan fenomena bunuh diri membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah daerah harus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia. Program Posyandu Lansia harus di intensifkan dengan menyasar kesehatan fisik dan psikis. DPRD harus mengawasi implementasi program pemerintah daerah. Perlu keterlibatan akademisi dan masyarakat","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135597960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Setiap organisasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja SDM dengan harapan tujuan organisasi akan tercapai. Kemampuan SDM tercermin dari kinerja, kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal. Kinerja SDM PKH berdasarkan hasil penilain belum memuaskan sehingga diperlukan peningkatan kinerja.Dalam penelitian ini menggunakan 4 valiabel yaitu; kinerja SDM PKH sebagai variabel endogen (Y), perubahanorganisasi sebagai variabel eksogen (X1), budaya organisasi (X2), kepemimpinan (X3) dan organizational citizen behavior (OCB) sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positifdan signifikan antara variabel perubahan organisasi terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan positif tidak signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan negatif interkasi antara perubahan organisasi dengan OCB terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan negatif interaksi antara perubahan organisasi dengan OCB terhadap budaya organisasi
{"title":"Pengaruh Perubahan Organisasi, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja SDM PKH dengan Organizational Citizen Behavior (OCB) sebagai Moderasi di Provinsi Sumatera Bara","authors":"Nurannisa, Yunia Wardi, Ilham Thaib","doi":"10.33007/ska.v11i3.3086","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v11i3.3086","url":null,"abstract":"Setiap organisasi akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja SDM dengan harapan tujuan organisasi akan tercapai. Kemampuan SDM tercermin dari kinerja, kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal. Kinerja SDM PKH berdasarkan hasil penilain belum memuaskan sehingga diperlukan peningkatan kinerja.Dalam penelitian ini menggunakan 4 valiabel yaitu; kinerja SDM PKH sebagai variabel endogen (Y), perubahanorganisasi sebagai variabel eksogen (X1), budaya organisasi (X2), kepemimpinan (X3) dan organizational citizen behavior (OCB) sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positifdan signifikan antara variabel perubahan organisasi terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan positif tidak signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan negatif interkasi antara perubahan organisasi dengan OCB terhadap kinerja SDM PKH, terdapat hubungan negatif interaksi antara perubahan organisasi dengan OCB terhadap budaya organisasi \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84347379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The discourse on human trafficking and the efforts to overcome it are crucial issues that has received public attention in Indonesia and all around the globe. However, different perspectives among experts, activists and organizations gave rise to different approaches in analyzing the source of the problem, what is seen as the problem, and the intervention to solve the problem. This research focuses on community organizing of women victims of human trafficking as the approach which has been implemented to challenge oppression by Mitra Wacana Women Resource Center in Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. This qualitative study is aimed to explore their perspectives on defining human trafficking and its complexities, their analysis of its causes and the intervention method. The theory of anti-oppressive is applied to analyze the data and findings within this research, which results in three main points; first, Mitra Wacana’s critical awareness raises a comprehensive perspective on the complexity of the human trafficking issue by identifying the community as victims of a discriminatory and exploitative system. Second, organizing ex-migrant workers in Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak/P3A (Learning Center for Women and Children) is applied as the approach to strengthen rights-based capacity for the Kulon Progo community. Third, an integrated approach against oppression within human trafficking tried to synergize three levels of personal, cultural and structural approach. In the case of human trafficking in Kulon Progo, the integrated approach consists of public education, information development, and policy advocacy on humanity issues by involving the organization of ex-migrant workers.
关于人口贩运的论述和克服这一问题的努力是印度尼西亚和全球公众关注的关键问题。然而,专家、活动家和组织的不同视角,导致了对问题根源的分析、对问题的认识、对问题的干预和解决方法的不同。本研究的重点是人口贩运妇女受害者的社区组织,这是日惹Daerah Istimewa Kabupaten Kulon Progo的Mitra Wacana妇女资源中心为挑战压迫而实施的方法。这一定性研究旨在探讨他们对人口贩运及其复杂性的定义、对其原因的分析和干预方法的看法。运用反压迫理论对本研究中的数据和发现进行分析,得出三个主要观点;首先,Mitra Wacana的批判意识通过将社区视为歧视和剥削制度的受害者,提出了对人口贩运问题复杂性的全面视角。第二,在Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak/P3A(妇女和儿童学习中心)组织外籍劳工,作为加强Kulon Progo社区基于权利的能力的方法。第三,打击人口贩运中的压迫的综合办法试图将个人、文化和结构三个层面的办法协同起来。在Kulon Progo贩卖人口的案例中,综合方法包括公众教育、资讯发展,以及由移徙工人组织参与的有关人道问题的政策宣传。
