Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3480
Dwi Ayu Lutfiani Amalia, Oedjijono Oedjijono, P. Purwanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bakteri diazotrof yang mampu menambat nitrogen dan menghasilkan hormon IAA dengan cara menyeleksinya dari rizosfer tanaman bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 6 bulan (Januari-Juni 2020). Penelitian ini terdiri dari pengambilan sampel tanah perakaran bawang merah di Brebes, Jawa Tengah, isolasi bakteri tanah pada medium Yeast Mannitol Agar+Congo red, Ashby, dan Caceres, uji produksi IAA metode Salkowski, uji kemampuan penambatan nitrogen metode Kjeldahl, dan identifikasi bakteri. Sebanyak sembilan isolat bakteri diazotrof yang mampu menghasilkan IAA telah berhasil diisolasi. Kesembilan isolat tersebut mampu menghasilkan IAA dengan konstentrasi antara 3,05-3,51 ppm, dengan isolat LAR3 sebagai penghasil IAA tertinggi. Hasil perhitungan kemampuan menambat nitrogen bebas dengan metode Kjeldahl dari 6 isolat terbaik penghasil IAA, mampu menghasilkan konsentrasi berkisar antara 3,15-88,55 ppm, dengan isolat LAR5 sebagai penghasil nitrogen tertinggi. Hasil identifikasi menunjukkan kesembilan isolat bakteri yang didapatkan termasuk dalam 3 kelompok bakteri yang berbeda, yaitu empat isolat termasuk spesies anggota genus Rhizobium (isolat LAR3,LAR5,LBR1,dan LCR3), tiga isolat adalah spesies anggota genus Azospirillum (isolat LAA4,LAA5, dan LCA1), dan dua isolat termasuk spesies anggota genus Azotobacter (isolat LBZ2 dan LBZ3).
{"title":"Eksplorasi Bakteri Diazotrof dari Rizosfer Tanaman Bawah Merah (Allium ascalonicum L.) di Brebes, Jawa Tengah","authors":"Dwi Ayu Lutfiani Amalia, Oedjijono Oedjijono, P. Purwanto","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3480","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3480","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bakteri diazotrof yang mampu menambat nitrogen dan menghasilkan hormon IAA dengan cara menyeleksinya dari rizosfer tanaman bawang merah di Brebes, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 6 bulan (Januari-Juni 2020). Penelitian ini terdiri dari pengambilan sampel tanah perakaran bawang merah di Brebes, Jawa Tengah, isolasi bakteri tanah pada medium Yeast Mannitol Agar+Congo red, Ashby, dan Caceres, uji produksi IAA metode Salkowski, uji kemampuan penambatan nitrogen metode Kjeldahl, dan identifikasi bakteri. Sebanyak sembilan isolat bakteri diazotrof yang mampu menghasilkan IAA telah berhasil diisolasi. Kesembilan isolat tersebut mampu menghasilkan IAA dengan konstentrasi antara 3,05-3,51 ppm, dengan isolat LAR3 sebagai penghasil IAA tertinggi. Hasil perhitungan kemampuan menambat nitrogen bebas dengan metode Kjeldahl dari 6 isolat terbaik penghasil IAA, mampu menghasilkan konsentrasi berkisar antara 3,15-88,55 ppm, dengan isolat LAR5 sebagai penghasil nitrogen tertinggi. Hasil identifikasi menunjukkan kesembilan isolat bakteri yang didapatkan termasuk dalam 3 kelompok bakteri yang berbeda, yaitu empat isolat termasuk spesies anggota genus Rhizobium (isolat LAR3,LAR5,LBR1,dan LCR3), tiga isolat adalah spesies anggota genus Azospirillum (isolat LAA4,LAA5, dan LCA1), dan dua isolat termasuk spesies anggota genus Azotobacter (isolat LBZ2 dan LBZ3).","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125882456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3387
Nia Sri Hartatik, Eddy Tri Sucianto, E. Purwati
Green mustard (Brassica juncea) is an annual or horticultural plant of the Brassica genus. The purpose of this research is to knowledge the type of fungi that cause leaf spot disease on green mustard plants and to know the large percentage of leaf spot diseases caused by fungus on mustard greens in Serang Village, Karangreja District, Purbalingga. This research is used survey method by taking purposive random sampling at two different locations. The type of fungus that causes leaf spot disease on (B. juncea) mustard green can be identified by isolating the part of plants are sick then identified. Identification of fungi is doing by two stages of observation, that is observation macromorphological characters and micromorphological characters. Observation of macromorphological characters includes colony color, colony shape, the edge of colony shape and colony reverse color. Observation of the micromorphology character includes the presence of hyphae, hyphae (insulated or non-insulated), conidia shape, conidia color, additional devices and conidiophores. The next stage to find out the type of fungus that causes leaf spot disease is Koch's Postulate.The results obtained there is one type of disease in green mustard plants. Leaf spot is one of the diseases of mustard greens caused by the fungus Alternaria sp, with a frequency of leaf spot disease as many as 196 times, and the percentage of disease of 51,30%.
