Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i2.1948
Siti Nurhaliza
Antioksidan adalah senyawa yangmemiliki peran sebagai penangkal radikal bebas yang terjadi akibat radiasi matahari, radiasi yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Antioksidan tinggi bisa didapat dari tumbuhan alam, seperti tapak dara. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni dengan rancangan kuantitatif yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbandingan antioksidan ekstrak etanol dan krim tabir surya daun tapak dara, pengujian dilakukan dengan metode DPPH dengan menentukan panjang gelombang absorbansi menggunakan alat Spektrofotometer-Visible. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada ekstrak etanol menghasilkan nilai sebesar 146,62 ppm sedangkan pada krim formulasi 1, 2, dan 3 berturut-turut yaitu 416,84 ppm, 324,80 ppm, dan 298.394 ppm. Hasil menandakan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak dalam kategori sedang, sedangkan pada krim sangat lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa antioksidan pada ekstrak lebih kuat dibanding krim.
{"title":"Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dan Sediaan Krim Tabir Surya Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) Dengan Uji DPPH","authors":"Siti Nurhaliza","doi":"10.32665/faskes.v1i2.1948","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.1948","url":null,"abstract":"Antioksidan adalah senyawa yangmemiliki peran sebagai penangkal radikal bebas yang terjadi akibat radiasi matahari, radiasi yang terus menerus terjadi dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Antioksidan tinggi bisa didapat dari tumbuhan alam, seperti tapak dara. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni dengan rancangan kuantitatif yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbandingan antioksidan ekstrak etanol dan krim tabir surya daun tapak dara, pengujian dilakukan dengan metode DPPH dengan menentukan panjang gelombang absorbansi menggunakan alat Spektrofotometer-Visible. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada ekstrak etanol menghasilkan nilai sebesar 146,62 ppm sedangkan pada krim formulasi 1, 2, dan 3 berturut-turut yaitu 416,84 ppm, 324,80 ppm, dan 298.394 ppm. Hasil menandakan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak dalam kategori sedang, sedangkan pada krim sangat lemah, sehingga dapat disimpulkan bahwa antioksidan pada ekstrak lebih kuat dibanding krim.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125155365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i1.1954
S. Widyastuti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah Rambusa (Passiflora foetida L) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada mencit (Mus musculus) dan menentukan pada konsentrasi berapa yang paling efektif. Penelitian ini menggunakan 15 ekor hewan uji mencit yang dibagi atas 5 kelompok yang diukur kadar hemoglobin awalnya sebelum diberikan natrium nitrit sebagai penginduksi selama 14 hari, kemudian diukur kadar hemoglobin pada hari ke 15, kemudian diberikan perlakuan, kelompok I (kontrol negatif) diberi Na-CMC, kelompok II, III, dan IV, masing-masing diberikan ekstrak buah Rambusa konsentrasi 0,75% b/v, 1,5% b/v dan 2,25% b/v, sebagai kelompok perlakuan dan untuk kelompok V (kontrol positif) diberikan sangobion 0,15% b/v sebagai pembanding, diukur kadar hemoglobin setelah perlakuan pada hari ke- 15, 16 dan 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah Rambusa berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada mencit jantan. Berdasarkan analisis Varians menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan (P 0.000 < 0.05). Ekstrak buah Rambusa konsentrasi 2,25% b/v menunjukkan penagaruh paling efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin, tetapi efeknya masih lebih rendah dibandingkan pemberian suspensi Sangobion 0,15% b/v sebagai kontrol positif.
