Aswin Hendry Atmoko, Bagus Aradea, Annisa Nanda Oktavia, Kata Kunci, Anatomi Dendogram, Kayu Putih, Klon Morfologi
Tanaman kayu putih merupakan tanaman hutan asli Indonesia yang dimanfaatkan untuk produksi minyak atsiri. Keragaman genetik tanaman kayu putih yang tersebar di zona persebaran alami cukup beragam. Diperlukan adanya studi dan penelitian untuk mempelajari hubungan kekerabatan antar tanaman kayu putih dan keragaman genetik plasma nutfah tanaman kayu putih. Studi kekerabatan dan juga keragaman genetik plasma nutfah didasarkan pada kemiripan karakter fenetik (kuantitatif dan kualitatif) morfologi dan anatomi daun. Terdapat 36 klon unggul tanaman kayu putih yang dilakukan pengamatan morfologi dan anatomi daun untuk menentukan dendogram. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deksriptif dan juga penelitian eksperimental yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan faktor yaitu macam klon yang terdiri atas 36 taraf (macam klon) dan dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANOVA dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan’s. Dendogram dibuat menggunakan aplikasi MVSP versi 3.22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik yang luas pada 36 klon unggul tanaman kayu putih. Pada dendogram terbentuk 4 klaster dengan 8 klon yang menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi berdasarkan nilai disimilaritas sebesar 0,0. klon 14 dan 36 merupakan klon dengan rerata jumlah kelenjar minyak tertinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dipahami bahwa keragaman genetik pada 36 klon unggul tanaman kayu putih cukup tinggi, hal tersebut mendukung upaya pemuliaan tanaman karena database yang diperoleh memberikan informasi klon yang dapat digunakan sebagai indukan untuk meningkatkan kemampuan produksi minyak kayu putih karena memiliki potensi produksi minyak yang tinggi.
{"title":"Analisis Keragaman Genetik Plasma Nutfah Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi) Berdasarkan Karakter Morfologi dan Anatomi Daun serta Oil Glands","authors":"Aswin Hendry Atmoko, Bagus Aradea, Annisa Nanda Oktavia, Kata Kunci, Anatomi Dendogram, Kayu Putih, Klon Morfologi","doi":"10.47687/jt.v14i2.699","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.699","url":null,"abstract":"Tanaman kayu putih merupakan tanaman hutan asli Indonesia yang dimanfaatkan untuk produksi minyak atsiri. Keragaman genetik tanaman kayu putih yang tersebar di zona persebaran alami cukup beragam. Diperlukan adanya studi dan penelitian untuk mempelajari hubungan kekerabatan antar tanaman kayu putih dan keragaman genetik plasma nutfah tanaman kayu putih. Studi kekerabatan dan juga keragaman genetik plasma nutfah didasarkan pada kemiripan karakter fenetik (kuantitatif dan kualitatif) morfologi dan anatomi daun. Terdapat 36 klon unggul tanaman kayu putih yang dilakukan pengamatan morfologi dan anatomi daun untuk menentukan dendogram. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deksriptif dan juga penelitian eksperimental yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan faktor yaitu macam klon yang terdiri atas 36 taraf (macam klon) dan dilakukan analisis sidik ragam menggunakan ANOVA dan dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan’s. Dendogram dibuat menggunakan aplikasi MVSP versi 3.22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik yang luas pada 36 klon unggul tanaman kayu putih. Pada dendogram terbentuk 4 klaster dengan 8 klon yang menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi berdasarkan nilai disimilaritas sebesar 0,0. klon 14 dan 36 merupakan klon dengan rerata jumlah kelenjar minyak tertinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dipahami bahwa keragaman genetik pada 36 klon unggul tanaman kayu putih cukup tinggi, hal tersebut mendukung upaya pemuliaan tanaman karena database yang diperoleh memberikan informasi klon yang dapat digunakan sebagai indukan untuk meningkatkan kemampuan produksi minyak kayu putih karena memiliki potensi produksi minyak yang tinggi.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"167 S357","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139165765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Untuk mencapai ketahanan dan kemandirian pangan perlu adanya pemanfaatan sumber daya lokal melalui integrasi tanaman-ternak. Tujuan penelitian adalah menganalisis potensi sumberdaya tanaman ternak dan penilaian ekonomi integrasi tanaman dengan ternak kambing. Lokasi penelitian di Desa Pamriyan, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Penentuan sampel secara multistage purposive sampling sebanyak 60 peternak. Analisis potensi sumberdaya ternak melalui parameter reproduksi ternak dan penilaian ekonomi integrasi tanaman dengan ternak kambing menggunakan metode whole farm budget dilanjutkan kelayakan usaha dan sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja produksi ternak sudah baik dengan nilai kidding interval sebesar 8,32 ± 2,03 bulan, S/C 1-2 kali, litter size 