Guru Sekolah Minggu yang berkapasitas adalah guru Sekolah Minggu yang memiliki kemampuan dalam mengajar, mampu mengadaptasi diri dengan anak, mampu menciptakan hal-hal yang baru, memiliki pemahaman yang matang tentang Alkitab, mampu mengadaptasikan diri anak dengan dunia yang semakin berkembang. Seorang guru harus mampu memelihara minat untuk mengajar, bakat untuk melayani atau potensi unik dalam dirinya. Guru berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam Sekolah Minggu, Oleh karena itu kajian tentang peningkatan kapasitas guru Sekolah Minggu dan dampaknya bagi kualitas pelayanan sangatlah diperlukan. Tujuan dari penulisan ini untuk mendorong meningkatkan kapasitas guru Sekolah Minggu supaya tidak putus asa mengusahakan adanya cara-cara kreatif, mendalami dalam memahami Alkitab. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, yang menjelaskan den menggambarkan upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh guru Sekolah Minggu dalam meningkatkan kapasitasnya berdasarkan sumber yang berkaitan.
{"title":"Peningkatan Kapasitas Guru Sekolah Minggu dan Dampaknya Bagi Kualitas Pelayanan Anak","authors":"Yasnia Ndruru","doi":"10.36588/hjim.v4i1.215","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v4i1.215","url":null,"abstract":"Guru Sekolah Minggu yang berkapasitas adalah guru Sekolah Minggu yang memiliki kemampuan dalam mengajar, mampu mengadaptasi diri dengan anak, mampu menciptakan hal-hal yang baru, memiliki pemahaman yang matang tentang Alkitab, mampu mengadaptasikan diri anak dengan dunia yang semakin berkembang. Seorang guru harus mampu memelihara minat untuk mengajar, bakat untuk melayani atau potensi unik dalam dirinya. Guru berperan sebagai fasilitator dalam melaksanakan pembelajaran khususnya dalam Sekolah Minggu, Oleh karena itu kajian tentang peningkatan kapasitas guru Sekolah Minggu dan dampaknya bagi kualitas pelayanan sangatlah diperlukan. Tujuan dari penulisan ini untuk mendorong meningkatkan kapasitas guru Sekolah Minggu supaya tidak putus asa mengusahakan adanya cara-cara kreatif, mendalami dalam memahami Alkitab. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, yang menjelaskan den menggambarkan upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh guru Sekolah Minggu dalam meningkatkan kapasitasnya berdasarkan sumber yang berkaitan.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"138 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141714110","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penulisan artikel ini hendak mendalami tentang panggilan Yesaya (Yesaya 6:8) bagi mahasiswa teologi. Sebagian mahasiswa teologi tidak memahami dasar panggilannya ketika masuk di Sekolah Tinggi Teologi sehingga hal ini berdampak pada diri mereka sendiri, seperti diberhentikan ataupun lari dari panggilan untuk melayani Tuhan. Oleh karenanya, mahasiswa teologi perlu menyadari betul dasar panggilannya dalam melayani Tuhan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberi pemahaman sekaligus menyadarkan mahasiswa teologi akan dasar panggilan mereka untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Melalui kesadaran ini tentunya akan berdampak pada kualitas pelayanan ke depan, dan hal inilah yang telah lakukan oleh Yesaya dalam melayani perkerjaan Allah.
