Pub Date : 2021-04-30DOI: 10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.5
Aryo Sasmita, Isnaini Isnaini, Rizki Zustika
Pertanian merupakan sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kampar. Namun di sisi lain, sektor pertanian ini termasuk di dalamnya peternakan dan perkebunan turut menyumbang 8% dari emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai emisi gas rumah kaca di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan di Kabupaten Kampar. Metode yang digunakan dalam perhitungan emisi menggunakan metode Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) 2006 dan 2019 Refinement to the 2006 dengan pendekatan Tier 1. Emisi GRK dihitung dari kegiatan penanaman padi, penggunaan pupuk, pengelolaan tanah, pengelolaan kotoran hewan, dan hasil fermentasi enterik dari proses pencernaan hewan. Data didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kampar yang telah dikonfirmasi oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa emisi GRK di Kabupaten Kampar dari sektor pertanian dan perkebunan adalah sebesar 297.15 Gg CO2 ekivalen per tahun, sedangkan emisi GRK dari sektor peternakan sebesar 14,012.24 Gg CO2 ekivalen per tahun. Emisi GRK total dari sektor pertanian, perkebunan dan peternakan tahun 2019 adalah sebesar 14,309.39 Gg CO2 ekivalen per tahun, dimana sektor peternakan berkontribusi paling besar sebesar 97.92%.
{"title":"Estimasi Gas Rumah Kaca dari Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau","authors":"Aryo Sasmita, Isnaini Isnaini, Rizki Zustika","doi":"10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.5","url":null,"abstract":"Pertanian merupakan sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kampar. Namun di sisi lain, sektor pertanian ini termasuk di dalamnya peternakan dan perkebunan turut menyumbang 8% dari emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai emisi gas rumah kaca di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan di Kabupaten Kampar. Metode yang digunakan dalam perhitungan emisi menggunakan metode Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) 2006 dan 2019 Refinement to the 2006 dengan pendekatan Tier 1. Emisi GRK dihitung dari kegiatan penanaman padi, penggunaan pupuk, pengelolaan tanah, pengelolaan kotoran hewan, dan hasil fermentasi enterik dari proses pencernaan hewan. Data didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kampar yang telah dikonfirmasi oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa emisi GRK di Kabupaten Kampar dari sektor pertanian dan perkebunan adalah sebesar 297.15 Gg CO2 ekivalen per tahun, sedangkan emisi GRK dari sektor peternakan sebesar 14,012.24 Gg CO2 ekivalen per tahun. Emisi GRK total dari sektor pertanian, perkebunan dan peternakan tahun 2019 adalah sebesar 14,309.39 Gg CO2 ekivalen per tahun, dimana sektor peternakan berkontribusi paling besar sebesar 97.92%.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41659952","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-28DOI: 10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.4
Yanfa Irham Hermawan, E. Wardhani
Sungai Cibeureum merupakan salah satu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang melintasi dua wilayah yaitu Kota Bandung dan Kota Cimahi. DAS Cibeureum berada di Kecamatan Cimahi Selatan melewati Kelurahan Cibeureum, Kelurahan Melong dan berbatasan dengan Kelurahan Cijerah, Kota Bandung. Kelurahan Cibeureum dan Kelurahan Cijerah memiliki kepadatan penduduk tinggi, yaitu 225 jiwa.ha-1 dan 282 jiwa.ha-1, sedangkan Kelurahan Melong memiliki kepadatan rendah yaitu 91 jiwa.ha-1. Wilayah tersebut berpotensi memiliki resiko sanitasi terutama terkait pengelolaan air limbah. Penelitian ini akan menganalisis dan menghitung status mutu air Sungai Cibeureum sehingga diketahui tingkat pencemaran yang terjadi di Sungai Cibereum. Metode yang digunakan untuk menghitung status mutu air Sungai Cibeureum yaitu Indeks Pencemaran. Kualitas air sungai dibandingkan dengan baku mutu kelas II Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Terdapat 15 parameter yang dianalisis dimana sample air diambil di 3 lokasi pada musim pancaroba, kemarau dan hujan. Berdasarkan analisis diketahui bahwa BOD5, COD, TSS, dan fecal coliform merupakan parameter utama penyebab pencemaran sungai. Hampir semua status mutu air Sungai Cibeureum pada berbagai musim dan lokasi memiliki indeks tercemar berat. Musim hujan memiliki skor Indeks Pencemaran paling tinggi dibanding dengan musim lainnya, yaitu sebesar 13.67 di bagian hulu, 16.65 di bagian tengah, dan 14.15 di bagian hilir sungai.
