Kepuasan pasien merupakan hasil dari proses pelayanan yang dirasakan oleh pasien, sehingga kepuasan pasien dapat digunakan untuk menilai kualitas layanan yang diterima oleh pasien. Data pasien rawat jalan di RSUD Linggajati pada tahun 2019 sebanyak 50.769 pasien, tahun 2020 sebanyak 39.537 pasien, lalu pada tahun 2021 menjadi 52.023 pasien. Data kepuasan pasien rawat jalan pada tahun 2019 sebesar (89,6%), tahun 2020 sebesar (87,5%) dan pada tahun 2021 sebesar (90%). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan di RSUD Linggajati Kabupaten Kuningan tahun 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian ini berjumlah 52.023 orang dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sebanyak 267 orang. Instrumen penelitian ini mengunakan lembar kuesioner tertutup. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat (Rank Spearman) dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kemampuan (p = 0,001), jaminan (p = 0,001), daya tanggap (p = 0,021), empati (p = 0,011) dan ketersediaan sarana prasarana (p = 0,000) dengan kepuasan pasien rawat jalan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepusan pasien rawat jalan yaitu jaminan dengan OR 7,904 (95% CI: 1,171 - 9,820). Diharapkan pegawai Rumah Sakit meningkatkan aspek yang mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya sehingga para pasien rawat jalan merasa terjamin dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan ketika melakukan pengobatan.
{"title":"ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD LINGGAJATI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2022","authors":"Tati Yuliani, Rossi Suparman, Mamlukah Mamlukah, Lely Wahyuniar","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.596","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.596","url":null,"abstract":"Kepuasan pasien merupakan hasil dari proses pelayanan yang dirasakan oleh pasien, sehingga kepuasan pasien dapat digunakan untuk menilai kualitas layanan yang diterima oleh pasien. Data pasien rawat jalan di RSUD Linggajati pada tahun 2019 sebanyak 50.769 pasien, tahun 2020 sebanyak 39.537 pasien, lalu pada tahun 2021 menjadi 52.023 pasien. Data kepuasan pasien rawat jalan pada tahun 2019 sebesar (89,6%), tahun 2020 sebesar (87,5%) dan pada tahun 2021 sebesar (90%). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat jalan di RSUD Linggajati Kabupaten Kuningan tahun 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi penelitian ini berjumlah 52.023 orang dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sebanyak 267 orang. Instrumen penelitian ini mengunakan lembar kuesioner tertutup. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat (Rank Spearman) dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian ini terdapat hubungan antara kemampuan (p = 0,001), jaminan (p = 0,001), daya tanggap (p = 0,021), empati (p = 0,011) dan ketersediaan sarana prasarana (p = 0,000) dengan kepuasan pasien rawat jalan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kepusan pasien rawat jalan yaitu jaminan dengan OR 7,904 (95% CI: 1,171 - 9,820). Diharapkan pegawai Rumah Sakit meningkatkan aspek yang mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya sehingga para pasien rawat jalan merasa terjamin dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan ketika melakukan pengobatan.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91379884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Nurhayati, Lely Wahyuniar, Rossi Suparman, Dewi Laelatul Badriah
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis. Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai salah satu 100 kabupaten kota prioritas intervensi balita stunting di Indonesia oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2KT) sejak tahun 2018 dengan 10 desa intervensi prioritas dan 5 desa berada di wilayah Rancakalong. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan faktor air minum, sanitasi dan Riwayat diare dengan stunting pada anak baduta di kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan observasional analitik case control study. Teknik sampel menggunakan stratified random sampling, dengan menggunakan rumus Sample Size WHO diperoleh jumlah sampel sebesar 144 orang (72 kasus dan 72 kontrol). Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisa data yakni analisis univariat (deskriptif), analisis bivariat (chi-square) dan analisis multivariat (regresi logistik). Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan fasilitas air minum (p = 0,000), kualitas air minum, (p = 0,001),fasilitas jamban (p = 0,000) fasilitas limbah ( p = 0,000) dan fasilitas sampah (p = 0,000) dengan kejadian stunting berdasarkan status gizi baduta stunting dan normal dengan hasil p < 0,05. Sedangkan Riwayat diare tidak berhubungan dengan stunting (p = 1,000, p > 0,05). Diharapkan adanya peningkatan edukasi kepada masyarakat, peningkatan strategi kebijakan terintegrasi, intervensi spesifik penurunan stunting melalui Program Penyediaan fasilitas air minum dan sanitasi serta dapat dilakukan pengabdian masyarakat dalam pencegahan Stunting terintegrasi di Kecamatan rancakalong Kabupaten Sumedang.