{"title":"Panggilan Yesaya dan Aplikasinya bagi Keterpanggilan Mahasiswa Teologi dalam Yesaya 6:8-13","authors":"Linda Niwati Lahagu","doi":"10.36588/hjim.v4i1.332","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v4i1.332","url":null,"abstract":"Penulisan artikel ini hendak mendalami tentang panggilan Yesaya (Yesaya 6:8) bagi mahasiswa teologi. Sebagian mahasiswa teologi tidak memahami dasar panggilannya ketika masuk di Sekolah Tinggi Teologi sehingga hal ini berdampak pada diri mereka sendiri, seperti diberhentikan ataupun lari dari panggilan untuk melayani Tuhan. Oleh karenanya, mahasiswa teologi perlu menyadari betul dasar panggilannya dalam melayani Tuhan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni membandingkan berbagai literatur, baik itu buku-buku, artikel, maupun jurnal yang berkaitan dengan pembahasan di atas. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberi pemahaman sekaligus menyadarkan mahasiswa teologi akan dasar panggilan mereka untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Melalui kesadaran ini tentunya akan berdampak pada kualitas pelayanan ke depan, dan hal inilah yang telah lakukan oleh Yesaya dalam melayani perkerjaan Allah.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"76 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141713669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas, begitu juga dengan banyaknya pusat perbelanjaan. Namun, kemudahan tersebut dapat juga mempengaruhi cara pandang individu termasuk dalam membeli barang. Pergeseran pembelian yang sering terjadi ialah perilaku membeli yang awalnya untuk kebutuhan kini beralih menjadi keinginan yang disebut dengan gaya hidup konsumeris. Penelitian ini tertuju kepada beberapa mahasiswa STT BNKP Sundermann dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuannya, supaya mahasiswa dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebab, pembelian yang sering dilakukan saat ini lebih mengikuti keinginan daripada kebutuhan. Indikator gaya hidup konsumeris yang sering dilakukan oleh beberapa mahasiswa ialah pemborosan ingin terus berbelanja, mengikuti trend, mengoleksi barang, dan kurang bersyukur. Beberapa indikator tersebut tidak mencerminkan sikap sebagai mahasiswa teologi. Gaya hidup mahasiswa teologi yang seharusnya ialah berpedoman pada keteladanan hidup Yesus Kristus, yaitu kesederhanaan. Agar kesederhanaan ini dapat dimiliki maka, mahasiswa teologi harus mengendalikan diri untuk tidak mengikuti keinginan semata.
{"title":"Gaya Hidup Konsumerisme di Kalangan Mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi BNKP Sundermann","authors":"Ivaniwati Gulo, Eirene Kardiani Gulo","doi":"10.36588/hjim.v4i1.314","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v4i1.314","url":null,"abstract":"Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini dapat mempermudah manusia dalam beraktivitas, begitu juga dengan banyaknya pusat perbelanjaan. Namun, kemudahan tersebut dapat juga mempengaruhi cara pandang individu termasuk dalam membeli barang. Pergeseran pembelian yang sering terjadi ialah perilaku membeli yang awalnya untuk kebutuhan kini beralih menjadi keinginan yang disebut dengan gaya hidup konsumeris. Penelitian ini tertuju kepada beberapa mahasiswa STT BNKP Sundermann dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Tujuannya, supaya mahasiswa dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebab, pembelian yang sering dilakukan saat ini lebih mengikuti keinginan daripada kebutuhan. Indikator gaya hidup konsumeris yang sering dilakukan oleh beberapa mahasiswa ialah pemborosan ingin terus berbelanja, mengikuti trend, mengoleksi barang, dan kurang bersyukur. Beberapa indikator tersebut tidak mencerminkan sikap sebagai mahasiswa teologi. Gaya hidup mahasiswa teologi yang seharusnya ialah berpedoman pada keteladanan hidup Yesus Kristus, yaitu kesederhanaan. Agar kesederhanaan ini dapat dimiliki maka, mahasiswa teologi harus mengendalikan diri untuk tidak mengikuti keinginan semata. ","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"64 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141701914","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alat peraga adalah alat bantu pengajaran yang wajib digunakan oleh pendidik untuk mengajari anak usia dini. Namun realitas yang terjadi terkadang sebagian guru TK tidak menggunakan alat peraga pengajaran untuk mengajari peserta didik. Lewat pendekatan Kualitatif berserta prosedurnya, penulis berhasil mengumpulkan data penyebab sebagian guru tidak menggunakan alat peraga pengajaran, karena keterbatasan bahan dan kemampuan tenaga pengajar untuk membuat alat peraga pengajaran, sehingga hal ini berdampak pada proses belajar mengajar anak ditandai dengan sebagian kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dan pembelajaran yang diberikan tidak memberikan yang signifikan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan upaya pemanfaatan alat peraga pengajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak usia dini di TK Swasta Kristen BNKP Hanna Blindow, pihak sekolah melengkapi bahan dan alat peraga penagajaran, memberikan motivasi kepeda peserta didik, melakukan pengawasan dan evaluasi kepada guru untuk membuat alat peraga pengajaran, alat peraga pengajaran dibuat sebelum kegiatan pembelajaran.
