Kecamatan Mijen merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah Hulu Sub DAS Beringin dengan luas kawasan yang tidak begitu luas sebesar , namun pertumbuhan penduduk yang terjadi begitu pesat. Pertumbuhan penduduk tersebut menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan pada kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai daya dukung lahan permukiman di wilayah Kecamatan Mijen berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2021 tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031. Studi ini menerapkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Analisis data menggunakan teknik overlay, skoring, dan analisis DDPm. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yang didapatkan dari data sekunder. Hasil studi didapatkan tingkat daya dukung permukiman di Kecamatan Mijen tergolong baik dengan kelurahan yang memiliki hasil DDPm terendah adalah Kelurahan Jatisari sebesar 6,75. Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2021 tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031, Kecamatan mijen masuk dalam klasifikasi Bagian Wilayah Kota IX sebagai paru-paru kota. Dalam mewujudkan fungsinya Kecamatan Mijen menentukan koefisien dasar bangunan dan pembangunan serta melaksanakan pengelolaan perkotaan untuk melindungi kawasan lindung dan meningkatkan kawasan resapan air untuk melindungi kawasan di bawahnya agar terhindar dari bencana rob dan banjir.
{"title":"Pemetaan Daya Dukung Lahan Permukiman di Wilayah Kecamatan Mijen, Kota Semarang","authors":"Muhammad Reza Daffauzan Sarwono, Raditya Arinanda Utama, Fitri Yunda Kuswati, Sheeny Az-Zahra, Istiqomah Ifnan Fauziyyah, Amnan Haris, Abdul Jabbar, Trida Ridho Fariz","doi":"10.26418/uniplan.v5i1.74687","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v5i1.74687","url":null,"abstract":"Kecamatan Mijen merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah Hulu Sub DAS Beringin dengan luas kawasan yang tidak begitu luas sebesar , namun pertumbuhan penduduk yang terjadi begitu pesat. Pertumbuhan penduduk tersebut menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan pada kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai daya dukung lahan permukiman di wilayah Kecamatan Mijen berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2021 tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031. Studi ini menerapkan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Analisis data menggunakan teknik overlay, skoring, dan analisis DDPm. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yang didapatkan dari data sekunder. Hasil studi didapatkan tingkat daya dukung permukiman di Kecamatan Mijen tergolong baik dengan kelurahan yang memiliki hasil DDPm terendah adalah Kelurahan Jatisari sebesar 6,75. Berdasarkan Perda Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2021 tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031, Kecamatan mijen masuk dalam klasifikasi Bagian Wilayah Kota IX sebagai paru-paru kota. Dalam mewujudkan fungsinya Kecamatan Mijen menentukan koefisien dasar bangunan dan pembangunan serta melaksanakan pengelolaan perkotaan untuk melindungi kawasan lindung dan meningkatkan kawasan resapan air untuk melindungi kawasan di bawahnya agar terhindar dari bencana rob dan banjir.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"197 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140274530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-01DOI: 10.26418/uniplan.v4i2.68335
Muhammad Kurniawan
When implementing the one map policy by establishing a Regional Geospatial Information Network (JIGD), Pontianak City Government might face an inefficiency issue. JIGD possibly resembled the existing data management system, namely the One Data Indonesia system (SDI) that is well established since 2019. This study analyzed the possibility of whether to build JIGD as a standalone structure or to integrate it into SDI to address inefficiency issue. This study used a qualitative approach. A literature review was done in line with exploring general type of data and spatial data from or should be in the data management system to understand the nature of the data and the surrounding environment. Those then were analyzed based on the data characteristics, the organizational structure, supporting technology, human resources, and applicable regulations regarding it. The results suggested that integration is more feasible but should modify the organizational structure of the existing SDI system.
