Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.3035
None Dewi Hermin Sutanto, Anisa Zuhria Sugeha, Izza Elfaranica, Danny Baskara Wijaya
Kota Malang disebut memiliki potensi sebagai kota transit atau persinggahan bagi wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Potensi Kota Malang sebagai kota transit wisata dapat dimanfaatkan dalam memaksimalkan wisata kuliner dan wisata buatan yang dimiliki oleh Kota Malang. Sampai saat ini belum ada studi maupun kajian ilmiah tentang analisis Kota Malang sebagai kota transit dalam memaksimalkan wisata lain yang ada di Kota Malang seperti wisata kuliner dan wisata buatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara dengan key informant, studi kepustakaan, dan observasi. Data dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa Kota Malang dapat meningkatkan potensi untuk menjadi kota trasit wisata melalui pemanfaatan wilayah padat penduduk dengan menggali potensi yang berkaitan dengan wisata kuliner dan buatan, menciptakan suatu destinasi wisata yang mempunyai ciri khas serta menjalin Kerjasama dengan akademisi di bidang pariwisata.
{"title":"Analisis Potensi Kota Malang Sebagai Tempat Transit Wisata Kuliner dan Wisata Buatan","authors":"None Dewi Hermin Sutanto, Anisa Zuhria Sugeha, Izza Elfaranica, Danny Baskara Wijaya","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.3035","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.3035","url":null,"abstract":"Kota Malang disebut memiliki potensi sebagai kota transit atau persinggahan bagi wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Potensi Kota Malang sebagai kota transit wisata dapat dimanfaatkan dalam memaksimalkan wisata kuliner dan wisata buatan yang dimiliki oleh Kota Malang. Sampai saat ini belum ada studi maupun kajian ilmiah tentang analisis Kota Malang sebagai kota transit dalam memaksimalkan wisata lain yang ada di Kota Malang seperti wisata kuliner dan wisata buatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara dengan key informant, studi kepustakaan, dan observasi. Data dari hasil penelitian akan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa Kota Malang dapat meningkatkan potensi untuk menjadi kota trasit wisata melalui pemanfaatan wilayah padat penduduk dengan menggali potensi yang berkaitan dengan wisata kuliner dan buatan, menciptakan suatu destinasi wisata yang mempunyai ciri khas serta menjalin Kerjasama dengan akademisi di bidang pariwisata.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343517","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.3067
None Sarah Octavianna Simbolon, Arina Luthfini Lubis, None Andri Wibowo
Kota terbesar di Kepulauan Riau adalah Batam. Pantai Melayu, yang terletak di Jembatan 4 Barelang, adalah salah satu tempat menarik di Kota Batam, sekitar 15 menit perjalanan dari Jembatan 1 atau sekitar 45 menit perjalanan dari Batu Aji. Pantai Melayu bisa terbilang pantai yang sudah lama beroperasi, oleh sebab itu Pantai Melayu menjadi sepi dan pengunjung sudah mulai tidak tertarik dengan Pantai Melayu. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya strategi pengembangan destinasi wisata yang direncanakan secara menyeluruh. Metodologi penelitian deskriptif kualitatif yang dipilih pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: angket, wawancara, observasi, tinjauan pustaka, dan dokumentasi. Analisis SWOT digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa baik metode pengembangan objek wisata berhasil meningkatkan jumlah pengunjung dengan mengevaluasi kelebihan, kekurangan, kemungkinan, dan bahaya masing-masing strategi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan matriks SWOT dengan empat kuadran, matriks IFAS dan EFAS, terlihat jelas bahwa rencana diversifikasi usaha diperlukan demi memaksimalkan daya tarik objek wisata pantai melayu juga optimalisasi kekuatan dan kelemahannya. Proses pengembangannya adalah sebagai berikut: (1) Memperluas media sosial dengan branding yang kuat untuk mengembangkan pantai melayu dan menyebarkan brosur tentang pantai melayu barelang yang ada di batam, (2) Mempekerjakan masyarakat lokal yang ada disana untuk mengelola pantai melayu agar menurunkan tingkat pengangguran dan meningkatkan kekayaan ekonomi daerah sekitarnya pantai melayu, (3) Meningkatkan fasilitas dan wahana yang ada di pantai melayu, dan (4) Melindungi dan menjaga ekosistem yang ada di pantai melayu.