教具是教育工作者在幼儿教学中必须使用的工具。然而,现实情况是,有时一些幼儿园教师并没有使用教具对学生进行教学。笔者通过定性的方法和程序,收集到了一些教师不使用教具的原因,由于材料有限,教职工制作教具的能力有限,从而对幼儿的教学过程产生了影响,表现为一些学习活动没有开展,所提供的学习内容对幼儿思维能力的发展没有起到明显的作用。根据研究结果,研究者建议 BNKP Hanna Blindow 基督教私立幼儿园努力使用教具来发展幼儿的思维能力,学校应配齐教具和材料,为学生提供动力,监督和评价教师制作教具,在学习活动之前制作教具。
{"title":"Pemanfaatan Alat Peraga Pengajaran Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Anak di TK Swasta Kristen BNKP Hanna Blindow","authors":"Sinar Abdi Waruwu, Amurisi Ndraha, Mitra Nurdalismin Muliana Gulo","doi":"10.36588/hjim.v4i1.336","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v4i1.336","url":null,"abstract":"Alat peraga adalah alat bantu pengajaran yang wajib digunakan oleh pendidik untuk mengajari anak usia dini. Namun realitas yang terjadi terkadang sebagian guru TK tidak menggunakan alat peraga pengajaran untuk mengajari peserta didik. Lewat pendekatan Kualitatif berserta prosedurnya, penulis berhasil mengumpulkan data penyebab sebagian guru tidak menggunakan alat peraga pengajaran, karena keterbatasan bahan dan kemampuan tenaga pengajar untuk membuat alat peraga pengajaran, sehingga hal ini berdampak pada proses belajar mengajar anak ditandai dengan sebagian kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dan pembelajaran yang diberikan tidak memberikan yang signifikan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan upaya pemanfaatan alat peraga pengajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak usia dini di TK Swasta Kristen BNKP Hanna Blindow, pihak sekolah melengkapi bahan dan alat peraga penagajaran, memberikan motivasi kepeda peserta didik, melakukan pengawasan dan evaluasi kepada guru untuk membuat alat peraga pengajaran, alat peraga pengajaran dibuat sebelum kegiatan pembelajaran.\u0000 ","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"39 15","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141709862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Agusman Harefa, Opini Abdi Putra Hia, Intan Purnama Ndruru
Judi online adalah bentuk permainan judi yang sedang populer pada saat ini dan hal ini menjadi tantangan saat ini, baik pemerintah begitu juga dengan gereja. Untuk meminimalisir praktik judi online, maka gereja harus berperan dalam mendorong setiap umatNya berlaku suci pada setiap aspek kehidupan. Di BNKP Jemaat Kasih Karunia Mazo, peran gereja dalam mengatasi perjudian online sangatlah minim. Pelayan gereja masih bingung apa yang harus diperbuat serta langkah apa yang paling tepat dalam mengurangi jumlah penjudi online ini. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan berkembangnya judi online dan dampaknya bagi warga jemaat serta menguraikan upaya optimalisasi peran gereja dalam mengatasi judi online. Penulis menggunakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metodologi penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa masih ditemukan adanya warga jemaat yang melakukan judi online karena pemahaman tentang judi online yang keliru. Karena itu gereja sebaiknya berperan serta untuk memberdayakan anggota jemaat secara holistik, mengoptimalkan, meningkatkan pembinaan warga jemaat dan membangun kemitraan dari semua pihak untuk mengatasi praktik judi online.
