Pub Date : 2023-06-03DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page33-43
Pieter Hendra Manuputty, Dominggus E. B. Saija, Nathalia Debby Makaruku
Rumah kopi merupakan salah satu bentuk dari ruang sosial yang saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk bertemu dan berinteraksi. Realitas yang terjadi di Kota Ambon saat ini ialah rumah kopi menjadi salah satu ruang sosial yang setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai mcam kalangan ataupun profesi seperti politisi, akademisi, aparatur birokrasi (PNS), wartawan, pengusaha, aktifis bahkan sampai dengan tukang ojek, dan supir. Kekehadiran masyarakat dari berbagai macam profesi ini selain untuk menikmati secangkir kopi namun juga didasari oleh tujuan dan kepentingan yang berbeda. Kehadiran mereka di rumah kopi juga sudah menjadi suatu kebiasaan atau rutinitas yang harus dilakukan setiap hari. Kebiasaan tersebut dapat terlihat dari tingginya frekwensi atau intensitas kunjungan ke rumah kopi dimana dalam satu hari bisa terjadi 1-3 kali kunjungan. Aktifitas dan dinamika interaksi yang terjadi di rumah kopi antar sesama pengunjung yang berasal dari berbagai macam profesi mengakibatkan munculnya berbagai macam isu atau masalah yang menjadi topik pembicaraan mereka (pengunjung). Kebiasaan mengunjungi rumah kopi dengan intensitas yang tinggi dan juga dinamika interaksi yang terjadi di rumah kopi secara tidak langsung mengakibatkan terbentuknya hubungan atau jaringan sosial yang baru antar sesama pengunjung rumah kopi yang berasal dari berbagai macam profesi. Terbentuknya jaringan sosial yang baru di rumah kopi didasari oleh tujuan atau kepentingan yang menjadi kebutuhan individu maupun kelompok yang adalah pengunjung rumah kopi.
Kata Kunci: Rumah Kopi (ruang Sosial), Interaksi, Jaringan Sosial
{"title":"DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL DI RUMAH KOPI KOTA AMBON","authors":"Pieter Hendra Manuputty, Dominggus E. B. Saija, Nathalia Debby Makaruku","doi":"10.30598/komunitasvol6issue1page33-43","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol6issue1page33-43","url":null,"abstract":"Rumah kopi merupakan salah satu bentuk dari ruang sosial yang saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk bertemu dan berinteraksi. Realitas yang terjadi di Kota Ambon saat ini ialah rumah kopi menjadi salah satu ruang sosial yang setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai mcam kalangan ataupun profesi seperti politisi, akademisi, aparatur birokrasi (PNS), wartawan, pengusaha, aktifis bahkan sampai dengan tukang ojek, dan supir. Kekehadiran masyarakat dari berbagai macam profesi ini selain untuk menikmati secangkir kopi namun juga didasari oleh tujuan dan kepentingan yang berbeda. Kehadiran mereka di rumah kopi juga sudah menjadi suatu kebiasaan atau rutinitas yang harus dilakukan setiap hari. Kebiasaan tersebut dapat terlihat dari tingginya frekwensi atau intensitas kunjungan ke rumah kopi dimana dalam satu hari bisa terjadi 1-3 kali kunjungan. Aktifitas dan dinamika interaksi yang terjadi di rumah kopi antar sesama pengunjung yang berasal dari berbagai macam profesi mengakibatkan munculnya berbagai macam isu atau masalah yang menjadi topik pembicaraan mereka (pengunjung). Kebiasaan mengunjungi rumah kopi dengan intensitas yang tinggi dan juga dinamika interaksi yang terjadi di rumah kopi secara tidak langsung mengakibatkan terbentuknya hubungan atau jaringan sosial yang baru antar sesama pengunjung rumah kopi yang berasal dari berbagai macam profesi. Terbentuknya jaringan sosial yang baru di rumah kopi didasari oleh tujuan atau kepentingan yang menjadi kebutuhan individu maupun kelompok yang adalah pengunjung rumah kopi.