{"title":"Strategi SWOT Untuk Mengembangkan Potensi Destinasi Wisata Pantai Melayu di Kota Batam","authors":"None Sarah Octavianna Simbolon, Arina Luthfini Lubis, None Andri Wibowo","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.3067","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.3067","url":null,"abstract":"Kota terbesar di Kepulauan Riau adalah Batam. Pantai Melayu, yang terletak di Jembatan 4 Barelang, adalah salah satu tempat menarik di Kota Batam, sekitar 15 menit perjalanan dari Jembatan 1 atau sekitar 45 menit perjalanan dari Batu Aji. Pantai Melayu bisa terbilang pantai yang sudah lama beroperasi, oleh sebab itu Pantai Melayu menjadi sepi dan pengunjung sudah mulai tidak tertarik dengan Pantai Melayu. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya strategi pengembangan destinasi wisata yang direncanakan secara menyeluruh. Metodologi penelitian deskriptif kualitatif yang dipilih pada penelitian ini. Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: angket, wawancara, observasi, tinjauan pustaka, dan dokumentasi. Analisis SWOT digunakan dalam penelitian untuk mengetahui seberapa baik metode pengembangan objek wisata berhasil meningkatkan jumlah pengunjung dengan mengevaluasi kelebihan, kekurangan, kemungkinan, dan bahaya masing-masing strategi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan matriks SWOT dengan empat kuadran, matriks IFAS dan EFAS, terlihat jelas bahwa rencana diversifikasi usaha diperlukan demi memaksimalkan daya tarik objek wisata pantai melayu juga optimalisasi kekuatan dan kelemahannya. Proses pengembangannya adalah sebagai berikut: (1) Memperluas media sosial dengan branding yang kuat untuk mengembangkan pantai melayu dan menyebarkan brosur tentang pantai melayu barelang yang ada di batam, (2) Mempekerjakan masyarakat lokal yang ada disana untuk mengelola pantai melayu agar menurunkan tingkat pengangguran dan meningkatkan kekayaan ekonomi daerah sekitarnya pantai melayu, (3) Meningkatkan fasilitas dan wahana yang ada di pantai melayu, dan (4) Melindungi dan menjaga ekosistem yang ada di pantai melayu.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343521","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2824
Ida Ayu Kartika Maharani, Ni Komang Sudarningsih
Penelitian ini membahas perumusan strategi untuk Yoga Barn di Ubud, Bali dengan menggunakan analisis SWOT. Informasi dikumpulkan dari ulasan pelanggan di Tripadvisor. Hasil analisis menunjukkan kekuatan Yoga Barn, seperti instruktur berkualitas, variasi kelas, atmosfer komunitas yang kuat, fasilitas dan lokasi yang luar biasa, serta fokus pada pertumbuhan dan transformasi pribadi. Namun, ada kelemahan dalam kualitas kelas, masalah ekspansi dan pertumbuhan, serta penjadwalan. Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah ekspansi penawaran kelas, peningkatan sistem penjadwalan dan pemesanan, pembangunan komunitas yang lebih luas, dan pelatihan staf. Ancaman yang harus diwaspadai adalah persaingan, risiko reputasi, kepadatan pengunjung, dan tantangan dalam menjaga kualitas saat berkembang. Strategi yang diusulkan melibatkan peninjauan kebijakan pertumbuhan, peningkatan manajemen kelas, sistem penjadwalan yang lebih baik, dan penanganan keluhan yang efektif. Penting bagi Yoga Barn untuk menjaga standar kualitas yang tinggi dan atmosfer yang mendukung untuk keberhasilan jangka panjang.