{"title":"Status Mutu Air Sungai Cibeureum, Kota Cimahi","authors":"Yanfa Irham Hermawan, E. Wardhani","doi":"10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JSAL.2021.008.01.4","url":null,"abstract":"Sungai Cibeureum merupakan salah satu Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang melintasi dua wilayah yaitu Kota Bandung dan Kota Cimahi. DAS Cibeureum berada di Kecamatan Cimahi Selatan melewati Kelurahan Cibeureum, Kelurahan Melong dan berbatasan dengan Kelurahan Cijerah, Kota Bandung. Kelurahan Cibeureum dan Kelurahan Cijerah memiliki kepadatan penduduk tinggi, yaitu 225 jiwa.ha-1 dan 282 jiwa.ha-1, sedangkan Kelurahan Melong memiliki kepadatan rendah yaitu 91 jiwa.ha-1. Wilayah tersebut berpotensi memiliki resiko sanitasi terutama terkait pengelolaan air limbah. Penelitian ini akan menganalisis dan menghitung status mutu air Sungai Cibeureum sehingga diketahui tingkat pencemaran yang terjadi di Sungai Cibereum. Metode yang digunakan untuk menghitung status mutu air Sungai Cibeureum yaitu Indeks Pencemaran. Kualitas air sungai dibandingkan dengan baku mutu kelas II Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Terdapat 15 parameter yang dianalisis dimana sample air diambil di 3 lokasi pada musim pancaroba, kemarau dan hujan. Berdasarkan analisis diketahui bahwa BOD5, COD, TSS, dan fecal coliform merupakan parameter utama penyebab pencemaran sungai. Hampir semua status mutu air Sungai Cibeureum pada berbagai musim dan lokasi memiliki indeks tercemar berat. Musim hujan memiliki skor Indeks Pencemaran paling tinggi dibanding dengan musim lainnya, yaitu sebesar 13.67 di bagian hulu, 16.65 di bagian tengah, dan 14.15 di bagian hilir sungai.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42642746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-17DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.03.5
Dina Kardina Choerunnisa, Kancitra Pharmawati, Anindito Nurprabowo
Gedung Universitas Swasta X terletak di wilayah Utara Kota Bandung. Gedung di kota ini diharuskan untuk mematuhi salah satu peraturan yaitu Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung Hijau dengan menerapkan konsep konservasi air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi konservasi air yang akan direncanakan pada gedung Universitas Swasta X di Kota Bandung. Konsep dari perencanaan ini yaitu membandingkan konservasi air pada saat musim hujan dengan musim kemarau dan penghematan penggunaan air dari peralatan saniter hemat air. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data dan referensi, serta identifikasi konsep konservasi air. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jumlah populasi sebanyak 5629 orang, total kebutuhan air bersih 308100 L.hari-1 dan timbulan air limbah yang dihasilkan sebesar 191022 L.hari-1. Berdasarkan hasil perhitungan, laju aliran maksimum untuk standar Toto 2020 hanya sebesar 41.7%, sedangkan laju aliran maksimum dengan menggunakan standar Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 lebih besar 16.5%. Nilai efisiensi konservasi air sebesar 69.0% pada musim hujan dan 30.1% pada musim kemarau.
