Validasi metode melibatkan penentuan parameter seperti ketepatan, presisi, batas deteksi, linearitas, dan spesifisitas metode pengukuran. Verifikasi metode melibatkan evaluasi terhadap stabilitas alat, instrumen kalibrasi, perawatan alat, dan pelatihan operator. Validasi dan verifikasi metode ini penting untuk memastikan hasil pengukuran yang diperoleh dari alat-alat pengukur tersebut dapat diandalkan dan akurat. Makalah ini juga menyajikan hasil pengukuran kadar air gabah menggunakan Grain Moisture Tester, Infrared Moisture Determination Balance, dan metode gravimetri. Data pengukuran tersebut dianalisis analisis sidik ragam (ANOVA) dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan analisis uji nyata jujur (BNJ). Data diolah menggunakan software Microsoft Excel 2019 dan dilakukan pengulangan sampel sebanyak 10 kali ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hasil pengukuran dari Grain Moisture Tester 1,2,3 dan Infrared Moisture Determination Balance 2 tidak berbeda nyata dengan metode gravimetri. Hal ini menunjukkan bahwa kedua alat pengukur tersebut dapat digunakan sebagai alternatif yang akurat dan dapat diandalkan dalam mengukur kadar air gabah.
{"title":"Validasi dan Verifikasi Pengukuran Kadar Air Gabah Menggunakan Grain Moisture Tester dan Infrared Moisture Balance","authors":"Safitri Safitri, Dian Nur Hakiki","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3358","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3358","url":null,"abstract":"Validasi metode melibatkan penentuan parameter seperti ketepatan, presisi, batas deteksi, linearitas, dan spesifisitas metode pengukuran. Verifikasi metode melibatkan evaluasi terhadap stabilitas alat, instrumen kalibrasi, perawatan alat, dan pelatihan operator. Validasi dan verifikasi metode ini penting untuk memastikan hasil pengukuran yang diperoleh dari alat-alat pengukur tersebut dapat diandalkan dan akurat. Makalah ini juga menyajikan hasil pengukuran kadar air gabah menggunakan Grain Moisture Tester, Infrared Moisture Determination Balance, dan metode gravimetri. Data pengukuran tersebut dianalisis analisis sidik ragam (ANOVA) dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan analisis uji nyata jujur (BNJ). Data diolah menggunakan software Microsoft Excel 2019 dan dilakukan pengulangan sampel sebanyak 10 kali ulangan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hasil pengukuran dari Grain Moisture Tester 1,2,3 dan Infrared Moisture Determination Balance 2 tidak berbeda nyata dengan metode gravimetri. Hal ini menunjukkan bahwa kedua alat pengukur tersebut dapat digunakan sebagai alternatif yang akurat dan dapat diandalkan dalam mengukur kadar air gabah. ","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"52 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-04-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140672658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Buah markisa dapat diolah menjadi permen Fruit leather. Kandungan gula dalam markisa terdiri dari senyawa dekstrosa dan sukrosa. Sedangkan kandungan antosianin pada buah ini akan menambah nilai gizi dari permen markisa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa kandungan antosianin dan karakteristik fisikokimia dari fruit leather Markisa. Metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan antosianin mengacu pada metode Molyneux sedangkan untuk mengetahui kualitas fisik dilakukan Uji Organoleptik (warna, rasa dan aroma). Metode pengeringan dengan menggunakan metode cabinet dryer alat pengering yang bertingkat dengan menggunakan udara panas dalam ruang tertutup, teknologi pengering ini cocok digunakan untuk proses pengeringan permen dan bahan yang lainnya mudah sensitif terhadap panas dan bahan yang mudah berjamur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakukan pemberian kandungan gula pasir dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% pada pure markisa dan konsentrasi penambahan karagenan 2 gram, 4 gram, 6 gram .Analisa sifat fisiko kimia komponen antosianin dari fruit leather Markisa dengan Metode Dryer kadar air data diperoleh yang terbaik perlakuan C =18,08, vitamin C perlakuan D, 348,48 , Antosianin perlakuan C = 98,333, pH perlakuan C = 4,3, total bakteri perlakuan C = 1,3. Uji Organoleptik (Warna, Rasa dan Aroma) hasil panelis yang terbaik pada warna pada perlakuan C = 8,76% , panelis terhadap rasa pada perlakuan D = 9,06 % dan panelis terhadap aroma pada perlakuan D = 9,0%.
