Pub Date : 2024-01-31DOI: 10.9744/scriptura.13.2.108-119
Marlien Lande, Tuti Bahfiarti, M. Farid
Klien pemasyarakatan merupakan narapidana yang menjalani sisa masa pidananya di luar Lembaga Pemasyarakatan. Klien pemasyarakatan selama menjalani sisa masa pidana diawasi dan dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas). Pengawasan dan pembimbingan dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan (PK Bapas) untuk memastikan klien dapat kembali ke masyarakat (reintegrasi) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Klien yang dibimbing tidak hanya dengan latar belakang budaya yang sama melainkan juga yang berbeda. Faktor bahasa yang digunakan PK dan klien saat berkomunikasi merupakan satu hal yang juga perlu diperhatikan dari pelaksanaan bimbingan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola akomodasi komunikasi antara pembimbing kemasyarakatan dan klien pemasyarakatan beda budaya di Balai Pemasyarakatan Kelas I Manokwari guna percepatan reintegrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan pengamatan non-partisipan serta studi dokumentasi/kepustakaan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembimbing kemasyarakatan dan klien melakukan akomodasi komunikasi pada saat berinteraksi agar informasi yang diterima jelas serta memperoleh hasil yang efektif untuk klien dapat kembali ke masyarakat.
{"title":"Pola Akomodasi Komunikasi antara Pembimbing dan Klien Beda Budaya di Balai Pemasyarakatan Kelas I Manokwari Guna Percepatan Reintegrasi","authors":"Marlien Lande, Tuti Bahfiarti, M. Farid","doi":"10.9744/scriptura.13.2.108-119","DOIUrl":"https://doi.org/10.9744/scriptura.13.2.108-119","url":null,"abstract":"Klien pemasyarakatan merupakan narapidana yang menjalani sisa masa pidananya di luar Lembaga Pemasyarakatan. Klien pemasyarakatan selama menjalani sisa masa pidana diawasi dan dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan (Bapas). Pengawasan dan pembimbingan dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan (PK Bapas) untuk memastikan klien dapat kembali ke masyarakat (reintegrasi) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Klien yang dibimbing tidak hanya dengan latar belakang budaya yang sama melainkan juga yang berbeda. Faktor bahasa yang digunakan PK dan klien saat berkomunikasi merupakan satu hal yang juga perlu diperhatikan dari pelaksanaan bimbingan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola akomodasi komunikasi antara pembimbing kemasyarakatan dan klien pemasyarakatan beda budaya di Balai Pemasyarakatan Kelas I Manokwari guna percepatan reintegrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan pengamatan non-partisipan serta studi dokumentasi/kepustakaan untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembimbing kemasyarakatan dan klien melakukan akomodasi komunikasi pada saat berinteraksi agar informasi yang diterima jelas serta memperoleh hasil yang efektif untuk klien dapat kembali ke masyarakat.","PeriodicalId":518036,"journal":{"name":"Scriptura","volume":"88 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140529224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-01-31DOI: 10.9744/scriptura.13.2.129-141
Gavrilla Syahriani Putri, M. Pratiwi
One of the effects of Broken Home children is the difficulty in accepting their condition, which causes their Self-Acceptance. Children who find it challenging to build Self-Acceptance will affect their self-concept, so they continue to think negatively. This research focuses on analyzing the content of digital media Instagram that is present as a communication tool to provide educational information for generation Z related to specific problems, especially about Self-Acceptance. The presence of social media in the digital era can now be used as a means of long-distance communication and help educate its users. The social media that is popular among Generation Z is Instagram. The object of this research is the Instagram account @Behome.id. The data is obtained from content from the @Behome.id account, which has information about Self-Acceptance. This research uses a qualitative content analysis method with the theory of self-acceptance and new media. This research concludes that Behome.id provides tips such as a friend who embraces another friend by using a casual style of language, mapping broken home children tend to have low self-acceptance due to lack of self-disclosure to others, giving many tips to broken home children to be more can get their emotions out in order to express themselves.
破碎家庭 "儿童的影响之一是难以接受自己的状况,这导致了他们的 "自我接纳"(Self-Acceptance)。儿童如果在建立自我接纳方面遇到困难,就会影响他们的自我概念,从而继续产生消极的想法。本研究主要分析数字媒体 Instagram 的内容,Instagram 作为一种交流工具,为 Z 世代提供与特定问题相关的教育信息,尤其是关于自我接纳的信息。数字时代的社交媒体现在可以作为一种远距离交流的手段,帮助教育其用户。最受 Z 世代欢迎的社交媒体是 Instagram。本研究的对象是 Instagram 账户 @Behome.id。数据来自 @Behome.id 账户的内容,其中有关于自我接纳的信息。本研究采用定性内容分析法,以自我接纳和新媒体为理论基础。本研究的结论是,Behome.id 提供了一些提示,如一个朋友用随意的语言风格拥抱另一个朋友,映射出破碎家庭的孩子由于缺乏对他人的自我披露,往往自我接纳度较低,给破碎家庭的孩子提供了许多提示,让他们更能发泄情绪以表达自己。
{"title":"Instagram as A Digital Media to Build Self-Acceptance","authors":"Gavrilla Syahriani Putri, M. Pratiwi","doi":"10.9744/scriptura.13.2.129-141","DOIUrl":"https://doi.org/10.9744/scriptura.13.2.129-141","url":null,"abstract":"One of the effects of Broken Home children is the difficulty in accepting their condition, which causes their Self-Acceptance. Children who find it challenging to build Self-Acceptance will affect their self-concept, so they continue to think negatively. This research focuses on analyzing the content of digital media Instagram that is present as a communication tool to provide educational information for generation Z related to specific problems, especially about Self-Acceptance. The presence of social media in the digital era can now be used as a means of long-distance communication and help educate its users. The social media that is popular among Generation Z is Instagram. The object of this research is the Instagram account @Behome.id. The data is obtained from content from the @Behome.id account, which has information about Self-Acceptance. This research uses a qualitative content analysis method with the theory of self-acceptance and new media. This research concludes that Behome.id provides tips such as a friend who embraces another friend by using a casual style of language, mapping broken home children tend to have low self-acceptance due to lack of self-disclosure to others, giving many tips to broken home children to be more can get their emotions out in order to express themselves.","PeriodicalId":518036,"journal":{"name":"Scriptura","volume":"376 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140529209","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}