Ahmad Pramono, Aziza Charismasari Indriarta, Muhammad Cahyadi
Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh waktu pemerahan terhadap kualitas fisik dan komposisi kimia susu sapi perah di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. Penelitian ini menggunakan 30 ekor sapi perah pada grup dengan produksi susu tinggi. Susu ditampung sebanyak 100 ml untuk masing-masing sapi dan dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Sifat fisik dan komposisi kimia susu dianalisis menggunakan Lactoscan SAP. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah. Apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh waktu pemerahan terhadap produksi susu, kadar protein, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, berat jenis, dan laktosa dengan nilai P<0,01. Produksi susu tertinggi dihasilkan pada pemerahan siang hari. Kadar protein, kadar bahan kering tanpa lemak, dan laktosa paling tinggi dihasilkan pada pemerahan pagi hari dan malam hari. Selanjutnya, berat jenis paling tinggi dihasilkan pada pemerahan pagi hari. Kesimpulan penelitian ini adalah waktu pemerahan berpengaruh terhadap kualitas fisik dan kimia susu sapi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan.
{"title":"Pengaruh Waktu Pemerahan terhadap Kualitas Fisik dan Komposisi Kimia Susu Sapi di PT. UPBS","authors":"Ahmad Pramono, Aziza Charismasari Indriarta, Muhammad Cahyadi","doi":"10.32530/jlah.v6i2.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.33","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh waktu pemerahan terhadap kualitas fisik dan komposisi kimia susu sapi perah di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. Penelitian ini menggunakan 30 ekor sapi perah pada grup dengan produksi susu tinggi. Susu ditampung sebanyak 100 ml untuk masing-masing sapi dan dilakukan sebanyak 3 kali sehari. Sifat fisik dan komposisi kimia susu dianalisis menggunakan Lactoscan SAP. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola searah. Apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh waktu pemerahan terhadap produksi susu, kadar protein, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak, berat jenis, dan laktosa dengan nilai P<0,01. Produksi susu tertinggi dihasilkan pada pemerahan siang hari. Kadar protein, kadar bahan kering tanpa lemak, dan laktosa paling tinggi dihasilkan pada pemerahan pagi hari dan malam hari. Selanjutnya, berat jenis paling tinggi dihasilkan pada pemerahan pagi hari. Kesimpulan penelitian ini adalah waktu pemerahan berpengaruh terhadap kualitas fisik dan kimia susu sapi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136035648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hamzah Nata Siswara, Aditya Eka Saputra, Khoirul Huda, Lia Nur Aini, Teguh Dwi Putra
Konsumsi daging kelinci belum begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia, padahal nilai nutrisi dan sifat fungsionalnya sangat baik. Oleh karena itu, perlu diversifikasi olahan daging kelinci untuk mempopulerkan konsumsi daging kelinci. Melalui olahan abon yang sudah sejak lama menjadi makanan olahan yang lazim dikonsumsi masyarakat, abon daging kelinci dapat menjadi potensi pengembangan konsumsi daging kelinci lokal. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi sifat fisikokimia dan organoleptik abon daging kelinci lokal. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan kombinasi daging kelinci dengan daging ayam broiler dalam pembuatan abon. Kemudian dilakukan pengukuran sifat fisikokimia dan organoleptik pada abon. Hasil menunjukkan bahwa abon daging kelinci 100% memiliki kadar air terendah dibanding perlakuan yang lain. Hasil uji hedonik hanya menunjukkan atribut warna yang memiliki perbedaan nyata, sedangkan pada uji mutu hedonik hanya atribut warna dan rasa yang berbeda nyata. Hal ini membuktikan bahwa abon daging kelinci memiliki potensi yang baik sebagai pangan olahan baru ditinjau dari kadar air yang sesuai SNI. Namun dari segi uji hedonik dan mutu hedonik, warna abon daging ayam memiliki nilai tertingi, sedangkan hasil uji mutu hedonik rasa abon kombinasi ayam dan kelinci 1:1 memiliki nilai tertinggi.