{"title":"Genera Jamur Patogen dan Persentase Penyakit Bercak Daun yang ditemukan pada Pertanaman Sawi Hijau (Brassica juncea) di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga","authors":"Nia Sri Hartatik, Eddy Tri Sucianto, E. Purwati","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3387","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.3387","url":null,"abstract":"Green mustard (Brassica juncea) is an annual or horticultural plant of the Brassica genus. The purpose of this research is to knowledge the type of fungi that cause leaf spot disease on green mustard plants and to know the large percentage of leaf spot diseases caused by fungus on mustard greens in Serang Village, Karangreja District, Purbalingga. This research is used survey method by taking purposive random sampling at two different locations. The type of fungus that causes leaf spot disease on (B. juncea) mustard green can be identified by isolating the part of plants are sick then identified. Identification of fungi is doing by two stages of observation, that is observation macromorphological characters and micromorphological characters. Observation of macromorphological characters includes colony color, colony shape, the edge of colony shape and colony reverse color. Observation of the micromorphology character includes the presence of hyphae, hyphae (insulated or non-insulated), conidia shape, conidia color, additional devices and conidiophores. The next stage to find out the type of fungus that causes leaf spot disease is Koch's Postulate.The results obtained there is one type of disease in green mustard plants. Leaf spot is one of the diseases of mustard greens caused by the fungus Alternaria sp, with a frequency of leaf spot disease as many as 196 times, and the percentage of disease of 51,30%.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125919296","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2007
Rizky Arjunnajat Aliefia, T. Ambarningrum, E. Basuki
Kecoak Jerman (Blattella germanica L.) merupakan salah satu serangga hama permukiman yang penting, karena peranannya sebagai vektor penyakit. Untuk mengurangi populasinya, dapat digunakan dengan teknik pengumpanan. Namun belakangan ini muncul perilaku glucose aversion pada kecoak Jerman terhadap umpan komersial berbasis glukosa sebagai fagostimulan. Oleh karena itu perlu dilakukan kaji ulang terhadap fagostimulan sebagai komponen umpan untuk meminimalisir kegagalan pengendalian kecoak Jerman berbasis umpan dengan menggunakan kecoak Jerman jantan strain VCRU (Vector Control Research Unit). Langkah awal untuk membuat formulasi umpan tersebut adalah mencari fagostimulan yang paling disukai oleh kecoak Jerman. Bahan yang digunakan sebagai fagostimulan adalah gula, durian, erythritol, dan pisang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku memilih kecoak Jerman terhadap umpan dengan fagostimulan yang berbeda dan puncak aktivitas makan pada kecoak Jerman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian fagostimulan dan diulang sebanyak 4 kali yang terbagi menjadi empat arena uji. Perlakuan terdiri dari umpan yang masing-masing mengandung gula, durian, erythritol, dan pisang sebagai fagostimulan. Pengamatan perilaku menggunakan metode behavior sampling yang dicatat secara continuous recording selama 24 jam menggunakan kamera Closed Circuit Television (CCTV). Parameter yang diukur berupa latensi, frekuensi, durasi, dan puncak aktivitas makan dari kecoak Jerman. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA pada p<0.05. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku memilih kecoak jantan strain VCRU terhadap umpan tidak berbeda nyata (p>0.05) dan tertarik dengan semua umpan yang diberikan, tetapi umpan gel dengan fagostimulan gula merupakan umpan yang lebih disukai dengan melihat ketiga parameter latensi, frekuensi, dan durasi. Hasil rata-rata latensi pada strain VCRU menuju gel durian selama 17 menit, rata-rata frekuensi kunjungan terbanyak ke gel gula pada strain VCRU sebanyak 10 kali, rata-rata durasi terlama pada gel gula strain VCRU selama 1 menit 46 detik dan puncak aktivitas makan strain VCRU terjadi antara pukul 17.00 – 20.00.