百香果可加工成果皮糖果。百香果中的糖分由葡萄糖和蔗糖化合物组成。而百香果中的花青素含量会增加百香果糖果的营养价值。本研究的目的是确定百香果果皮的花青素含量和理化特性分析。确定花青素含量的研究方法是莫利纽克斯法,而确定物理质量的方法是感官测试法(颜色、味道和香气)。使用柜式干燥机法进行干燥的方法是一种在封闭空间内使用热空气的多级干燥机,这种干燥技术适用于糖果和其他对热敏感的材料以及容易发霉的材料的干燥过程。本研究采用完全随机设计法,在百香果泥中分别添加 10%、20% 和 30%的糖,卡拉胶的添加浓度分别为 2 克、4 克和 6 克。 用烘干机法分析百香果皮中花青素成分的理化性质和含水量数据,得出最佳处理 C = 18.08,维生素 C 处理 D,348.48,花青素处理 C = 98.333,pH 处理 C = 4.3,细菌总数处理 C = 1.3。感官测试(色泽、口感和香气)小组成员的最佳结果是:处理 C 的色泽 = 8.76%,处理 D 的口感 = 9.06%,处理 D 的香气 = 9.0%。
{"title":"Karakteristik Fisikokimia dan Antosianin Fruit Leather Markisa dengan Metode Cabinet Dryer","authors":"U. Aimanah, M. Munira, Haeruddin Haeruddin","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3415","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3415","url":null,"abstract":"Buah markisa dapat diolah menjadi permen Fruit leather. Kandungan gula dalam markisa terdiri dari senyawa dekstrosa dan sukrosa. Sedangkan kandungan antosianin pada buah ini akan menambah nilai gizi dari permen markisa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa kandungan antosianin dan karakteristik fisikokimia dari fruit leather Markisa. Metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan antosianin mengacu pada metode Molyneux sedangkan untuk mengetahui kualitas fisik dilakukan Uji Organoleptik (warna, rasa dan aroma). Metode pengeringan dengan menggunakan metode cabinet dryer alat pengering yang bertingkat dengan menggunakan udara panas dalam ruang tertutup, teknologi pengering ini cocok digunakan untuk proses pengeringan permen dan bahan yang lainnya mudah sensitif terhadap panas dan bahan yang mudah berjamur. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakukan pemberian kandungan gula pasir dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% pada pure markisa dan konsentrasi penambahan karagenan 2 gram, 4 gram, 6 gram .Analisa sifat fisiko kimia komponen antosianin dari fruit leather Markisa dengan Metode Dryer kadar air data diperoleh yang terbaik perlakuan C =18,08, vitamin C perlakuan D, 348,48 , Antosianin perlakuan C = 98,333, pH perlakuan C = 4,3, total bakteri perlakuan C = 1,3. Uji Organoleptik (Warna, Rasa dan Aroma) hasil panelis yang terbaik pada warna pada perlakuan C = 8,76% , panelis terhadap rasa pada perlakuan D = 9,06 % dan panelis terhadap aroma pada perlakuan D = 9,0%.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"38 20","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-04-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140674351","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Labu madu (Cucurbita moschata) mengandung antioksidan berupa beta karoten. betakaroten yang tinggi akan memberikan warna kuning atau orange. Antioksidan pada buah segar maupun olahannya bermanfaat sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional berperan dalam menurunkan radikal bebas dan menurunkan resiko penyakit. Akan tetapi sifat dari antioksidan mudah mengalami kerusakan. Sehingga tujuan penelitian ini untuk menganalisa keberadaan antioksidan dalam labu madu dan aktivitas antioksidan selama pengolahan. Metodologi penelitian secara kuantitatif eksperimental dengan tiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ketiga jenis sampel berkisar dari 54,21% - 34,33%. Hasil pengamatan aktivitas antioksidan pada labu madu segar yaitu sebesar 54,21%, tepung labu madu 46,71% dan pada cake labu madu sebesar 34,33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan dengan penggunaan panas mengakibatkan penurunan kadar antioksidan pada produk olahan labu madu.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Labu Madu (Cucurbita moschata) sebagai Pangan Fungsional Selama Pengolahan","authors":"A. Nurfitriani, S. Pade, Sri Yulan Makahilapa","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3373","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3373","url":null,"abstract":"Labu madu (Cucurbita moschata) mengandung antioksidan berupa beta karoten. betakaroten yang tinggi akan memberikan warna kuning atau orange. Antioksidan pada buah segar maupun olahannya bermanfaat sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional berperan dalam menurunkan radikal bebas dan menurunkan resiko penyakit. Akan tetapi sifat dari antioksidan mudah mengalami kerusakan. Sehingga tujuan penelitian ini untuk menganalisa keberadaan antioksidan dalam labu madu dan aktivitas antioksidan selama pengolahan. Metodologi penelitian secara kuantitatif eksperimental dengan tiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya aktivitas antioksidan pada ketiga jenis sampel berkisar dari 54,21% - 34,33%. Hasil pengamatan aktivitas antioksidan pada labu madu segar yaitu sebesar 54,21%, tepung labu madu 46,71% dan pada cake labu madu sebesar 34,33%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan dengan penggunaan panas mengakibatkan penurunan kadar antioksidan pada produk olahan labu madu.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"82 14","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-04-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140675479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Asniwati Zainuddin, Asriani I. Laboko, Fatriansih Cahya Asia, Astrina Nur Inayah