 Kata Kunci: Rumah Kopi (ruang Sosial), Interaksi, Jaringan Sosial","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135911557","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-01DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page44-52
Dilyanti Salmanu, Junianita F Sopamena, Massie TF Tuhumury
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika Kota Ambon. Populasi penelitian ini adalah perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika yang berjumlah 34 orang. Sampel ditentukan secara sengaja sebanyak 10 pedagang perempuan buah lokal di Pasar Mardika. Pendekatan penelitian ini adalah studi kasus yang dipaparkan secara deskriptif kualitatif, yaitu sebuah pendekatan terhadap sesuatu perilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object penyelidikan yang hasil temuannya berupa uraian kalimat bermakna yang menjelaskan pemahaman mengenai peran perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika. Hasil penelitian menyimpukan bahwa, Adapun motivasi perempuan bekerja adalah untuk menambah penghasilan guna menutupi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi. Akan tetapi hal ini tampaknya bukan satu-satunya solusi tepat. Disatu sisi memang pendapatan rumah tangga meningkat, tetapi disisi lain kebutuhanpun semakin bertambah pula. Akibatnya perempuan harus melakukan beberapa strategi untuk mengelola keuangan rumah tangga, baik itu dengan cara mengendalikan tingkat pengeluaran rumah tangga, memanfaatkan pendapatan untuk menabung dan investasi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, atau jika terpaksa memanfaatkan jaringan social untuk menambal sulam kebutuhan rumahtangga.
Kata Kunci: peran, perempuan, pedagang buah lokal, studi kasus, pasar mardika
{"title":"PERAN PEREMPUAN PEDAGANG BUAH LOKAL DI PASAR MARDIKA KOTA AMBON","authors":"Dilyanti Salmanu, Junianita F Sopamena, Massie TF Tuhumury","doi":"10.30598/komunitasvol6issue1page44-52","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol6issue1page44-52","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika Kota Ambon. Populasi penelitian ini adalah perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika yang berjumlah 34 orang. Sampel ditentukan secara sengaja sebanyak 10 pedagang perempuan buah lokal di Pasar Mardika. Pendekatan penelitian ini adalah studi kasus yang dipaparkan secara deskriptif kualitatif, yaitu sebuah pendekatan terhadap sesuatu perilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object penyelidikan yang hasil temuannya berupa uraian kalimat bermakna yang menjelaskan pemahaman mengenai peran perempuan pedagang buah lokal di Pasar Mardika. Hasil penelitian menyimpukan bahwa, Adapun motivasi perempuan bekerja adalah untuk menambah penghasilan guna menutupi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi. Akan tetapi hal ini tampaknya bukan satu-satunya solusi tepat. Disatu sisi memang pendapatan rumah tangga meningkat, tetapi disisi lain kebutuhanpun semakin bertambah pula. Akibatnya perempuan harus melakukan beberapa strategi untuk mengelola keuangan rumah tangga, baik itu dengan cara mengendalikan tingkat pengeluaran rumah tangga, memanfaatkan pendapatan untuk menabung dan investasi untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang, atau jika terpaksa memanfaatkan jaringan social untuk menambal sulam kebutuhan rumahtangga.
 Kata Kunci: peran, perempuan, pedagang buah lokal, studi kasus, pasar mardika","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135144976","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-01DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page17-32
Rani Rahmawati, August E Pattiselanno, Noviar Flasiana Wenno
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi nafkah rumahtangga petani yang berhubungan dengan modal rumahtangga. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan bagaimana sektor pertanian dan non pertanian dapat mempengaruhi strategi nafkah dan pendapatan rumahtangga di Desa Waimusi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mengunakan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa modal rumahtangga yang dimanfaatkan petani di Desa Waimusi sangat mempengaruhi aktivitas rumahtangga petani di desa tersebut. Berdasarkan tiga bentuk aspek strategi nafkah petani di Desa Waimusi menggunakan sektor on-farm, off-farm dan non-farm sebagai sumber nafkahnya. Jumlah sumbangan terhadap usaha pertanian padi sawah relatif lebih rendah dibandingkan sektor pertanian lain ataupun jasa lainnya.