德国蟑螂(Blattella germanica L)是重要的群居害虫之一,因为它是疾病的传播媒介。为了减少人口,它可以与种植技术一起使用。但最近,德国蟑螂的葡萄糖尿酸腺苷作为一种葡萄糖兴奋剂的商业广告表现出来。因此,需要对造影剂木兰进行制备,以减少以德国雄蟑螂为基础的诱饵成分的损失。建立这种诱饵配方的第一步是寻找德国蟑螂最喜欢的无糖木兰。用于木兰的原料是糖、榴莲、erythritol和香蕉。研究的目的是确定德国蟑螂以不同的fagosti木兰为诱饵的行为,以及德国蟑螂的饮食活动达到顶峰。该研究采用由4种非处方兴奋剂治疗组成的随机设计的实验方法,并将其分成4个测试区域。治疗方法包括包括糖、榴莲、红细胞生成素和香蕉。使用闭路电视摄像机连续记录24小时的行为观察。测量的参数包括德国蟑螂的保留率、频率、持续时间和饮食高峰。收集到的数据是在p0.05的ANOVA上分析的,并对所有的诱饵感兴趣,但是糖营养补剂凝胶是一个更受欢迎的诱饵,通过观察三个潜在参数、频率和持续时间。VCRU对双莲胶体的平均保质期为17分钟,VCRU属糖凝胶的平均访问频率为10倍,VCRU糖系平均持续时间为1分46秒,VCRU饮食活动的峰值发生在下午5点到20点之间。
{"title":"Perilaku Memilih Umpan Dengan Fagostimulan Yang Berbeda Pada Kecoak Jerman Blattella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae)","authors":"Rizky Arjunnajat Aliefia, T. Ambarningrum, E. Basuki","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2007","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2007","url":null,"abstract":"Kecoak Jerman (Blattella germanica L.) merupakan salah satu serangga hama permukiman yang penting, karena peranannya sebagai vektor penyakit. Untuk mengurangi populasinya, dapat digunakan dengan teknik pengumpanan. Namun belakangan ini muncul perilaku glucose aversion pada kecoak Jerman terhadap umpan komersial berbasis glukosa sebagai fagostimulan. Oleh karena itu perlu dilakukan kaji ulang terhadap fagostimulan sebagai komponen umpan untuk meminimalisir kegagalan pengendalian kecoak Jerman berbasis umpan dengan menggunakan kecoak Jerman jantan strain VCRU (Vector Control Research Unit). Langkah awal untuk membuat formulasi umpan tersebut adalah mencari fagostimulan yang paling disukai oleh kecoak Jerman. Bahan yang digunakan sebagai fagostimulan adalah gula, durian, erythritol, dan pisang. \u0000Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perilaku memilih kecoak Jerman terhadap umpan dengan fagostimulan yang berbeda dan puncak aktivitas makan pada kecoak Jerman. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian fagostimulan dan diulang sebanyak 4 kali yang terbagi menjadi empat arena uji. Perlakuan terdiri dari umpan yang masing-masing mengandung gula, durian, erythritol, dan pisang sebagai fagostimulan. Pengamatan perilaku menggunakan metode behavior sampling yang dicatat secara continuous recording selama 24 jam menggunakan kamera Closed Circuit Television (CCTV). Parameter yang diukur berupa latensi, frekuensi, durasi, dan puncak aktivitas makan dari kecoak Jerman. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA pada p<0.05. \u0000Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku memilih kecoak jantan strain VCRU terhadap umpan tidak berbeda nyata (p>0.05) dan tertarik dengan semua umpan yang diberikan, tetapi umpan gel dengan fagostimulan gula merupakan umpan yang lebih disukai dengan melihat ketiga parameter latensi, frekuensi, dan durasi. Hasil rata-rata latensi pada strain VCRU menuju gel durian selama 17 menit, rata-rata frekuensi kunjungan terbanyak ke gel gula pada strain VCRU sebanyak 10 kali, rata-rata durasi terlama pada gel gula strain VCRU selama 1 menit 46 detik dan puncak aktivitas makan strain VCRU terjadi antara pukul 17.00 – 20.00.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114702697","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.1795
Fitria Ayudi Ulfimaturahmah, R. S. Dewi, A. A. Sari
Synthetic dyes are artificial dyes manufactured by Industry and commonly used for the textile industry. These dyes had potentially caused an environmental problem. Many types of dyes are recalcitrant and have toxic properties for living organisms. It can be removed by decolorization method, especially a biological decolorization by fungi. Fungi were chosen due to the ability to degrade toxic components. Aspergillus sp. is the fungi which commonly used for dye decolorization. It might be caused that Aspergillus sp. is one type of fungi lived in the textile waste and expected not to die in the dye decolorization treatment. The purpose of this research was to investigate the ability of the mycelia pellets of Aspergillus sp to decolorized Indigosol Blue dye and Remazol Brilliant Blue R (RBBR) dye. This research showed that mycelial pellets of Aspergillus sp. had high activity of decolorization of Indigosol Blue dye up to 85.37% and RBBR dye up to 80.21% and caused low pH value after 24 hour incubation time compared to the control solution.