Tepung beras termasuk bahan pangan yang mudah mengalami penurunan mutu karena adanya perubahan sifat fisikokimia selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik derajat putih, rendemen, kadar air, dan kadar abu pada tepung beras premium dan medium yang telah di microwave. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nilai derajat putih dari tepung yang diaplikasikan microwave dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah lama proses pencucian, pengeringan, dan suhu pemanasan. Tepung beras premium memiliki nilai derajat putih yang paling tinggi yaitu sebesar 84,5%. Persentase rendemen pada tepung beras medium tanpa perlakuan (B3) memiliki nilai rendemen sebesar 0,95% sedangkan pada perlakuan dengan microwave pada tepung beras premium (B2) memiliki nilai rendemen terendah yaitu 0,92%. Kandungan kadar air pada beras premium (B1) memiliki nilai kadar air tertinggi sebesar 13,70% sedangkan pada perlakuan B2 (dengan microwave pada tepung beras premium) memiliki nilai kadar air terendah yaitu 12,90%. Kadar abu tertinggi terdapat pada tepung beras medium dengan menggunakan microwave (B4) yaitu 0,41%. Perlakuan dengan dan tanpa microwave berpengaruh nyata terhadap karakteristik derajat putih, kadar air, dan kadar abu pada tepung beras premium dan medium.
{"title":"Karakteristik Fisikokimia Tepung Beras Premium dan Medium dengan Pengaplikasian Microwave","authors":"Asniwati Zainuddin, Asriani I. Laboko, Fatriansih Cahya Asia, Astrina Nur Inayah","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3225","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3225","url":null,"abstract":"Tepung beras termasuk bahan pangan yang mudah mengalami penurunan mutu karena adanya perubahan sifat fisikokimia selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik derajat putih, rendemen, kadar air, dan kadar abu pada tepung beras premium dan medium yang telah di microwave. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nilai derajat putih dari tepung yang diaplikasikan microwave dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah lama proses pencucian, pengeringan, dan suhu pemanasan. Tepung beras premium memiliki nilai derajat putih yang paling tinggi yaitu sebesar 84,5%. Persentase rendemen pada tepung beras medium tanpa perlakuan (B3) memiliki nilai rendemen sebesar 0,95% sedangkan pada perlakuan dengan microwave pada tepung beras premium (B2) memiliki nilai rendemen terendah yaitu 0,92%. Kandungan kadar air pada beras premium (B1) memiliki nilai kadar air tertinggi sebesar 13,70% sedangkan pada perlakuan B2 (dengan microwave pada tepung beras premium) memiliki nilai kadar air terendah yaitu 12,90%. Kadar abu tertinggi terdapat pada tepung beras medium dengan menggunakan microwave (B4) yaitu 0,41%. Perlakuan dengan dan tanpa microwave berpengaruh nyata terhadap karakteristik derajat putih, kadar air, dan kadar abu pada tepung beras premium dan medium.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"214 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307446","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Asriani I Laboko, Nurhafsah Nurhafsah, Asniwati Zainuddin, Anto Anto, Tri Handayani
Ikan selar kuning sebagai salah satu hasil ikan laut yang banyak disukai masyarakat dengan memiliki harga relatif murah dan mudah terjangkau, juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh yaitu kandungan omega 3 yang lebih tinggi dari ikan salmon. Tujuan penelitan untuk mengetahui tingkat kesukaan penelis terhadap produk stik tulang ikan selar kuning. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 kali ulangan yaitu. S0 =200 g tepung tapioka tanpa tulang ikan selar kuning , S1 =150 g Tepung tapioka +50 g tulang ikan selar kuning, S2 =125 g tepung tapioka +75 g tulang ikan selar kuning dan S3=100 g Tepung tapioca + 100 g tulang ikan selar kuning.Keempat perlakuan ini menerapkan uji organoleptik yang meliputi aroma, warna, dan tekstur dengan 25 panelis. Hasil penelitianmenujukkan bahwa perlakuan yang disukai panelis adalah terdapat aroma pada perlakuan S0 dengan skor 3,12, warna pada perlakuan S0 skor 3,24, tekstur pada perlakuan S3 skor 3,04 dan rasa terdapat pada perlakuan S3 dengan skor 3,28. Di peroleh bahwa perlakuan yang terbaik dilihat dari uji sensori terdapat pada perlakuan S0 aroma dan warna dan tekstur serta rasa terdapat pada perlakuan S3.