Kata Kunci: strategi nafkah, rumahtangga, petani, padi sawah, sektor pertanian
{"title":"STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI DI DESA WAIMUSI KECAMATAN SERAM UTARA TIMUR KOBI KABUPATEN MALUKU TENGAH","authors":"Rani Rahmawati, August E Pattiselanno, Noviar Flasiana Wenno","doi":"10.30598/komunitasvol6issue1page17-32","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol6issue1page17-32","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi nafkah rumahtangga petani yang berhubungan dengan modal rumahtangga. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan bagaimana sektor pertanian dan non pertanian dapat mempengaruhi strategi nafkah dan pendapatan rumahtangga di Desa Waimusi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mengunakan metode wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa modal rumahtangga yang dimanfaatkan petani di Desa Waimusi sangat mempengaruhi aktivitas rumahtangga petani di desa tersebut. Berdasarkan tiga bentuk aspek strategi nafkah petani di Desa Waimusi menggunakan sektor on-farm, off-farm dan non-farm sebagai sumber nafkahnya. Jumlah sumbangan terhadap usaha pertanian padi sawah relatif lebih rendah dibandingkan sektor pertanian lain ataupun jasa lainnya.
 
 Kata Kunci: strategi nafkah, rumahtangga, petani, padi sawah, sektor pertanian","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135145126","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-01DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page53-61
Fransina Matakena, Jouverd Fendli Frans, Clementina O Rumlus
Interaksi yang baik dalam kehidupan masyarakat diperlukan untuk membangun hubungan dengan sesama dalam bingkai kehidupan manusia, yang saling menghargai dan mendukung dalam budaya yang berbeda. Masyarakat Buru dengan sapaan Geba yang selalu dilakukan oleh masyarakat ini pada saat berpapasan dengan sesama mereka. Sapaan Geba mengandung arti salam atau ucapan yang memberi makna yang berarti bagi masyarakat Buru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan menyangkut asumsi dan juga tindakan daam melakukan suatu kejadian, temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Geba adalah satu budaya yang dilakukan oleh orang Buru sejak dulu kala hingga saat ini dengan sapaan Geba maka orang megetahui bahwa ada ikatan serta hubungan yang baik dengan sesama masyarakat Buru dalam membangun kehidupan yang baik, Geba merupakan salam dan hormat bagi sesama masyarakat Buru dan kembali dibalas dengan Gam-do yang memiliki arti bagaimana, sehingga percakapan akan dilanjutkan setelah sapaan itu dilakukan.
Kata kunci : kebudayaan, sapaan Geba, kekerabatan
{"title":"GEBA DALAM KEHIDUPAN ORANG BURU","authors":"Fransina Matakena, Jouverd Fendli Frans, Clementina O Rumlus","doi":"10.30598/komunitasvol6issue1page53-61","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol6issue1page53-61","url":null,"abstract":"Interaksi yang baik dalam kehidupan masyarakat diperlukan untuk membangun hubungan dengan sesama dalam bingkai kehidupan manusia, yang saling menghargai dan mendukung dalam budaya yang berbeda. Masyarakat Buru dengan sapaan Geba yang selalu dilakukan oleh masyarakat ini pada saat berpapasan dengan sesama mereka. Sapaan Geba mengandung arti salam atau ucapan yang memberi makna yang berarti bagi masyarakat Buru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan menyangkut asumsi dan juga tindakan daam melakukan suatu kejadian, temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Geba adalah satu budaya yang dilakukan oleh orang Buru sejak dulu kala hingga saat ini dengan sapaan Geba maka orang megetahui bahwa ada ikatan serta hubungan yang baik dengan sesama masyarakat Buru dalam membangun kehidupan yang baik, Geba merupakan salam dan hormat bagi sesama masyarakat Buru dan kembali dibalas dengan Gam-do yang memiliki arti bagaimana, sehingga percakapan akan dilanjutkan setelah sapaan itu dilakukan.
 
 Kata kunci : kebudayaan, sapaan Geba, kekerabatan","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135144977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-01DOI: 10.30598/komunitasvol6issue1page1-16
Christwyn R. Alfons, Hermien L. Soselisa
Peranan institusi atau kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam di Pulau Seram terlihat pada praktik-praktik implementasi kebijakan. Institusi dimaksud baik adat, nasional (pemerintah) dan agama. Situasi demikian memperlihatkan bentuk tanggungjawab lembaga-lembaga sosial terhadap eksistensi sumber daya alam berkelanjutan bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat di wilayah tersebut. Metode yang dilakukan masing-masing institusi sesuai aturan dan/atau ritual khusus, dimana terlihat secara langsung melalui mekanisme dan penempatan tanda-tanda larangan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam sekitar. Fokus perhatian pada pola hubungan institusi terhadap pengelolaan sumber daya alam pada masyarakat adat Desa Laturake Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan fokus ini, penelitian bertujuan menemukan praktik-praktik kebijakan pengelolaan sumber daya alam di Taniwel, baik yang masih dilakukan, maupun yang pernah ada. Metode pengumpulan data yang dipergunakan mencakup observasi dan wawancara.