{"title":"Integrating One Map Policy into One Data Policy in Pontianak City Government","authors":"Muhammad Kurniawan","doi":"10.26418/uniplan.v4i2.68335","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v4i2.68335","url":null,"abstract":"When implementing the one map policy by establishing a Regional Geospatial Information Network (JIGD), Pontianak City Government might face an inefficiency issue. JIGD possibly resembled the existing data management system, namely the One Data Indonesia system (SDI) that is well established since 2019. This study analyzed the possibility of whether to build JIGD as a standalone structure or to integrate it into SDI to address inefficiency issue. This study used a qualitative approach. A literature review was done in line with exploring general type of data and spatial data from or should be in the data management system to understand the nature of the data and the surrounding environment. Those then were analyzed based on the data characteristics, the organizational structure, supporting technology, human resources, and applicable regulations regarding it. The results suggested that integration is more feasible but should modify the organizational structure of the existing SDI system.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131871489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-10-01DOI: 10.26418/uniplan.v3i2.61865
Kathleen Meira Berta, Murtanti Jani Rahayu
Urbanisasi memberi dampak terhadap meningkatnya kebutuhan bermukim dan mata pencaharian. Didorong dengan adanya arus urbanisasi yang tidak diimbangi dengan penyediaan lokasi bermukim dan lapangan kerja, muncul sektor informal berupa perkampungan pemulung. Kampung Pemulung Eks-TPA Lowokdoro menjadi salah satu kampung pemulun terbesar di Kota Malang, baik dari segi wilayah dan skala usaha. Kegiatan memulung di bekas TPA Lowokdoro dikategorikan sebagai kegiatan informal di lahan illegal. Meskipun demikian, sektor ini menjadi pilihan mata pencaharian bagi lebih dari 20 KK di kampung pemulung tersebut selama tiga generasi. Kajian ini akan membahas mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat kampung pemulung jika dikaitkan dengan konsep Home Based Enterprise. Konsep ini dipilih untuk dibandingkan dengan kondisi di kampung pemulung atas dasar kemiripan karakteristik penggunaan ruang dan tingginya potensi peningkatan kesejahteraan dari aplikasi konsep ini. Kampung pemulung dapat menjadi satu entitas ruang ketiga atau third place dalam penerapan konsep home based enterprise.
{"title":"Korelasi Konsep Home Based Enterprise Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Pemulung","authors":"Kathleen Meira Berta, Murtanti Jani Rahayu","doi":"10.26418/uniplan.v3i2.61865","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v3i2.61865","url":null,"abstract":"Urbanisasi memberi dampak terhadap meningkatnya kebutuhan bermukim dan mata pencaharian. Didorong dengan adanya arus urbanisasi yang tidak diimbangi dengan penyediaan lokasi bermukim dan lapangan kerja, muncul sektor informal berupa perkampungan pemulung. Kampung Pemulung Eks-TPA Lowokdoro menjadi salah satu kampung pemulun terbesar di Kota Malang, baik dari segi wilayah dan skala usaha. Kegiatan memulung di bekas TPA Lowokdoro dikategorikan sebagai kegiatan informal di lahan illegal. Meskipun demikian, sektor ini menjadi pilihan mata pencaharian bagi lebih dari 20 KK di kampung pemulung tersebut selama tiga generasi. Kajian ini akan membahas mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat kampung pemulung jika dikaitkan dengan konsep Home Based Enterprise. Konsep ini dipilih untuk dibandingkan dengan kondisi di kampung pemulung atas dasar kemiripan karakteristik penggunaan ruang dan tingginya potensi peningkatan kesejahteraan dari aplikasi konsep ini. Kampung pemulung dapat menjadi satu entitas ruang ketiga atau third place dalam penerapan konsep home based enterprise.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124377917","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-31DOI: 10.26418/uniplan.v3i2.61275