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA FAKTOR AIR MINUM, SANITASI DAN RIWAYAT DIARE DENGAN STUNTING PADA ANAK BADUTA DI KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG 2021","authors":"A. Nurhayati, Lely Wahyuniar, Rossi Suparman, Dewi Laelatul Badriah","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.585","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.585","url":null,"abstract":"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis. Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai salah satu 100 kabupaten kota prioritas intervensi balita stunting di Indonesia oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2KT) sejak tahun 2018 dengan 10 desa intervensi prioritas dan 5 desa berada di wilayah Rancakalong. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan faktor air minum, sanitasi dan Riwayat diare dengan stunting pada anak baduta di kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan observasional analitik case control study. Teknik sampel menggunakan stratified random sampling, dengan menggunakan rumus Sample Size WHO diperoleh jumlah sampel sebesar 144 orang (72 kasus dan 72 kontrol). Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisa data yakni analisis univariat (deskriptif), analisis bivariat (chi-square) dan analisis multivariat (regresi logistik). Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan fasilitas air minum (p = 0,000), kualitas air minum, (p = 0,001),fasilitas jamban (p = 0,000) fasilitas limbah ( p = 0,000) dan fasilitas sampah (p = 0,000) dengan kejadian stunting berdasarkan status gizi baduta stunting dan normal dengan hasil p < 0,05. Sedangkan Riwayat diare tidak berhubungan dengan stunting (p = 1,000, p > 0,05). Diharapkan adanya peningkatan edukasi kepada masyarakat, peningkatan strategi kebijakan terintegrasi, intervensi spesifik penurunan stunting melalui Program Penyediaan fasilitas air minum dan sanitasi serta dapat dilakukan pengabdian masyarakat dalam pencegahan Stunting terintegrasi di Kecamatan rancakalong Kabupaten Sumedang.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76079780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Iin Wahyuni Adiyanti, Dewi Laelatul Badriah, Rossi Suparman, Mamlukah Mamlukah
Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP), angka capaian kinerja pegawai Puskesmas di Jawa Barat sebesar 61,8% pada 2021. Angka capaian kinerja pegawai Puskesmas di Indramayu sebesar 64,2% pada 2021. Angka disiplin kerja yang diukur dari indikator persentase kehadiran di Puskesmas Sliyeg pada 2020 sebesar 72,2%, meningkat pada 2021 sebesar 75,3%, lalu meningkat kembali sebesar 80,3% pada bulan Januari - Agustus 2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara etos kerja dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai di Puskesmas Sliyeg Kabupaten Indramayu 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain korelasional. Populasi penelitian ini berjumlah 52 orang dengan teknik total sampling sebanyak 52 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuesioner tertutup. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat (Uji Korelasi Rank Spearman). Terdapat hubungan antara etos kerja (p = 0,010) dan disiplin kerja (p = 0,001) dengan kinerja pegawai Puskesmas Sliyeg Kabupaten Indramayu 2022. Terdapat hubungan antara dua variabel bebas dengan kinerja pegawai Puskesmas yang meliputi etos kerja dan disiplin kerja. Diharapkan pegawai Puskesmas Sliyeg meningkatkan motivasi dan semangat dalam bekerja, guna mencapai target pelayanan kesehatan yang optimal.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA ETOS KERJA DAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU 2022","authors":"Iin Wahyuni Adiyanti, Dewi Laelatul Badriah, Rossi Suparman, Mamlukah Mamlukah","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.582","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.582","url":null,"abstract":"Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP), angka capaian kinerja pegawai Puskesmas di Jawa Barat sebesar 61,8% pada 2021. Angka capaian kinerja pegawai Puskesmas di Indramayu sebesar 64,2% pada 2021. Angka disiplin kerja yang diukur dari indikator persentase kehadiran di Puskesmas Sliyeg pada 2020 sebesar 72,2%, meningkat pada 2021 sebesar 75,3%, lalu meningkat kembali sebesar 80,3% pada bulan Januari - Agustus 2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara etos kerja dan disiplin kerja dengan kinerja pegawai di Puskesmas Sliyeg Kabupaten Indramayu 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain korelasional. Populasi penelitian ini berjumlah 52 orang dengan teknik total sampling sebanyak 52 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar kuesioner tertutup. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat (Uji Korelasi Rank Spearman). Terdapat hubungan antara etos kerja (p = 0,010) dan disiplin kerja (p = 0,001) dengan kinerja pegawai Puskesmas Sliyeg Kabupaten Indramayu 2022. Terdapat hubungan antara dua variabel bebas dengan kinerja pegawai Puskesmas yang meliputi etos kerja dan disiplin kerja. Diharapkan pegawai Puskesmas Sliyeg meningkatkan motivasi dan semangat dalam bekerja, guna mencapai target pelayanan kesehatan yang optimal.