{"title":"Evaluasi Kualitas Fisikokimia dan Organoleptik Abon Daging Kelinci Lokal","authors":"Hamzah Nata Siswara, Aditya Eka Saputra, Khoirul Huda, Lia Nur Aini, Teguh Dwi Putra","doi":"10.32530/jlah.v6i2.35","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.35","url":null,"abstract":"Konsumsi daging kelinci belum begitu populer di kalangan masyarakat Indonesia, padahal nilai nutrisi dan sifat fungsionalnya sangat baik. Oleh karena itu, perlu diversifikasi olahan daging kelinci untuk mempopulerkan konsumsi daging kelinci. Melalui olahan abon yang sudah sejak lama menjadi makanan olahan yang lazim dikonsumsi masyarakat, abon daging kelinci dapat menjadi potensi pengembangan konsumsi daging kelinci lokal. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi sifat fisikokimia dan organoleptik abon daging kelinci lokal. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan kombinasi daging kelinci dengan daging ayam broiler dalam pembuatan abon. Kemudian dilakukan pengukuran sifat fisikokimia dan organoleptik pada abon. Hasil menunjukkan bahwa abon daging kelinci 100% memiliki kadar air terendah dibanding perlakuan yang lain. Hasil uji hedonik hanya menunjukkan atribut warna yang memiliki perbedaan nyata, sedangkan pada uji mutu hedonik hanya atribut warna dan rasa yang berbeda nyata. Hal ini membuktikan bahwa abon daging kelinci memiliki potensi yang baik sebagai pangan olahan baru ditinjau dari kadar air yang sesuai SNI. Namun dari segi uji hedonik dan mutu hedonik, warna abon daging ayam memiliki nilai tertingi, sedangkan hasil uji mutu hedonik rasa abon kombinasi ayam dan kelinci 1:1 memiliki nilai tertinggi.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136349419","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masyarakat pedesaan menggunakan ternak kerbau untuk mendukung pertumbuhan peternakan berkelanjutan, penelitian ini bertujuan menganalisis potensi keunggulan komparatif pada suatu daerah berbasis kearifan lokal dengan melihat kapasitas tampung ternak kerbau untuk membantu pertumbuhan komoditas ternak kerbau rawa. Penelitian ini menggunakan data berbasis primer dan sekunder dalam menganalisis basis wilayah dan kemungkinan KPTTR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu wilayah dapat digunakan untuk mengembangkan kerbau rawa, dengan mempertimbangkan sumber daya lahan dan pakan yang potensial di wilayah tersebut. Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki potensi kerbau rawa tersebar di tiga kecamatan: Ulu Rawas, Rupit, dan Rawas Ulu. Peternak membudidayakan kerbau rawa berdasarkan tradisi lokal yang unik di wilayah tersebut. Sebagai upaya untuk memperkuat sistem pengembangan peternakan yang berkelanjutan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan introspeksi sistem manajemen pemeliharaan kerbau rawa yang memiliki keunggulan komparatif.
{"title":"Keunggulan Komparatif Kerbau Rawas Berbasis Kearifan Lokal di Kabupaten Musi Rawas Utara","authors":"Bagus Dimas Setiawan, None Zulhapi Utama Adlan","doi":"10.32530/jlah.v6i2.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.38","url":null,"abstract":"Masyarakat pedesaan menggunakan ternak kerbau untuk mendukung pertumbuhan peternakan berkelanjutan, penelitian ini bertujuan menganalisis potensi keunggulan komparatif pada suatu daerah berbasis kearifan lokal dengan melihat kapasitas tampung ternak kerbau untuk membantu pertumbuhan komoditas ternak kerbau rawa. Penelitian ini menggunakan data berbasis primer dan sekunder dalam menganalisis basis wilayah dan kemungkinan KPTTR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu wilayah dapat digunakan untuk mengembangkan kerbau rawa, dengan mempertimbangkan sumber daya lahan dan pakan yang potensial di wilayah tersebut. Kabupaten Musi Rawas Utara memiliki potensi kerbau rawa tersebar di tiga kecamatan: Ulu Rawas, Rupit, dan Rawas Ulu. Peternak membudidayakan kerbau rawa berdasarkan tradisi lokal yang unik di wilayah tersebut. Sebagai upaya untuk memperkuat sistem pengembangan peternakan yang berkelanjutan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan introspeksi sistem manajemen pemeliharaan kerbau rawa yang memiliki keunggulan komparatif.