{"title":"Perencanaan Konsep Konservasi Air Gedung Universitas Swasta di Wilayah Utara Kota Bandung","authors":"Dina Kardina Choerunnisa, Kancitra Pharmawati, Anindito Nurprabowo","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.03.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.5","url":null,"abstract":"Gedung Universitas Swasta X terletak di wilayah Utara Kota Bandung. Gedung di kota ini diharuskan untuk mematuhi salah satu peraturan yaitu Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Bangunan Gedung Hijau dengan menerapkan konsep konservasi air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi konservasi air yang akan direncanakan pada gedung Universitas Swasta X di Kota Bandung. Konsep dari perencanaan ini yaitu membandingkan konservasi air pada saat musim hujan dengan musim kemarau dan penghematan penggunaan air dari peralatan saniter hemat air. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data dan referensi, serta identifikasi konsep konservasi air. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jumlah populasi sebanyak 5629 orang, total kebutuhan air bersih 308100 L.hari-1 dan timbulan air limbah yang dihasilkan sebesar 191022 L.hari-1. Berdasarkan hasil perhitungan, laju aliran maksimum untuk standar Toto 2020 hanya sebesar 41.7%, sedangkan laju aliran maksimum dengan menggunakan standar Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1023 Tahun 2016 lebih besar 16.5%. Nilai efisiensi konservasi air sebesar 69.0% pada musim hujan dan 30.1% pada musim kemarau.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45110358","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.03.3
Juniarto Widodo
Suspended Particulate Matter (SPM) adalah polutan berbahaya yang umumnya diakibatkan oleh kontribusi bahan buangan dari asap kendaraan dan mesin pabrik. Penelitian ini untuk mendeskripsikan perbandingan polutan SPM pada tiga wilayah Jakarta yaitu Ancol, Monas dan Glodok berdasarkan analisis data SPM bulanan. Metode pengolahan dalam penelitian adalah analisis kuantitatif dengan memanfaatkan data bulanan SPM dari BMKG dari tahun 2006-2019. SPM diukur menggunakan alat HV Sampler dengan menggunakan kertas filter yang diputar dengan kecepatan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi SPM tertinggi terjadi di kawasan perdagangan Glodok (313 μgr.m-3), tertinggi kedua adalah Ancol (223 μgr.m-3) dan terendah terjadi di Monas (193 μgr.m-3). Nilai ambang batas aman SPM di udara adalah 230 μgr.m-3. Frekuensi kejadian SPM di atas ambang batas berturut-turut dari tertinggi hingga terendah adalah Glodok (73%), Ancol (44%) dan Monas (27%). Berdasarkan konsentrasi SPM di atas ambang batas secara rata-rata tahunan, untuk wilayah Ancol berlangsung lebih dari 6 bulan yaitu pada bulan Mei-Nopember, untuk wilayah Monas pada Juni-Agustus, namun untuk wilayah Glodok SPM berlangsung sepanjang tahun dari Januari hingga Desember. Buruknya kualitas udara di Glodok ini menunjukkan bahwa wilayah Glodok perlu mendapatkan penanganan agar udara semakin bersih dan nyaman untuk kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.
颗粒物(SPM)是一种危险的污染物,通常是由汽车和工厂废气产生的废气造成的。这项研究旨在描述基于每月SPM数据分析的雅加达三个地区的SPM、Monas和Glodok污染物比例。研究中的处理方法是一种定量分析,利用2006-2019年的SPM月数据为BMKG。SPM是用高压采样工具和高速滤纸来测量的。研究结果表明,平均浓度最高SPM发生贸易地区最高的环球旅行(μ313 gr . m-3),其次是安可(223μgr . m-3)和最低的发生在莫纳斯(193μgr m-3)。SPM在空中安全阈值是价值230 m-3μgr。从最高到最低的连续事件频率为Glodok(73%)、Ancol(44%)和Monas(27%)。根据SPM的浓度高于平均年的阈值,Ancol地区在5月至11月之间的时间超过6个月,即6月至8月的Monas地区,而Glodok SPM地区的年均为1月至12月。地球上空气质量的恶化表明,该地区需要为其人民的健康和生活提供清洁、舒适的环境。
{"title":"Analisis Perbandingan Konsentrasi Suspended Particulate Matter (SPM) di Tiga Wilayah di Jakarta Periode Tahun 2006-2019","authors":"Juniarto Widodo","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.03.