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73111019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuberculosis paru merupakan masalah utama yang ada di dunia termasuk Indonesia. Pada situasi pandemi terjadi penurunan kasus TB yaitu kasus TB di tahun 2020 dari total 845.000 kasus yang ditemukan hanya 350.000 kasus. Kecamatan Juntinyuat merupakan kecamatan yang memiliki kasus penyakit TB Paru tertinggi di Kabupaten Indramayu yaitu sebanyak 110 orang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis tuberkulosis paru pada masa pandemi COVID-19 di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu tahun 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengalami kejadian TB paru di wilayah Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Teknik penelitian pengambilan sampel dengan cara total sampling sebanyak 110 responden. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat (Chi-Square) dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pendapatan (p = 0,032), kebiasan merokok (p = 0,001), ventilasi (p = 0,001) dan jenis dinding (p = 0,010) dengan diagnosis kejadian TB Paru. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan (p = 0,457), pencahayan (p = 0,681) dengan diagnosis kejadian TB Paru. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan diagnosis kejadian TB Paru adalah ventilasi dengan nilai p = 0,005 dan OR 12,109 (95% CI: 2,111 - 69,450). Salah satu pencegahan TB Paru adalah dengan meningkatkan strategi dalam mencapai target program kesehatan lingkungan khususnya cakupan rumah sehat serta program pencegahan penanggulangan penyakit TB Paru di Kabupaten Indramayu.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2022","authors":"Tarno Tarno, Lely Wahyuniar, Dwi Nastiti Iswarawanti, Mamlukah Mamlukah","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.595","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.595","url":null,"abstract":"Tuberculosis paru merupakan masalah utama yang ada di dunia termasuk Indonesia. Pada situasi pandemi terjadi penurunan kasus TB yaitu kasus TB di tahun 2020 dari total 845.000 kasus yang ditemukan hanya 350.000 kasus. Kecamatan Juntinyuat merupakan kecamatan yang memiliki kasus penyakit TB Paru tertinggi di Kabupaten Indramayu yaitu sebanyak 110 orang. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis tuberkulosis paru pada masa pandemi COVID-19 di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu tahun 2022. Jenis penelitian ini analitik deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengalami kejadian TB paru di wilayah Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Teknik penelitian pengambilan sampel dengan cara total sampling sebanyak 110 responden. Sumber data penelitian ini adalah data primer. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat (Chi-Square) dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pendapatan (p = 0,032), kebiasan merokok (p = 0,001), ventilasi (p = 0,001) dan jenis dinding (p = 0,010) dengan diagnosis kejadian TB Paru. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan (p = 0,457), pencahayan (p = 0,681) dengan diagnosis kejadian TB Paru. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan diagnosis kejadian TB Paru adalah ventilasi dengan nilai p = 0,005 dan OR 12,109 (95% CI: 2,111 - 69,450). Salah satu pencegahan TB Paru adalah dengan meningkatkan strategi dalam mencapai target program kesehatan lingkungan khususnya cakupan rumah sehat serta program pencegahan penanggulangan penyakit TB Paru di Kabupaten Indramayu.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80078811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-01DOI: 10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.379-390
Beenish Sohail, N. Khan
Background: Globally, stroke is the elusive basis of sensory and motor impairments in humans. Multiple herbal compounds have been shown in studies to have positive therapeutic potential when used in conjunction with pharmaceutical therapies for the treatment and primary prevention of ischemic stroke. Current research investigation is planned to determine the neuro-protective potential of Hericium Erinaceus (HE) aqueous extract utilization in pre and post-middle cerebral artery occlusion (MCAO) model of ischemic–reperfusion injury. Methodology: Fifty-four Wistar albino rats (200-250 gms; 10-12 weeks) were divided into four experimental groups (n=9). Group I (control); Group II (sham); Group III (MCAO) MCAO for 20-30 min then 24 hours of reperfusion; Group IV was split into three groups as subgroup I (300 mg/kg BWT of AEHE given for 7 days), subgroup II (300 mg/kg BWT of AEHE given for 7 days and then MCAO), subgroup III (at the 4th hour of MCAO induction 300mg/kg of AEHE was given). Blood and cerebral, hepatic, and renal tissue samples were preserved and evaluated for modifications in plasma lipids levels, liver-kidney levels, c-reactive protein, blood glucose, and tissue antioxidant levels. A histopathological study was done over the selected tissues. Results: MCAO induction significantly alters the reno-hepatic profiles, c-RP levels, and animal tissue antioxidant (CAT, SOD, GSH) enzymes levels. However, HE-extract in both subgroups (Pre MCAO HE and Post MCAO HE) has significantly reduced lipid panel, glucose levels, and reno-hepatic parameters significantly. HE has effectively regulated antioxidant enzymes in cerebral, hepatic, and renal homogenates. In Pre-MCAO HE and Post-MCAO HE groups, the histopathological architecture of tissues is preserved. Conclusion: Daily dietary consumption of HE extract in calculated quantity significantly reduces the biochemical changes related to MCAO in a rat stroke model in ischemia-reperfusion injury.