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136349421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telur itik asin merupakan produk telur tradisional yang populer diantara beberapa produk telur yang terbatas ditemukan di banyak negara Asia. Penambahan kuning telur asin dalam formulasi saus untuk mengembangkan saus berbahan dasar telur asin telah dilakukan. Rancangan Acak Kelompok digunakan sebagai desain penelitian. Penelitian ini dibagi menjadi lima perlakuan (20, 40, 60, 80, and 100% kuning telur asin terhadap susu yang digunakan). Parameter yang diamati adalah kelembaban, pH, warna (L*, a*, b*), dan intensitas sensori (warna dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kuning telur itik asin berpengaruh terhadap kadar air, pH, warna instrumental (L*, a*, b*), dan intensitas warna dan tekstur (P<0,05). Kadar air dan lightness sampel menurun dengan persentase penggunaan kuning telur asin yang lebih tinggi (P<0,05). Sebaliknya, pH, redness, yellowness, intensitas warna, dan intensitas tekstur meningkat (P<0,05). Penambahan kuning telur asin dalam saus dapat diterapkan untuk memberikan pilihan jenis saus yang bervariasi bagi konsumen.
{"title":"Karakteristik Saus yang Ditambahkan berbagai Persentase Kuning Telur Itik Asin","authors":"Julia Ulfah, Deni Novia, Aronal Arief Putra","doi":"10.32530/jlah.v6i2.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.26","url":null,"abstract":"Telur itik asin merupakan produk telur tradisional yang populer diantara beberapa produk telur yang terbatas ditemukan di banyak negara Asia. Penambahan kuning telur asin dalam formulasi saus untuk mengembangkan saus berbahan dasar telur asin telah dilakukan. Rancangan Acak Kelompok digunakan sebagai desain penelitian. Penelitian ini dibagi menjadi lima perlakuan (20, 40, 60, 80, and 100% kuning telur asin terhadap susu yang digunakan). Parameter yang diamati adalah kelembaban, pH, warna (L*, a*, b*), dan intensitas sensori (warna dan tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kuning telur itik asin berpengaruh terhadap kadar air, pH, warna instrumental (L*, a*, b*), dan intensitas warna dan tekstur (P<0,05). Kadar air dan lightness sampel menurun dengan persentase penggunaan kuning telur asin yang lebih tinggi (P<0,05). Sebaliknya, pH, redness, yellowness, intensitas warna, dan intensitas tekstur meningkat (P<0,05). Penambahan kuning telur asin dalam saus dapat diterapkan untuk memberikan pilihan jenis saus yang bervariasi bagi konsumen.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135134408","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pohon pisang masih memiliki keunggulan berbeda, air perasan batang pisang bisa dipakai sebagai obat luka. Tinjauan ilmiah efektivitas pohon pisang pada penyembuhan luka, menunjukkan hasil yang memuaskan dari pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) yang digunakan dalam penyembuhan luka mencit percobaan. Pada penelitian ini pengobatan luka pada mencit dilakukan dengan menerapkan teknologi ekstrak batang pisang ambon. Tujuannya adalah untuk mengetahui derajat penyembuhan luka yang diberi sediaan gel batang pisang ambon. Materi yang digunakan adalah mencit putih sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi dua perlakuan perlakuan diberi sediaan gel ekstrak batang pisang ambon, sedangkan kontrol diberi obat komersial yang mengandung neomicyn sulfat dan ekstrak plasenta. Proses monitoring penyembuhan luka dilakukan selama 21 hari dengan mengukur panjang luka pada hari ke 1, 3, 5, 7, 14 dan 21. Hasil penelitian ini menunjukkan penyembuhan luka pada kulit mencit yang diberi perlakuan (10 hari) lebih cepat 4 hari dibandingkan kontrol (14 hari). Namun, kedua pemulihan tersebut tidak melampaui batas pengamatan penyembuhan luka.