该机构在管理退缩岛上的自然资源方面的作用在政策实施实践中是显而易见的。机构既是传统的,也是民族的,也是宗教的。这种情况表明,社会机构对该地区土著人民生存的可持续自然资源的存在负有某种责任。各机构根据特定规则和/或仪式所采用的方法,在管理自然资源时直接通过设置禁令标志来表现。该机构将注意力集中在拉图拉克村(Laturake village segency seanda se那)的自然资源管理与自然资源管理之间的关系模式上。有了这一重点,研究的目标是在仍在进行和曾经存在的坦尼维尔找到管理自然资源的政策实践。数据收集方法包括观察和采访。
{"title":"PERAN INSTITUSI LOKAL DAN NASIONAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI NEGERI LATURAKE, PULAU SERAM - MALUKU","authors":"Christwyn R. Alfons, Hermien L. Soselisa","doi":"10.30598/komunitasvol6issue1page1-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol6issue1page1-16","url":null,"abstract":"Peranan institusi atau kelembagaan dalam pengelolaan sumber daya alam di Pulau Seram terlihat pada praktik-praktik implementasi kebijakan. Institusi dimaksud baik adat, nasional (pemerintah) dan agama. Situasi demikian memperlihatkan bentuk tanggungjawab lembaga-lembaga sosial terhadap eksistensi sumber daya alam berkelanjutan bagi keberlangsungan hidup masyarakat adat di wilayah tersebut. Metode yang dilakukan masing-masing institusi sesuai aturan dan/atau ritual khusus, dimana terlihat secara langsung melalui mekanisme dan penempatan tanda-tanda larangan dalam rangka pengelolaan sumber daya alam sekitar. Fokus perhatian pada pola hubungan institusi terhadap pengelolaan sumber daya alam pada masyarakat adat Desa Laturake Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Dengan fokus ini, penelitian bertujuan menemukan praktik-praktik kebijakan pengelolaan sumber daya alam di Taniwel, baik yang masih dilakukan, maupun yang pernah ada. Metode pengumpulan data yang dipergunakan mencakup observasi dan wawancara.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135145125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-28DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page128-136
Kiki Rahayu, Tonny D. Pariela, Pieter H. Manuputty
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk Mengetahui, Memahami, dan menjelaskan aspek-aspek kepemimpinan dari lembaga-lembaga sosial dan dampak kepemimpinan terhadap stabilitas relasi-relasi sosial antar lembaga atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, latar belakang terjadinya konflik adalah tidak adanya transparansi dan interaksi sosial antara pemimpin dengan lembaga-lembaga (masing-masing simpul lembaga mempunyai pengikutnya masing-masing) yang ada di dalam negeri sehingga terjadinya pengelompokkan di dalam negeri. Kedua, kepemimpinan dan relasi sosial sangat erat kaitannya untuk menyangga dan menjaga stabilitas di dalam negeri.