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.3","url":null,"abstract":"Suspended Particulate Matter (SPM) adalah polutan berbahaya yang umumnya diakibatkan oleh kontribusi bahan buangan dari asap kendaraan dan mesin pabrik. Penelitian ini untuk mendeskripsikan perbandingan polutan SPM pada tiga wilayah Jakarta yaitu Ancol, Monas dan Glodok berdasarkan analisis data SPM bulanan. Metode pengolahan dalam penelitian adalah analisis kuantitatif dengan memanfaatkan data bulanan SPM dari BMKG dari tahun 2006-2019. SPM diukur menggunakan alat HV Sampler dengan menggunakan kertas filter yang diputar dengan kecepatan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi SPM tertinggi terjadi di kawasan perdagangan Glodok (313 μgr.m-3), tertinggi kedua adalah Ancol (223 μgr.m-3) dan terendah terjadi di Monas (193 μgr.m-3). Nilai ambang batas aman SPM di udara adalah 230 μgr.m-3. Frekuensi kejadian SPM di atas ambang batas berturut-turut dari tertinggi hingga terendah adalah Glodok (73%), Ancol (44%) dan Monas (27%). Berdasarkan konsentrasi SPM di atas ambang batas secara rata-rata tahunan, untuk wilayah Ancol berlangsung lebih dari 6 bulan yaitu pada bulan Mei-Nopember, untuk wilayah Monas pada Juni-Agustus, namun untuk wilayah Glodok SPM berlangsung sepanjang tahun dari Januari hingga Desember. Buruknya kualitas udara di Glodok ini menunjukkan bahwa wilayah Glodok perlu mendapatkan penanganan agar udara semakin bersih dan nyaman untuk kesehatan dan kehidupan masyarakatnya.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44620082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-08DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.03.4
N. Sudipa, M. Mahendra, Wayan Sandi Adnyana, Ida Bagus Gde Pujaastawa
Perkembangan pariwisata di Nusa Penida dalam kurun waktu 4 tahun terakhir meningkat pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yang terus meningkat dan pertumbuhan pembangunan sarana akomodasi pariwisata yang mengalami peningkatan. Tumbuhnya Kawasan Pariwisata Nusa Penida berdampak kepada meningkatnya kebutuhan air untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat dan pariwisata. Analisis untuk mengetahui kapasitas pasokan air yang ada sangat penting untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat dan pariwisata Nusa Penida. Sumber data menggunakan data primer yang merupakan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan sumber data dari literatur atau penelitian sebelumnya. Kebutuhan air untuk pariwisata Nusa Penida pada Tahun 2028 diperkirakan sebesar 94,542,400 m3 per tahun. Status daya dukung air dengan sumber dari curah hujan surplus sebanyak 901,002.56 m3 per tahun. Status daya dukung penggunaan air dengan sumber dari 10% sumber air yang sudah eksisting pada tahun 2028 surplus sebesar 2,433,865,856.44 m3 per tahun. Status daya dukung penggunaan air dari curah hujan+10% penggunaan air yang sudah eksisting pada tahun 2028 surplus sebesar 2,529,309,259 m3 per tahun. Sedangkan air yang berasal dari air hujan dan sumber mata air yang ada pada tahun 2028 mengalami surplus sebesar 34,958,390,240 m3 per tahun
{"title":"Daya Dukung Air di Kawasan Pariwisata Nusa Penida, Bali","authors":"N. Sudipa, M. Mahendra, Wayan Sandi Adnyana, Ida Bagus Gde Pujaastawa","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.03.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.4","url":null,"abstract":"Perkembangan pariwisata di Nusa Penida dalam kurun waktu 4 tahun terakhir meningkat pesat. Perkembangan ini dapat dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan yang terus meningkat dan pertumbuhan pembangunan sarana akomodasi pariwisata yang mengalami peningkatan. Tumbuhnya Kawasan Pariwisata Nusa Penida berdampak kepada meningkatnya kebutuhan air untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat dan pariwisata. Analisis untuk mengetahui kapasitas pasokan air yang ada sangat penting untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat dan pariwisata Nusa Penida. Sumber data menggunakan data primer yang merupakan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan sumber data dari literatur atau penelitian sebelumnya. Kebutuhan air untuk pariwisata Nusa Penida pada Tahun 2028 diperkirakan sebesar 94,542,400 m3 per tahun. Status daya dukung air dengan sumber dari curah hujan surplus sebanyak 901,002.56 m3 per tahun. Status daya dukung penggunaan air dengan sumber dari 10% sumber air yang sudah eksisting pada tahun 2028 surplus sebesar 2,433,865,856.44 m3 per tahun. Status daya dukung penggunaan air dari curah hujan+10% penggunaan air yang sudah eksisting pada tahun 2028 surplus sebesar 2,529,309,259 m3 per tahun. Sedangkan air yang berasal dari air hujan dan sumber mata air yang ada pada tahun 2028 mengalami surplus sebesar 34,958,390,240 m3 per tahun","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48454535","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-07DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.03.2