{"title":"Aspergillus sp. For Indigosol Blue and Remazol Brilliant Blue R Decolorization","authors":"Fitria Ayudi Ulfimaturahmah, R. S. Dewi, A. A. Sari","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.1795","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.1795","url":null,"abstract":"Synthetic dyes are artificial dyes manufactured by Industry and commonly used for the textile industry. These dyes had potentially caused an environmental problem. Many types of dyes are recalcitrant and have toxic properties for living organisms. It can be removed by decolorization method, especially a biological decolorization by fungi. Fungi were chosen due to the ability to degrade toxic components. Aspergillus sp. is the fungi which commonly used for dye decolorization. It might be caused that Aspergillus sp. is one type of fungi lived in the textile waste and expected not to die in the dye decolorization treatment. The purpose of this research was to investigate the ability of the mycelia pellets of Aspergillus sp to decolorized Indigosol Blue dye and Remazol Brilliant Blue R (RBBR) dye. This research showed that mycelial pellets of Aspergillus sp. had high activity of decolorization of Indigosol Blue dye up to 85.37% and RBBR dye up to 80.21% and caused low pH value after 24 hour incubation time compared to the control solution.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129635803","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2999
Bayu Ardiyanto, A. I. Insan, Dwi Sunu Widyartini
Perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap memiliki berbagai macam tipe substrat yaitu pasir, karang, dan campuran. Kondisi pantai dengan banyak tipe substrat memungkinkan berbagai spesies rumput laut untuk tumbuh. Informasi terkait keanekaragaman dan dominansi spesies rumput laut penghasil hidrokoloid di perairan Pantai Karangtengah belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan dominansi rumput laut penghasil hidrokoloid pada substrat yang berbeda di perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel yaitu metode transek acak terpilih. Sebanyak enam garis transek dibuat secara tegak lurus dengan garis pantai dan jarak antar transek 25 m. Setiap transek dibuat tiga plot yang masing-masing plot berukuran 1x1 m berdasarkan substratnya (karang, pasir, dan campuran). Parameter utama yang diamati yaitu jumlah biomassa dan jumlah spesies. Parameter pendukung yang diamati adalah faktor lingkungan yaitu temperatur, salinitas, pH, kecepatan arus dan kedalaman. Jumlah spesies rumput laut hidrokoloid yang ditemukan sebanyak 10 spesies rumput laut dengan rincian 5 spesies penghasil alginat, 3 spesies penghasil agar, dan 2 spesies penghasil karaginan. Nilai indeks keanekaragaman di perairan pantai karangtengah antara 0,6-2,0 tergolong keanekaragaman sedang. Nilai indeks dominansi di perairan Pantai Karangtengah antara 0,2-0,6 tergolong dominansi rendah.