{"title":"KEPEMIMPINAN DAN STABILITAS RELASI-RELASI SOSIAL DI NEGERI LAHA KECAMATAN TELUK AMBON KOTA AMBON","authors":"Kiki Rahayu, Tonny D. Pariela, Pieter H. Manuputty","doi":"10.30598/komunitasvol5issue2page128-136","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol5issue2page128-136","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk Mengetahui, Memahami, dan menjelaskan aspek-aspek kepemimpinan dari lembaga-lembaga sosial dan dampak kepemimpinan terhadap stabilitas relasi-relasi sosial antar lembaga atau kelompok-kelompok dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertama, latar belakang terjadinya konflik adalah tidak adanya transparansi dan interaksi sosial antara pemimpin dengan lembaga-lembaga (masing-masing simpul lembaga mempunyai pengikutnya masing-masing) yang ada di dalam negeri sehingga terjadinya pengelompokkan di dalam negeri. Kedua, kepemimpinan dan relasi sosial sangat erat kaitannya untuk menyangga dan menjaga stabilitas di dalam negeri.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135744225","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-28DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page118-127
Maria M. Efruan, Tonny D. Pariela, Tontji Soumokil
Integrasi dalam realitas ini merupakan proses berintegrasinya lembaga- lembaga sosial yang berbeda, yaitu lembaga pemerintah atau Raja, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga adat dalam komunitas kemudian menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa integrasi antar kelima lembaga sosial yang ada di Negeri Hutumuri berbentuk tipe integrasi interaksionis, integrasi normatif dan integrasi fungsional. Proses integrasi antar kelima lembaga sosial terjadi karena adanya interaksi timbal-balik yang serasi, dilihat dari hubungan kerjasama yang selalu terjadi antara kelima lembaga ini lewat program-program maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Salah satu hal mendasar yang membuat relasi antara lembaga sosial berjalan dengan baik adalah dengan cara mentransformasi pengetahuan tentang keberadaan sejarah negeri dan berbagai bentuk struktur sosial dan realitas dinamika masyarakat yang berkembang didalamnya. Transformasi pengetahuan akan sejarah negeri secara baik kepada masyarakat akan memberikan gambaran yang utuh dan kompleks kepada masyarakat agar dapat memahami konteks sosial yang ada di Negeri Hutumuri, sehingga ketika melangkah dalam mengambil keputusan di dalam sebuah lembaga yang melibatkan masyarakat banyak, tidak mengambil keputusan yang salah. Kelima lembaga sosial juga memiliki ikatan sosial yang kuat dalam artian setiap lembaga sosial memiliki sikap keterbukaan dalam bekerjasama dan kebersamaan serta rasa solidaritas kelima lembaga sosial untuk bersama membangun Negeri Hutumuri.
{"title":"INTEGRASI ANTAR LEMBAGA SOSIAL DI NEGERI HUTUMURI KECAMATAN LEITIMUR SELATAN KOTA AMBON","authors":"Maria M. Efruan, Tonny D. Pariela, Tontji Soumokil","doi":"10.30598/komunitasvol5issue2page118-127","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol5issue2page118-127","url":null,"abstract":"Integrasi dalam realitas ini merupakan proses berintegrasinya lembaga- lembaga sosial yang berbeda, yaitu lembaga pemerintah atau Raja, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga adat dalam komunitas kemudian menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa integrasi antar kelima lembaga sosial yang ada di Negeri Hutumuri berbentuk tipe integrasi interaksionis, integrasi normatif dan integrasi fungsional. Proses integrasi antar kelima lembaga sosial terjadi karena adanya interaksi timbal-balik yang serasi, dilihat dari hubungan kerjasama yang selalu terjadi antara kelima lembaga ini lewat program-program maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Salah satu hal mendasar yang membuat relasi antara lembaga sosial berjalan dengan baik adalah dengan cara mentransformasi pengetahuan tentang keberadaan sejarah negeri dan berbagai bentuk struktur sosial dan realitas dinamika masyarakat yang berkembang didalamnya. Transformasi pengetahuan akan sejarah negeri secara baik kepada masyarakat akan memberikan gambaran yang utuh dan kompleks kepada masyarakat agar dapat memahami konteks sosial yang ada di Negeri Hutumuri, sehingga ketika melangkah dalam mengambil keputusan di dalam sebuah lembaga yang melibatkan masyarakat banyak, tidak mengambil keputusan yang salah. Kelima lembaga sosial juga memiliki ikatan sosial yang kuat dalam artian setiap lembaga sosial memiliki sikap keterbukaan dalam bekerjasama dan kebersamaan serta rasa solidaritas kelima lembaga sosial untuk bersama membangun Negeri Hutumuri.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"192 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135744226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-28DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page137-142
Christwyn R. Alfons, Jouverd F. Frans
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap realitas kehidupan kaum perempuan di masa pandemik Covid-19. Sebagaimana diketahui seluruh dunia diperhadapkan dengan situasi yang mengancam eksistensi kehidupan manusia secara khusus di Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Kaum perempuan di wilayah desa transmigrasi yang penduduk umumnya etnis Jawa ini letaknya jauh dari akses Ibu Kota provinsi berupaya untuk mendapatkan berbagai informasi pencegahan, penanggulangan serta pengelolaan kehidupan keluarga melalui media-media informasi. Sebagai wilayah sentra ekonomi, kaum perempuan menunjukkan eksistensi mereka mempertahankan keberlanjutan kehidupan keluarga di tengah berbagai regulasi pembatasan sosial yang ditetapkan pemerintah terhadap realitas sosial budaya dan ekonomi. Berbagai respons yang dilakukan merupakan inisiatif kaum perempuan lewat peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang relatif tidak dilakukan sebelum masa pandemik sesungguhnya menunjukkan eksistensi mempertahankan keberadaan keluarga menghadapi bencana sosial. Metode penelitian yang digunakan dalam menelusuri realitas objektif perempuan di 2 (dua) lokasi ini menggunakan pendekatan kualitatif.