{"title":"Penerimaan Panelis Terhadap Stik Tulang Ikan Selar Kuning","authors":"Asriani I Laboko, Nurhafsah Nurhafsah, Asniwati Zainuddin, Anto Anto, Tri Handayani","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3237","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3237","url":null,"abstract":"Ikan selar kuning sebagai salah satu hasil ikan laut yang banyak disukai masyarakat dengan memiliki harga relatif murah dan mudah terjangkau, juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh yaitu kandungan omega 3 yang lebih tinggi dari ikan salmon. Tujuan penelitan untuk mengetahui tingkat kesukaan penelis terhadap produk stik tulang ikan selar kuning. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 kali ulangan yaitu. S0 =200 g tepung tapioka tanpa tulang ikan selar kuning , S1 =150 g Tepung tapioka +50 g tulang ikan selar kuning, S2 =125 g tepung tapioka +75 g tulang ikan selar kuning dan S3=100 g Tepung tapioca + 100 g tulang ikan selar kuning.Keempat perlakuan ini menerapkan uji organoleptik yang meliputi aroma, warna, dan tekstur dengan 25 panelis. Hasil penelitianmenujukkan bahwa perlakuan yang disukai panelis adalah terdapat aroma pada perlakuan S0 dengan skor 3,12, warna pada perlakuan S0 skor 3,24, tekstur pada perlakuan S3 skor 3,04 dan rasa terdapat pada perlakuan S3 dengan skor 3,28. Di peroleh bahwa perlakuan yang terbaik dilihat dari uji sensori terdapat pada perlakuan S0 aroma dan warna dan tekstur serta rasa terdapat pada perlakuan S3.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309018","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desak Nyoman Riastutik, Adiansyah Syarifuddin, Abu Bakar Tawali
Kepiting kambu merupakan makanan khas dari Pulau Salemo, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kepiting Kambu kini sudah langka karena terbuat dari daging rajungan yang merupakan komoditas mahal. Salah satu upaya untuk mengembangkan kembali produk tersebut yaitu membuat kepiting kambu menggunakan surimi ikan barakuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi surimi dan tepung komposit terhadap nilai organoleptik dan kimia kepiting kambu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbandingan konsentrasi surimi dan tepung komposit A1 (80%:0%), A2 (70%:10%), A3(60%:20%. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah penilaian organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur sedangkan mutu kimia yang diuji adalah kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat dan pH. Berdasarkan hasil penilaian organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur, secara keseluruhan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, dengan skor tertinggi berkisar antara 5,39-5,52 dengan kriteria agak suka. Sedangkan nilai uji kimiawi tidak terdapat perbedaan nyata pada kadar abu 3,09%-3,40%, kadar lemak 4,32%-4,70%, dan pH 6,20-6,48 namun berbeda nyata terhadap kadar air dengan nilai tertinggi 65,1% (A1), protein dengan nilai tertinggi 10,75% (A1) dan karbohidrat dengan nilai tertinggi 29,42% (A3).