{"title":"MENGUNGKAP KESUKSESAN: PERUMUSAN STRATEGI UNTUK YOGA BARN UBUD BERDASARKAN ULASAN TRIPADVISOR DAN ANALISIS SWOT","authors":"Ida Ayu Kartika Maharani, Ni Komang Sudarningsih","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2824","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2824","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas perumusan strategi untuk Yoga Barn di Ubud, Bali dengan menggunakan analisis SWOT. Informasi dikumpulkan dari ulasan pelanggan di Tripadvisor. Hasil analisis menunjukkan kekuatan Yoga Barn, seperti instruktur berkualitas, variasi kelas, atmosfer komunitas yang kuat, fasilitas dan lokasi yang luar biasa, serta fokus pada pertumbuhan dan transformasi pribadi. Namun, ada kelemahan dalam kualitas kelas, masalah ekspansi dan pertumbuhan, serta penjadwalan. Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah ekspansi penawaran kelas, peningkatan sistem penjadwalan dan pemesanan, pembangunan komunitas yang lebih luas, dan pelatihan staf. Ancaman yang harus diwaspadai adalah persaingan, risiko reputasi, kepadatan pengunjung, dan tantangan dalam menjaga kualitas saat berkembang. Strategi yang diusulkan melibatkan peninjauan kebijakan pertumbuhan, peningkatan manajemen kelas, sistem penjadwalan yang lebih baik, dan penanganan keluhan yang efektif. Penting bagi Yoga Barn untuk menjaga standar kualitas yang tinggi dan atmosfer yang mendukung untuk keberhasilan jangka panjang.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2981
Md. Yudyantara Risadi, None Ni Kadek Herna Lastari
Salah satu kabupaten di Bali yang memiliki obyek wisata budaya dan spiritual adalah kabupaten Bangli. Keberadaan obyek wisata ini juga harus diseimbangi dengan adanya SDM seperti pramuwisata yang tentunya diawali dari pramuwisata pemula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui startegi penggunaan Bahasa Inggris bagi para pramuwisata pemula dalam menjalankan pekerjaannya serta kendala dan solusi dalam prosesnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dalam menggunakan Bahasa Inggris, para pramuwisata melakukan strategi dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan perpisahan. Dari ketiga tahapan ini terdapat strategi-strategi khusus yang mencerminkan tahapan tersebut. Kendala yang ditemui oleh para pramuwisata pemula ini adalah rasa gugup, penguasaan materi yang belum maksimal, kurangnya kosakata yang dimiliki. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan pelatihan Bahasa dari pihak terkait, praktik secara terus-menerus di lapangan, dan mendengarkan dan belajar dari rekan yang lebih berpengalaman. Hal ini tentunya disesuaikan juga dengan kemampuan masing-masing individu untuk dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya.
{"title":"Strategi Penggunaan Bahasa Inggris Pramuwisata Pemula dalam Menjelaskan Obyek Wisata di kabupaten Bangli","authors":"Md. Yudyantara Risadi, None Ni Kadek Herna Lastari","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2981","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2981","url":null,"abstract":"Salah satu kabupaten di Bali yang memiliki obyek wisata budaya dan spiritual adalah kabupaten Bangli. Keberadaan obyek wisata ini juga harus diseimbangi dengan adanya SDM seperti pramuwisata yang tentunya diawali dari pramuwisata pemula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui startegi penggunaan Bahasa Inggris bagi para pramuwisata pemula dalam menjalankan pekerjaannya serta kendala dan solusi dalam prosesnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dalam menggunakan Bahasa Inggris, para pramuwisata melakukan strategi dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan perpisahan. Dari ketiga tahapan ini terdapat strategi-strategi khusus yang mencerminkan tahapan tersebut. Kendala yang ditemui oleh para pramuwisata pemula ini adalah rasa gugup, penguasaan materi yang belum maksimal, kurangnya kosakata yang dimiliki. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan pelatihan Bahasa dari pihak terkait, praktik secara terus-menerus di lapangan, dan mendengarkan dan belajar dari rekan yang lebih berpengalaman. Hal ini tentunya disesuaikan juga dengan kemampuan masing-masing individu untuk dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2982
None Ni Luh Putu Dina Purnamayanti, None Astrid Krisdayanti, None Ni Made Rai Kristina
Uma Anyar Waterfall is one of the tourist attractions located in Kemenuh Village, Gianyar Regency. Uma Anyar Waterfall is known as a natural tourist attraction with natural and cultural potential that is interesting to be visited by local and foreign tourists. Seeing the tourism potential of Uma Anyar Waterfall, this management can be seen from the potential owned, management management and forms of community participation from the management of Uma Anyar waterfall. The theories used in this research are tourist destination theory, tourism management theory and participation theory. The method used in this research is a qualitative research method with a descriptive approach. The results showed that the potential of Uma Anyar Waterfall as a natural tourist attraction applies the concept of tourist destinations which includes Attraction, Amenities, Ancillary, Activity, Accessibilities and Available Package. The management of Uma Anyar Waterfall applies tourism management functions, namely, Planning, Organizing, Actuating, Controlling and Motivation, in addition to applying tourism management functions, local communities are also involved in managing Uma Anyar Waterfall. Community participation is divided into three (3) forms, namely: the form of ideas, the form of material and the form of labor that is actively involved. Recommendations that need to be applied in the Uma Anyar Waterfall tourist attraction are in terms of maximizing the management of facilities and infrastructure to support the development of Uma Anyar Waterfall in the future.