3 ± 0,67 ekor, mortalitas 2,18 ± 1,00 ekor, dan masa sapih 2,75 ± 0,98 bulan. Pendapatan integrasi tanaman ternak di Desa Pamriyan sebesar Rp 8.426.118/petani peternak/tahun. Tanaman perkebunan, holtikultura, kehutanan memberikan kontribusi rata-rata sebesar Rp 7.2527.985/tahun (86,14%) dan ternak kambing sebesar Rp 1.1681.33/peternak/tahun (13,86%). Usaha ternak kambing layak diusahakan dengan NPV sebesar Rp 7.446.202, BCR 1.93 dan IRR 39%. Analisis sensitivitas dengan asumsi adanya penambahan induk sebesar 6,38/ekor serta adanya teknologi pakan memberikan nilai NPV sebesar Rp16.233.379, BCR 2.13 dan IRR 45%. Untuk peningkatan pendapatan peternak diharapkan mempunyai kepemilikan induk minimum sebanyak 6.38 ekor dan menerapkan teknologi pengawetan pakan. Oleh karena itu, perlu kerjasama dalam rangka peningkatan populasi peternak dengan Dinas Peternakan atau Institusi pendidikan melalui program kemitraan atau program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
{"title":"Penilaian Ekonomi Integrasi Sumberdaya Lokal Tanaman dan Kambing Peranakan Ettawa di Jawa Tengah","authors":"Rusita Fitriani, R. Widiati, T. Kusumastuti","doi":"10.47687/jt.v14i2.495","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.495","url":null,"abstract":"Untuk mencapai ketahanan dan kemandirian pangan perlu adanya pemanfaatan sumber daya lokal melalui integrasi tanaman-ternak. Tujuan penelitian adalah menganalisis potensi sumberdaya tanaman ternak dan penilaian ekonomi integrasi tanaman dengan ternak kambing. Lokasi penelitian di Desa Pamriyan, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Penentuan sampel secara multistage purposive sampling sebanyak 60 peternak. Analisis potensi sumberdaya ternak melalui parameter reproduksi ternak dan penilaian ekonomi integrasi tanaman dengan ternak kambing menggunakan metode whole farm budget dilanjutkan kelayakan usaha dan sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja produksi ternak sudah baik dengan nilai kidding interval sebesar 8,32 ± 2,03 bulan, S/C 1-2 kali, litter size 3 ± 0,67 ekor, mortalitas 2,18 ± 1,00 ekor, dan masa sapih 2,75 ± 0,98 bulan. Pendapatan integrasi tanaman ternak di Desa Pamriyan sebesar Rp 8.426.118/petani peternak/tahun. Tanaman perkebunan, holtikultura, kehutanan memberikan kontribusi rata-rata sebesar Rp 7.2527.985/tahun (86,14%) dan ternak kambing sebesar Rp 1.1681.33/peternak/tahun (13,86%). Usaha ternak kambing layak diusahakan dengan NPV sebesar Rp 7.446.202, BCR 1.93 dan IRR 39%. Analisis sensitivitas dengan asumsi adanya penambahan induk sebesar 6,38/ekor serta adanya teknologi pakan memberikan nilai NPV sebesar Rp16.233.379, BCR 2.13 dan IRR 45%. Untuk peningkatan pendapatan peternak diharapkan mempunyai kepemilikan induk minimum sebanyak 6.38 ekor dan menerapkan teknologi pengawetan pakan. Oleh karena itu, perlu kerjasama dalam rangka peningkatan populasi peternak dengan Dinas Peternakan atau Institusi pendidikan melalui program kemitraan atau program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"53 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139164642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komposisi Proksimat, Sensori Sosis, Daging Domba, Masak Oven, Kadar Lemak, Berbeda Iswoyo, Adi Sampurno, C. H. Wibowo, Juni Sumarmono, Triana Setyawardani
Daging domba memiliki potensi untuk diolah menjadi produk sosis emulsi. Kadar lemak dalam adonan daging sangat berpengaruh terhadap kualitas sosis. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh kadar lemak adonan terhadap komposisi proksimat, dan sifat sensori sosis domba emulsi yang dimasak dengan oven. Bahan penelitian adalah daging domba lokal Batur jantan dengan kisaran umur 5-6 bulan yang dicampur dengan lemak domba (sesuai perlakuan: 0, 5, 10, 15, 20 dan 25%). Rancangan penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, 6 perlakuan dan ulangan sebanyak 4 kali. Perlakuan meliputi P1 (sosis daging domba tanpa penambahan lemak), P2 (sosis daging domba + lemak 5%), P3 (sosis daging domba + lemak 10%), P4 (sosis daging domba + lemak 15%), P5 (sosis daging domba + lemak 20%), dan P6 (sosis daging domba + lemak 25%). Kadar proksimat dari sampel sosis yang teramati meliputi kadar air (56,44 – 65,27%), protein (13,94 – 15,63%), lemak (12,98 – 15,64%), abu (2,27 – 2,93%) serta sifat sensori yang meliputi kesukaan warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan (overall) melalui uji panelis. Hasil penelitian menunjukkan komposisi proksimat dan kesukaan warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan sosis domba oven secara nyata dipengaruhi oleh penambahan lemak. Formulasi adonan sosis yang dapat menghasilkan sosis domba oven dengan sifat optimal yaitu variasi kadar lemak adonan 10% yang menghasilkan sosis dengan kadar air 62,153%, protein 14,634%, lemak 13,601%, abu 2,709%. Hasil analisis sensori menunjukkan tingkat kesukaan terhadap warna, rasa dan penerimaan adalah netral sedangkan tingkat kesukaan terhadap tekstur sosis adalah tidak suka.