本研究旨在确定红糖(红糖属红糖提取物L)对小肠血红蛋白水平增加的影响,并确定最有效的浓度。这项研究使用15万只动物试验鼠分为5组对测量血红蛋白含量的钠硝酸盐作penginduksi 14天前开始,然后测量血红蛋白水平的第15天,然后给予治疗,如果把群一世(负控制)得到了Na-CMC, II、III和IV,每人得到水果提取物Rambusa 0,75%浓度b b / v / v, 1.5% 2,25% b / v,作为治疗组和V组(正控制)给予0.15%的b/ V作为比较,在第15、16和17天治疗后测量血红蛋白水平。研究表明,红毛糖提取物对雄性小嘴的血红蛋白水平增加有影响。根据方差分析,治疗方法存在显著差异(P 00.05)。红毛糖提取物的浓度为2.25%
{"title":"Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Rambusa (Passiflora Foetida L) Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Darah (Hb) Mencit Jantan (Mus Musculus)","authors":"S. Widyastuti","doi":"10.32665/faskes.v1i1.1954","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i1.1954","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah Rambusa (Passiflora foetida L) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada mencit (Mus musculus) dan menentukan pada konsentrasi berapa yang paling efektif. Penelitian ini menggunakan 15 ekor hewan uji mencit yang dibagi atas 5 kelompok yang diukur kadar hemoglobin awalnya sebelum diberikan natrium nitrit sebagai penginduksi selama 14 hari, kemudian diukur kadar hemoglobin pada hari ke 15, kemudian diberikan perlakuan, kelompok I (kontrol negatif) diberi Na-CMC, kelompok II, III, dan IV, masing-masing diberikan ekstrak buah Rambusa konsentrasi 0,75% b/v, 1,5% b/v dan 2,25% b/v, sebagai kelompok perlakuan dan untuk kelompok V (kontrol positif) diberikan sangobion 0,15% b/v sebagai pembanding, diukur kadar hemoglobin setelah perlakuan pada hari ke- 15, 16 dan 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah Rambusa berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada mencit jantan. Berdasarkan analisis Varians menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan (P 0.000 < 0.05). Ekstrak buah Rambusa konsentrasi 2,25% b/v menunjukkan penagaruh paling efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin, tetapi efeknya masih lebih rendah dibandingkan pemberian suspensi Sangobion 0,15% b/v sebagai kontrol positif.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115921698","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i2.1966
D. A. Kurniasih, Icha Vany Putri Kurniasari, Lisna Gianti
Latar belakang : Cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit usus yang tersebar meluas di Indonesia. Cacingan dikatakan jarang menyebabkan kematian, namun dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas penderitanya dengan menurunkan status gizi. Efeknya lambat dan biasanya tanpa gejala, itulah sebabnya penyakit ini diabaikan di antara penyakit lainnya. Risiko ini semakin diperumit oleh fakta bahwa anak-anak dan orang tua/wali, terutama ibu, tidak mengetahui pencegahan cacingan. Menciptakan kesadaran di antara anak-anak dan orang tua dapat membantu melawan penyakit ini. Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu mengenai penggunaan obat cacing pada anak. Metode: Studi deskriptif kuantitatif metode survei potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan kuesioner lewat google form dengan cara pengambilan sampel seluruhnya (total sampling), melibatkan 52 responden di salah satu Posyandu Kota Bandung. Hasil: Tingkat pengetahuan Ibu terhadap penggunaan obat cacing sebesar 59,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 34,6% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 5,8% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Simpulan dan saran: Penyakit cacingan pada anak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu. Diperlukan konsumsi obat cacing secara teratur dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan edukasi kesehatan diberikan bagi ibu yang datang ke Posyandu.
{"title":"Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Obat Cacing Pada Anak","authors":"D. A. Kurniasih, Icha Vany Putri Kurniasari, Lisna Gianti","doi":"10.32665/faskes.v1i2.1966","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.1966","url":null,"abstract":"Latar belakang : Cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit usus yang tersebar meluas di Indonesia. Cacingan dikatakan jarang menyebabkan kematian, namun dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas penderitanya dengan menurunkan status gizi. Efeknya lambat dan biasanya tanpa gejala, itulah sebabnya penyakit ini diabaikan di antara penyakit lainnya. Risiko ini semakin diperumit oleh fakta bahwa anak-anak dan orang tua/wali, terutama ibu, tidak mengetahui pencegahan cacingan. Menciptakan kesadaran di antara anak-anak dan orang tua dapat membantu melawan penyakit ini. Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu mengenai penggunaan obat cacing pada anak. Metode: Studi deskriptif kuantitatif metode survei potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan kuesioner lewat google form dengan cara pengambilan sampel seluruhnya (total sampling), melibatkan 52 responden di salah satu Posyandu Kota Bandung. Hasil: Tingkat pengetahuan Ibu terhadap penggunaan obat cacing sebesar 59,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 34,6% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 5,8% memiliki tingkat pengetahuan kurang. Simpulan dan saran: Penyakit cacingan pada anak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu. Diperlukan konsumsi obat cacing secara teratur dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan edukasi kesehatan diberikan bagi ibu yang datang ke Posyandu.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"504 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123251387","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i2.1947
Mirra Syavica
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah transisizona prostat yang terjadi pembesaran yang dapat menyebabkan gejala saluran kemih bagian bawahdan dapat menyebabkan obstruksi saluran keluar kandung kemih pada pria. Penelitian ini dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Dengan tujuan untuk mengetahui perawatan pasiendan efektivitas penggunaan obat tamsulosinkelenjar prostat jinak ( Benign Prostate Hyperplasia )Di Rumah Sakit Graha Husada Singgahan Tuban. Perawatan pasien kelenjar prostat jinak ( Benign Prostate Hyperplasia ) di Rumah Sakit Graha Husada Singgahan dilakukan dengan 2 cara yaitu, pemberian obat tamsulosin dengan kasus gejala ringan, pemberian obat tamsulosin dan pemeriksaan penunjang gejala sedang, pemberian obat tamsulosin pemeriksaan penunjang dan tindakan operasi TURP dengan kasus gejala berat. Penggunaan obat tamsulosin untuk pasien pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia) cukup efektif dalam penyembuhan penyakit BPH hal tersebut terbukti dalam sebelum dan sesudah pemberian tamsulosin, sebelum pemberian obat tamsulosin pasien merasakan harus mengejan untuk mulai kencing dengan jumlah keluhan 18 pasien dengan presentase 36%. Lalu setelah pemberian obat tamsulosin keluhan pasien sudah mulai ringan diantaranya 18 pasien dengan presentase 36% tidak merasakan harus kembali kencing.