Nur Annisa Kirana
Kota Malang menjadi salah satu kota yang setiap tahunnya terdapat berbagai pendatang dari berbagai daerah yang bertujuan untuk melanjutkan studinya di Kota Malang. Hal tersebut menyebabkan Kota Malang menajdi semakin berkembang terutama pada kawasan permukiman. Perkembangan kawasan yang paling dekat dengan kampus-kampus pilihan dapat menimbulkan berbagai macam sektor informal Home-Based Enterprise. Keberadaan sektor informal yaitu HBE tersebut telah menjadi salah satu sumber pendapatan dan pekerjaan pada kehidupan masyarakat di sekitar kampus-kampus pilihan yang ada di Kota Malang. Salah satu kawasan permukiman yang menimbulkan berbagai macam HBE yang semakin berkembang tersebut ialah kawasan Watugong – Kerto yang terletak diantara Universitas Brawijaya dan UIN Malik Ibrahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan mengetahui dampak dari aktivitas HBE dalam spasial seperti penggunaan ruang dan kondisi lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Hasil pada penelitian ini yaitu didapatkan tiga strategi yang diimplementasikan oleh masyarakat sekitar yang mengalihfungsikan tempat tinggalnya menjadi HBE, yaitu dengan pembagian ruang, perluasan ruang, dan pergeseran ruang. Namun, Home-Based Enterprise juga berdampak negatif pada kenyamanan penggunaan jalan karena keberadaan HBE seringkali menimbulkan hambatan samping pada ruas jalan serta menghambat kelancaran pergerakan masyarakat yang berkendara maupun yang berjalan kaki.
马郎市成为每年都有来自不同地区的游客来继续在马郎市学习的城市之一。这使得马郎市尤其在居民区发展壮大。与所选大学最接近的区域发展可能会导致各种基于企业的非正式部门。这种HBE的非正式部门的存在已经成为马朗市所选区校园社区生活的收入和工作来源之一。导致各种各样发展中的HBE的定居点之一是位于Brawijaya大学和UIN Malik Ibrahim之间的Kerto地区。本研究的目的是确定HBE活动在空间使用和环境条件等方面的存在并确定其影响。本研究采用一种描述性质的方法,通过现场直接观察收集数据。这项研究的结果是,将三种由社区实施的战略将其家园转化为HBE,即空间划分、空间扩张和空间转变。然而,全基础企业也对道路使用的便利产生了负面影响,因为HBE的存在经常会造成道路障碍,阻碍开车或步行的社会平稳流动。
{"title":"Penggunaan Ruang dan Dampak Aktivitas Home-based Enterprise terhadap Kondisi Lingkungan Sekitar di Kawasan Permukiman Watugong – Kerto, Ketawanggede, Malang","authors":"Nur Annisa Kirana","doi":"10.26418/uniplan.v3i2.61275","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v3i2.61275","url":null,"abstract":"Kota Malang menjadi salah satu kota yang setiap tahunnya terdapat berbagai pendatang dari berbagai daerah yang bertujuan untuk melanjutkan studinya di Kota Malang. Hal tersebut menyebabkan Kota Malang menajdi semakin berkembang terutama pada kawasan permukiman. Perkembangan kawasan yang paling dekat dengan kampus-kampus pilihan dapat menimbulkan berbagai macam sektor informal Home-Based Enterprise. Keberadaan sektor informal yaitu HBE tersebut telah menjadi salah satu sumber pendapatan dan pekerjaan pada kehidupan masyarakat di sekitar kampus-kampus pilihan yang ada di Kota Malang. Salah satu kawasan permukiman yang menimbulkan berbagai macam HBE yang semakin berkembang tersebut ialah kawasan Watugong – Kerto yang terletak diantara Universitas Brawijaya dan UIN Malik Ibrahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan mengetahui dampak dari aktivitas HBE dalam spasial seperti penggunaan ruang dan kondisi lingkungan sekitar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Hasil pada penelitian ini yaitu didapatkan tiga strategi yang diimplementasikan oleh masyarakat sekitar yang mengalihfungsikan tempat tinggalnya menjadi HBE, yaitu dengan pembagian ruang, perluasan ruang, dan pergeseran ruang. Namun, Home-Based Enterprise juga berdampak negatif pada kenyamanan penggunaan jalan karena keberadaan HBE seringkali menimbulkan hambatan samping pada ruas jalan serta menghambat kelancaran pergerakan masyarakat yang berkendara maupun yang berjalan kaki.