{"title":"Komposisi Proksimat dan Sensori Sosis Daging Domba Masak Oven dengan Kadar Lemak Berbeda","authors":"Komposisi Proksimat, Sensori Sosis, Daging Domba, Masak Oven, Kadar Lemak, Berbeda Iswoyo, Adi Sampurno, C. H. Wibowo, Juni Sumarmono, Triana Setyawardani","doi":"10.47687/jt.v14i2.455","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.455","url":null,"abstract":"Daging domba memiliki potensi untuk diolah menjadi produk sosis emulsi. Kadar lemak dalam adonan daging sangat berpengaruh terhadap kualitas sosis. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh kadar lemak adonan terhadap komposisi proksimat, dan sifat sensori sosis domba emulsi yang dimasak dengan oven. Bahan penelitian adalah daging domba lokal Batur jantan dengan kisaran umur 5-6 bulan yang dicampur dengan lemak domba (sesuai perlakuan: 0, 5, 10, 15, 20 dan 25%). Rancangan penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, 6 perlakuan dan ulangan sebanyak 4 kali. Perlakuan meliputi P1 (sosis daging domba tanpa penambahan lemak), P2 (sosis daging domba + lemak 5%), P3 (sosis daging domba + lemak 10%), P4 (sosis daging domba + lemak 15%), P5 (sosis daging domba + lemak 20%), dan P6 (sosis daging domba + lemak 25%). Kadar proksimat dari sampel sosis yang teramati meliputi kadar air (56,44 – 65,27%), protein (13,94 – 15,63%), lemak (12,98 – 15,64%), abu (2,27 – 2,93%) serta sifat sensori yang meliputi kesukaan warna, aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan (overall) melalui uji panelis. Hasil penelitian menunjukkan komposisi proksimat dan kesukaan warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan sosis domba oven secara nyata dipengaruhi oleh penambahan lemak. Formulasi adonan sosis yang dapat menghasilkan sosis domba oven dengan sifat optimal yaitu variasi kadar lemak adonan 10% yang menghasilkan sosis dengan kadar air 62,153%, protein 14,634%, lemak 13,601%, abu 2,709%. Hasil analisis sensori menunjukkan tingkat kesukaan terhadap warna, rasa dan penerimaan adalah netral sedangkan tingkat kesukaan terhadap tekstur sosis adalah tidak suka.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"6 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139163627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Carlito de Araújo, Mali Code, Graciano Soares Gomes, Armando B. M. Afonso, Ana Maria da Costa, G. Noronha
The use of Vitamin B-complex injection is considered more practical, low cost, and easier in the implementation process, and the role of Vitamin B-complex is as a cofactor in the metabolic process and stimulates voluntary consumption. The aim of this study is to find out the effect of injecting different cc (ml) of B-Complex vitamins on diet intake, feed conversion, and average daily weight gain of Bali cattle in the growing phase. This study was carried out in the municipality of Bobonaro, with a duration of 81 days. The experimental method was used with T-test statistics. The independent groups represent two groups of male cattle and each group is composed of 5 male cattle. The groups are called A, and B, therefore, group A receives an injection of Vitamin B-Complex according to the initial weight of each animal, and group B as a control without Vitamin-B-Complex injection. Both groups received the same diet which is composed of Leucaena leucocephala, Gliricydia spium, Panicum maximum, and rice straw (Oryza sativa Lin). The results of the statistical analysis revealed that there was no difference (P>0.05) between the two groups, mainly in dry matter intake, feed conversion, and average daily weight gain. Therefore, the injection of Vitamin B-Complex should be less necessary to promote the growth of ruminant animals, mainly cattle, due to the degradation of the vitamins in the rumen, in addition to the fact that the vitamin acts by competitive inhibition at different points in the metabolism process, in addition to its participation, it is also fundamental in the oxidation of substrates and energy supply in the animal's metabolism process.