{"title":"Penggunaan Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) Dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus)","authors":"Amany Nabila, Irzal Irda, Ulva Mohtar Lutfi, None Sujatmiko","doi":"10.32530/jlah.v6i2.34","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.34","url":null,"abstract":"Pohon pisang masih memiliki keunggulan berbeda, air perasan batang pisang bisa dipakai sebagai obat luka. Tinjauan ilmiah efektivitas pohon pisang pada penyembuhan luka, menunjukkan hasil yang memuaskan dari pisang ambon (Musa paradisiaca var sapientum) yang digunakan dalam penyembuhan luka mencit percobaan. Pada penelitian ini pengobatan luka pada mencit dilakukan dengan menerapkan teknologi ekstrak batang pisang ambon. Tujuannya adalah untuk mengetahui derajat penyembuhan luka yang diberi sediaan gel batang pisang ambon. Materi yang digunakan adalah mencit putih sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi dua perlakuan perlakuan diberi sediaan gel ekstrak batang pisang ambon, sedangkan kontrol diberi obat komersial yang mengandung neomicyn sulfat dan ekstrak plasenta. Proses monitoring penyembuhan luka dilakukan selama 21 hari dengan mengukur panjang luka pada hari ke 1, 3, 5, 7, 14 dan 21. Hasil penelitian ini menunjukkan penyembuhan luka pada kulit mencit yang diberi perlakuan (10 hari) lebih cepat 4 hari dibandingkan kontrol (14 hari). Namun, kedua pemulihan tersebut tidak melampaui batas pengamatan penyembuhan luka.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135134406","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui rasio efesiensi protein ransum pada ayam broiler yang diberi Lactobacillus plantarum dan Mannan oligosakarida (MOS) hasil hidrolisis bungkil inti sawit. Materi yang dipergunakan meliputi 270 ekor DOC strain MB 202 platinum. Ransum yang dipergunakan berupa ransum komersial Novo 511 non antibiotic growth promotor (non AGP). Rancangan yang digunakan ialah acak lengkap berpola faktorial 3 × 3 dengan 3 ulangan. Faktor A merupakan pemberian MOS hasil hidrolisis BIS dengan taraf yakni 0%, 0,50%, dan 1% dan faktor B merupakan pemberian Lactobacillus plantarum dengan taraf yakni 0%, 0,50%, dan 1%. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, konsumsi protein ransum, PBB serta rasio efisiensi protein. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan ANOVA, nilai yang berbeda antar perlakuan diuji lanjut dengan DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukan penambahan Lactobacillus plantarum, MOS, dan interaksi keduanya di dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi protein ransum, PBB serta rasio efisiensi protein ransum. Kesimpulan diperoleh adalah pemberian MOS hasil hidrolisis BIS sebanyak 1% melalui kombinasi Lactobacillus plantarum sebanyak 1% dalam ransum mampu meningkatkan rasio efisiensi protein ransum ayam broiler.
{"title":"Rasio Efisiensi Protein Ransum Ayam Broiler yang Diberi Lactobacillus plantarum dan Mannan Oligosakarida Hasil Hidrolisis Bungkil Inti Sawit","authors":"Eka Viana Fitrianingsih, None Mairizal, None Filawati","doi":"10.32530/jlah.v6i2.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.28","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui rasio efesiensi protein ransum pada ayam broiler yang diberi Lactobacillus plantarum dan Mannan oligosakarida (MOS) hasil hidrolisis bungkil inti sawit. Materi yang dipergunakan meliputi 270 ekor DOC strain MB 202 platinum. Ransum yang dipergunakan berupa ransum komersial Novo 511 non antibiotic growth promotor (non AGP). Rancangan yang digunakan ialah acak lengkap berpola faktorial 3 × 3 dengan 3 ulangan. Faktor A merupakan pemberian MOS hasil hidrolisis BIS dengan taraf yakni 0%, 0,50%, dan 1% dan faktor B merupakan pemberian Lactobacillus plantarum dengan taraf yakni 0%, 0,50%, dan 1%. Peubah yang diamati meliputi konsumsi ransum, konsumsi protein ransum, PBB serta rasio efisiensi protein. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan ANOVA, nilai yang berbeda antar perlakuan diuji lanjut dengan DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukan penambahan Lactobacillus plantarum, MOS, dan interaksi keduanya di dalam ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi protein ransum, PBB serta rasio efisiensi protein ransum. Kesimpulan diperoleh adalah pemberian MOS hasil hidrolisis BIS sebanyak 1% melalui kombinasi Lactobacillus plantarum sebanyak 1% dalam ransum mampu meningkatkan rasio efisiensi protein ransum ayam broiler.