Rinette Visca, M. N. Dewi, Marungkil Sinaga, Siti Nurcahyati
Saat ini 85% dari kebutuhan energi dunia berasal dari bahan bakar minyak. Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat mensubsitusi transportasi minyak mentah diperoleh dari biomassa berupa bahan bakar bioetanol. Biomassa termasuk beras dimanfaatkan untuk pengembangan bioetanol menggantikan bahan bakar minyak. Karbohidrat merupakan komponen utama beras yang terdiri dari 85–90% pati. Air cucian beras yang mengandung karbohidrat dapat diubah menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu fermentasi terbaik dalam produksi bioetanol dari air cucian beras dengan menggunakan enzim glukoamilase dan ragi. Pembuatan bioetanol melalui tahap persiapan, hidrolisa air cucian beras, pemeriksaan kadar glukosa, fermentasi, distilasi dan analisa hasil. Variabel yang digunakan adalah waktu fermentasi (3, 4, 5, 6, dan 7 hari), dan volume enzim glukoamilase (0.5, 1.5, dan 3.0 ml). Hasil penelitian diperoleh densitas bioetanol optimum sebesar 0.998 g.ml-1 dengan enzim glukoamilase 0.5 ml. Kadar glukosa sesudah inversi tertinggi sebesar 4.217%, dan kadar etanol tertinggi 19.387% dihasilkan dengan dosis enzim glukoamilase 3.0 ml dalam waktu fermentasi selama lima hari.
{"title":"Optimasi Dosis Enzim Glukoamilase dan Waktu Fermentasi dalam Produksi Bioetanol dari Air Cucian Beras","authors":"Rinette Visca, M. N. Dewi, Marungkil Sinaga, Siti Nurcahyati","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.03.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.2","url":null,"abstract":"Saat ini 85% dari kebutuhan energi dunia berasal dari bahan bakar minyak. Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat mensubsitusi transportasi minyak mentah diperoleh dari biomassa berupa bahan bakar bioetanol. Biomassa termasuk beras dimanfaatkan untuk pengembangan bioetanol menggantikan bahan bakar minyak. Karbohidrat merupakan komponen utama beras yang terdiri dari 85–90% pati. Air cucian beras yang mengandung karbohidrat dapat diubah menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu fermentasi terbaik dalam produksi bioetanol dari air cucian beras dengan menggunakan enzim glukoamilase dan ragi. Pembuatan bioetanol melalui tahap persiapan, hidrolisa air cucian beras, pemeriksaan kadar glukosa, fermentasi, distilasi dan analisa hasil. Variabel yang digunakan adalah waktu fermentasi (3, 4, 5, 6, dan 7 hari), dan volume enzim glukoamilase (0.5, 1.5, dan 3.0 ml). Hasil penelitian diperoleh densitas bioetanol optimum sebesar 0.998 g.ml-1 dengan enzim glukoamilase 0.5 ml. Kadar glukosa sesudah inversi tertinggi sebesar 4.217%, dan kadar etanol tertinggi 19.387% dihasilkan dengan dosis enzim glukoamilase 3.0 ml dalam waktu fermentasi selama lima hari.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48401097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-07DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.03.1
Nova Annisa, Hafiizh Prasetia, Rony Riduan
Kegiatan pembangunan di perkotaan sering mengubah konfigurasi alami lahan menjadi sesuatu yang keras dan kaku. Permasalahan serupa juga terjadi pada wilayah Kota Banjarbaru yang hanya memiliki luas sebesar 371.3 km2 (37,130 hektar). Pada tahun 2010 dilaporkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Banjarbaru dengan luas 26,577.54 hektar. Luas RTH ini berkurang sangat signifikan pada tahun 2016, yaitu sebesar 2,683.83 hektar. Pengurangan luas RTH ini dimungkinkan adanya pembangunan skala besar yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi luas RTH di Kota Banjarbaru. Metode yang digunakan untuk mengetahui luas RTH adalah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data spasial yang digunakan berasal dari citra ikonos, quickbird, foto udara, peta penggunaan lahan dan RTH, peta RTRW Kota Banjarbaru, dan data sekunder dari instansi relevan. Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Quantum GIS chugiak 2.4.0. Berdasarkan hasil analisis SIG, bahwa RTH Kota Banjarbaru memiliki total luasan sebesar 13,584.15 hektar atau sekitar 36.59% dari luasan keseluruhan Kota Banjarbaru.