{"title":"PENGELOLAAN AIR TERJUN UMA ANYAR SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ALAM DI DESA KEMENUH KABUPATEN GIANYAR","authors":"None Ni Luh Putu Dina Purnamayanti, None Astrid Krisdayanti, None Ni Made Rai Kristina","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2982","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2982","url":null,"abstract":"Uma Anyar Waterfall is one of the tourist attractions located in Kemenuh Village, Gianyar Regency. Uma Anyar Waterfall is known as a natural tourist attraction with natural and cultural potential that is interesting to be visited by local and foreign tourists. Seeing the tourism potential of Uma Anyar Waterfall, this management can be seen from the potential owned, management management and forms of community participation from the management of Uma Anyar waterfall. The theories used in this research are tourist destination theory, tourism management theory and participation theory. The method used in this research is a qualitative research method with a descriptive approach. The results showed that the potential of Uma Anyar Waterfall as a natural tourist attraction applies the concept of tourist destinations which includes Attraction, Amenities, Ancillary, Activity, Accessibilities and Available Package. The management of Uma Anyar Waterfall applies tourism management functions, namely, Planning, Organizing, Actuating, Controlling and Motivation, in addition to applying tourism management functions, local communities are also involved in managing Uma Anyar Waterfall. Community participation is divided into three (3) forms, namely: the form of ideas, the form of material and the form of labor that is actively involved. Recommendations that need to be applied in the Uma Anyar Waterfall tourist attraction are in terms of maximizing the management of facilities and infrastructure to support the development of Uma Anyar Waterfall in the future.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2576
None I Made Darma Oka, None I Gusti Agung Putu Sri Mahadewi, None Ni Gst Nym Suci Murni
This study aims to examine the potential for developing the authenticity of Tri Eka Buana Village as a tourist attraction. Research uses qualitative data. Data collection was carried out by observation, interview, and literature study. Informants were taken from community leaders who understood the implications of tourism development using a purposive sampling technique. Data were analyzed by descriptive qualitative. The results show that this village has authentic potential in the form of natural and cultural tourist attractions that can be developed into tourist attractions. The authenticity that is owned consists of 3 categories, namely: objective authenticity, constructed authenticity and existential authenticity. The objective authenticity possessed is in the form of natural tourist attractions such as: Bukit Abah, Dukuh Sakti Waterfall, Puncak Luhur Bukit Abah Temple, and Tirta Danu Seliwah. Constructed authenticity in the form of exotic traditional culture in the form of the Umananing Malini Dance. Existential authenticity, namely the traditional drink of Balinese Arak, which is useful as a means of prayer for Hindus. For this reason, the authentic potential that is owned must be maintained, preserved, and developed by the local community as a competitive advantage for tourism villages so that they can compete competitively. It is recommended to the manager, in the effort to develop authenticity, this can be done by: packaging tourist attractions as special interest-based attractions based on nature and culture, highlighting their beauty, uniqueness and authenticity; presents educational tourism based on nature and culture; involve the community professionally in the management of community-based tourism so as to increase the sense of belonging to caring for a tourist village
{"title":"DEVELOPMENT OF THE AUTHENTICITY OF TRI EKA BUANA VILLAGE AS A TOURISM ATTRACTION","authors":"None I Made Darma Oka, None I Gusti Agung Putu Sri Mahadewi, None Ni Gst Nym Suci Murni","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2576","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2576","url":null,"abstract":"This study aims to examine the potential for developing the authenticity of Tri Eka Buana Village as a tourist attraction. Research uses qualitative data. Data collection was carried out by observation, interview, and literature study. Informants were taken from community leaders who understood the implications of tourism development using a purposive sampling technique. Data were analyzed by descriptive qualitative. The results show that this village has authentic potential in the form of natural and cultural tourist attractions that can be developed into tourist attractions. The authenticity that is owned consists of 3 categories, namely: objective authenticity, constructed authenticity and existential authenticity. The objective authenticity possessed is in the form of natural tourist attractions such as: Bukit Abah, Dukuh Sakti Waterfall, Puncak Luhur Bukit Abah Temple, and Tirta Danu Seliwah. Constructed authenticity in the form of exotic traditional culture in the form of the Umananing Malini Dance. Existential authenticity, namely the traditional drink of Balinese Arak, which is useful as a means of prayer for Hindus. For this reason, the authentic potential that is owned must be maintained, preserved, and developed by the local community as a competitive advantage for tourism villages so that they can compete competitively. It is recommended to the manager, in the effort to develop authenticity, this can be done by: packaging tourist attractions as special interest-based attractions based on nature and culture, highlighting their beauty, uniqueness and authenticity; presents educational tourism based on nature and culture; involve the community professionally in the management of community-based tourism so as to increase the sense of belonging to caring for a tourist village","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2883