{"title":"Neuroprotective Potential of Hericium Erinaceus aqueous extract utilization in ischemia-reperfusion injury related middle cerebral artery occlusion stroke model.","authors":"Beenish Sohail, N. Khan","doi":"10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.379-390","DOIUrl":"https://doi.org/10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.379-390","url":null,"abstract":"Background: Globally, stroke is the elusive basis of sensory and motor impairments in humans. Multiple herbal compounds have been shown in studies to have positive therapeutic potential when used in conjunction with pharmaceutical therapies for the treatment and primary prevention of ischemic stroke. Current research investigation is planned to determine the neuro-protective potential of Hericium Erinaceus (HE) aqueous extract utilization in pre and post-middle cerebral artery occlusion (MCAO) model of ischemic–reperfusion injury. \u0000Methodology: Fifty-four Wistar albino rats (200-250 gms; 10-12 weeks) were divided into four experimental groups (n=9). Group I (control); Group II (sham); Group III (MCAO) MCAO for 20-30 min then 24 hours of reperfusion; Group IV was split into three groups as subgroup I (300 mg/kg BWT of AEHE given for 7 days), subgroup II (300 mg/kg BWT of AEHE given for 7 days and then MCAO), subgroup III (at the 4th hour of MCAO induction 300mg/kg of AEHE was given). Blood and cerebral, hepatic, and renal tissue samples were preserved and evaluated for modifications in plasma lipids levels, liver-kidney levels, c-reactive protein, blood glucose, and tissue antioxidant levels. A histopathological study was done over the selected tissues. \u0000Results: MCAO induction significantly alters the reno-hepatic profiles, c-RP levels, and animal tissue antioxidant (CAT, SOD, GSH) enzymes levels. However, HE-extract in both subgroups (Pre MCAO HE and Post MCAO HE) has significantly reduced lipid panel, glucose levels, and reno-hepatic parameters significantly. HE has effectively regulated antioxidant enzymes in cerebral, hepatic, and renal homogenates. In Pre-MCAO HE and Post-MCAO HE groups, the histopathological architecture of tissues is preserved. \u0000Conclusion: Daily dietary consumption of HE extract in calculated quantity significantly reduces the biochemical changes related to MCAO in a rat stroke model in ischemia-reperfusion injury.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42192726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-01DOI: 10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.391-397
J. Khan, A. Ghafoor, Mohammed Rehan Omar Siddiqi, Ali Nasir, Unsharah Jahanzeb
Background: There is a substantial global market for dietary supplements that are frequently used. These products are meant to supplement diets while also enhancing health and wellness. Fewer studies have been conducted on sensory and consumer science compared to the substantial quantity of dietary supplement research on nutrition, dietetics, and medicine. Hence the present study aimed to assess the consumer's attitude toward the physical and sensory attributes of the nutritional supplement. Methodology: 262 consenting non-diabetic subjects of either gender≥ 40 years of age participated in this cross-sectional study. After enrollment, the subjects were requested to consume 53.8 gm of nutritional supplement dissolved in 195 ml of cold water, followed by an interview-based survey. The consumer’s preference for product sensory and physical characteristics such as appearance, taste, aroma, mouth feel, and post-consumptions feel was inquired. Preferences for the oral (Vanilla flavor) nutritional supplement (Livity®). Factors were assessed using the scoring test of a 7-point numerical scale, i.e., ranging from 1 (Strongly Disagree) to 7 (Strongly Agree). Results: Around 66.50% of subjects valued the taste of the nutritional supplements the most, followed by flavor (13.0%), aroma (9.20%), color (5.60%), energizing effect (3.60%), mouth feel (3.10%) and aftertaste (0.50%). The mean score for all the physical and sensory parameters was higher than 5, except for grainy mouth feel (mostly perceived as a negative attribute) and energetic feeling post-consumption. Around 92.4% agreed that the mouth feel of the consumed, oral nutritional supplement was smooth, 75.8% agreed on flavor quality, 70.7% were satisfied with the taste, and 82.8% reported that the smell was pleasant. Conclusion: It is concluded that the physical and sensory attributes of the oral nutritional supplement (Livity®) were highly rated in this consumer attitude-based survey.