{"title":"Karakteristik Kimia dan Organoneptik Kepiting Kambu Menggunakan Surimi Barakuda dan Konsentrasi Tepung Komposit yang Berbeda","authors":"Desak Nyoman Riastutik, Adiansyah Syarifuddin, Abu Bakar Tawali","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3226","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3226","url":null,"abstract":"Kepiting kambu merupakan makanan khas dari Pulau Salemo, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kepiting Kambu kini sudah langka karena terbuat dari daging rajungan yang merupakan komoditas mahal. Salah satu upaya untuk mengembangkan kembali produk tersebut yaitu membuat kepiting kambu menggunakan surimi ikan barakuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi surimi dan tepung komposit terhadap nilai organoleptik dan kimia kepiting kambu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbandingan konsentrasi surimi dan tepung komposit A1 (80%:0%), A2 (70%:10%), A3(60%:20%. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah penilaian organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur sedangkan mutu kimia yang diuji adalah kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat dan pH. Berdasarkan hasil penilaian organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur, secara keseluruhan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, dengan skor tertinggi berkisar antara 5,39-5,52 dengan kriteria agak suka. Sedangkan nilai uji kimiawi tidak terdapat perbedaan nyata pada kadar abu 3,09%-3,40%, kadar lemak 4,32%-4,70%, dan pH 6,20-6,48 namun berbeda nyata terhadap kadar air dengan nilai tertinggi 65,1% (A1), protein dengan nilai tertinggi 10,75% (A1) dan karbohidrat dengan nilai tertinggi 29,42% (A3).","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanaman pala (Myristica argentea Warb.) salah satu tanaman perkebunan terbesar di Papua Barat. Petani pala di Kabupaten Fakfak menjual biji pala dalam keadaan masih utuh, padahal jika diolah menjadi minyak atsiri maka nilai jualnya jauh lebih tinggi. Penentuan sifat fisik dan senyawa kimia penyusun dalam minyak atsiri biji pala Papua merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan dan mutu dari suatu minyak atsiri tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi minyak atsiri biji pala menggunakan metode destilasi uap-air; mengkarakterisasi secara fisik minyak atsiri biji pala dengan parameter warna, bau, bobot jenis, indeks bias, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol sesuai dengan standar SNI 06-2388-2006; dan mengidentifikasi senyawa kimia minyak atsiri biji pala dengan menggunakan GC-MS. Isolasi minyak atsiri biji pala Papua menggunakan destilasi uap-air selama 7 jam memiliki rendemen sebesar 1,35±0,13% (v/b). Hasil pengujian fisik minyak atsiri biji pala adalah warna berupa kuning pucat, bau khas minyak pala, bobot jenis 0,884; indeks bias 1,478; putaran optik (+)22o, dan kelarutan dalam etanol 90% 1:1 jernih. Hasil analisis GC-MS mendeteksi 15 senyawa kimia. Senyawa utama penyusun minyak atsiri biji pala Papua adalah sabinene (63,65%); β-phellandrene (21,54%); dan safrole (4,17%). Karakteristik fisik minyak atsiri biji pala Papua berupa warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan kelarutan dalam etanol telah memenuhi standar SNI 06-2388-2006
{"title":"Isolasi, Karakterisasi, dan Identifikasi Senyawa Kimia dari Minyak Atsiri Biji Pala Papua (Myristica argentea Warb)","authors":"M. Maryati","doi":"10.32662/gatj.v0i0.3212","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.3212","url":null,"abstract":"Tanaman pala (Myristica argentea Warb.) salah satu tanaman perkebunan terbesar di Papua Barat. Petani pala di Kabupaten Fakfak menjual biji pala dalam keadaan masih utuh, padahal jika diolah menjadi minyak atsiri maka nilai jualnya jauh lebih tinggi. Penentuan sifat fisik dan senyawa kimia penyusun dalam minyak atsiri biji pala Papua merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kegunaan dan mutu dari suatu minyak atsiri tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi minyak atsiri biji pala menggunakan metode destilasi uap-air; mengkarakterisasi secara fisik minyak atsiri biji pala dengan parameter warna, bau, bobot jenis, indeks bias, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol sesuai dengan standar SNI 06-2388-2006; dan mengidentifikasi senyawa kimia minyak atsiri biji pala dengan menggunakan GC-MS. Isolasi minyak atsiri biji pala Papua menggunakan destilasi uap-air selama 7 jam memiliki rendemen sebesar 1,35±0,13% (v/b). Hasil pengujian fisik minyak atsiri biji pala adalah warna berupa kuning pucat, bau khas minyak pala, bobot jenis 0,884; indeks bias 1,478; putaran optik (+)22o, dan kelarutan dalam etanol 90% 1:1 jernih. Hasil analisis GC-MS mendeteksi 15 senyawa kimia. Senyawa utama penyusun minyak atsiri biji pala Papua adalah sabinene (63,65%); β-phellandrene (21,54%); dan safrole (4,17%). Karakteristik fisik minyak atsiri biji pala Papua berupa warna, bau, bobot jenis, indeks bias, dan kelarutan dalam etanol telah memenuhi standar SNI 06-2388-2006","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hadi Munarko, J. Jariyah, Muhammad Alfid Kurnianto