注射维生素 B 群被认为更实用、成本低、实施过程更简单,维生素 B 群的作用是作为代谢过程中的辅助因子,刺激自愿消耗。本研究的目的是了解注射不同毫升(cc)的复合维生素 B 对生长阶段巴厘牛的日粮摄入量、饲料转化率和平均日增重的影响。这项研究在波波纳罗市进行,为期 81 天。实验方法采用 T 检验统计法。独立组代表两组公牛,每组由 5 头公牛组成。因此,A 组根据每头牛的初始体重注射维生素 B-复合物,B 组作为对照组,不注射维生素 B-复合物。两组动物的日粮相同,都是由鹅掌楸、鹅掌楸、秫秸和稻草(Oryza sativa Lin)组成。统计分析结果表明,两组在干物质摄入量、饲料转化率和平均日增重方面没有差异(P>0.05)。因此,为促进反刍动物(主要是牛)的生长,注射复合维生素 B 的必要性应该较小,这是因为维生素在瘤胃中会降解,此外,维生素在代谢过程中的不同点上通过竞争性抑制作用发挥作用,除了参与代谢外,它还是动物代谢过程中底物氧化和能量供应的基础。
{"title":"Effect of Injection Vitamin B-Complex on Diet for Consumption, Feed Rate Conversion and Average Daily Weight Gain of Bali Cattle in the Growing Phase","authors":"Carlito de Araújo, Mali Code, Graciano Soares Gomes, Armando B. M. Afonso, Ana Maria da Costa, G. Noronha","doi":"10.47687/jt.v14i2.450","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.450","url":null,"abstract":"The use of Vitamin B-complex injection is considered more practical, low cost, and easier in the implementation process, and the role of Vitamin B-complex is as a cofactor in the metabolic process and stimulates voluntary consumption. The aim of this study is to find out the effect of injecting different cc (ml) of B-Complex vitamins on diet intake, feed conversion, and average daily weight gain of Bali cattle in the growing phase. This study was carried out in the municipality of Bobonaro, with a duration of 81 days. The experimental method was used with T-test statistics. The independent groups represent two groups of male cattle and each group is composed of 5 male cattle. The groups are called A, and B, therefore, group A receives an injection of Vitamin B-Complex according to the initial weight of each animal, and group B as a control without Vitamin-B-Complex injection. Both groups received the same diet which is composed of Leucaena leucocephala, Gliricydia spium, Panicum maximum, and rice straw (Oryza sativa Lin). The results of the statistical analysis revealed that there was no difference (P>0.05) between the two groups, mainly in dry matter intake, feed conversion, and average daily weight gain. Therefore, the injection of Vitamin B-Complex should be less necessary to promote the growth of ruminant animals, mainly cattle, due to the degradation of the vitamins in the rumen, in addition to the fact that the vitamin acts by competitive inhibition at different points in the metabolism process, in addition to its participation, it is also fundamental in the oxidation of substrates and energy supply in the animal's metabolism process.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"19 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139164715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perubahan iklim merupakan salah satu masalah lingkungan yang saat ini paling kritis dihadapi berbagai negara. Perubahan iklim memiliki banyak konsekuensi terhadap berbagai keberlanjutan proses pembangunan. Oleh sebab itu perubahan iklim masuk dalam agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Bappenas mencatat potensi kerugian akibat perubahan iklim mencapai Rp. 544 triliun pada 2020-2024. Sektor pertanian menjadi yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim sebab sangat berpengaruh terhadap cekaman lingkungan. Di sisi lain sektor pertanian merupakan tumpuan lapangan kerja dan pemasok kebutuhan pangan, pakan, dan energi. Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain meningkatnya hama dan menurunnya musuh alami, terjadinya cekaman yang membuat lahan kering maupun banjir, yang pada akhirnya menurunkan hasil produksi tanaman. Namun disisi lain petani selama bertahun tahun telah melakukan berbagai praktik budidaya yang sejatinya memiliki peran penting dalam menghadapi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik-praktik yang dilakukan petani dalam menghadapi perubahan iklim. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan pada penelitian ini dengan melibatkan tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani melakukan manajemen pengairan melalui embung, diversifikasi komoditas, serta penggunaan input organik dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Melalui berbagai aksi iklim tersebut, masyarakat Selopamioro menjadi lebih adaptif terhadap fenomena perubahan iklim. Akumulasi upaya adaptasi melalui berbagai praktik yang diterapkan oleh petani Selopamioro telah mendorong masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Pengelolaan sumber daya alam yang didukung dengan kearifan lokal menjadi aspek penting dalam merespons perubahan iklim.