{"title":"Efektivitas Penggunaan Obat Tamsulosin Untuk Pasien Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia) Di Rumah Sakit Graha Husada Singgahan Tuban","authors":"Mirra Syavica","doi":"10.32665/faskes.v1i2.1947","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.1947","url":null,"abstract":"Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah transisizona prostat yang terjadi pembesaran yang dapat menyebabkan gejala saluran kemih bagian bawahdan dapat menyebabkan obstruksi saluran keluar kandung kemih pada pria. Penelitian ini dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Dengan tujuan untuk mengetahui perawatan pasiendan efektivitas penggunaan obat tamsulosinkelenjar prostat jinak ( Benign Prostate Hyperplasia )Di Rumah Sakit Graha Husada Singgahan Tuban. Perawatan pasien kelenjar prostat jinak ( Benign Prostate Hyperplasia ) di Rumah Sakit Graha Husada Singgahan dilakukan dengan 2 cara yaitu, pemberian obat tamsulosin dengan kasus gejala ringan, pemberian obat tamsulosin dan pemeriksaan penunjang gejala sedang, pemberian obat tamsulosin pemeriksaan penunjang dan tindakan operasi TURP dengan kasus gejala berat. Penggunaan obat tamsulosin untuk pasien pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia) cukup efektif dalam penyembuhan penyakit BPH hal tersebut terbukti dalam sebelum dan sesudah pemberian tamsulosin, sebelum pemberian obat tamsulosin pasien merasakan harus mengejan untuk mulai kencing dengan jumlah keluhan 18 pasien dengan presentase 36%. Lalu setelah pemberian obat tamsulosin keluhan pasien sudah mulai ringan diantaranya 18 pasien dengan presentase 36% tidak merasakan harus kembali kencing.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129024908","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang Telah dilakukan penelitian terhadap Apotek Nakula dengan melihat tingkat kepuasan konsumen Swamedikasi berdasarkan lima parameter yaitu tangible (bukti fisik), emphaty (empati), realibility (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), dan assurance (jaminan). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan obat tanpa resep dan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan obat tanpa resep berdasarkan tangible, emphaty, responsivene, reability dan assurance. Metode penelitian secara deskriptif dengan mmeberikan kuisioner pada konsumen untuk menilai tingkat kepuasan berdasarkan skala likert. Hasil penelitian berdasarkan kuisioner yang disampaikan diperoleh nilai kualitas pelayanan untuk dimensi tangible -0,57%, emphaty -0,80%, realibility -0,79%, responsitiveness -0,85% serta assurance -0,77% dan nilai kualitas secara keseluruhan adalah -0,70%. Maka kesimpulannya nilai kualitas pelayanan obat tanpa resep di Apotek Nakula konsumen belum puas
{"title":"Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Pelayanan Obat Tanpa Resep di Apotek Nakula Tasikmalaya","authors":"Ririn Siti Nurapriani, Eddy Suhardiana, Kamiel Roesman Bachtiar","doi":"10.32665/faskes.v1i2.2010","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.2010","url":null,"abstract":"Latar Belakang Telah dilakukan penelitian terhadap Apotek Nakula dengan melihat tingkat kepuasan konsumen Swamedikasi berdasarkan lima parameter yaitu tangible (bukti fisik), emphaty (empati), realibility (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), dan assurance (jaminan). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan obat tanpa resep dan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan obat tanpa resep berdasarkan tangible, emphaty, responsivene, reability dan assurance. Metode penelitian secara deskriptif dengan mmeberikan kuisioner pada konsumen untuk menilai tingkat kepuasan berdasarkan skala likert. Hasil penelitian berdasarkan kuisioner yang disampaikan diperoleh nilai kualitas pelayanan untuk dimensi tangible -0,57%, emphaty -0,80%, realibility -0,79%, responsitiveness -0,85% serta assurance -0,77% dan nilai kualitas secara keseluruhan adalah -0,70%. Maka kesimpulannya nilai kualitas pelayanan obat tanpa resep di Apotek Nakula konsumen belum puas","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134407173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i2.1964