{"title":"Identifikasi Luas Area Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Banjarbaru Berbasis Sistem Informasi Geografis","authors":"Nova Annisa, Hafiizh Prasetia, Rony Riduan","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.03.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.03.1","url":null,"abstract":"Kegiatan pembangunan di perkotaan sering mengubah konfigurasi alami lahan menjadi sesuatu yang keras dan kaku. Permasalahan serupa juga terjadi pada wilayah Kota Banjarbaru yang hanya memiliki luas sebesar 371.3 km2 (37,130 hektar). Pada tahun 2010 dilaporkan bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Banjarbaru dengan luas 26,577.54 hektar. Luas RTH ini berkurang sangat signifikan pada tahun 2016, yaitu sebesar 2,683.83 hektar. Pengurangan luas RTH ini dimungkinkan adanya pembangunan skala besar yang dilakukan oleh pemerintah Kota Banjarbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi luas RTH di Kota Banjarbaru. Metode yang digunakan untuk mengetahui luas RTH adalah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data spasial yang digunakan berasal dari citra ikonos, quickbird, foto udara, peta penggunaan lahan dan RTH, peta RTRW Kota Banjarbaru, dan data sekunder dari instansi relevan. Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Quantum GIS chugiak 2.4.0. Berdasarkan hasil analisis SIG, bahwa RTH Kota Banjarbaru memiliki total luasan sebesar 13,584.15 hektar atau sekitar 36.59% dari luasan keseluruhan Kota Banjarbaru.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45716496","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-08DOI: 10.21776/ub.jsal.2020.007.02.1
Nailatul Fadhilah, Leonardus Alvin Widi Vembrio, Rahajeng Hasna Safira, A. Amiruddin, Evi Siti Sofiyah, I. W. Suryawan
Saat ini kualitas badan air semakin menurun akibat pembuangan limbah domestik dan industri secara langsung pada aliran sungai. Kualitas air sungai dengan beban nutrien dan organik yang tinggi mempersulit pengolahan air minum di salah satu industri DKI Jakarta. Salah satu dampak dari memburuknya beban nutrien air baku adalah tingginya kandungan parameter amonium yang berakibat tidak efisiennya proses klorinasi. Hal ini membuat dibangunnya unit MBBR aerob, dengan tujuan menyisihkan kandungan amonium. Akan tetapi, unit MBBR aerob ini tidak berfungsi secara optimal. Masalah ini akan diatasi dengan mengalihfungsikan unit pra-sedimentasi yang ada menjadi unit MBBR anaerob secara pre-anoxik, sehingga dapat melengkapi proses penyisihan amonium yang terdiri dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Tujuan dari modifikasi ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan amonium sebesar 90%. Metode yang digunakan pada perancangan ini dimulai dengan mengumpulkan data sekunder, lalu dilakukan perhitungan perancangan unit MBBR anaerob. Hasil perancangan menunjukkan bahwa dimensi yang dibutuhkan untuk unit MBBR anaerob ini adalah dengan ukuran panjang 18 m, lebar 7 m, dan kedalaman 9.5 m. Dengan efisiensi akhir diharapkan sebesar 90% untuk MBBR anaerob dengan konsentrasi akhir amonium diharapkan sebesar 1.05 mg.L -1 .