{"title":"Community Organizing of Victims of Human Trafficking in Kulon Progo: Road to An Integrated Approach Against Oppression","authors":"Sri Widayanti","doi":"10.33007/ska.v11i3.3088","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v11i3.3088","url":null,"abstract":"The discourse on human trafficking and the efforts to overcome it are crucial issues that has received public attention in Indonesia and all around the globe. However, different perspectives among experts, activists and organizations gave rise to different approaches in analyzing the source of the problem, what is seen as the problem, and the intervention to solve the problem. This research focuses on community organizing of women victims of human trafficking as the approach which has been implemented to challenge oppression by Mitra Wacana Women Resource Center in Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. This qualitative study is aimed to explore their perspectives on defining human trafficking and its complexities, their analysis of its causes and the intervention method. The theory of anti-oppressive is applied to analyze the data and findings within this research, which results in three main points; first, Mitra Wacana’s critical awareness raises a comprehensive perspective on the complexity of the human trafficking issue by identifying the community as victims of a discriminatory and exploitative system. Second, organizing ex-migrant workers in Pusat Pembelajaran Perempuan dan Anak/P3A (Learning Center for Women and Children) is applied as the approach to strengthen rights-based capacity for the Kulon Progo community. Third, an integrated approach against oppression within human trafficking tried to synergize three levels of personal, cultural and structural approach. In the case of human trafficking in Kulon Progo, the integrated approach consists of public education, information development, and policy advocacy on humanity issues by involving the organization of ex-migrant workers. \u0000 ","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87083606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sebagai masyarakat yang bermukim diperdesaan Lereng Merapi, tentu memiliki beragam bentuk kearifan lokal dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, bagaimana bentuk dan makna kearifan lokal masyarakat perdesaan lereng Merapi yang didayagunakan dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Penelitian dilakukan di Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk dan makna kearifan lokal masyarakat lereng Merapi dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dalam upaya mitigasi bencana erupsi, masyarakat di perdesaan Lereng Merapi mendayagunakan sejumlah bentuk kearifan lokal: 1) pengetahuan lokal mencakup inisiatif lokal berupa kegiatan religius, pembimbingan filosofi jawa, gugur gunung, jimpitan, dan rembug warga. Teknologi lokal berupa kenthongan sebagai wahana pertukaran informasi baik kondisi aman maupun dalam keadaan marabahaya 2) budaya lokal, berupa tradisi mencakup upacara labuhan dan nyadran, kesenian slawatan, serta ungkapan lokal seperti sing eling lan waspada, 3) keterampilan lokal mencakup keterampilan bertani dalam pembuatan pakan ternak berbahan dasar sampah organik. 4) sumberdaya lokal mencakup sumberdaya manusia, alam, dan sumberdaya sosial. 5). proses sosial lokal mencakup penguatan pola interaksi sosial, tata hubungan warga, dan pengawasan sosial. 6) solidaritas kelompok meliputi penguatan sikap kebersamaan dan kesetiakawanan sosial berlandaskan filosofi Jawa. Direkomendasikan agar kebijakan penanggulangan korban bencana alam mengutamakan upaya mitigasi dengan mendayagunakan setiap bentuk kearifan lokal masyarakat di daerah rawan bencana.
{"title":"Kearifan Lokal Masyarakat Desa Lereng Merapi dalam Upaya Mitigasi Bencana Erupsi","authors":"Suryani, Andayani Listyawati, Fatwa Nurul Hakim","doi":"10.33007/ska.v11i3.3089","DOIUrl":"https://doi.org/10.33007/ska.v11i3.3089","url":null,"abstract":"Sebagai masyarakat yang bermukim diperdesaan Lereng Merapi, tentu memiliki beragam bentuk kearifan lokal dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian, bagaimana bentuk dan makna kearifan lokal masyarakat perdesaan lereng Merapi yang didayagunakan dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Penelitian dilakukan di Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk dan makna kearifan lokal masyarakat lereng Merapi dalam upaya mitigasi bencana erupsi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dalam upaya mitigasi bencana erupsi, masyarakat di perdesaan Lereng Merapi mendayagunakan sejumlah bentuk kearifan lokal: 1) pengetahuan lokal mencakup inisiatif lokal berupa kegiatan religius, pembimbingan filosofi jawa, gugur gunung, jimpitan, dan rembug warga. Teknologi lokal berupa kenthongan sebagai wahana pertukaran informasi baik kondisi aman maupun dalam keadaan marabahaya 2) budaya lokal, berupa tradisi mencakup upacara labuhan dan nyadran, kesenian slawatan, serta ungkapan lokal seperti sing eling lan waspada, 3) keterampilan lokal mencakup keterampilan bertani dalam pembuatan pakan ternak berbahan dasar sampah organik. 4) sumberdaya lokal mencakup sumberdaya manusia, alam, dan sumberdaya sosial. 5). proses sosial lokal mencakup penguatan pola interaksi sosial, tata hubungan warga, dan pengawasan sosial. 6) solidaritas kelompok meliputi penguatan sikap kebersamaan dan kesetiakawanan sosial berlandaskan filosofi Jawa. Direkomendasikan agar kebijakan penanggulangan korban bencana alam mengutamakan upaya mitigasi dengan mendayagunakan setiap bentuk kearifan lokal masyarakat di daerah rawan bencana. \u0000 ","PeriodicalId":32713,"journal":{"name":"Sosio Konsepsia Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83379825","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}