Lisna gianti
Latar belakang: TBHQ adalah antioksidan sintetis, yaitu digunakan untuk menstabilkan makanan yang mengandung lemak dan minyak nabati. Pemakaian antioksidan sintetik masih diperbolehkan sepanjang pemakaiannya sesuai dengan dosis yang diperbolehkan. Jika digunakan melebihi dari batas maksimum penggunaan antioksidan sintetik memiliki efek toksik yaitu kerusakan hati dan kanker.Tujuan: penelitian ini adalah untuk menentukan kadar TBHQ pada minyak kelapa sawit. Metode: Teknik sampling yang digunakan secara acak di pasar sekitar bandung dengan 3 waktu pengambilan yang berbeda. Sampel yang di uji sebanyak 6 minyak goreng di toko yang berbeda. Selanjutnya untuk pengujian menggunkan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm. TBHQ diekstraksi dengan menggunakan etil asetat dan air suling. Kondisi KCKT yang digunakan yaitu fase diam kolom C-18, fase gerak methanol : asetonitril : asam asetat 1% (70: 10: 20) dan laju alir 1 menit/ml. Uji linieritas menghasilkan koefisien korelasi 0,996. Hasil : Hasil uji perolehan kembali berdasarkan metode penambahan standar sebesar 16-75%. Simpangan baku relatife pada uji presisi sebesar 17,36%. Batas deteksi dan batas kuantitasi sebesar 0,3465 ppm dan 1,155 ppm. Hasil uji dari 6 sampel minyak yang berasal dari pasar sekitar Bandung menghasilkan bahwa sampel ke 1, 2, 3 dan 6 tidak terdeteksi mengandung TBHQ sedangkan sampel 4 dan 5 terdeteksi mengandung TBHQ sebesar 1,168 ppm dan 0,36 ppm. Kesimpulan dan saran: minyak curah tersebut aman untuk dikonsumsi karena tidak melebih batas maksimum dan saran penelitian perlu pembaharuan metode.
{"title":"Penentuan Kadar Antioksidan tertiary butyl Hydroquinone pada Minyak Goreng Curah dengan Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi","authors":"Lisna gianti","doi":"10.32665/faskes.v1i2.1964","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.1964","url":null,"abstract":"Latar belakang: TBHQ adalah antioksidan sintetis, yaitu digunakan untuk menstabilkan makanan yang mengandung lemak dan minyak nabati. Pemakaian antioksidan sintetik masih diperbolehkan sepanjang pemakaiannya sesuai dengan dosis yang diperbolehkan. Jika digunakan melebihi dari batas maksimum penggunaan antioksidan sintetik memiliki efek toksik yaitu kerusakan hati dan kanker.Tujuan: penelitian ini adalah untuk menentukan kadar TBHQ pada minyak kelapa sawit. Metode: Teknik sampling yang digunakan secara acak di pasar sekitar bandung dengan 3 waktu pengambilan yang berbeda. Sampel yang di uji sebanyak 6 minyak goreng di toko yang berbeda. Selanjutnya untuk pengujian menggunkan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor UV pada panjang gelombang 280 nm. TBHQ diekstraksi dengan menggunakan etil asetat dan air suling. Kondisi KCKT yang digunakan yaitu fase diam kolom C-18, fase gerak methanol : asetonitril : asam asetat 1% (70: 10: 20) dan laju alir 1 menit/ml. Uji linieritas menghasilkan koefisien korelasi 0,996. Hasil : Hasil uji perolehan kembali berdasarkan metode penambahan standar sebesar 16-75%. Simpangan baku relatife pada uji presisi sebesar 17,36%. Batas deteksi dan batas kuantitasi sebesar 0,3465 ppm dan 1,155 ppm. Hasil uji dari 6 sampel minyak yang berasal dari pasar sekitar Bandung menghasilkan bahwa sampel ke 1, 2, 3 dan 6 tidak terdeteksi mengandung TBHQ sedangkan sampel 4 dan 5 terdeteksi mengandung TBHQ sebesar 1,168 ppm dan 0,36 ppm. Kesimpulan dan saran: minyak curah tersebut aman untuk dikonsumsi karena tidak melebih batas maksimum dan saran penelitian perlu pembaharuan metode.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130692672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-29DOI: 10.32665/faskes.v1i2.1944
Ahmad Qusyairi Mughni