{"title":"Praktik Petani dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Studi Petani di Sentra Pertanian Selopamioro Kabupatan Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta)","authors":"Novendra Cahyo Nugroho, Siti Andarwati, Ratih Ineke Wati","doi":"10.47687/jt.v14i2.502","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.502","url":null,"abstract":"Perubahan iklim merupakan salah satu masalah lingkungan yang saat ini paling kritis dihadapi berbagai negara. Perubahan iklim memiliki banyak konsekuensi terhadap berbagai keberlanjutan proses pembangunan. Oleh sebab itu perubahan iklim masuk dalam agenda tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Bappenas mencatat potensi kerugian akibat perubahan iklim mencapai Rp. 544 triliun pada 2020-2024. Sektor pertanian menjadi yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim sebab sangat berpengaruh terhadap cekaman lingkungan. Di sisi lain sektor pertanian merupakan tumpuan lapangan kerja dan pemasok kebutuhan pangan, pakan, dan energi. Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian antara lain meningkatnya hama dan menurunnya musuh alami, terjadinya cekaman yang membuat lahan kering maupun banjir, yang pada akhirnya menurunkan hasil produksi tanaman. Namun disisi lain petani selama bertahun tahun telah melakukan berbagai praktik budidaya yang sejatinya memiliki peran penting dalam menghadapi perubahan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik-praktik yang dilakukan petani dalam menghadapi perubahan iklim. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan pada penelitian ini dengan melibatkan tujuh informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani melakukan manajemen pengairan melalui embung, diversifikasi komoditas, serta penggunaan input organik dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Melalui berbagai aksi iklim tersebut, masyarakat Selopamioro menjadi lebih adaptif terhadap fenomena perubahan iklim. Akumulasi upaya adaptasi melalui berbagai praktik yang diterapkan oleh petani Selopamioro telah mendorong masyarakat untuk lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Pengelolaan sumber daya alam yang didukung dengan kearifan lokal menjadi aspek penting dalam merespons perubahan iklim.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"158 S326","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139165833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Andra Wahyuda, Dadik Pantaya, G. Syaikhullah, N. Ningsih
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil lemak darah ayam Gaok pada kondisi cekaman panas dan dengan pemberian vitamin C pada pakan. Penelitian ini menggunakan 32 ekor ayam Gaok (16 ekor jantan dan 16 betina). Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) pola 2x2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah cekaman panas (S0 = tanpa cekaman panas, S1 = dengan cekaman panas) dan faktor kedua adalah vitamin C (V0 = tanpa vitamin C, V1 = diberi vitamin C 500 ppm). Parameter profil lemak dalam darah yang diamati meliputi kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida dalam darah. Data hasil uji lemak darah dianalisis menggunakan Analysis of Varian (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara cekaman panas dan vitamin C tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profil lemak darah yang meliputi kadar kolesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) dan trigliserida. Faktor cekaman panas secara nyata dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, dan faktor perlakuan vitamin C berpengaruh nyata menurunkan kadar HDL dalam darah ayam Gaok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak adanya interaksi yang signifikan antara vitamin C dan cekaman panas terhadap profil lemak darah ayam Gaok.