{"title":"Modifikasi Unit Proses dalam Peningkatan Efisiensi Penyisihan Amonium","authors":"Nailatul Fadhilah, Leonardus Alvin Widi Vembrio, Rahajeng Hasna Safira, A. Amiruddin, Evi Siti Sofiyah, I. W. Suryawan","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.02.1","url":null,"abstract":"Saat ini kualitas badan air semakin menurun akibat pembuangan limbah domestik dan industri secara langsung pada aliran sungai. Kualitas air sungai dengan beban nutrien dan organik yang tinggi mempersulit pengolahan air minum di salah satu industri DKI Jakarta. Salah satu dampak dari memburuknya beban nutrien air baku adalah tingginya kandungan parameter amonium yang berakibat tidak efisiennya proses klorinasi. Hal ini membuat dibangunnya unit MBBR aerob, dengan tujuan menyisihkan kandungan amonium. Akan tetapi, unit MBBR aerob ini tidak berfungsi secara optimal. Masalah ini akan diatasi dengan mengalihfungsikan unit pra-sedimentasi yang ada menjadi unit MBBR anaerob secara pre-anoxik, sehingga dapat melengkapi proses penyisihan amonium yang terdiri dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Tujuan dari modifikasi ini adalah mendapatkan efisiensi penyisihan amonium sebesar 90%. Metode yang digunakan pada perancangan ini dimulai dengan mengumpulkan data sekunder, lalu dilakukan perhitungan perancangan unit MBBR anaerob. Hasil perancangan menunjukkan bahwa dimensi yang dibutuhkan untuk unit MBBR anaerob ini adalah dengan ukuran panjang 18 m, lebar 7 m, dan kedalaman 9.5 m. Dengan efisiensi akhir diharapkan sebesar 90% untuk MBBR anaerob dengan konsentrasi akhir amonium diharapkan sebesar 1.05 mg.L -1 .","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41817508","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan deterjen dalam laundry yang meningkat seiring perubahan gaya hidup dan sosial-ekonomi menghasilkan limbah laundry yang dapat menimbulkan dampak pencemaran air akibat berlebihnya kadar fosfat di perairan. Metode kolom adsorpsi merupakan salah satu cara mengolah air limbah laundry . Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variasi aliran, waktu dan kolom terhadap suhu, pH, warna dan konsentrasi fosfat; serta mengetahui pengaruh kombinasi granular activated carbon (GAC) berbahan dasar tempurung kelapa dalam kolom terhadap removal fosfat. Kolom adsorpsi dijalankan dengan aliran non-sirkulasi (NS) dan sirkulasi (S). Media adsorpsi adalah GAC 4x8 mesh (11.3 mm 2 ) 200 gram (K1); GAC 4x8 mesh 300 gram (K2); GAC 6x12 mesh (5.6 mm 2 ) 200 gram (K3) dan; GAC 6x12 mesh 300 gram (K4). Pengambilan sampel dilakukan setiap 60 menit sekali selama 3 jam. Peningkatan suhu terjadi pada kolom NS dan penurunan suhu terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Penurunan pH terjadi pada semua kolom dengan semua jenis aliran selama proses. Warna air meningkat pada waktu retensi 180 menit, dimana warna air berubah dari gelap menjadi transparan. Peningkatan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom NS dan penurunan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Kolom terbaik dalam menyisihkan fosfat adalah kolom K4 dimana mampu menghilangkan kadar fosfat sebanyak 70.79 – 74.68%. Konsentrasi fosfat berkorelasi positif sedang (R 2 = 0.49) terhadap suhu dan berkorelasi positif lemah (R 2 = 0.14) terhadap pH selama proses.