{"title":"Optimalisasi Peran Gereja dalam Mengatasi Praktik Judi Online","authors":"Agusman Harefa, Opini Abdi Putra Hia, Intan Purnama Ndruru","doi":"10.36588/hjim.v3i1.227","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v3i1.227","url":null,"abstract":"Judi online adalah bentuk permainan judi yang sedang populer pada saat ini dan hal ini menjadi tantangan saat ini, baik pemerintah begitu juga dengan gereja. Untuk meminimalisir praktik judi online, maka gereja harus berperan dalam mendorong setiap umatNya berlaku suci pada setiap aspek kehidupan. Di BNKP Jemaat Kasih Karunia Mazo, peran gereja dalam mengatasi perjudian online sangatlah minim. Pelayan gereja masih bingung apa yang harus diperbuat serta langkah apa yang paling tepat dalam mengurangi jumlah penjudi online ini. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan berkembangnya judi online dan dampaknya bagi warga jemaat serta menguraikan upaya optimalisasi peran gereja dalam mengatasi judi online. Penulis menggunakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metodologi penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa masih ditemukan adanya warga jemaat yang melakukan judi online karena pemahaman tentang judi online yang keliru. Karena itu gereja sebaiknya berperan serta untuk memberdayakan anggota jemaat secara holistik, mengoptimalkan, meningkatkan pembinaan warga jemaat dan membangun kemitraan dari semua pihak untuk mengatasi praktik judi online.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"117 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139361875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sinar Abdi Waruwu, Osti magdalena Gulo, Amurisi Ndraha
Artikel ini membahas tentang pentingnya peran khotbah dalam membangun spiritualitas generasi milenial. Perkembangan zaman sekarang ini sangatlah pesat, salah satunya dalam kehidupan generasi milenial yang wilayah dan kondisinya diperhadapkan dengan keakraban media dan kecanggihan teknologi digital. Generasi milenial ini memiliki jiwa yang serba cepat, tidak suka yang sangat formal, memiliki jiwa semangat, dan sangat dekat dengan teknologi digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, penulis mengetahui bahwa generasi milenial memang rajin beribadah, aktif dalam pelayanan remaja dan pemuda, namun mereka tidak serius mendengarkan khotbah dan ada yang sama sekali tidak mendengarkan khotbah. Penyebabnya ialah cara penyampaian khotbah monoton, sangat formal, menggunakan waktu yang lama dan isi yang disampaikan tak sesuai, kemudian disebabkan didikan orangtua dan lingkungan yang baik buruknya pandangan generasi milenial terhadap khotbah. Oleh karena itu sangat dikehendaki perubahan dalam diri generasi milenial, baik melalui Khotbah yang disampaikan setiap minggu raya maupun setiap pelaksanaan PA pemuda, Didikan Orangtua dan Lingkungan yang baik dapat membangun spiritualitas generasi milenial.
{"title":"Peran Khotbah dalam Membangun Spiritualitas Generasi Milenial","authors":"Sinar Abdi Waruwu, Osti magdalena Gulo, Amurisi Ndraha","doi":"10.36588/hjim.v2i1.98","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v2i1.98","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas tentang pentingnya peran khotbah dalam membangun spiritualitas generasi milenial. Perkembangan zaman sekarang ini sangatlah pesat, salah satunya dalam kehidupan generasi milenial yang wilayah dan kondisinya diperhadapkan dengan keakraban media dan kecanggihan teknologi digital. Generasi milenial ini memiliki jiwa yang serba cepat, tidak suka yang sangat formal, memiliki jiwa semangat, dan sangat dekat dengan teknologi digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, penulis mengetahui bahwa generasi milenial memang rajin beribadah, aktif dalam pelayanan remaja dan pemuda, namun mereka tidak serius mendengarkan khotbah dan ada yang sama sekali tidak mendengarkan khotbah. Penyebabnya ialah cara penyampaian khotbah monoton, sangat formal, menggunakan waktu yang lama dan isi yang disampaikan tak sesuai, kemudian disebabkan didikan orangtua dan lingkungan yang baik buruknya pandangan generasi milenial terhadap khotbah. Oleh karena itu sangat dikehendaki perubahan dalam diri generasi milenial, baik melalui Khotbah yang disampaikan setiap minggu raya maupun setiap pelaksanaan PA pemuda, Didikan Orangtua dan Lingkungan yang baik dapat membangun spiritualitas generasi milenial.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121901258","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Amurisi Ndraha, Bilman Riang Harefa, Elvilina Hulu
Membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Membaca dapat membantu setiap individu dapat memperoleh informasi dari yang dibaca. Namun sering kali membaca sering diabaikan bahkan masih ada yang mengalami kesulitan, yang disebut Kesulitan membaca. Kesulitan belajar membaca adalah ketidakmampuan anak dalam mempelajari unsur-unsur kalimat. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan belajar membaca Alkitab siswa. Kesulitan belajar membaca Alkitab menjadi salah satu permasalahan dan hal ini harus segera di atasi, karena Alkitab merupakan Firman Tuhan yang bisa memberi pengertian, pemahaman dan pertumbuhan iman bagi anak-anak. Dimana hal itu menjadi tujuan utama dari Pendidikan Agama Kristen. Kesulitan belajar membaca Alkitab sangat banyak dialami oleh siswa yaitu siswa sekolah dasar oleh karena itu guru memiliki peran penting di dalamnya. Adapun tujuan untuk penelitian ini adalah menguraikan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesulitan belajar membaca siswa, mengetahui penyebab kesulitan belajar membaca Alkitab siswa dan untuk mengetahui solusi mengatasi kesulitan belajar membaca Alkitab siswa kelas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri atas wawancara, observasi dan dokumentasi.