本研究旨在确定高克鸡在热应激条件下以及在饲料中添加维生素 C 的情况下的血脂状况。本研究使用了 32 只高克鸡(16 只雄鸡和 16 只雌鸡)。研究采用随机分组因子设计(RAKF)2x2 模式,4 次重复。第一个因素是热应激(S0 = 无热应激,S1 = 有热应激),第二个因素是维生素 C(V0 = 无维生素 C,V1 = 给维生素 C 500 ppm)。观察到的血脂曲线参数包括血液中的胆固醇水平、低密度脂蛋白水平、高密度脂蛋白水平和甘油三酯水平。使用方差分析(ANOVA)对血脂检测数据进行分析,如果存在显著差异,则在 5%的水平上使用最小显著差异(BNT)检验法进行进一步检验。结果表明,热应激和维生素 C 之间的交互作用对血脂谱(包括胆固醇、低密度脂蛋白、高密度脂蛋白和甘油三酯水平)没有显著影响。热应激因素会明显增加血液中的胆固醇水平,而维生素 C 处理因素会明显降低高克鸡血液中的高密度脂蛋白水平。本研究的结论是,维生素 C 和热应激对高克鸡的血脂谱没有明显的交互作用。
{"title":"Profil Lemak Darah Ayam Gaok dengan Penambahan Vitamin C pada Kondisi Cekaman Panas","authors":"Ahmad Andra Wahyuda, Dadik Pantaya, G. Syaikhullah, N. Ningsih","doi":"10.47687/jt.v14i2.389","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.389","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil lemak darah ayam Gaok pada kondisi cekaman panas dan dengan pemberian vitamin C pada pakan. Penelitian ini menggunakan 32 ekor ayam Gaok (16 ekor jantan dan 16 betina). Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) pola 2x2 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah cekaman panas (S0 = tanpa cekaman panas, S1 = dengan cekaman panas) dan faktor kedua adalah vitamin C (V0 = tanpa vitamin C, V1 = diberi vitamin C 500 ppm). Parameter profil lemak dalam darah yang diamati meliputi kadar kolesterol, kadar LDL, kadar HDL dan kadar trigliserida dalam darah. Data hasil uji lemak darah dianalisis menggunakan Analysis of Varian (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara cekaman panas dan vitamin C tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profil lemak darah yang meliputi kadar kolesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) dan trigliserida. Faktor cekaman panas secara nyata dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, dan faktor perlakuan vitamin C berpengaruh nyata menurunkan kadar HDL dalam darah ayam Gaok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak adanya interaksi yang signifikan antara vitamin C dan cekaman panas terhadap profil lemak darah ayam Gaok.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"81 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139163293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tantangan dalam program KOSTRATANI, antara lain adalah masalah koordinasi dan keterbatasan sumber daya, mempengaruhi persepsi petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian pada Program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) di Boyolali. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi penelitian dipilih secara purposif di Kecamatan Cepogo, Selo, dan Musuk yang anggota kelompok taninya lebih dari 200 orang. Sampel penelitian diambil secara simple random sampling, yaitu sebanyak 150 responden petani dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian, mayoritas responden setuju dengan kontribusi penyuluh pada aspek yang diteliti. Namun ada juga sebagian petani yang mempunyai persepsi negatif terhadap peran penyuluh. Untuk mengatasi persepsi negatif tersebut, diperlukan inovasi dan strategi yang dapat meningkatkan efektivitas konseling. Penyuluh pertanian perlu memperkuat pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan pendampingan kepada petani, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam hal ini penyuluh dapat melakukan pendekatan komunikasi yang lebih terbuka, melibatkan petani dalam pengambilan keputusan, dan memanfaatkan inovasi teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi dan sumber daya. Rekomendasi kebijakan dan strategi tersebut diharapkan dapat memperkuat peran penyuluh pertanian dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
{"title":"Farmers’ Perceptions of Extension Officers’ Role in the Agricultural Development Strategy Command (KOSTRATANI) Program","authors":"Norbertus Citra Irawan","doi":"10.47687/jt.v14i2.509","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.509","url":null,"abstract":"Tantangan dalam program KOSTRATANI, antara lain adalah masalah koordinasi dan keterbatasan sumber daya, mempengaruhi persepsi petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian pada Program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) di Boyolali. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Lokasi penelitian dipilih secara purposif di Kecamatan Cepogo, Selo, dan Musuk yang anggota kelompok taninya lebih dari 200 orang. Sampel penelitian diambil secara simple random sampling, yaitu sebanyak 150 responden petani dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi persepsi petani terhadap peran penyuluh pertanian, mayoritas responden setuju dengan kontribusi penyuluh pada aspek yang diteliti. Namun ada juga sebagian petani yang mempunyai persepsi negatif terhadap peran penyuluh. Untuk mengatasi persepsi negatif tersebut, diperlukan inovasi dan strategi yang dapat meningkatkan efektivitas konseling. Penyuluh pertanian perlu memperkuat pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan pendampingan kepada petani, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam hal ini penyuluh dapat melakukan pendekatan komunikasi yang lebih terbuka, melibatkan petani dalam pengambilan keputusan, dan memanfaatkan inovasi teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi dan sumber daya. Rekomendasi kebijakan dan strategi tersebut diharapkan dapat memperkuat peran penyuluh pertanian dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"136 36","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139163901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Setyo Adi, H. Sosiawan, Muhrizal Sarwani, Gatot Irianto, M. I. Wahab, Pusat Riset, Limnologi dan, Sumber Daya, Badan Air, Riset, Bogor Indonesia Inovasi Nasional, Balai Besar, Pengujian Standardisasi, Instrumen Sumber Daya, Lahan Pertanian, Bogor Indonesia Kementerian Pertanian, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal, Tanaman Pangan, Politeknik Pembangunan, Pertanian Manokwari
Produksi padi di Indonesia tahun 2022 tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,25 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau 2,31 % dibandingkan produksi padi pada tahun 2021 yang mencapai 54,42 juta ton GKG. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh peningkatan luas panen padi sebesar 10,61 juta hektar dengan jumlah produksi sekitar 55,67 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Terjadinya kenaikan produksi padi ternyata belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan beras nasional dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional 1,2% per tahun, laju alih fungsi lahan rata-rata 96 ribu hektar per tahun, peningkatan harga beras domestic 4% per tahun pada periode 2018-2022, dan tingginya volume impor beras sebesar 2,5 juta ton dan komoditas pangan lainnya, terutama terigu sebesar 9,5 juta ton pada 2022, dan ubi kayu sebesar 52% per tahun sejak 2000. Kondisi ini diperkirakan semakin tinggi pada tahun 2045 jika tidak ada implementasi disrupsi teknologi produksi pertanian pangan yang mampu menyelesaikan masalah peningkatan produksi pangan nasional, termasuk padi, secara cepat dan masif dari hulu ke hilir. Disrupsi pertanian (disruptive agriculture) secara operasional dimaknai sebagai tindakan berbiaya murah (low-cost) yang mampu melakukan semua pekerjaan, baik di hulu, onfarm dan hilir, secara lebih cepat dan masif, sehingga meningkatkan efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi produksi pertanian secara berkelanjutan. Indikator keberhasilan penerapan disruptive agriculture antara lain peningkatan produksi dan mutu hasil, penurunan biaya produksi, dan keuntungan usaha tani yang signifikan.