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135134573","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan ternak merupakan langkah yang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji organoleptik fermentasi ampas tebu dengan pemberian EM-4 level berbeda. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 26 ulangan. Perlakuan A (5% gula tebu + 0,8% urea), perlakuan B (5% gula tebu + 0,8% urea + 4% EM-4), perlakuan C (5% gula tebu + 0,8% urea + 8% EM-4) dan perlakuan D (5% gula tebu + 0,8% urea + 12% EM-4). Parameter yang diamati yaitu kualitas organoleptik (aroma, warna dan tekstur) fermentasi ampas tebu. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan bila terdapat perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan uji lanjut jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organoleptik fermentasi ampas tebu dengan penambahan level EM-4 yang berbeda menunjukkan bahwa pemberian 0% sampai 4% EM-4 mampu menghasilkan warna lebih baik yaitu warna cokelat kekuningan, untuk aroma menghasilkan aroma lebih baik dengan pemberian 8% sampai 12% EM-4 yaitu aroma asam segar, sementara itu penambahan bahan 0% sampai 12% EM-4 tidak menyebabkan hasil berbeda terhadap uji organoleptik tekstur fermentasi ampas tebu dimana semua perlakuan memiliki tekstur sedikit lembek.
{"title":"Uji Organoleptik Fermentasi Ampas Tebu Dengan Pemberian EM-4 Level Berbeda","authors":"Rinai Winarsa Putra, Afrini Dona","doi":"10.32530/jlah.v6i2.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.25","url":null,"abstract":"Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai bahan pakan ternak merupakan langkah yang baik dalam memenuhi kebutuhan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji organoleptik fermentasi ampas tebu dengan pemberian EM-4 level berbeda. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 26 ulangan. Perlakuan A (5% gula tebu + 0,8% urea), perlakuan B (5% gula tebu + 0,8% urea + 4% EM-4), perlakuan C (5% gula tebu + 0,8% urea + 8% EM-4) dan perlakuan D (5% gula tebu + 0,8% urea + 12% EM-4). Parameter yang diamati yaitu kualitas organoleptik (aroma, warna dan tekstur) fermentasi ampas tebu. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan bila terdapat perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan uji lanjut jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organoleptik fermentasi ampas tebu dengan penambahan level EM-4 yang berbeda menunjukkan bahwa pemberian 0% sampai 4% EM-4 mampu menghasilkan warna lebih baik yaitu warna cokelat kekuningan, untuk aroma menghasilkan aroma lebih baik dengan pemberian 8% sampai 12% EM-4 yaitu aroma asam segar, sementara itu penambahan bahan 0% sampai 12% EM-4 tidak menyebabkan hasil berbeda terhadap uji organoleptik tekstur fermentasi ampas tebu dimana semua perlakuan memiliki tekstur sedikit lembek.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"258 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136084181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini untuk mengetahui besaran faktor sosial ekonomi terhadap sistem pemeliharan ternak kambing di Kecamatan Leihitu. Penelitian menggunakan metode survei, sedangkan menentukan responden menggunakan metode purposive sampling agar peneliti mendapatkan data sesuai tujuan penelitian. Variabel-variabel yang diamati adalah sistem pemeliharaan ternak kambing (Y), umur peternak (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman beternak (X3) dan jumlah tanggungan keluarga (X4). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umumnya sistem pemeliharaan kandang-lepas (semi intensif) lebih cenderung diterapkan oleh peternak di lokasi penelitian. Hasil analisis regresi linear berganda (multiple regression) diperoleh sebuah persamaan yang mempunyai arti bahwa bahwa variabel bebas/independen (X), pendidikan peternak (X2) dan jumlah tanggungan keluarga (X4) berpengaruh positif terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Leihitu, sedangkan umur peternak (X1) dan pengalaman beternak (X3) berpengaruh negatif terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Leihitu. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,546 atau 54,6 % menunjukkan bahwa besarnya pengaruh umur peternak (X1), pendidikan peternak (X2), pengalaman beternak (X3) dan jumlah tanggungan keluarga (X4) terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing (Y) secara simultan adalah 54,6 % dan sisanya 45,4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model persamaan.