{"title":"KAUM PEREMPUAN DESA WAIMITAL KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT DI MASA PANDEMIK COVID-19","authors":"Christwyn R. Alfons, Jouverd F. Frans","doi":"10.30598/komunitasvol5issue2page137-142","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol5issue2page137-142","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap realitas kehidupan kaum perempuan di masa pandemik Covid-19. Sebagaimana diketahui seluruh dunia diperhadapkan dengan situasi yang mengancam eksistensi kehidupan manusia secara khusus di Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Kaum perempuan di wilayah desa transmigrasi yang penduduk umumnya etnis Jawa ini letaknya jauh dari akses Ibu Kota provinsi berupaya untuk mendapatkan berbagai informasi pencegahan, penanggulangan serta pengelolaan kehidupan keluarga melalui media-media informasi. Sebagai wilayah sentra ekonomi, kaum perempuan menunjukkan eksistensi mereka mempertahankan keberlanjutan kehidupan keluarga di tengah berbagai regulasi pembatasan sosial yang ditetapkan pemerintah terhadap realitas sosial budaya dan ekonomi. Berbagai respons yang dilakukan merupakan inisiatif kaum perempuan lewat peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang relatif tidak dilakukan sebelum masa pandemik sesungguhnya menunjukkan eksistensi mempertahankan keberadaan keluarga menghadapi bencana sosial. Metode penelitian yang digunakan dalam menelusuri realitas objektif perempuan di 2 (dua) lokasi ini menggunakan pendekatan kualitatif.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135744227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-27DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page98-117
Dominggus E. B. Saija, Chrisna E. Ahiyate
Kemajemukan suatu masyarakat merupakan kelaziman yang seringkali dijumpai, dimana perbedaan-perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan bukanlah suatu hal yang baru. Kemajemukan tersebut juga dilandasi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga mereka dapat tetap hidup berdampingan dan saling menghormati serta tolong-menolong antara satu dengan yang lain. Realitas objektif tersebut sebagaimana yang juga tampak pada masyarakat Seakasale dan Sukaraja. Masyarakat Seakasale dan Sukaraja merupakan dua kelompok masyarakat yang hidup berdampingan sejak dahulu. Kedua kelompok masyarakat ini, baik Seakasale maupun Sukaraja memliki tradisi hidup yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Tradisi saling menghormati, saling menghargai dan saling tolong menolong telah dilakukan oleh para leluhur mereka sejak dahulu dan hingga sekarang masih terus dilestarikan. Walaupun kedua kelompok masyarakat ini berbeda dalam keyakinan, yakni masyarakat Seakasale mayoritas merupakan pemeluk agama Kristen Protestan sedangkan masyarakat Sukaraja mayoritas merupakan pemeluk agama Islam tetapi tidak menjadi penghalang untuk mereka menjalin kehidupan yang harmonis. Tradisi saling tolong menolong, saling menghormati, dan menghargai serta kunjung mengunjungi bahkan hubungan kawin mawin telah menjadi landasan yang kokoh untuk termanifestasinya solidaritas sosial antara kedua kelompok masyarakat tersebut. Solidaritas sosial yang begitu kuat telah mampu menghindari dan bahkan mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan bersama sebagai dua negeri bertetangga serta harmonis dalam persaudaraan yang rukun.