{"title":"Evaluating the palatability of an oral nutritional supplement (Livity®): A consumer-based, cross-sectional study","authors":"J. Khan, A. Ghafoor, Mohammed Rehan Omar Siddiqi, Ali Nasir, Unsharah Jahanzeb","doi":"10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.391-397","DOIUrl":"https://doi.org/10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.391-397","url":null,"abstract":"Background: There is a substantial global market for dietary supplements that are frequently used. These products are meant to supplement diets while also enhancing health and wellness. Fewer studies have been conducted on sensory and consumer science compared to the substantial quantity of dietary supplement research on nutrition, dietetics, and medicine. Hence the present study aimed to assess the consumer's attitude toward the physical and sensory attributes of the nutritional supplement. \u0000Methodology: 262 consenting non-diabetic subjects of either gender≥ 40 years of age participated in this cross-sectional study. After enrollment, the subjects were requested to consume 53.8 gm of nutritional supplement dissolved in 195 ml of cold water, followed by an interview-based survey. The consumer’s preference for product sensory and physical characteristics such as appearance, taste, aroma, mouth feel, and post-consumptions feel was inquired. Preferences for the oral (Vanilla flavor) nutritional supplement (Livity®). Factors were assessed using the scoring test of a 7-point numerical scale, i.e., ranging from 1 (Strongly Disagree) to 7 (Strongly Agree). \u0000Results: Around 66.50% of subjects valued the taste of the nutritional supplements the most, followed by flavor (13.0%), aroma (9.20%), color (5.60%), energizing effect (3.60%), mouth feel (3.10%) and aftertaste (0.50%). The mean score for all the physical and sensory parameters was higher than 5, except for grainy mouth feel (mostly perceived as a negative attribute) and energetic feeling post-consumption. Around 92.4% agreed that the mouth feel of the consumed, oral nutritional supplement was smooth, 75.8% agreed on flavor quality, 70.7% were satisfied with the taste, and 82.8% reported that the smell was pleasant. \u0000Conclusion: It is concluded that the physical and sensory attributes of the oral nutritional supplement (Livity®) were highly rated in this consumer attitude-based survey.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42549627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemakaian komputer semakin meluas seiring perkembangan teknologi. Penggunaan komputer yang tidak sesuai aturan baik dari jarak pandang mata maupun intensitas penggunaan komputer yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan salah satunya yaitu CVS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah adanya hubungan jarak pandang dan intensitas penggunaan komputer dengan kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir di STIKes Kuningan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dan rancangan Cross Sectional yang menggunakan sampel sejumlah 123 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, pengumpulan data menggunakan pengukuran dan kuesioner. Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan statistik uji Rank Spearman dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian CVS dialami responden yang melihat komputer dengan jarak pandang < 50 cm dengan nilai p = 0,016 (p<0,05) juga didapatkan hasil arah korelasi positif dengan nilai R = 0.216 yang memiliki kekuatan dalam kategori lemah dan kejadian CVS dialami juga oleh pengguna komputer dengan intensitas waktu yang cukup lama yaitu >120 menit dengan nilai 0,048 (p<0,05) didapatkan hasil korelasi positif dengan nilai R = 0.179 yang memiliki kekuatan dalam kategori sangat lemah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan jarak pandang dan intensitas penggunaan komputer dengan kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir di STIKes Kuningan.