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116231690","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pantai Tirang merupakan salah satu pantai yang berada di wilayah barat Kota Semarang dan sering terjadi abrasi pantai di setiap tahunnya. Kondisi ini memberikan dampak terutama dalam lingkungan fisik Pantai Tirang yang dirasakan oleh masyarakat serta pengunjung pantai seperti adanya perubahan garis pantai akibat faktor alami dan faktor antropogenik. Penumpukan sampah menjadikan salah satu yang mempengaruhi perubahan kondisi fisik di lingkungan Pantai Tirang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak abrasi yang terjadi di Pantai Tirang serta mengkaji faktor penyebab perubahan kondisi lingkungan fisik di Pantai Tirang. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Adapun pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara in dept interview, observasi, dokumentasi. Serta dalam mengamati perubahan garis pantai secara signifikan pada tahun 2007, 2015, dan 2021 melalui citra satelit WorldView-2 dan citra satelit Quickbird. Terdapat beberapa faktor Pantai Tirang rentan terhadap abrasi seperti kemiringan pantai, kondisi vegetasi, dan kondisi pantai yang berpasir. Namun, pemerintah kota Semarang telah memperbaiki dan mengembangkan kondisi fisik Pantai Tirang menjadi ekowisata. Kata kunci: Abrasi, Pantai Tirang, Perubahan Garis Pantai, Sampah.
{"title":"Dampak Abrasi Kawasan Pesisir Pantai Tirang Terhadap Lingkungan Fisik di Kecamatan Tugu","authors":"Yonika Sindiana Prahmani, Dendhi Deanova, Trida Ridho Fariz, Andhina Putri Heriyanti","doi":"10.26418/uniplan.v3i2.56675","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v3i2.56675","url":null,"abstract":"Pantai Tirang merupakan salah satu pantai yang berada di wilayah barat Kota Semarang dan sering terjadi abrasi pantai di setiap tahunnya. Kondisi ini memberikan dampak terutama dalam lingkungan fisik Pantai Tirang yang dirasakan oleh masyarakat serta pengunjung pantai seperti adanya perubahan garis pantai akibat faktor alami dan faktor antropogenik. Penumpukan sampah menjadikan salah satu yang mempengaruhi perubahan kondisi fisik di lingkungan Pantai Tirang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak abrasi yang terjadi di Pantai Tirang serta mengkaji faktor penyebab perubahan kondisi lingkungan fisik di Pantai Tirang. Metode dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Adapun pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara in dept interview, observasi, dokumentasi. Serta dalam mengamati perubahan garis pantai secara signifikan pada tahun 2007, 2015, dan 2021 melalui citra satelit WorldView-2 dan citra satelit Quickbird. Terdapat beberapa faktor Pantai Tirang rentan terhadap abrasi seperti kemiringan pantai, kondisi vegetasi, dan kondisi pantai yang berpasir. Namun, pemerintah kota Semarang telah memperbaiki dan mengembangkan kondisi fisik Pantai Tirang menjadi ekowisata. Kata kunci: Abrasi, Pantai Tirang, Perubahan Garis Pantai, Sampah.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132893764","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-31DOI: 10.26418/uniplan.v3i2.57596
Syarfiatul Uzma, Miftahul Ridhoni, Hanny Maria Caesarina
Wilayah peri urban merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kekotaan dan kedesaan. Wilayah Peri urban memiliki karakteristik pertambahan penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi, sektor ekonominya yang didominasi non-pertanian, dan kesadaran penduduk sebagai penduduk kota pada daerah tersebut. Adanya interaksi yang terjadi dengan wilayah kota maupun desa dapat mempengaruhi perkembangan wilayah peri urban. Perkembangan tersebut dapat menimbulkan perkembangan dan pembangunan wilayah yang tidak terarah dan terkendali. Kota Banjarmasin merupakan perkotaan yang mengalami pertumbuhan terutama sektor perdagangan dan jasa dan Kawasan permukiman. Merujuk dari Teori Singh (2011) yang membagi 3 klasifikasi peri urban, yaitu peri urban primer (ciri kekotaan lebih mendominasi), peri urban sekunder (ciri kekotaan dan kedesaan saling mempengaruhi) dan rural peri urban (ciri kedesaan lebih mempengaruhi). Lokasi penelitian ini adalah kelurahan yang berada di Kota Banjarmasin yang berbatasan langsung dengan kabupaten/kota lain disekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah perumusan karakteristik peri urban primer berdasarkan aspek fisik di Kota Banjarmasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif terhadap penelitian terdahulu dan metode expert judgement (pendapat para ahli). Variabel karakteristik fisik peri urban primer yang didapakan berupa karakteristik pemanfaatan lahan pertanian, kepadatan bangunan, persentase permukiman dan persentase jalan aspal. Karakteristik fisik yang didapat kemudian akan di lakukan verifikasi kepada narasumber ahli untuk menguji variable dan memilih karakteristik yang paling banyak dipilih oleh narasumber ahli yang bisa diterapkan di Kota Banjarmasin. Dari rangkaian analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 4 (empat) karakteristik fisik peri urban primer yang dapat diterapkan di Kota Banjarmasin, yaitu karakteristik pemanfaatan lahan pertanian, kepadatan bangunan, persentase permukiman dan persentase jalan aspal.
{"title":"Perumusan Karakteristik Fisik Peri Urban Primer di Kota Banjarmasin","authors":"Syarfiatul Uzma, Miftahul Ridhoni, Hanny Maria Caesarina","doi":"10.26418/uniplan.v3i2.57596","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v3i2.57596","url":null,"abstract":"Wilayah peri urban merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kekotaan dan kedesaan. Wilayah Peri urban memiliki karakteristik pertambahan penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi, sektor ekonominya yang didominasi non-pertanian, dan kesadaran penduduk sebagai penduduk kota pada daerah tersebut. Adanya interaksi yang terjadi dengan wilayah kota maupun desa dapat mempengaruhi perkembangan wilayah peri urban. Perkembangan tersebut dapat menimbulkan perkembangan dan pembangunan wilayah yang tidak terarah dan terkendali. Kota Banjarmasin merupakan perkotaan yang mengalami pertumbuhan terutama sektor perdagangan dan jasa dan Kawasan permukiman. Merujuk dari Teori Singh (2011) yang membagi 3 klasifikasi peri urban, yaitu peri urban primer (ciri kekotaan lebih mendominasi), peri urban sekunder (ciri kekotaan dan kedesaan saling mempengaruhi) dan rural peri urban (ciri kedesaan lebih mempengaruhi). Lokasi penelitian ini adalah kelurahan yang berada di Kota Banjarmasin yang berbatasan langsung dengan kabupaten/kota lain disekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah perumusan karakteristik peri urban primer berdasarkan aspek fisik di Kota Banjarmasin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif terhadap penelitian terdahulu dan metode expert judgement (pendapat para ahli). Variabel karakteristik fisik peri urban primer yang didapakan berupa karakteristik pemanfaatan lahan pertanian, kepadatan bangunan, persentase permukiman dan persentase jalan aspal. Karakteristik fisik yang didapat kemudian akan di lakukan verifikasi kepada narasumber ahli untuk menguji variable dan memilih karakteristik yang paling banyak dipilih oleh narasumber ahli yang bisa diterapkan di Kota Banjarmasin. Dari rangkaian analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat 4 (empat) karakteristik fisik peri urban primer yang dapat diterapkan di Kota Banjarmasin, yaitu karakteristik pemanfaatan lahan pertanian, kepadatan bangunan, persentase permukiman dan persentase jalan aspal.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"110 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128742616","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-31DOI: 10.26418/uniplan.v3i2.57557
Desy Puspita Sari, Hanny Maria Caesarina, Miftahul Ridhoni
Kecamatan Alalak adalah wilayah peri urban yang terletak di daerah perbatasan Kabupaten Barito Kuala terhadap Kota Banjarmasin.Seiring dengan perkembangannya Kecamatan Alalak banyak mendapatkan pengaruh dari aktivitas perkotaan, diiringi dengan pertumbuhan permukiman dan perumahan yang tidak terkendali dan tidak merata. Ada beberapa kawasan yang sangat padat dengan perumahan, ada pula yang masih didominasi oleh lahan pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi wilayah peri urban di Kecamatan Alalak yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis skoring dan overlay, sehingga diperoleh klasifikasi wilayah peri urban di Kecamatan Alalak yang terdiri dari peri urban primer, peri urban sekunder dan rural peri urban. Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang termasuk dalam klasifikasi peri urban primer yaitu pada Kelurahan Handil Bakti dan Desa Berangas Timur. Daerah yang termasuk dalam klasifikasi peri urban sekunder yaitu pada Desa Pulau Sugara, Desa Pulau Alalak, Desa Semangat Karya, Desa Semangat Dalam, Desa Tatah Masjid Kelurahan Berangas, Kelurahan Berangas Barat, Desa Sungai Lumbah, dan Desa Beringin. Dan daerah yang termasuk dalam klasifikasi rural peri urban yaitu pada Desa Pulau Sewangi, Desa Semangat Bakti, Desa Balandean Muara, Desa Sungai Pitung, Desa Balandean, Desa Tanjung Harapan, dan Desa Panca Karya.
{"title":"Klasifikasi Wilayah Peri Urban Berdasarkan Aspek Fisik di Perbatasan Kabupaten Barito Kuala-Kota Banjarmasin (Studi Kasus: Kecamatan Alalak)","authors":"Desy Puspita Sari, Hanny Maria Caesarina, Miftahul Ridhoni","doi":"10.26418/uniplan.v3i2.57557","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v3i2.57557","url":null,"abstract":"Kecamatan Alalak adalah wilayah peri urban yang terletak di daerah perbatasan Kabupaten Barito Kuala terhadap Kota Banjarmasin.Seiring dengan perkembangannya Kecamatan Alalak banyak mendapatkan pengaruh dari aktivitas perkotaan, diiringi dengan pertumbuhan permukiman dan perumahan yang tidak terkendali dan tidak merata. Ada beberapa kawasan yang sangat padat dengan perumahan, ada pula yang masih didominasi oleh lahan pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi wilayah peri urban di Kecamatan Alalak yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis skoring dan overlay, sehingga diperoleh klasifikasi wilayah peri urban di Kecamatan Alalak yang terdiri dari peri urban primer, peri urban sekunder dan rural peri urban. Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang termasuk dalam klasifikasi peri urban primer yaitu pada Kelurahan Handil Bakti dan Desa Berangas Timur. Daerah yang termasuk dalam klasifikasi peri urban sekunder yaitu pada Desa Pulau Sugara, Desa Pulau Alalak, Desa Semangat Karya, Desa Semangat Dalam, Desa Tatah Masjid Kelurahan Berangas, Kelurahan Berangas Barat, Desa Sungai Lumbah, dan Desa Beringin. Dan daerah yang termasuk dalam klasifikasi rural peri urban yaitu pada Desa Pulau Sewangi, Desa Semangat Bakti, Desa Balandean Muara, Desa Sungai Pitung, Desa Balandean, Desa Tanjung Harapan, dan Desa Panca Karya.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126565332","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-01DOI: 10.26418/uniplan.v2i2.46501
Muhamad Adhiyaksa, A. Sukmawati
Kolorai Village has a variety of tourism potentials, they are cultural tourism, nature tourism, and marine tourism. Marine tourism is a type of tourism that has become the mainstay of Kolorai Village and has the opportunity to have a positive impact on the economic development of coastal communities. The research is located in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. This study aims to analyze the impact of marine tourism on the economic conditions of the local people in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. The research method conducted by using a quantitative method with Crosstab analysis techniques to exam the correlation between the existence of marine tourism and changes in income levels. Data collection was carried out by collecting primary data through questionnaires, interviews, and field observations as well as secondary data collection from document review. The results showed that the presence of marine tourism in Kolorai Village had a significant impact on the economy of the local community. This can be seen from the existence of new livelihood opportunities for local people who are not only as fishermen but also as marine tourism business actors and tourism accommodation service providers. The existence of accessibility and diversification of tourist attractions also affects the dynamics of community income in the marine tourism sector.