Nastar merupakan salah satu jenis kukis dengan isi selai nanas yang sangat popular di Indonesia. Nastar yang dibuat dari produsen dengan merekyang berbeda dapat menghasilkan profil sensori yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi profil sensori produk nastar dari merek berbeda dengan menggunakan metode rate-all-that-apply (RATA). Sampel nastar yang digunakan berasal dari tiga merek yang berbeda, yaitu nastar A dan nastar B berasal dari produsen usaha kecil dan menengah (UKM) di Surabaya dan nastar C berasal dari produsen nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga produk nastar memiliki profil sensori yang berbeda. Nastar A memiliki karakteristik rasa manis, asin, dan asam, bertekstur gritty dengan mouthfeel gritty dan renyah serta berwarna kuning. Sementara itu, nastar B memiliki karakteristik mouthfeelyang terasa lengket dan iritasi, sedangkan nastar C memiliki karakteristik warna golden brown, tekstur padat, dan aroma yang fruity. Profil sensori produk nastar yang paling mendekati produk ideal menurut persepsi konsumen adalah nastar A karena memiliki tingkat kesukaan yang paling tinggi. Informasi profil sensori ini dapat dimanfaatkan oleh produsen nastar dalam pengembangan produk nastar yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Nastar 是一种以菠萝果酱为馅料的饼干,在印度尼西亚非常受欢迎。不同品牌的生产商生产的 Nastar 会产生不同的感官特征。本研究旨在使用 "全部适用率"(RATA)法评估不同品牌的纳斯塔产品的感官特征。使用的纳斯塔样品来自三个不同的品牌,即来自泗水中小型企业(SME)生产商的纳斯塔 A 和纳斯塔 B,以及来自国家生产商的纳斯塔 C。结果表明,这三种纳斯塔产品具有不同的感官特征。Nastar A 具有甜、咸、酸的口感特征,口感砂砾,色泽黄脆。同时,纳斯达 B 口感粘稠,有刺激性,而纳斯达 C 则呈金棕色,质地绵密,有水果香味。根据消费者的感知,纳斯达产品中最接近理想产品的感官特征是纳斯达 A,因为它的好感度最高。纳斯塔生产商可以利用这些感官特征信息,开发出符合消费者需求的纳斯塔产品。
{"title":"Profiling Atribut Sensori Kukis Nastar Menggunakan Metode Rate-All-That-Apply (RATA)","authors":"Hadi Munarko, J. Jariyah, Muhammad Alfid Kurnianto","doi":"10.32662/gatj.v0i0.2711","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.2711","url":null,"abstract":"Nastar merupakan salah satu jenis kukis dengan isi selai nanas yang sangat popular di Indonesia. Nastar yang dibuat dari produsen dengan merekyang berbeda dapat menghasilkan profil sensori yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi profil sensori produk nastar dari merek berbeda dengan menggunakan metode rate-all-that-apply (RATA). Sampel nastar yang digunakan berasal dari tiga merek yang berbeda, yaitu nastar A dan nastar B berasal dari produsen usaha kecil dan menengah (UKM) di Surabaya dan nastar C berasal dari produsen nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga produk nastar memiliki profil sensori yang berbeda. Nastar A memiliki karakteristik rasa manis, asin, dan asam, bertekstur gritty dengan mouthfeel gritty dan renyah serta berwarna kuning. Sementara itu, nastar B memiliki karakteristik mouthfeelyang terasa lengket dan iritasi, sedangkan nastar C memiliki karakteristik warna golden brown, tekstur padat, dan aroma yang fruity. Profil sensori produk nastar yang paling mendekati produk ideal menurut persepsi konsumen adalah nastar A karena memiliki tingkat kesukaan yang paling tinggi. Informasi profil sensori ini dapat dimanfaatkan oleh produsen nastar dalam pengembangan produk nastar yang sesuai dengan keinginan konsumen.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"80 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139316728","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ikan lele merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang relatif murah dibandingkan dengan daging. Dengan kelebihan kandungan ikan lele tersebut tidak serta merta membuat masyarakat mau menkonsumsi ikan lele khususnya anak-anak. Untuk itu maka perlu adanya penganekaragaman bentuk olahan ikan lele sehingga lebih menarik untuk dikonsumsi, diantaranya dengan pembuatan nugget ikan lele dengan penambahan bubur kacang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan nugget ikan lele dengan penambahan bubur kacang merah, dan untuk mengetahui tingkat kesukaan nugget ikan lele yang ditambahkan bubur kacang merah secara organoleptik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 3 perlakuan (A. ikan lele 75%; kacang merah 25%, B. ikan lele 50% ; kacang merah 50% dan C. ikan lele 25% ; kacang merah 75%) dengan 3 kali ulangan. Temuan menunjukkan bahwa nugget ikan lele yang ditambahkan bubur kacang merah secara organoleptik menunjukkan panelis suka pada perlakuan A dan C sedangkan perlakuan B sangat disukai oleh panelis baik dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur.