{"title":"SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT NEGERI SEAKASALE DAN SUKARAJA DI KECAMATAN TANIWEL TIMUR KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT","authors":"Dominggus E. B. Saija, Chrisna E. Ahiyate","doi":"10.30598/komunitasvol5issue2page98-117","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol5issue2page98-117","url":null,"abstract":"Kemajemukan suatu masyarakat merupakan kelaziman yang seringkali dijumpai, dimana perbedaan-perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan bukanlah suatu hal yang baru. Kemajemukan tersebut juga dilandasi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga mereka dapat tetap hidup berdampingan dan saling menghormati serta tolong-menolong antara satu dengan yang lain. Realitas objektif tersebut sebagaimana yang juga tampak pada masyarakat Seakasale dan Sukaraja. Masyarakat Seakasale dan Sukaraja merupakan dua kelompok masyarakat yang hidup berdampingan sejak dahulu. Kedua kelompok masyarakat ini, baik Seakasale maupun Sukaraja memliki tradisi hidup yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Tradisi saling menghormati, saling menghargai dan saling tolong menolong telah dilakukan oleh para leluhur mereka sejak dahulu dan hingga sekarang masih terus dilestarikan. Walaupun kedua kelompok masyarakat ini berbeda dalam keyakinan, yakni masyarakat Seakasale mayoritas merupakan pemeluk agama Kristen Protestan sedangkan masyarakat Sukaraja mayoritas merupakan pemeluk agama Islam tetapi tidak menjadi penghalang untuk mereka menjalin kehidupan yang harmonis. Tradisi saling tolong menolong, saling menghormati, dan menghargai serta kunjung mengunjungi bahkan hubungan kawin mawin telah menjadi landasan yang kokoh untuk termanifestasinya solidaritas sosial antara kedua kelompok masyarakat tersebut. Solidaritas sosial yang begitu kuat telah mampu menghindari dan bahkan mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan bersama sebagai dua negeri bertetangga serta harmonis dalam persaudaraan yang rukun.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135838888","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-27DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page80-97
Elsina Titaley, Syane Matatula
Masyarakat Negeri Samasuru sebagai masyarakat adat di Maluku yang menempati wilayah selatan Pulau Seram, di dalamnya terdapat banyak nilai budaya yang dipraktekkan termasuk nilai budaya masohi. Juga, nama Samasuru digunakan sebagai nama lambang adat beberapa negeri adat di Pulau Saparua, Pulau Haruku, pulau Nusalaut dan Pulau Ambon. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif diketahui bahwa terdapat hubungan sosial berdasarkan sejarah dari negeri-negeri yang menggunakan nama Samasuru. Pelaksanaan budaya masohi oleh masyarakat Negeri Samasuru sangat bermanfaat bagi kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang, dimana solidaritas sosial dalam masyarakat terus terbina bahkan mengalami peningkatan secara berkualitas. Saat ini pelaksanaan budaya masohi mengalami kelesuan oleh karena warga masyarakat telah memiliki fasilitas untuk menyelesaikan masalah pribadi, juga terbentuknya kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang berkonflik sampai pada konflik fisik atas pengeruh pemerintah sebagai akibat sengketa batas wilayah kabupaten antara Kabupaten Maluku Tengah dengan Kabupaten Seram Bagian Barat.
Kata Kunci: Budaya, masohi, Samasuru, solidaritas sosial, konflik.
The Samasuru village community is an indigenous community in Maluku which occupies the southern region of Seram Island, in which many cultural values that are practised including masohi cultural values. Also, the name Samasuru is used as the name of the traditional symbol of several indigenous villages on Saparua Island, Haruku Island, Nusalaut Island and Ambon Island. Through descriptive qualitative research methods, it is known that there are social relations based on the history of countries that use the name Samasuru. The implementation of masohi culture by the people of Samasuru village is very beneficial for both short and long-term interests, where social solidarity in society continues to be fostered and even increases in quality. At present, the implementation of masohi culture is experiencing sluggishness because members of the community already have the facilities to resolve personal problems, as well as the formation of groups within the community that are in conflict to the point of physical conflict over the influence of the government as a result of a district boundary dispute between Central Maluku Regency and Seram Regency.
Keywords: Culture, masohi, Samasuru, social solidarity, conflict.