{"title":"Peran Guru PAK Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Membaca Alkitab","authors":"Amurisi Ndraha, Bilman Riang Harefa, Elvilina Hulu","doi":"10.36588/hjim.v2i1.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v2i1.70","url":null,"abstract":"Membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Membaca dapat membantu setiap individu dapat memperoleh informasi dari yang dibaca. Namun sering kali membaca sering diabaikan bahkan masih ada yang mengalami kesulitan, yang disebut Kesulitan membaca. Kesulitan belajar membaca adalah ketidakmampuan anak dalam mempelajari unsur-unsur kalimat. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan belajar membaca Alkitab siswa. Kesulitan belajar membaca Alkitab menjadi salah satu permasalahan dan hal ini harus segera di atasi, karena Alkitab merupakan Firman Tuhan yang bisa memberi pengertian, pemahaman dan pertumbuhan iman bagi anak-anak. Dimana hal itu menjadi tujuan utama dari Pendidikan Agama Kristen. Kesulitan belajar membaca Alkitab sangat banyak dialami oleh siswa yaitu siswa sekolah dasar oleh karena itu guru memiliki peran penting di dalamnya. Adapun tujuan untuk penelitian ini adalah menguraikan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk kesulitan belajar membaca siswa, mengetahui penyebab kesulitan belajar membaca Alkitab siswa dan untuk mengetahui solusi mengatasi kesulitan belajar membaca Alkitab siswa kelas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang terdiri atas wawancara, observasi dan dokumentasi. ","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116545168","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nats dari kitab Rut 1: 19-22 adalah sepenggal kisah seorang janda bernama Naomi yang pulang ke kampung halamannya membawa menantunya Rut, yang juga adalah seorang janda ke kota Betlehem. Kepulangan mereka mengejutkan orang dan membuat mereka bertanya-tanya tentang kondisi Naomi dan Rut. Kisah Naomi dan Rut ini memberikan inspirasi kepada para janda yang mengalami duka keputusasaan dalam kehidupannya agar tetap bertahan menghadapi penderitaan yang mereka alami. Kajian teologis Rut 1:19-22 menceritakan tentang Naomi yang menganggap Allahlah yang memberikan penderitaan dan duka dalam kehidupannya, sehingga keputusasaan dan kesedihan yang selalu ia rasakan saat pulang ke kampung halamannya. Saat ini, banyak janda yang mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Naomi dan Rut. Karena itu, tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka, tentang bagaimana kehidupan Naomi yang penuh penderitaan namun bertahan dan berpengharapan pada Tuhan di tengah keputusasaan.
{"title":"Jangan Panggil Aku Naomi: Studi Eksegetis Rut 1:19-22","authors":"Eklesia Philadelphia Daeli, Soniman Zai","doi":"10.36588/hjim.v1i1.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v1i1.13","url":null,"abstract":"Nats dari kitab Rut 1: 19-22 adalah sepenggal kisah seorang janda bernama Naomi yang pulang ke kampung halamannya membawa menantunya Rut, yang juga adalah seorang janda ke kota Betlehem. Kepulangan mereka mengejutkan orang dan membuat mereka bertanya-tanya tentang kondisi Naomi dan Rut. Kisah Naomi dan Rut ini memberikan inspirasi kepada para janda yang mengalami duka keputusasaan dalam kehidupannya agar tetap bertahan menghadapi penderitaan yang mereka alami. Kajian teologis Rut 1:19-22 menceritakan tentang Naomi yang menganggap Allahlah yang memberikan penderitaan dan duka dalam kehidupannya, sehingga keputusasaan dan kesedihan yang selalu ia rasakan saat pulang ke kampung halamannya. Saat ini, banyak janda yang mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Naomi dan Rut. Karena itu, tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi mereka, tentang bagaimana kehidupan Naomi yang penuh penderitaan namun bertahan dan berpengharapan pada Tuhan di tengah keputusasaan.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127884839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Spirituality must be possessed by Christian religious education (CRE) teachers, considering that the teaching he does aims to pave the way for learners to spirituality through the formation of perfect character, morals, and social. Therefore, this article seeks to identify the spiritual values that a CRE teacher should have and how the spiritual values are internalized in his personal life. This article is a conceptual framework based on a theoretical review. To develop concepts relevant to the topic, the author reviews literature from books and scientific journals, research reports, scientific essays, thesis and dissertations, encyclopedias, and other print and electronic sources. Based on a review of various sources, including spirituality according to Christianity, the author explains the essential spiritual values that a CRE teacher must possess. The author groups them into two dimensions, namely the personal dimension and the relational dimension.