{"title":"Dampak Wisata Bahari bagi Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Kolorai, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai","authors":"Muhamad Adhiyaksa, A. Sukmawati","doi":"10.26418/uniplan.v2i2.46501","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v2i2.46501","url":null,"abstract":"Kolorai Village has a variety of tourism potentials, they are cultural tourism, nature tourism, and marine tourism. Marine tourism is a type of tourism that has become the mainstay of Kolorai Village and has the opportunity to have a positive impact on the economic development of coastal communities. The research is located in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. This study aims to analyze the impact of marine tourism on the economic conditions of the local people in Kolorai Village, South Morotai District, Morotai Island Regency. The research method conducted by using a quantitative method with Crosstab analysis techniques to exam the correlation between the existence of marine tourism and changes in income levels. Data collection was carried out by collecting primary data through questionnaires, interviews, and field observations as well as secondary data collection from document review. The results showed that the presence of marine tourism in Kolorai Village had a significant impact on the economy of the local community. This can be seen from the existence of new livelihood opportunities for local people who are not only as fishermen but also as marine tourism business actors and tourism accommodation service providers. The existence of accessibility and diversification of tourist attractions also affects the dynamics of community income in the marine tourism sector.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125142593","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-01DOI: 10.26418/uniplan.v2i2.46721
Nurfaila Tasni, Irsyadi Siradjuddin, Fadhil Surur
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bulukumba, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai kawasan pembangunan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35 / KEPMEN-KP / 2013, untuk melihat optimalisasi program pembangunan maka diperlukan monitoring sebagai bentuk evaluasi, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat infrastruktur yang tersedia di kawasan Minapolitan dan untuk mengetahui sejauh mana implementasi program di kawasan Minapolitan Kabupaten Bulukumba. Batasan t penelitian ini adalah melihat kesesuaian dokumen perencanaan dengan kondisi eksisting, mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan perencanaan, produksi perikanan, dan kendala dalam pengembangannya serta cakupan wilayahnya merupakan kawasan Minapolitan Bulukumba yang terdapat pada Kawasan Minapolitan Bulukumba. Rencana. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2011 - 2031. Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua digunakan analisis skala likert dengan metode scoring berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebagai langkah evaluasi, dimana proses evaluasi dilaksanakan dengan rencana yang seharusnya. Hasil dalam penelitian ini untuk masalah pertama menyatakan hasil evaluasi bahwa implementasi kawasan minapolitan berdasarkan ketersediaan fasilitas mencapai 44,6% dengan kategori prasarana kurang baik mencapai 66% pada kategori sedang sehingga masih banyak yang dibutuhkan. untuk direalisasikan dan jawaban dari rumusan masalah kedua yaitu Tingkat implementasi program dalam pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 80% dengan kategori baik secara keseluruhan program telah dilaksanakan, namun perlu adanya optimasi. Sehingga dampak program tersebut menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang membutuhkan bantuan pemerintah seperti pemberian permodalan (home industry) sehingga memudahkan masyarakat dalam menjalankan usahanya sendiri.