None Nyoman Sudipa, None Ketut Ariantana
Nusa Penida is a dry island with low rainfall throughout the year reaching 1428.40 mm. Water is an important means to support community life and tourism in Nusa Penida. As the population grows, the need for water also increases, so water needs to be managed with a drinking water management system. The research uses a qualitative descriptive approach using social theory, namely Cultural Materialism Theory to formulate the phenomenology of the socio-cultural impact of the management of the drinking water system on the island of Nusa Penida. The results showed that the existence of adequate resources on Nusa Penida Island sourced from underground water in Kutampi Kaler Village and Penida, Guyangan and Seganing springs managed by PDAM Klungkung Regency. Water is a very expensive resource and affects the economic, social and cultural conditions of the people of Nusa Penida. In the past, before the 2000s, most of the people at the top spent part of their income to buy water which caused the social condition of the community to experience poverty, because during the dry season people would spend their time walking to the coastal area to collect water. Cultural reduction in the form of religion also occurs by building communal communities as the bearers of temples that have freshwater wells on the coast. Starting in 2014, the drinking water management system on Nusa Penida Island has made a shift in the social life of the people of Nusa Penida, namely increasing community welfare due to economic substitution and changes in social patterns due to easy access to drinking water and the emergence of new business activities from the existence of drinking water as evidenced by changes in community culture. Nusa Penida is a shift from an agrarian culture to an industrial culture (tourism). Changes in community cultural patterns due to the availability of drinking water, namely the shift in the pattern of community livelihoods from an agrarian basis to an industrial pattern (tourism).
{"title":"DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN AIR MINUM TERHADAP SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI PULAU NUSA PENIDA","authors":"None Nyoman Sudipa, None Ketut Ariantana","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2883","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2883","url":null,"abstract":"
 Nusa Penida is a dry island with low rainfall throughout the year reaching 1428.40 mm. Water is an important means to support community life and tourism in Nusa Penida. As the population grows, the need for water also increases, so water needs to be managed with a drinking water management system. The research uses a qualitative descriptive approach using social theory, namely Cultural Materialism Theory to formulate the phenomenology of the socio-cultural impact of the management of the drinking water system on the island of Nusa Penida. The results showed that the existence of adequate resources on Nusa Penida Island sourced from underground water in Kutampi Kaler Village and Penida, Guyangan and Seganing springs managed by PDAM Klungkung Regency. Water is a very expensive resource and affects the economic, social and cultural conditions of the people of Nusa Penida. In the past, before the 2000s, most of the people at the top spent part of their income to buy water which caused the social condition of the community to experience poverty, because during the dry season people would spend their time walking to the coastal area to collect water. Cultural reduction in the form of religion also occurs by building communal communities as the bearers of temples that have freshwater wells on the coast. Starting in 2014, the drinking water management system on Nusa Penida Island has made a shift in the social life of the people of Nusa Penida, namely increasing community welfare due to economic substitution and changes in social patterns due to easy access to drinking water and the emergence of new business activities from the existence of drinking water as evidenced by changes in community culture. Nusa Penida is a shift from an agrarian culture to an industrial culture (tourism). Changes in community cultural patterns due to the availability of drinking water, namely the shift in the pattern of community livelihoods from an agrarian basis to an industrial pattern (tourism).","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2983
None Ni Luh Putu Uttari Premananda, None Ni Komang Urip Krisna Dewi
Penelitian ini bertujuan untuk menilai nilai intrinsik perusahaan subsector tourism, restaurant, dan hotel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode Price to Book Value (PBV) dan Discounted Cash Flow (DCF). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yakni perusahaan yang memiliki laba dan ekuitas positif, sehingga terpilih 15 perusahaan dari populasi sebanyak 35 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2022, terdapat 4 saham yang termasuk dalam kategori undervalued (di bawah nilai wajar) menggunakan metode PBV, dan 8 saham dengan metode DCF. Saham yang tergolong undervalued direkomendasikan untuk dibeli. Di sisi lain, pada tahun 2015, terdapat 11 saham yang termasuk dalam kategori overvalued (di atas nilai wajar) menggunakan metode PBV, dan 7 saham dengan metode DCF. Saham-saham yang termasuk overvalued direkomendasikan untuk dijual. Dari analisis akurasi, terlihat bahwa metode DCF menghasilkan nilai instrinsik yang lebih akurat dibandingkan metode PBV, karena rata-rata nilai RMSE DCF lebih rendah daripada rata-rata RMSE PBV.