{"title":"Daya Terima Nugget Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan Penambahan Kacang Merah","authors":"M. H. Mansyur","doi":"10.32662/gatj.v5i1.2478","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v5i1.2478","url":null,"abstract":"Ikan lele merupakan salah satu sumber protein dan lemak yang relatif murah dibandingkan dengan daging. Dengan kelebihan kandungan ikan lele tersebut tidak serta merta membuat masyarakat mau menkonsumsi ikan lele khususnya anak-anak. Untuk itu maka perlu adanya penganekaragaman bentuk olahan ikan lele sehingga lebih menarik untuk dikonsumsi, diantaranya dengan pembuatan nugget ikan lele dengan penambahan bubur kacang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan nugget ikan lele dengan penambahan bubur kacang merah, dan untuk mengetahui tingkat kesukaan nugget ikan lele yang ditambahkan bubur kacang merah secara organoleptik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan 3 perlakuan (A. ikan lele 75%; kacang merah 25%, B. ikan lele 50% ; kacang merah 50% dan C. ikan lele 25% ; kacang merah 75%) dengan 3 kali ulangan. Temuan menunjukkan bahwa nugget ikan lele yang ditambahkan bubur kacang merah secara organoleptik menunjukkan panelis suka pada perlakuan A dan C sedangkan perlakuan B sangat disukai oleh panelis baik dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur.","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130620971","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komoditas yang potensial untuk dikembangkan guna mengurangi komsumsi tepung terigu yaitu bayam hijau dan buah sukun. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui tingkat penerimaan produk wafer dari tepung bayam hijau dan tepung sukun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan dengan formulasii penggunaan tepung bayam hijau dan tepung sukun yang terdiri dari P0 = 0%, P1 = Tepung sukun 50% dan tepung bayam hijau 50%, P2= Tepung sukun 60% dan tepung bayam hijau 40% dan P3 = Tepung sukun 70% dan tepung bayam hijau 30% Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang paling disukai panelis dari segi tekstur, aroma, rasa dan warna adalah P3 (Tepung sukun 70% dan tepung bayam hijau 30%).
{"title":"Tingkat Kesukaan Wafer dari Tepung Bayam Hijau (Amaranthus Hybridus L.) dan Tepung Sukun (Artocarpus altilis)","authors":"Munira Munira, U. Aimanah, Fauziah Fauziah","doi":"10.32662/gatj.v0i0.2412","DOIUrl":"https://doi.org/10.32662/gatj.v0i0.2412","url":null,"abstract":"Komoditas yang potensial untuk dikembangkan guna mengurangi komsumsi tepung terigu yaitu bayam hijau dan buah sukun. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui tingkat penerimaan produk wafer dari tepung bayam hijau dan tepung sukun. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan dengan formulasii penggunaan tepung bayam hijau dan tepung sukun yang terdiri dari P0 = 0%, P1 = Tepung sukun 50% dan tepung bayam hijau 50%, P2= Tepung sukun 60% dan tepung bayam hijau 40% dan P3 = Tepung sukun 70% dan tepung bayam hijau 30% Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang paling disukai panelis dari segi tekstur, aroma, rasa dan warna adalah P3 (Tepung sukun 70% dan tepung bayam hijau 30%). ","PeriodicalId":405497,"journal":{"name":"Gorontalo Agriculture Technology Journal","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115311033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}