{"title":"EVALUASI PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN KABUPATEN BULUKUMBA","authors":"Nurfaila Tasni, Irsyadi Siradjuddin, Fadhil Surur","doi":"10.26418/uniplan.v2i2.46721","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v2i2.46721","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bulukumba, salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba ditetapkan sebagai kawasan pembangunan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35 / KEPMEN-KP / 2013, untuk melihat optimalisasi program pembangunan maka diperlukan monitoring sebagai bentuk evaluasi, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat infrastruktur yang tersedia di kawasan Minapolitan dan untuk mengetahui sejauh mana implementasi program di kawasan Minapolitan Kabupaten Bulukumba. Batasan t penelitian ini adalah melihat kesesuaian dokumen perencanaan dengan kondisi eksisting, mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan perencanaan, produksi perikanan, dan kendala dalam pengembangannya serta cakupan wilayahnya merupakan kawasan Minapolitan Bulukumba yang terdapat pada Kawasan Minapolitan Bulukumba. Rencana. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2011 - 2031. Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua digunakan analisis skala likert dengan metode scoring berdasarkan hasil observasi dan wawancara sebagai langkah evaluasi, dimana proses evaluasi dilaksanakan dengan rencana yang seharusnya. Hasil dalam penelitian ini untuk masalah pertama menyatakan hasil evaluasi bahwa implementasi kawasan minapolitan berdasarkan ketersediaan fasilitas mencapai 44,6% dengan kategori prasarana kurang baik mencapai 66% pada kategori sedang sehingga masih banyak yang dibutuhkan. untuk direalisasikan dan jawaban dari rumusan masalah kedua yaitu Tingkat implementasi program dalam pembangunan kawasan minapolitan di Kabupaten Bulukumba sudah mencapai 80% dengan kategori baik secara keseluruhan program telah dilaksanakan, namun perlu adanya optimasi. Sehingga dampak program tersebut menyentuh seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat yang membutuhkan bantuan pemerintah seperti pemberian permodalan (home industry) sehingga memudahkan masyarakat dalam menjalankan usahanya sendiri.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130362579","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberagaman di Indonesia merupakan pengaruh negara yang berbentuk kepulauan sehingga karakteristik geologi pada setiap wilayah akan berbeda, karena itu pengembangan di setiap wilayah akan berbeda. Pengembangan wilayah berbasis struktur geologi kawasan merupakan kajian dari pengembangan suatu wilayah dengan mengkaji struktur geologi yang terdapat pada kawasan tertentu. Perbedaan struktur geologi ini harus diperhatikan agar tidak terjadi ketidakcocokan, khususnya untuk pengembangan wilayah Pulau Belitung yang mulai tumbuh seiring dengan beralihnya kegiatan pertambangan ke kegiatan pariwisata sebagai prioritas pengembangan wilayah, khususnya di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
{"title":"KAJIAN LITERATUR : ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN DI PULAU BELITUNG","authors":"Nabil Fahrezy, Feldian Hendargi, Hasti Widyasamratri","doi":"10.26418/uniplan.v2i2.50028","DOIUrl":"https://doi.org/10.26418/uniplan.v2i2.50028","url":null,"abstract":"Keberagaman di Indonesia merupakan pengaruh negara yang berbentuk kepulauan sehingga karakteristik geologi pada setiap wilayah akan berbeda, karena itu pengembangan di setiap wilayah akan berbeda. Pengembangan wilayah berbasis struktur geologi kawasan merupakan kajian dari pengembangan suatu wilayah dengan mengkaji struktur geologi yang terdapat pada kawasan tertentu. Perbedaan struktur geologi ini harus diperhatikan agar tidak terjadi ketidakcocokan, khususnya untuk pengembangan wilayah Pulau Belitung yang mulai tumbuh seiring dengan beralihnya kegiatan pertambangan ke kegiatan pariwisata sebagai prioritas pengembangan wilayah, khususnya di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.","PeriodicalId":136153,"journal":{"name":"Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134182366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}