{"title":"VALUASI HARGA SAHAM PERUSAHAAN SUBSEKTOR TOURISM, RESTAURANT, DAN HOTEL (STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2022)","authors":"None Ni Luh Putu Uttari Premananda, None Ni Komang Urip Krisna Dewi","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2983","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2983","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menilai nilai intrinsik perusahaan subsector tourism, restaurant, dan hotel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode Price to Book Value (PBV) dan Discounted Cash Flow (DCF). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yakni perusahaan yang memiliki laba dan ekuitas positif, sehingga terpilih 15 perusahaan dari populasi sebanyak 35 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2022, terdapat 4 saham yang termasuk dalam kategori undervalued (di bawah nilai wajar) menggunakan metode PBV, dan 8 saham dengan metode DCF. Saham yang tergolong undervalued direkomendasikan untuk dibeli. Di sisi lain, pada tahun 2015, terdapat 11 saham yang termasuk dalam kategori overvalued (di atas nilai wajar) menggunakan metode PBV, dan 7 saham dengan metode DCF. Saham-saham yang termasuk overvalued direkomendasikan untuk dijual. Dari analisis akurasi, terlihat bahwa metode DCF menghasilkan nilai instrinsik yang lebih akurat dibandingkan metode PBV, karena rata-rata nilai RMSE DCF lebih rendah daripada rata-rata RMSE PBV.","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"82 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343512","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2729
Putu Guntur Pramana Putra, None Ni Wayan Mekarini, None Ida Ayu Anggreni Suryaningsih
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa keanekaragaman dan keunikan kekayaan alam yang meliputi daya tarik wisata alam yang berbasis pada potensi keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam yang ada di laut dan darat. Duda Timur merupakan salah satu desa yang memiliki beragam potensi alam yang dapat dikembangkan, yaitu pada daya tarik wisata alam wilayah daratan yang berupa perkebunan, perbukitan dan sungai, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh desa tersebut yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata berbasis alam. Teknik pengambilan data yang digunakan pada riset ini adalah observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Desa Duda Timur memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan, yaitu Air Terjun Jagasatru, Beji Dedari dan Bukit Putung.
{"title":"Optimalisasi Daya Tarik Wisata Alam sebagai Pendukung Pengembangan Desa Wisata Duda Timur, Karangasem, Bali","authors":"Putu Guntur Pramana Putra, None Ni Wayan Mekarini, None Ida Ayu Anggreni Suryaningsih","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2729","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2729","url":null,"abstract":"Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa keanekaragaman dan keunikan kekayaan alam yang meliputi daya tarik wisata alam yang berbasis pada potensi keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam yang ada di laut dan darat. Duda Timur merupakan salah satu desa yang memiliki beragam potensi alam yang dapat dikembangkan, yaitu pada daya tarik wisata alam wilayah daratan yang berupa perkebunan, perbukitan dan sungai, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki oleh desa tersebut yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata berbasis alam. Teknik pengambilan data yang digunakan pada riset ini adalah observasi, wawancara mendalam dan studi literatur. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Desa Duda Timur memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan, yaitu Air Terjun Jagasatru, Beji Dedari dan Bukit Putung.