{"title":"HUBUNGAN JARAK PANDANG DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN TINGKAT AKHIR DI STIKES KUNINGAN","authors":"S. Rohmah, Yana Hendriana, Mutia Agustiani Moonti","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.532","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.532","url":null,"abstract":"Pemakaian komputer semakin meluas seiring perkembangan teknologi. Penggunaan komputer yang tidak sesuai aturan baik dari jarak pandang mata maupun intensitas penggunaan komputer yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan salah satunya yaitu CVS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah adanya hubungan jarak pandang dan intensitas penggunaan komputer dengan kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir di STIKes Kuningan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik dan rancangan Cross Sectional yang menggunakan sampel sejumlah 123 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, pengumpulan data menggunakan pengukuran dan kuesioner. Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan statistik uji Rank Spearman dengan derajat kemaknaan α = 0,05. \u0000Hasil penelitian didapatkan bahwa kejadian CVS dialami responden yang melihat komputer dengan jarak pandang < 50 cm dengan nilai p = 0,016 (p<0,05) juga didapatkan hasil arah korelasi positif dengan nilai R = 0.216 yang memiliki kekuatan dalam kategori lemah dan kejadian CVS dialami juga oleh pengguna komputer dengan intensitas waktu yang cukup lama yaitu >120 menit dengan nilai 0,048 (p<0,05) didapatkan hasil korelasi positif dengan nilai R = 0.179 yang memiliki kekuatan dalam kategori sangat lemah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan jarak pandang dan intensitas penggunaan komputer dengan kejadian Computer Vision Syndrome (CVS) pada mahasiswa S1 Keperawatan tingkat akhir di STIKes Kuningan.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86618768","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-01DOI: 10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.446-454
Ujala Sajid, S. Batool, Sadaf Ahmed, Nofel Karatela, Hira Qaisar
Breast Cancer is the most common lethal malignancy affecting the quality of female lives globally, eliciting great distress in all aspects of life, i.e., physically, mentally, psychologically, psychophysiologically, etc. This review aims to demonstrate the factors impacting breast cancer patients' psychophysiological well-being and QoL after mastectomy. Human studies focusing on factors demonstrating the after-effect of mastectomy on the psychophysiological well-being and QoL among breast cancer patients were reviewed. The studies reviewed to describe the effects of mastectomy on breast cancer patients and the aftermaths of the treatment on the psychological as well as psychophysiological well-being and their QoL through different means and methods. Moreover, this review highlights the factors affecting the resiliency of breast cancer patients. The literature is briefly reviewed and includes highlights of the psychophysiological well-being and changes in QoL and an exploration of the relationship among the study variables and patients with breast cancer after mastectomy and the way they opt to improve their QoL. Although mastectomy is considered beneficial complementary therapy for women with breast cancer, it still highly affects the individual's mental and physical health. It is observed that to improve the QoL and enhance psychological and physiological well-being, breast cancer patients need to have ways to resilient themselves. The factors that help patients to achieve post-traumatic growth (PTG) and resilience include therapies, lifestyle changes, and support and care.
{"title":"Psychophysiological Well-Being & Quality of Life (QoL) among breast cancer patients after mastectomy.","authors":"Ujala Sajid, S. Batool, Sadaf Ahmed, Nofel Karatela, Hira Qaisar","doi":"10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.446-454","DOIUrl":"https://doi.org/10.29052/ijehsr.v10.i4.2022.446-454","url":null,"abstract":"Breast Cancer is the most common lethal malignancy affecting the quality of female lives globally, eliciting great distress in all aspects of life, i.e., physically, mentally, psychologically, psychophysiologically, etc. This review aims to demonstrate the factors impacting breast cancer patients' psychophysiological well-being and QoL after mastectomy. Human studies focusing on factors demonstrating the after-effect of mastectomy on the psychophysiological well-being and QoL among breast cancer patients were reviewed. The studies reviewed to describe the effects of mastectomy on breast cancer patients and the aftermaths of the treatment on the psychological as well as psychophysiological well-being and their QoL through different means and methods. Moreover, this review highlights the factors affecting the resiliency of breast cancer patients. The literature is briefly reviewed and includes highlights of the psychophysiological well-being and changes in QoL and an exploration of the relationship among the study variables and patients with breast cancer after mastectomy and the way they opt to improve their QoL. Although mastectomy is considered beneficial complementary therapy for women with breast cancer, it still highly affects the individual's mental and physical health. It is observed that to improve the QoL and enhance psychological and