{"title":"Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Sistem Pemeliharaan Ternak Kambing di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah","authors":"None Asmirani Alam, None Jecklin Marlen Lainsamputty, None Fransheine Rumtutuly, None Risart Lewan Dolewikou, None Harmoko","doi":"10.32530/jlah.v6i2.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.31","url":null,"abstract":"Penelitian ini untuk mengetahui besaran faktor sosial ekonomi terhadap sistem pemeliharan ternak kambing di Kecamatan Leihitu. Penelitian menggunakan metode survei, sedangkan menentukan responden menggunakan metode purposive sampling agar peneliti mendapatkan data sesuai tujuan penelitian. Variabel-variabel yang diamati adalah sistem pemeliharaan ternak kambing (Y), umur peternak (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman beternak (X3) dan jumlah tanggungan keluarga (X4). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa umumnya sistem pemeliharaan kandang-lepas (semi intensif) lebih cenderung diterapkan oleh peternak di lokasi penelitian. Hasil analisis regresi linear berganda (multiple regression) diperoleh sebuah persamaan yang mempunyai arti bahwa bahwa variabel bebas/independen (X), pendidikan peternak (X2) dan jumlah tanggungan keluarga (X4) berpengaruh positif terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Leihitu, sedangkan umur peternak (X1) dan pengalaman beternak (X3) berpengaruh negatif terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing di Kecamatan Leihitu. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,546 atau 54,6 % menunjukkan bahwa besarnya pengaruh umur peternak (X1), pendidikan peternak (X2), pengalaman beternak (X3) dan jumlah tanggungan keluarga (X4) terhadap sistem pemeliharaan ternak kambing (Y) secara simultan adalah 54,6 % dan sisanya 45,4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model persamaan.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136084180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) dan Kecombrang (Eltingera elatior) merupakan jenis tanaman rempah lokal yang tergolong kedalam keanekaragaman sumber daya alam di Sumatera Utara. Kedua jenis tanaman rempah ini memiliki kandungan ekstrak heksana, methanol, dan asetat yang berfungsi sebagai senyawa antimikrobial. Pemanfaatan telur asin belum dilakukan secara optimal melalui penggunaan rempah buah andaliman dan kecombrang. Kualitas telur asin yang rendah dapat dipengaruhi oleh aktifitas mikroba yang dapat merusak kualitas protein dalam telur. Sebanyak 60 butir telur itik segar digunakan dalam penelitian. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi P1 (Kontrol), P2 (telur diasinkan dengan 25% EBA + 25% EBK), P3 (telur diasinkan dengan 50% EBA + 50% EBK) dan P4 (telur diasinkan dengan 75% EBA + 75% EBK). Ekstrak tanaman rempah yang digunakan merupakan ekstrak kasar melalui teknik penyaringan konvensional yang disebut ekstrak kasar buah andaliman (EBA) dan kecombrang (EBK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level tanaman rempah menurunkan total populasi bakteri E. Coli sampai 1.5 x 109 cfu/g dan meningkatkan populasi bakteri Bacillus sp sampai 0.1 x 108 cfu/g. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan ekstrak kasar buah andaliman dan kecombrang dapat memperbaiki kualitas telur asin.