{"title":"The Spirituality Dimensions of Christian Religious Education Teacher","authors":"Delipiter Lase","doi":"10.36588/hjim.v1i1.59","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v1i1.59","url":null,"abstract":"Spirituality must be possessed by Christian religious education (CRE) teachers, considering that the teaching he does aims to pave the way for learners to spirituality through the formation of perfect character, morals, and social. Therefore, this article seeks to identify the spiritual values that a CRE teacher should have and how the spiritual values are internalized in his personal life. This article is a conceptual framework based on a theoretical review. To develop concepts relevant to the topic, the author reviews literature from books and scientific journals, research reports, scientific essays, thesis and dissertations, encyclopedias, and other print and electronic sources. Based on a review of various sources, including spirituality according to Christianity, the author explains the essential spiritual values that a CRE teacher must possess. The author groups them into two dimensions, namely the personal dimension and the relational dimension.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132421528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana gereja melakukan pendampingan psikososial terhadap perempuan hamil di luar nikah. Mengambil lokasi di Jemaat BNKP Orahili Sifalaete Resort 26 – di jemaat ini setiap tahunnya terdapat kasus hamil di luar nikah. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Sumber data (partisipan) penelitian berjumlah 15 orang, terdiri dari pendeta jemaat dan Satua Niha Keriso atau penatua, pelaku atau korban hamil di luar nikah, dan warga jemaat. Temuan penelitian menunjukan bahwa gereja belum melakukan pendampingan psikososial terhadap perempuan hamil di luar nikah. Penyebab belum terlaksananya pendampingan adalah pelayan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan pendampingan psikososial; pelayan mendapat penolakan dari korban atau pelaku. Akibat minimnya pemahaman tentang pendampingan ini, para pelayan tidak memiliki keberanian menghadapi kasus yang terjadi. Pada bagian akhir artikel, penulis menawarkan dan merekomendasi ulang beberapa konsep yang disertai dengan implikasi tentang pendampingan terhadap perempuan hamil di luar nikah di dalam jemaat.
本文旨在探讨教会如何对未婚女性进行心理社会辅导。以BNKP orashli Sifalaete度假村26号地点为例——这些教区每年都有未婚怀孕病例。研究采用专业化的描述方法进行研究。研究的参与者有15人,包括教区牧师和萨图亚·克里索(Satua Niha Keriso)或长老、通奸者或非婚生子女受害者以及会众成员。研究结果表明,教会尚未对非婚生子女进行心理社会辅导。没有分配的原因是服务员没有足够的知识和技能来完成社会心理辅导;仆人被拒绝从受害者或犯罪者。由于对这项工作缺乏了解,仆人们对手头的工作缺乏勇气。在这篇文章的最后,作者提出并推荐了一些概念,以及教会中对未婚女性的影响。
{"title":"Pendampingan Psikososial terhadap Perempuan Hamil di Luar Nikah","authors":"Nirlam Septrisna Yanti Zebua","doi":"10.36588/hjim.v1i1.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/hjim.v1i1.65","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana gereja melakukan pendampingan psikososial terhadap perempuan hamil di luar nikah. Mengambil lokasi di Jemaat BNKP Orahili Sifalaete Resort 26 – di jemaat ini setiap tahunnya terdapat kasus hamil di luar nikah. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Sumber data (partisipan) penelitian berjumlah 15 orang, terdiri dari pendeta jemaat dan Satua Niha Keriso atau penatua, pelaku atau korban hamil di luar nikah, dan warga jemaat. Temuan penelitian menunjukan bahwa gereja belum melakukan pendampingan psikososial terhadap perempuan hamil di luar nikah. Penyebab belum terlaksananya pendampingan adalah pelayan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan pendampingan psikososial; pelayan mendapat penolakan dari korban atau pelaku. Akibat minimnya pemahaman tentang pendampingan ini, para pelayan tidak memiliki keberanian menghadapi kasus yang terjadi. Pada bagian akhir artikel, penulis menawarkan dan merekomendasi ulang beberapa konsep yang disertai dengan implikasi tentang pendampingan terhadap perempuan hamil di luar nikah di dalam jemaat.","PeriodicalId":270442,"journal":{"name":"HINENI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131473221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}