{"title":"KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI RUMPUT LAUT HIDROKOLOID PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PERAIRAN PANTAI KARANGTENGAHNUSAKAMBANGAN CILACAP","authors":"Bayu Ardiyanto, A. I. Insan, Dwi Sunu Widyartini","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2999","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2999","url":null,"abstract":"Perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap memiliki berbagai macam tipe substrat yaitu pasir, karang, dan campuran. Kondisi pantai dengan banyak tipe substrat memungkinkan berbagai spesies rumput laut untuk tumbuh. Informasi terkait keanekaragaman dan dominansi spesies rumput laut penghasil hidrokoloid di perairan Pantai Karangtengah belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan dominansi rumput laut penghasil hidrokoloid pada substrat yang berbeda di perairan Pantai Karangtengah Nusakambangan Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel yaitu metode transek acak terpilih. Sebanyak enam garis transek dibuat secara tegak lurus dengan garis pantai dan jarak antar transek 25 m. Setiap transek dibuat tiga plot yang masing-masing plot berukuran 1x1 m berdasarkan substratnya (karang, pasir, dan campuran). Parameter utama yang diamati yaitu jumlah biomassa dan jumlah spesies. Parameter pendukung yang diamati adalah faktor lingkungan yaitu temperatur, salinitas, pH, kecepatan arus dan kedalaman. Jumlah spesies rumput laut hidrokoloid yang ditemukan sebanyak 10 spesies rumput laut dengan rincian 5 spesies penghasil alginat, 3 spesies penghasil agar, dan 2 spesies penghasil karaginan. Nilai indeks keanekaragaman di perairan pantai karangtengah antara 0,6-2,0 tergolong keanekaragaman sedang. Nilai indeks dominansi di perairan Pantai Karangtengah antara 0,2-0,6 tergolong dominansi rendah.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"97 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116781700","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-23DOI: 10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2143
R. Aulia, P. Widodo, W. Herawati
Balsam or garden balsam (Impatiens balsamina L.) is a widely grown flowering plant belonging to the family Balsaminaceae. The most conspicuous part to distinguish the balsam is the difference in the flower shape and colors of each cultivar. The purpose of this research is to find out the cultivars diversity of the balsam. The method used in this study was survey with purposive sampling. The variables observed in this study was morphological characteristics including the stem, leaves, flowers, fruits, and seeds. The data obtained were analysed descriptively. The result of this study showed that there were 15 cultivars of I. Balsamina i.e. 'Pinkish White 5 Petal', 'Mix Pink Camellia, 'Pinkish White Camellia, 'Vivid Pink', 'White', 'Light Pink', 'Pinkish White', 'Light Magenta', 'Vivid Red', 'Red Camellia, 'Reddish Camellia, 'Rose Red Camellia, 'Vivid Magenta Camellia, 'Rose Green Camellia, and 'Vivid Pink Camellia’.
{"title":"Cultivar Diversity of Balsam (Impatiens balsamina L.) in Banyumas Regency","authors":"R. Aulia, P. Widodo, W. Herawati","doi":"10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2143","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2020.2.3.2143","url":null,"abstract":"Balsam or garden balsam (Impatiens balsamina L.) is a widely grown flowering plant belonging to the family Balsaminaceae. The most conspicuous part to distinguish the balsam is the difference in the flower shape and colors of each cultivar. The purpose of this research is to find out the cultivars diversity of the balsam. The method used in this study was survey with purposive sampling. The variables observed in this study was morphological characteristics including the stem, leaves, flowers, fruits, and seeds. The data obtained were analysed descriptively. The result of this study showed that there were 15 cultivars of I. Balsamina i.e. 'Pinkish White 5 Petal', 'Mix Pink Camellia, 'Pinkish White Camellia, 'Vivid Pink', 'White', 'Light Pink', 'Pinkish White', 'Light Magenta', 'Vivid Red', 'Red Camellia, 'Reddish Camellia, 'Rose Red Camellia, 'Vivid Magenta Camellia, 'Rose Green Camellia, and 'Vivid Pink Camellia’.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128638472","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-13DOI: 10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1786
Azizah Nur Fatimah, Sugiharto Sugiharto, N. Setyaningrum
Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) merupakan ikan air tawar liar di Waduk Penjalin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek reproduksi ikan betutu di Waduk Penjalin dan mengetahui hubungan panjang dan berat terhadap IKG dan TKG. Metode yang digunakan yaitu survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada 5 stasiun. Parameter yang diukur yaitu panjang dan berat tubuh, berat gonad, dan berat hati, jumlah telur, diameter telur, jumlah ikan, sedangkan parameter pendukungnya yaitu kualitas air yang terdiri dari suhu, penetrasi cahaya, kedalaman air, pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), dan BOD (Biologycal Oxygen Demand). Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan jantan dan ikan betina secara keseluruhan 1,05 : 2,15. Fekunditas telur ikan betutu yang tertangkap sebanyak 9.270 butir dengan diameter telur antara 0,26-0,56 mm. Ikan betutu yang tertangkap memiliki TKG I sampai TKG III dengan dominasi TKG I. Indeks kematangan gonad (IKG) ikan betutu jantan relatif lebih kecil antara 0,0087 % - 0,514 % dibandingkan ikan betutu betina antara 0,0165 % - 1,4205 %. IKG semakin besar akan mempengaruhi nilai Indeks Hepatosomatik yang akan semakin besar sampai sesaat sebelum ikan memijah. Nilai IHS ikan betutu yang diperoleh yaitu 0,2477 % - 4,0761 % pada ikan betina dan pada ikan jantan 0,4065% - 5,1364%. Hasil analisis terhadap hubungan panjang, berat tubuh ikan terhadap indeks kematangan gonad menghasilkan hubungan yang erat, namun tidak ada hubungan antara panjang, berat tubuh ikan terhadap tingkat kematangan gonad.