Latar belakang Penyumbatan pori-pori kulit sehingga sekresi minyak akan terhambat lalu membengkak serta mengering. Jerawat biasanya dipicu oleh beberapa bakteri salah satunya yaitu bakteri Staphylococcus epidermis. Pengobatan jerawat biasanya menggunakan antibiotik, namun apabila dipakai jangka panjang serta tidak sesuai dengan petunjuk dokter bisa menyebabkan resistensi, maka peneliti memilih penelitian antiacne menggunakan kosmetik dari bahan alam akibat lebih aman. Daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkoloid, serta terpenoid, bisa menghambat pertumbuhan bakteri pemicu jerawat. Tujuan: Dalam penelitian ini mengetahui daun sirsa yang mengandung metabolit sekunder, formulasi serta evaluasi sediaan lotion ekstrak daun sirsak, serta uji antibakteri terhadap Staphylococcus epidermis Metode: metode penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif true eksperimental dengan desain rancangan acak lengkap (RAL) mulai dengan pengumpulan sampel,lalu penggunaan ekstrak dengan cara maserasi serta penambahan pelarut etanol 96%,lalu uji skrining fitokimia,lalu pengunaan formulasi sediaan lotion serta evaluasi sediaan, lalu uji antibakteri dengam metode difusi cakram asil: Hasil skrining menunjukkan ekstrak etanol daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkoloid, serta terpenoid. Simpulan dan saran: Hasil evaluasi sediaan lotion ekstrak daun sirsak dengan uji organoleptik, uji daya sebar, uji homogenitas, serta uji pH sudah sesuai dengan standar nasional Indonesia SNI serta farmakope Indonesia. Sediaan lotion ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus Epidermis Sediaan lotion ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%), semua sediaan menghasilkan zona hambatan bakteri Staphylococcus Epidermis dengan daya hambat paling tinggi pada konsentrasi 15% berdiameter rata-rata 7,6 mm berkekuatan sesertag.
{"title":"Pengembangan Sediaan Lotion Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Antijerawat terhadap Bakteri (Staphyloccocus epidermis)","authors":"Ahmad Qusyairi Mughni","doi":"10.32665/faskes.v1i2.1944","DOIUrl":"https://doi.org/10.32665/faskes.v1i2.1944","url":null,"abstract":"Latar belakang Penyumbatan pori-pori kulit sehingga sekresi minyak akan terhambat lalu membengkak serta mengering. Jerawat biasanya dipicu oleh beberapa bakteri salah satunya yaitu bakteri Staphylococcus epidermis. Pengobatan jerawat biasanya menggunakan antibiotik, namun apabila dipakai jangka panjang serta tidak sesuai dengan petunjuk dokter bisa menyebabkan resistensi, maka peneliti memilih penelitian antiacne menggunakan kosmetik dari bahan alam akibat lebih aman. Daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkoloid, serta terpenoid, bisa menghambat pertumbuhan bakteri pemicu jerawat. Tujuan: Dalam penelitian ini mengetahui daun sirsa yang mengandung metabolit sekunder, formulasi serta evaluasi sediaan lotion ekstrak daun sirsak, serta uji antibakteri terhadap Staphylococcus epidermis Metode: metode penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif true eksperimental dengan desain rancangan acak lengkap (RAL) mulai dengan pengumpulan sampel,lalu penggunaan ekstrak dengan cara maserasi serta penambahan pelarut etanol 96%,lalu uji skrining fitokimia,lalu pengunaan formulasi sediaan lotion serta evaluasi sediaan, lalu uji antibakteri dengam metode difusi cakram asil: Hasil skrining menunjukkan ekstrak etanol daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkoloid, serta terpenoid. Simpulan dan saran: Hasil evaluasi sediaan lotion ekstrak daun sirsak dengan uji organoleptik, uji daya sebar, uji homogenitas, serta uji pH sudah sesuai dengan standar nasional Indonesia SNI serta farmakope Indonesia. Sediaan lotion ekstrak daun sirsak (Annona muricata L) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus Epidermis Sediaan lotion ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi F1 (5%), F2 (10%), F3 (15%), semua sediaan menghasilkan zona hambatan bakteri Staphylococcus Epidermis dengan daya hambat paling tinggi pada konsentrasi 15% berdiameter rata-rata 7,6 mm berkekuatan sesertag.","PeriodicalId":148468,"journal":{"name":"FASKES : Jurnal Farmasi, Kesehatan, dan Sains","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124523775","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}