physiological well-being, breast cancer patients need to have ways to resilient themselves. The factors that help patients to achieve post-traumatic growth (PTG) and resilience include therapies, lifestyle changes, and support and care. ","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47075206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuberkulosis merupakan penyakit dengan resiko penularan yang tinggi. Dukungan keluarga merupakan faktor yang penting untuk pemulihan atau kesembuhan pasien. Motivasi merupakan tenaga penggerak, dengan adanya motivasi manusia akan lebih cepat untuk melakukan kegiatan. Kepatuhan minum obat yaitu tingkat pasien untuk melakukan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain. Jenis penelitian ini menggunakan cross-sectional (potong lintang) dengan pendekatan kuantitatif. Populasinya sebanyak 50. Cara pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis hipotesis menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar memiliki dukungan keluarga dan motivasi baik, dan sebagian besar memiliki kepatuhan minum obat baik. Hasil uji chi square pada dukungan keluarga dan motivasi dengan kepatuhan didapatkan p value < 0,05, yang berarti terdapat hubungan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis. Diharapkan Puskesmas Cikembar bisa mempertahankan atau bahkan bisa lebih baik lagi dalam memotivasi atau menginformasikan kepada responden atau pihak keluarga terkait pentingnya dukungan keluarga dan motivasi untuk kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis melalui pendidikan kesehatan.
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI","authors":"Dini Nopianti, Yohanes Frans, Y. Yulianti","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.513","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.513","url":null,"abstract":"Tuberkulosis merupakan penyakit dengan resiko penularan yang tinggi. Dukungan keluarga merupakan faktor yang penting untuk pemulihan atau kesembuhan pasien. Motivasi merupakan tenaga penggerak, dengan adanya motivasi manusia akan lebih cepat untuk melakukan kegiatan. Kepatuhan minum obat yaitu tingkat pasien untuk melakukan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau orang lain. Jenis penelitian ini menggunakan cross-sectional (potong lintang) dengan pendekatan kuantitatif. Populasinya sebanyak 50. Cara pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis hipotesis menggunakan analisis chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar memiliki dukungan keluarga dan motivasi baik, dan sebagian besar memiliki kepatuhan minum obat baik. Hasil uji chi square pada dukungan keluarga dan motivasi dengan kepatuhan didapatkan p value < 0,05, yang berarti terdapat hubungan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis. Diharapkan Puskesmas Cikembar bisa mempertahankan atau bahkan bisa lebih baik lagi dalam memotivasi atau menginformasikan kepada responden atau pihak keluarga terkait pentingnya dukungan keluarga dan motivasi untuk kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis melalui pendidikan kesehatan.","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81883718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masalah kesehatan remaja di Indonesia yang sampai saat ini masih dialami oleh berbagai remaja di Indonesia ialah masalah kurang zat besi (anemia). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang anemia. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 13 Jakarta. Waktu pengumpulan data pada Februari 2022. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik quota sampling berjumlah 60 siswi. Penelitian menggunakan angket yang disebarkan secara online melalui google form. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara univariat untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang anemia. Hasilnya menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan siswi adalah sebagian besar memiliki pengetahuan rendah (58,7%). Hasilnya menunjukkan gambaran tingkat sikap siswi adalah sebagian besar memiliki sikap tidak baik (58,7%).
{"title":"GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA PADA REMAJA PUTERI","authors":"Nia Musniati, Fitria Fitria","doi":"10.34305/jhrs.v2i02.573","DOIUrl":"https://doi.org/10.34305/jhrs.v2i02.573","url":null,"abstract":"Masalah kesehatan remaja di Indonesia yang sampai saat ini masih dialami oleh berbagai remaja di Indonesia ialah masalah kurang zat besi (anemia). Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang anemia. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Tempat penelitian di SMA Muhammadiyah 13 Jakarta. Waktu pengumpulan data pada Februari 2022. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik quota sampling berjumlah 60 siswi. Penelitian menggunakan angket yang disebarkan secara online melalui google form. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara univariat untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang anemia. Hasilnya menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan siswi adalah sebagian besar memiliki pengetahuan rendah (58,7%). Hasilnya menunjukkan gambaran tingkat sikap siswi adalah sebagian besar memiliki sikap tidak baik (58,7%).","PeriodicalId":34196,"journal":{"name":"International Journal of Endorsing Health Science Research","volume":"93 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85471609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}