{"title":"Aspek Reproduksi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) yang Tertangkap di Waduk Penjalin Brebes","authors":"Azizah Nur Fatimah, Sugiharto Sugiharto, N. Setyaningrum","doi":"10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1786","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1786","url":null,"abstract":"Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr.) merupakan ikan air tawar liar di Waduk Penjalin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek reproduksi ikan betutu di Waduk Penjalin dan mengetahui hubungan panjang dan berat terhadap IKG dan TKG. Metode yang digunakan yaitu survey dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling pada 5 stasiun. Parameter yang diukur yaitu panjang dan berat tubuh, berat gonad, dan berat hati, jumlah telur, diameter telur, jumlah ikan, sedangkan parameter pendukungnya yaitu kualitas air yang terdiri dari suhu, penetrasi cahaya, kedalaman air, pH, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), TDS (Total Dissolved Solid), dan BOD (Biologycal Oxygen Demand). \u0000Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan jantan dan ikan betina secara keseluruhan 1,05 : 2,15. Fekunditas telur ikan betutu yang tertangkap sebanyak 9.270 butir dengan diameter telur antara 0,26-0,56 mm. Ikan betutu yang tertangkap memiliki TKG I sampai TKG III dengan dominasi TKG I. Indeks kematangan gonad (IKG) ikan betutu jantan relatif lebih kecil antara 0,0087 % - 0,514 % dibandingkan ikan betutu betina antara 0,0165 % - 1,4205 %. IKG semakin besar akan mempengaruhi nilai Indeks Hepatosomatik yang akan semakin besar sampai sesaat sebelum ikan memijah. Nilai IHS ikan betutu yang diperoleh yaitu 0,2477 % - 4,0761 % pada ikan betina dan pada ikan jantan 0,4065% - 5,1364%. Hasil analisis terhadap hubungan panjang, berat tubuh ikan terhadap indeks kematangan gonad menghasilkan hubungan yang erat, namun tidak ada hubungan antara panjang, berat tubuh ikan terhadap tingkat kematangan gonad.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131605345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-13DOI: 10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1792
Rezza Adianti, E. Proklamasiningsih, N. D. Sasongko
Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) merupakan tanaman sayur yang mengandung banyak serat. Di dalam daunnya terdapat metabolit primer berupa vitamin, mineral, serta metabolit sekunder seperti flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik asam humat dan anorganik urea terhadap pertumbuhan dan kandungan flavonoid tanaman bayam merah dan mengetahui konsentrasi asam humat dan urea yang paling berpengaruh, serta interaksi keduanya dalam meningkatan pertumbuhan dan kandungan flavonoid tanaman bayam merah. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan masing-masing 4 taraf. Faktor pertama berupa pemberian asam humat dengan taraf konsentrasi yaitu 0 (kontrol); 4 g.kg-1; 8 g.kg-1; dan 12 g.kg-1. Faktor kedua berupa pemberian urea dengan taraf konsentrasi 0 (kontrol); 0,4 g.kg-1; 0,6 g.kg-1; dan 0,8 g.kg-1; masing masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi, bobot segar dan kering, serta kandungan flavonoid. Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance), menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada berat segar dan kering pada pemberian pupuk urea. Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji BNT untuk menemukan konsentrasi terbaik dari pupuk yang digunakan. Pemberian pupuk urea pada konsentrasi 4 g.kg-1 adalah konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan bobot basah dan bobot kering, namun jika urea yang dikombinasikan dengan asam humat pada semua konsentrasi yang diterapkan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk semua parameter, yaitu bobot basah, bobot kering serta kandungan flavonoid. Kata kunci : Alternanthera amoena Voss, asam humat, flavonoid, pertumbuhan, urea
红色菠菜是一种富含纤维的蔬菜。在其叶子内是原发性代谢的维生素、矿物质和次级代谢物,如具有抗氧化剂潜力的类黄酮。这项研究的目的是确定humat酸和无机尿素对红色菠菜植物的生长和含量的影响,确定最重要的humat酸和尿素浓度,以及它们在生长增殖和菠菜类黄酮植物中的相互作用。本研究采用一个由两个因子组成的全随机设计(拉丝)进行实验,每个水平为4个。第一个以浓度为单位的腐殖酸喂养的因素是0(控制);4 g . kg-1;8 g . kg-1;和12 g g 1。第二个因素是浓度为0的尿素(控制);0.4 g . kg-1;0.6 g . kg-1;和0.8 g kg1;每次治疗重复三次。在这项研究中观察到的变量包括植物的生长,包括新鲜干燥的重量和类黄酮的含量。与ANOVA分析数据(Variance)的分析表明,有新鲜的和干重的重大影响尿素肥料的礼物。随后BNT试验,以找到最好的浓度分析使用的肥料。在四g.kg-1的浓度下,尿素肥料在增加干权重和干权重方面是最有效的浓度,但如果再加上所有应用的尿素与腐蚀性酸结合,就表明所有参数,即湿权重、干权重和类甲醇,都没有显著差异。关键词:Alternanthera amoena Voss,腐殖酸,类黄酮,生长,尿素