{"title":"Penurunan Kadar Fosfat Air Limbah Laundry Menggunakan Kolom Adsorpsi Media Granular Activated Carbon (GAC)","authors":"Bambang Suharto, Fajri Anugroho, Fidyasari Kusuma Putri","doi":"10.21776/ub.jsal.2020.007.01.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.01.5","url":null,"abstract":"Penggunaan deterjen dalam laundry yang meningkat seiring perubahan gaya hidup dan sosial-ekonomi menghasilkan limbah laundry yang dapat menimbulkan dampak pencemaran air akibat berlebihnya kadar fosfat di perairan. Metode kolom adsorpsi merupakan salah satu cara mengolah air limbah laundry . Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variasi aliran, waktu dan kolom terhadap suhu, pH, warna dan konsentrasi fosfat; serta mengetahui pengaruh kombinasi granular activated carbon (GAC) berbahan dasar tempurung kelapa dalam kolom terhadap removal fosfat. Kolom adsorpsi dijalankan dengan aliran non-sirkulasi (NS) dan sirkulasi (S). Media adsorpsi adalah GAC 4x8 mesh (11.3 mm 2 ) 200 gram (K1); GAC 4x8 mesh 300 gram (K2); GAC 6x12 mesh (5.6 mm 2 ) 200 gram (K3) dan; GAC 6x12 mesh 300 gram (K4). Pengambilan sampel dilakukan setiap 60 menit sekali selama 3 jam. Peningkatan suhu terjadi pada kolom NS dan penurunan suhu terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Penurunan pH terjadi pada semua kolom dengan semua jenis aliran selama proses. Warna air meningkat pada waktu retensi 180 menit, dimana warna air berubah dari gelap menjadi transparan. Peningkatan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom NS dan penurunan konsentrasi fosfat terjadi pada kolom S saat waktu retensi 60-180 menit. Kolom terbaik dalam menyisihkan fosfat adalah kolom K4 dimana mampu menghilangkan kadar fosfat sebanyak 70.79 – 74.68%. Konsentrasi fosfat berkorelasi positif sedang (R 2 = 0.49) terhadap suhu dan berkorelasi positif lemah (R 2 = 0.14) terhadap pH selama proses.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48333690","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-05DOI: 10.21776/UB.JSAL.2020.007.01.1
Fajri Anugroho, E. Kurniati, Benedictus Alvin Pohan Effendi
Logam Pb atau timbal merupakan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya. Salah satu metode pemulihan kualitas lingkungan yang dapat menstabilkan dan mentransformasi polutan yaitu fitoremediasi. Tanaman rumput raja ( Pennisetum purpurhoides ) berfungsi untuk meremediasi tanah tercemar Pb. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh variasi perlakuan pada pertumbuhan dan penyerapan logam pada tanaman. Dalam penelitian ini digunakan perlakuan dengan variasi kadar Pb sebesar 0 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm dan penambahan EDTA sebesar 5 mmol selama 8 minggu. Variasi perlakuan cenderung tidak memberikan pengaruh nyata pada variabel banyak daun dan luas daun. Perlakuan memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan hasil konsentrasi dan akumulasi tanaman, terutama pada bagian perakaran tanaman. Tanaman rumput raja memiliki nilai BCF (Bioconcentratioon Factor) 1.211 ketika dilakukan penambahan EDTA, dimana rumput raja termasuk dalam kategori tanaman akumulator logam berat. Nilai TF (Translocation Factor) didapatkan kurang dari 1 sehingga tanaman rumput raja cenderung mengakumulasi logam berat yang diekstrak pada bagian perakaran.
{"title":"Potensi Fitoremediasi Tanah Tercemar Timbal (Pb) Dengan Penambahan EDTA Menggunakan Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)","authors":"Fajri Anugroho, E. Kurniati, Benedictus Alvin Pohan Effendi","doi":"10.21776/UB.JSAL.2020.007.01.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.JSAL.2020.007.01.1","url":null,"abstract":"Logam Pb atau timbal merupakan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya. Salah satu metode pemulihan kualitas lingkungan yang dapat menstabilkan dan mentransformasi polutan yaitu fitoremediasi. Tanaman rumput raja ( Pennisetum purpurhoides ) berfungsi untuk meremediasi tanah tercemar Pb. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh variasi perlakuan pada pertumbuhan dan penyerapan logam pada tanaman. Dalam penelitian ini digunakan perlakuan dengan variasi kadar Pb sebesar 0 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm dan penambahan EDTA sebesar 5 mmol selama 8 minggu. Variasi perlakuan cenderung tidak memberikan pengaruh nyata pada variabel banyak daun dan luas daun. Perlakuan memberikan pengaruh signifikan pada peningkatan hasil konsentrasi dan akumulasi tanaman, terutama pada bagian perakaran tanaman. Tanaman rumput raja memiliki nilai BCF (Bioconcentratioon Factor) 1.211 ketika dilakukan penambahan EDTA, dimana rumput raja termasuk dalam kategori tanaman akumulator logam berat. Nilai TF (Translocation Factor) didapatkan kurang dari 1 sehingga tanaman rumput raja cenderung mengakumulasi logam berat yang diekstrak pada bagian perakaran.","PeriodicalId":34173,"journal":{"name":"Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44873988","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}