","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-29DOI: 10.25078/pariwisata.v8i2.2841
None Ni Nyoman Arini, None I Made Bayu Wisnawa, None Putu Guntur Pramana Putra, None I Nengah Sandi Artha Putra
Penglipuran Village Festival merupakan festival budaya yang diselenggarakan sebagai bentuk komitmen masyarakat untuk tetap melestarikan tradisi dan budaya di Desa Penglipuran. Penelitian ini menganalisis event marketing process dalam penyelenggaraan Penglipuran Village Festival IX dan bagaimana Penglipuran Village Festival IX menjadi media promosi Desa Wisata Penglipuran pasca pandemi Covid–19. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis berdasarkan event marketing process dan bauran pemasaran 7P yaitu product, price, place, promotion, process, people, dan physical evidence. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan event Penglipuran Village Festival IX sesuai dengan event marketing process berdasarkan model Lynn Van Der Wagen (2006). 7P sebagai elemen bauran pemasaran juga sudah terpenuhi dalam Penglipuran Village Festival IX. Sasaran utama penyelenggaraan Penglipuran Village Festival IX adalah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkualitas. Hadirnya event Penglipuran Village Festival IX dengan berbagai pogram–program menarik dapat menjadi titik balik pemulihan pariwisata pasca pandemi Covid–19.
Kata Kunci: Proses Pemasaran Event, Festival Budaya, Penglipuran Village Festival
村庄的节日是一个文化节日,作为一种社会承诺的形式,以保持村庄的传统和文化。这项研究分析了韩国9 - 19大流行后,9 - 9个村庄被清算的市场进程,以及IX个村庄被清算的方式如何成为Covid大流行后的旅游推广媒体。本研究采用描述性质的分析。在这项研究中进行的数据收集技术有观察、采访和记录。数据是根据产品、价格、地点、促销、程序、人、物理证据对7P市场进程进行分析的。这项研究的结果表明,根据林恩·范·德·瓦根模型(Lynn Van Der Wagen, 2006),组织了9个村庄的人口贩卖活动。7 - p作为营销组合元素在IX村参与时也有所满足。IX村博览会的主要目标是外国游客和合格的努桑塔罗人。随着Covid大流行——19年后,旅游项目的发展可能成为旅游复苏的转折点。关键词:市场活动、文化活动、村庄参与
{"title":"PROMOSI DESA WISATA PENGLIPURAN PASCA PANDEMI COVID–19 MELALUI FESTIVAL BUDAYA STUDI KASUS: PENGLIPURAN VILLAGE FESTIVAL IX","authors":"None Ni Nyoman Arini, None I Made Bayu Wisnawa, None Putu Guntur Pramana Putra, None I Nengah Sandi Artha Putra","doi":"10.25078/pariwisata.v8i2.2841","DOIUrl":"https://doi.org/10.25078/pariwisata.v8i2.2841","url":null,"abstract":"Penglipuran Village Festival merupakan festival budaya yang diselenggarakan sebagai bentuk komitmen masyarakat untuk tetap melestarikan tradisi dan budaya di Desa Penglipuran. Penelitian ini menganalisis event marketing process dalam penyelenggaraan Penglipuran Village Festival IX dan bagaimana Penglipuran Village Festival IX menjadi media promosi Desa Wisata Penglipuran pasca pandemi Covid–19. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis berdasarkan event marketing process dan bauran pemasaran 7P yaitu product, price, place, promotion, process, people, dan physical evidence. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan event Penglipuran Village Festival IX sesuai dengan event marketing process berdasarkan model Lynn Van Der Wagen (2006). 7P sebagai elemen bauran pemasaran juga sudah terpenuhi dalam Penglipuran Village Festival IX. Sasaran utama penyelenggaraan Penglipuran Village Festival IX adalah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkualitas. Hadirnya event Penglipuran Village Festival IX dengan berbagai pogram–program menarik dapat menjadi titik balik pemulihan pariwisata pasca pandemi Covid–19.
 Kata Kunci: Proses Pemasaran Event, Festival Budaya, Penglipuran Village Festival","PeriodicalId":471602,"journal":{"name":"Pariwisata budaya","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135343519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}