{"title":"Pertumbuhan dan kandungan flavonoid bayam merah (Alternanthera amoena Voss) pada media tanam dengan pemberian asam humat dan urea","authors":"Rezza Adianti, E. Proklamasiningsih, N. D. Sasongko","doi":"10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1792","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1792","url":null,"abstract":"Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) merupakan tanaman sayur yang mengandung banyak serat. Di dalam daunnya terdapat metabolit primer berupa vitamin, mineral, serta metabolit sekunder seperti flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik asam humat dan anorganik urea terhadap pertumbuhan dan kandungan flavonoid tanaman bayam merah dan mengetahui konsentrasi asam humat dan urea yang paling berpengaruh, serta interaksi keduanya dalam meningkatan pertumbuhan dan kandungan flavonoid tanaman bayam merah. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan masing-masing 4 taraf. Faktor pertama berupa pemberian asam humat dengan taraf konsentrasi yaitu 0 (kontrol); 4 g.kg-1; 8 g.kg-1; dan 12 g.kg-1. Faktor kedua berupa pemberian urea dengan taraf konsentrasi 0 (kontrol); 0,4 g.kg-1; 0,6 g.kg-1; dan 0,8 g.kg-1; masing masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi, bobot segar dan kering, serta kandungan flavonoid. Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Variance), menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada berat segar dan kering pada pemberian pupuk urea. Analisis kemudian dilanjutkan dengan uji BNT untuk menemukan konsentrasi terbaik dari pupuk yang digunakan. Pemberian pupuk urea pada konsentrasi 4 g.kg-1 adalah konsentrasi yang paling efektif dalam meningkatkan bobot basah dan bobot kering, namun jika urea yang dikombinasikan dengan asam humat pada semua konsentrasi yang diterapkan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk semua parameter, yaitu bobot basah, bobot kering serta kandungan flavonoid. \u0000Kata kunci : Alternanthera amoena Voss, asam humat, flavonoid, pertumbuhan, urea","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134638234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-13DOI: 10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1812
Anisatul Khabibah Zaen, Sukarsa Sukarsa, S. Samiyarsih
Undergrowth is ground cover plant which is generally in the form of herbs, grass or low shrubs. Mostly undergrowth is flowering plants. The Flower is part of plant for generative reproduction that consists of several organs that consist of pedicellus, receptacullum, perianthium, pistillum and stamen that contain pollen. Pollen is part of the flower that functions as a generative reproduction agent because it contains male gamete. Pollen has a distinctive character in each plant so that it can be used as a tool for identifying plants. Sampling location was conducted in Bantarbolang Nature Reserve, a conservation area located in Kebon Gede Village, Bantarbolang District, Pemalang Regency. The objective of research is to know the morphological character of undergrowth pollen in the Bantarbolang Nature Reserve. The research used a survey method with explorative sampling techniques. The variables that observed are the morphological character of pollen with the parameters consist of pollen unit, shape, aperture, diameter, and ornamentation. Sample preparation uses the acetolysis method and descriptive data analysis. Based on the results of the research found 6 species of undergrowth with different pollen morphological characters in the pollen shape (sub-speroidal and prolate), aperture (tricolpate, tricolporate and fenestrate) and ornamentation type (psilate, reticulate, perforate and echinate). The pollen units of all species have the same type, monad
{"title":"Pollen Morphology Variation of Undergrowth Plants in Bantarbolang Nature Reserve, Pemalang, Central Java","authors":"Anisatul Khabibah Zaen, Sukarsa Sukarsa, S. Samiyarsih","doi":"10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1812","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1812","url":null,"abstract":"Undergrowth is ground cover plant which is generally in the form of herbs, grass or low shrubs. Mostly undergrowth is flowering plants. The Flower is part of plant for generative reproduction that consists of several organs that consist of pedicellus, receptacullum, perianthium, pistillum and stamen that contain pollen. Pollen is part of the flower that functions as a generative reproduction agent because it contains male gamete. Pollen has a distinctive character in each plant so that it can be used as a tool for identifying plants. Sampling location was conducted in Bantarbolang Nature Reserve, a conservation area located in Kebon Gede Village, Bantarbolang District, Pemalang Regency. The objective of research is to know the morphological character of undergrowth pollen in the Bantarbolang Nature Reserve. The research used a survey method with explorative sampling techniques. The variables that observed are the morphological character of pollen with the parameters consist of pollen unit, shape, aperture, diameter, and ornamentation. Sample preparation uses the acetolysis method and descriptive data analysis. Based on the results of the research found 6 species of undergrowth with different pollen morphological characters in the pollen shape (sub-speroidal and prolate), aperture (tricolpate, tricolporate and fenestrate) and ornamentation type (psilate, reticulate, perforate and echinate). The pollen units of all species have the same type, monad","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130072719","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-04DOI: 10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1707