萨马苏鲁人是马鲁库人的原住民,他们占领了萨鲁岛的南部,在那里他们发现了许多实践文化价值,包括受虐文化。此外,Samasuru这个名字被用作萨帕鲁岛、哈库岛、乌萨帕鲁岛和安本岛几个土著国家的部落符号。通过描述性质的定性研究方法,我们知道在使用萨满鲁这个名字的国家存在着一种基于历史的社会关系。萨马苏鲁国民党对受虐文化的实施,不仅有利于短期,也有利于长期,在这些文化中,社会团结继续得到建立,甚至实现了高质量的增长。目前,受虐文化的存在正受到公民能够解决个人问题的设施的影响,社会内部也出现了一些团体与政府驱逐的实际冲突,这是马鲁库区和西马鲁库区之间的区域边界争端的结果。& # x0D;关键词:文化,受虐狂,Samasuru,社会团结,冲突。Samasuru village社区是一个极其肮脏的社区,在恐怖岛的南方地区,存在着许多传统价值,这些文化价值包括文化受虐。还有,Samasuru的名字被用作Saparua Island, Haruku Island, usasea Island and Ambon Island的传统符号。通过对有资格研究方法的描述,我知道在使用萨马苏鲁这个名字的国家的历史上有社会关系。Samasuru村的人实施的受虐文化既短小又长久的利益,社会的团结不断加强,甚至增加质量。At介绍,the implementation of masohi文化是experiencing sluggishness因为members of the社区已经有个人能解决的facilities problems, as well as集团在埃及编队》《冲突》社区那是point of体格,美国政府间的冲突结束影响》a的论点之间边界dispute区中央摄政马鲁古和可怕的丽晶。& # x0D;& # x0D;次要词:文化、受虐、Samasuru、社会团结、冲突。
{"title":"BUDAYA MASOHI MASYARAKAT ADAT NEGERI SAMASURU - MALUKU","authors":"Elsina Titaley, Syane Matatula","doi":"10.30598/komunitasvol5issue2page80-97","DOIUrl":"https://doi.org/10.30598/komunitasvol5issue2page80-97","url":null,"abstract":"Masyarakat Negeri Samasuru sebagai masyarakat adat di Maluku yang menempati wilayah selatan Pulau Seram, di dalamnya terdapat banyak nilai budaya yang dipraktekkan termasuk nilai budaya masohi. Juga, nama Samasuru digunakan sebagai nama lambang adat beberapa negeri adat di Pulau Saparua, Pulau Haruku, pulau Nusalaut dan Pulau Ambon. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif diketahui bahwa terdapat hubungan sosial berdasarkan sejarah dari negeri-negeri yang menggunakan nama Samasuru. Pelaksanaan budaya masohi oleh masyarakat Negeri Samasuru sangat bermanfaat bagi kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang, dimana solidaritas sosial dalam masyarakat terus terbina bahkan mengalami peningkatan secara berkualitas. Saat ini pelaksanaan budaya masohi mengalami kelesuan oleh karena warga masyarakat telah memiliki fasilitas untuk menyelesaikan masalah pribadi, juga terbentuknya kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang berkonflik sampai pada konflik fisik atas pengeruh pemerintah sebagai akibat sengketa batas wilayah kabupaten antara Kabupaten Maluku Tengah dengan Kabupaten Seram Bagian Barat.
 
 Kata Kunci: Budaya, masohi, Samasuru, solidaritas sosial, konflik.
 The Samasuru village community is an indigenous community in Maluku which occupies the southern region of Seram Island, in which many cultural values that are practised including masohi cultural values. Also, the name Samasuru is used as the name of the traditional symbol of several indigenous villages on Saparua Island, Haruku Island, Nusalaut Island and Ambon Island. Through descriptive qualitative research methods, it is known that there are social relations based on the history of countries that use the name Samasuru. The implementation of masohi culture by the people of Samasuru village is very beneficial for both short and long-term interests, where social solidarity in society continues to be fostered and even increases in quality. At present, the implementation of masohi culture is experiencing sluggishness because members of the community already have the facilities to resolve personal problems, as well as the formation of groups within the community that are in conflict to the point of physical conflict over the influence of the government as a result of a district boundary dispute between Central Maluku Regency and Seram Regency.
 
 Keywords: Culture, masohi, Samasuru, social solidarity, conflict.","PeriodicalId":500789,"journal":{"name":"Komunitas: Jurnal Sosiologi","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135838887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}