{"title":"Profil Mikroba Telur Asin Hasil Pemeraman Menggunakan Ekstrak Kasar Kombinasi Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) dan Kecombrang (Eltingera elatior)","authors":"Rikardo Silaban, Zakiyah Nasution, Nursanti Laia, Doharni Pane","doi":"10.32530/jlah.v6i2.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i2.22","url":null,"abstract":"Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) dan Kecombrang (Eltingera elatior) merupakan jenis tanaman rempah lokal yang tergolong kedalam keanekaragaman sumber daya alam di Sumatera Utara. Kedua jenis tanaman rempah ini memiliki kandungan ekstrak heksana, methanol, dan asetat yang berfungsi sebagai senyawa antimikrobial. Pemanfaatan telur asin belum dilakukan secara optimal melalui penggunaan rempah buah andaliman dan kecombrang. Kualitas telur asin yang rendah dapat dipengaruhi oleh aktifitas mikroba yang dapat merusak kualitas protein dalam telur. Sebanyak 60 butir telur itik segar digunakan dalam penelitian. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan meliputi P1 (Kontrol), P2 (telur diasinkan dengan 25% EBA + 25% EBK), P3 (telur diasinkan dengan 50% EBA + 50% EBK) dan P4 (telur diasinkan dengan 75% EBA + 75% EBK). Ekstrak tanaman rempah yang digunakan merupakan ekstrak kasar melalui teknik penyaringan konvensional yang disebut ekstrak kasar buah andaliman (EBA) dan kecombrang (EBK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan level tanaman rempah menurunkan total populasi bakteri E. Coli sampai 1.5 x 109 cfu/g dan meningkatkan populasi bakteri Bacillus sp sampai 0.1 x 108 cfu/g. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan ekstrak kasar buah andaliman dan kecombrang dapat memperbaiki kualitas telur asin.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135693055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Mutmainna, Irmawaty, Aprilia Melani, Aminah Hajah Thaha
Jahe merah (Zingiber offinale Var. Rubrum) salah satu tumbuhan herbal dan pengawet alami daging karena terdapatnya senyawa bioaktif. Senyawa ini dapat meningkatkan kualitas daging dengan menghambat pertumbuhan mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak jahe merah pada kualitas mikrobiologi daging ayam afkir. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan 4 perlakuan yaitu P0 (kontrol/tanpa perlakuan), P1 (penyimpanan 2 jam), P2 (penyimpanan 4 jam), dan P3 (waktu penyimpanan 6 jam). Penelitian ini menguji TPC, E. coli, dan Coliform. Anova dan BNT digunakan untuk analisis data. Ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) berpengaruh nyata pada uji Coliform tapi tidak berpengaruh pada TPC, dan E. coli.
姜红色(Zingiber offinale Var. Rubrum)是肉类的天然草药和防腐剂之一,因为它含有一种生物活性化合物。这种化合物可以通过抑制微生物的生长来提高肉类的质量。本研究的目的是确定红姜提取物对鸡肉微生物质量的影响。完全随机设计(RAL)用于4种治疗方式,即P0(控制/不治疗)、P1(2小时储存)、P2(4小时储存)和P3(6小时存储时间)。该研究测试了TPC、大肠杆菌和并联。用于数据分析的Anova和BNT。姜黄提取物(Zingiber officinale Var. Rubrum)对Coliform测试有明显的影响,但对TPC和大肠杆菌没有影响。
{"title":"Pengaruh Penambahan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) Terhadap Kualitas Mikrobiologi Daging Ayam Petelur Afkir","authors":"A. Mutmainna, Irmawaty, Aprilia Melani, Aminah Hajah Thaha","doi":"10.32530/jlah.v6i1.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jlah.v6i1.5","url":null,"abstract":"Jahe merah (Zingiber offinale Var. Rubrum) salah satu tumbuhan herbal dan pengawet alami daging karena terdapatnya senyawa bioaktif. Senyawa ini dapat meningkatkan kualitas daging dengan menghambat pertumbuhan mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak jahe merah pada kualitas mikrobiologi daging ayam afkir. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan 4 perlakuan yaitu P0 (kontrol/tanpa perlakuan), P1 (penyimpanan 2 jam), P2 (penyimpanan 4 jam), dan P3 (waktu penyimpanan 6 jam). Penelitian ini menguji TPC, E. coli, dan Coliform. Anova dan BNT digunakan untuk analisis data. Ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Var. Rubrum) berpengaruh nyata pada uji Coliform tapi tidak berpengaruh pada TPC, dan E. coli.","PeriodicalId":423931,"journal":{"name":"Journal of Livestock and Animal Health","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128147776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}