Adhelia Syefanis, E. Proklamasiningsih, Iman Budisantoso
Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang paling digemari oleh masyarakat selain memiliki kandungan gizi yang baik dan salah satu sumber vitamin C selain buah-buahan. Vitamin C merupakan antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menjaga daya tahan tubuh dari efek buruk radikal bebas. Pemberian bahan organik berupa asam humat yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat molekul tinggi dan mengandung gugus aktif dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Untuk meningkatkan keterediaan unsur hara diperlukan bahan pembawa (carrier) berupa zeolit. Zeolit merupakan mineral silikat yang memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang sangat tinggi (bervariasi antara 80-180 meq/100g). Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman pangan seperti tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam humat dengan media tanam zeolit terhadap pertumbuhan dan kandungan vitamin C pada tanaman kangkung darat dan untuk menentukan konsentrasi asam humat yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan vitamin C pada tanaman kangkung darat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Greenhouse, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto dengan menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan dari Januari 2019 hingga Maret 2019 dengan menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, dan kandungan vitamin C. Data dianalisis dengan analisis ragam pada taraf kepercayaan 95% dan 99%, dan dilanjutkan dengan analisis BNT pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam humat dengan konsentrasi 4 g.kg-1 pada media tanam zeolit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat, dan pemberian asam humat pada media tanam zeolit tidak dapat meningkatkan kandungan vitamin C kangkung darat.
{"title":"Pertumbuhan Dan Kandungan Vitamin C Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Pada Media Zeolit Dengan Penambahan Asam Humat","authors":"Adhelia Syefanis, E. Proklamasiningsih, Iman Budisantoso","doi":"10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1707","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.BIOE.2019.1.2.1707","url":null,"abstract":"Kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) merupakan sayuran yang paling digemari oleh masyarakat selain memiliki kandungan gizi yang baik dan salah satu sumber vitamin C selain buah-buahan. Vitamin C merupakan antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menjaga daya tahan tubuh dari efek buruk radikal bebas. Pemberian bahan organik berupa asam humat yang memiliki struktur molekul kompleks dengan berat molekul tinggi dan mengandung gugus aktif dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Untuk meningkatkan keterediaan unsur hara diperlukan bahan pembawa (carrier) berupa zeolit. Zeolit merupakan mineral silikat yang memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang sangat tinggi (bervariasi antara 80-180 meq/100g). Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman pangan seperti tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam humat dengan media tanam zeolit terhadap pertumbuhan dan kandungan vitamin C pada tanaman kangkung darat dan untuk menentukan konsentrasi asam humat yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan vitamin C pada tanaman kangkung darat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Greenhouse, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto dengan menggunakan metode eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan dari Januari 2019 hingga Maret 2019 dengan menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah jumlah daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman, dan kandungan vitamin C. Data dianalisis dengan analisis ragam pada taraf kepercayaan 95% dan 99%, dan dilanjutkan dengan analisis BNT pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asam humat dengan konsentrasi 4 g.kg-1 pada media tanam zeolit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung darat, dan pemberian asam humat pada media tanam zeolit tidak dapat meningkatkan kandungan vitamin C kangkung darat.","PeriodicalId":345410,"journal":{"name":"BioEksakta : Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed","volume":"05 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121796366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}