{"title":"Disrupsi Sistem Produksi Padi Nasional: Mampukah Indonesia Memenuhi Kebutuhan Beras di Tahun 2045?","authors":"Setyo Adi, H. Sosiawan, Muhrizal Sarwani, Gatot Irianto, M. I. Wahab, Pusat Riset, Limnologi dan, Sumber Daya, Badan Air, Riset, Bogor Indonesia Inovasi Nasional, Balai Besar, Pengujian Standardisasi, Instrumen Sumber Daya, Lahan Pertanian, Bogor Indonesia Kementerian Pertanian, Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal, Tanaman Pangan, Politeknik Pembangunan, Pertanian Manokwari","doi":"10.47687/jt.v14i2.588","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.588","url":null,"abstract":"Produksi padi di Indonesia tahun 2022 tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,25 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau 2,31 % dibandingkan produksi padi pada tahun 2021 yang mencapai 54,42 juta ton GKG. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh peningkatan luas panen padi sebesar 10,61 juta hektar dengan jumlah produksi sekitar 55,67 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Terjadinya kenaikan produksi padi ternyata belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan beras nasional dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata nasional 1,2% per tahun, laju alih fungsi lahan rata-rata 96 ribu hektar per tahun, peningkatan harga beras domestic 4% per tahun pada periode 2018-2022, dan tingginya volume impor beras sebesar 2,5 juta ton dan komoditas pangan lainnya, terutama terigu sebesar 9,5 juta ton pada 2022, dan ubi kayu sebesar 52% per tahun sejak 2000. Kondisi ini diperkirakan semakin tinggi pada tahun 2045 jika tidak ada implementasi disrupsi teknologi produksi pertanian pangan yang mampu menyelesaikan masalah peningkatan produksi pangan nasional, termasuk padi, secara cepat dan masif dari hulu ke hilir. Disrupsi pertanian (disruptive agriculture) secara operasional dimaknai sebagai tindakan berbiaya murah (low-cost) yang mampu melakukan semua pekerjaan, baik di hulu, onfarm dan hilir, secara lebih cepat dan masif, sehingga meningkatkan efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi produksi pertanian secara berkelanjutan. Indikator keberhasilan penerapan disruptive agriculture antara lain peningkatan produksi dan mutu hasil, penurunan biaya produksi, dan keuntungan usaha tani yang signifikan.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"61 13","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139164264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Rouf, Mudita Oktorina Nugrahani, Yoga Bagus Setya Aji
Kering alur sadap (KAS) merupakan gangguan fisiologis pada tanaman karet akibat tidak seimbangnya lateks yang dipanen dengan lateks yang diregenerasi. KAS dibedakan menjadi KAS parsial dan KAS total. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologis tanaman tanaman KAS, potensi kehilangan produksi dan analisis ekonominya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balit Getas pada tahun 2018-2019. Sampel tanaman menggunakan blok tahun tanam 2000 dengan jenis klon campuran. Penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan desain eksperimental menggunakan rancangan RAL. Macam perlakuan pada penelitian ini yaitu (i) tanaman sehat sebagai kontrol, (ii) tanaman KAS parsial, dan (iii) tanaman KAS total. Ulangan menggunakan sampel pohon sebanyak 5-12 pohon KAS. Parameter pengamatan meliputi produksi lump karet, lateks diagnosis dan kajian ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisiologis tanaman KAS berdasarkan analisis lateks diagnosis (sukrosa, tiols dan fosfat anorganik) tergolong rendah dibandingkan tanaman normal. Rerata produksi karet dalam bentuk lump per pohon per sadap pada tanaman KAS total adalah 2,9 gram, KAS parsial 9,0 gram, sedangkan tanaman normal 48,8 gram. Tanaman KAS parsial memiliki potensi kehilangan produksi lump per pohon per sadap sebesar 39,9 gram, sedangkan KAS total 45,9 gram. Jika diasumsikan harga lump pada tahun ini adalah Rp. 17.908/kg dan hari sadap per bulan sebanyak 8 kali, maka tanaman KAS parsial mengalami kerugian sekitar Rp 68.520/pohon/tahun, sedangkan KAS total sekitar Rp 78.935/pohon/tahun. Jika suatu perusahaan karet seluas 10.000 ha dijumpai 1% tanamannya terkena KAS, maka berpotensi mengalami kerugian sekitar Rp 3,4 milyar/tahun (KAS parsial) bahkan mencapai Rp 3,9 milyar/tahun (KAS total).
干裂沟(KAS)是橡胶植物的一种生理紊乱,是由于收获的胶乳与再生胶乳不平衡造成的。KAS 可分为部分 KAS 和全部 KAS。本研究旨在确定 KAS 植物的生理特征、潜在的产量损失及其经济分析。本研究于2018-2019年在Balit Getas的实验园中进行。植物样本使用了 2000 个种植年份的混合克隆类型区块。本研究是一项描述性分析,采用 RAL 设计的实验设计方法。本研究的处理类型为:(i) 作为对照的健康植物;(ii) 部分 KAS 植物;(iii) 全部 KAS 植物。重复样本为 5-12 株 KAS 树。观察参数包括橡胶块产量、乳胶诊断和经济研究。结果表明,根据乳胶诊断分析(蔗糖、硫醇和无机磷酸盐),KAS 植物的生理特征与正常植物相比偏低。全部 KAS 植物每棵树每次攻胶的平均橡胶块产量为 2.9 克,部分 KAS 为 9.0 克,而正常植物为 48.8 克。部分 KAS 工厂每棵树每次抽头的块状产量潜在损失为 39.9 克,而全部 KAS 为 45.9 克。如果假定今年的块胶价格为 17 908 印尼盾/公斤,每月出胶天数为 8 天,则部分 KAS 工厂的损失约为 68 520 印尼盾/棵/年,而总 KAS 约为 78 935 印尼盾/棵/年。如果一家面积为 10,000 公顷的橡胶公司有 1%的工厂受到 KAS 的影响,则其损失有可能达到约 34 亿印尼盾/年(部分 KAS),甚至达到 39 亿印尼盾/年(全部 KAS)。
{"title":"Dampak Kering Alur Sadap terhadap Produksi dan Arti Ekonominya pada Perkebunan Karet","authors":"Ahmad Rouf, Mudita Oktorina Nugrahani, Yoga Bagus Setya Aji","doi":"10.47687/jt.v14i2.375","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.375","url":null,"abstract":"Kering alur sadap (KAS) merupakan gangguan fisiologis pada tanaman karet akibat tidak seimbangnya lateks yang dipanen dengan lateks yang diregenerasi. KAS dibedakan menjadi KAS parsial dan KAS total. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologis tanaman tanaman KAS, potensi kehilangan produksi dan analisis ekonominya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Balit Getas pada tahun 2018-2019. Sampel tanaman menggunakan blok tahun tanam 2000 dengan jenis klon campuran. Penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan desain eksperimental menggunakan rancangan RAL. Macam perlakuan pada penelitian ini yaitu (i) tanaman sehat sebagai kontrol, (ii) tanaman KAS parsial, dan (iii) tanaman KAS total. Ulangan menggunakan sampel pohon sebanyak 5-12 pohon KAS. Parameter pengamatan meliputi produksi lump karet, lateks diagnosis dan kajian ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisiologis tanaman KAS berdasarkan analisis lateks diagnosis (sukrosa, tiols dan fosfat anorganik) tergolong rendah dibandingkan tanaman normal. Rerata produksi karet dalam bentuk lump per pohon per sadap pada tanaman KAS total adalah 2,9 gram, KAS parsial 9,0 gram, sedangkan tanaman normal 48,8 gram. Tanaman KAS parsial memiliki potensi kehilangan produksi lump per pohon per sadap sebesar 39,9 gram, sedangkan KAS total 45,9 gram. Jika diasumsikan harga lump pada tahun ini adalah Rp. 17.908/kg dan hari sadap per bulan sebanyak 8 kali, maka tanaman KAS parsial mengalami kerugian sekitar Rp 68.520/pohon/tahun, sedangkan KAS total sekitar Rp 78.935/pohon/tahun. Jika suatu perusahaan karet seluas 10.000 ha dijumpai 1% tanamannya terkena KAS, maka berpotensi mengalami kerugian sekitar Rp 3,4 milyar/tahun (KAS parsial) bahkan mencapai Rp 3,9 milyar/tahun (KAS total).","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"85 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139165094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indek Desa Membangun merupakan indeks gabungan yang dibentuk dari indeks ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi desa dengan mengelola sumberdaya yang terdapat dalam desa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan dan kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan untuk membangun suatu peradaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi konsep desa membangun dengan kearifan lokal petani yang masih tetap dilestarikan dan dijaga di Desa Tompobulu dalam melaksanakan pembangunan desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Spesifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni tokoh-tokoh yang paham dan mengetahui tentang kondisi masyarakat dan lingkungan Desa Tompobulu. Hasil penelitian ini menemukan adanya berbagai kegiatan kearifan lokal yang masih tetap dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Kearifan lokal tersebut yaitu (1) mappadendang yang merupakan acara adat sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan panen yang diperoleh, (2) melestarikan lingkungan dengan menanam pohon bagi yang akan menikah, (3) tradisi ammurang sebagai bentuk gotong royong (bekerja sama), dan (4) acara pernikahan warga wajib dilaksanakan pada hari Jum’at yang dianggap hari yang istimewa dan hari raya bagi umat Islam. Kegiatan mappadendang, melestarikan lingkungan, tradisi ammurang dan menikah pada hari Jum’at merupakan kearifan lokal yang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh segenap masyarakat dan pemerintah Desa Tompobulu sampai sekarang sebagai strategi dalam menerapkan konsep Desa Membangun untuk menjaga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.
{"title":"Implementasi Konsep Desa Membangun dengan Kearifan Lokal Petani di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan","authors":"Nurus Zaman, A. Ashari, Nirawati, Hertasning Yatim, Politeknik Pembangunan, Pertanian Manokwari","doi":"10.47687/jt.v14i2.458","DOIUrl":"https://doi.org/10.47687/jt.v14i2.458","url":null,"abstract":"Indek Desa Membangun merupakan indeks gabungan yang dibentuk dari indeks ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi desa dengan mengelola sumberdaya yang terdapat dalam desa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungan, kebutuhan dan kepercayaan yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan untuk membangun suatu peradaban. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi konsep desa membangun dengan kearifan lokal petani yang masih tetap dilestarikan dan dijaga di Desa Tompobulu dalam melaksanakan pembangunan desa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Spesifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yakni tokoh-tokoh yang paham dan mengetahui tentang kondisi masyarakat dan lingkungan Desa Tompobulu. Hasil penelitian ini menemukan adanya berbagai kegiatan kearifan lokal yang masih tetap dijaga dan dilestarikan hingga saat ini. Kearifan lokal tersebut yaitu (1) mappadendang yang merupakan acara adat sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan panen yang diperoleh, (2) melestarikan lingkungan dengan menanam pohon bagi yang akan menikah, (3) tradisi ammurang sebagai bentuk gotong royong (bekerja sama), dan (4) acara pernikahan warga wajib dilaksanakan pada hari Jum’at yang dianggap hari yang istimewa dan hari raya bagi umat Islam. Kegiatan mappadendang, melestarikan lingkungan, tradisi ammurang dan menikah pada hari Jum’at merupakan kearifan lokal yang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh segenap masyarakat dan pemerintah Desa Tompobulu sampai sekarang sebagai strategi dalam menerapkan konsep Desa Membangun untuk menjaga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.","PeriodicalId":116938,"journal":{"name":"JURNAL TRITON","volume":"10 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139164930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}