Pub Date : 2019-05-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I2.16632
Syaharuddin Syaharuddin
Nasionalisme Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi yang diantaranya ditandai dengan semakin tingginya angka korupsi baik di kalangan pejabat pusat maupun daerah; eksploitasi terhadap alam (SDA) secara massif yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat; dan semakin tingginya sikap intoleransi yang mengarah kepada disintegrasi bangsa. Di sisi lain, kurang optimalnya kemampuan guru sejarah dalam memanfaatkan sumber-sumber lokal, seperti peran Hassan Basry dalam mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan Selatan yang berimplikasi terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap sejarah lokalnya. Hassan Basry adalah tokoh pejuang pada periode revolusi fisik (1945-1949) yang memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan di bumi Lambung Mangkurat. Pernyataan “Proklamasi 17 Mei” di Kandangan oleh Hassan Basry, mengandung nilai nasionalisme yang memiliki fungsi strategi terhadap pembentukan karakter bagi peserta didik melalui pembelajaran sejarah. Pernyataan tersebut mengandung nilai-nilai nasionalisme yang sangat penting diinternalisasikan dan ditransformasikan kepada peserta didik sebagai sumber belajar sejarah. Nilai nasionalisme Hassan Basry tidak berhenti pada periode revolusi fisik, tapi berlanjut hingga pascarevolusi fisik, yakni menggagas dan menjadi presiden (rektor) pertama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) (1958).
{"title":"NILAI-NILAI NASIONALISME PERJUANGAN HASSAN BASRY SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH","authors":"Syaharuddin Syaharuddin","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I2.16632","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I2.16632","url":null,"abstract":"Nasionalisme Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi yang diantaranya ditandai dengan semakin tingginya angka korupsi baik di kalangan pejabat pusat maupun daerah; eksploitasi terhadap alam (SDA) secara massif yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat; dan semakin tingginya sikap intoleransi yang mengarah kepada disintegrasi bangsa. Di sisi lain, kurang optimalnya kemampuan guru sejarah dalam memanfaatkan sumber-sumber lokal, seperti peran Hassan Basry dalam mempertahankan kemerdekaan di Kalimantan Selatan yang berimplikasi terhadap rendahnya pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap sejarah lokalnya. Hassan Basry adalah tokoh pejuang pada periode revolusi fisik (1945-1949) yang memiliki peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan di bumi Lambung Mangkurat. Pernyataan “Proklamasi 17 Mei” di Kandangan oleh Hassan Basry, mengandung nilai nasionalisme yang memiliki fungsi strategi terhadap pembentukan karakter bagi peserta didik melalui pembelajaran sejarah. Pernyataan tersebut mengandung nilai-nilai nasionalisme yang sangat penting diinternalisasikan dan ditransformasikan kepada peserta didik sebagai sumber belajar sejarah. Nilai nasionalisme Hassan Basry tidak berhenti pada periode revolusi fisik, tapi berlanjut hingga pascarevolusi fisik, yakni menggagas dan menjadi presiden (rektor) pertama Universitas Lambung Mangkurat (ULM) (1958).","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"84 8","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114118287","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I2.15630
E. Pratiwi
Tulisan ini memuat peranan Crisis Management Initiative dalam Penyelesaian Konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia (2005-2012)”. Setelah pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan militer untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Aceh namun menemui jalan buntu, maka pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan baru dengan menggunakan pendekatan dialog dan menghadirkan pihak ketiga sebagai mediator. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004- 2009) terdapat perubahan lembaga dalam penyelesaian konflik Aceh, yakni mempercayakan NGO asal Finlandia yaitu “Crisis Management Initatiative” sebagai mediator dalam penyelesaian konflik Aceh. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Peranan Crisis Management Initiative dalam Penyelesaian Konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia 2005-2012?”. Masalah utama tersebut kemudian disusun menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1). Bagaimana pengaruh GAM terhadap konflik Aceh, (2) Apakah latar belakang terpilihnya CMI sebagai mediator, (3) Bagaimana proses perdamaian yang dimediasi oleh CMI, (4) Bagaimana dampak dari hasil perundingan damai dalam aspek sosial, ekonomi dan politik di Aceh. Adapun tujuan penelitian ini yaitu menganalisis latar belakang terbentuknya GAM, menganalisis latar belakang pemilihan CMI sebagai mediator dan proses perdamaian yang dimediasi oleh CMI, serta menjelaskan dampak perundingan bagi masyarakat Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis yaitu meliputi pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah (1) GAM terbentuk karena adanya kekecewaan masyarakat Aceh terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia , (2) CMI merupakan NGO yang bergerak di bidang resolusi konflik, (3) Musibah tsunami berpengaruh terhadap proses perdamaian, (4) proses perdamaian dilakukan sebanyak lima putaran, (4) CMI berhasil menyatukan keinginan kedua belah pihak.Kata Kunci : Gerakan Aceh Merdeka, Konflik,Crisis Management Initiative, Pemerintah Indonesia.This article examines the role of "Crisis Management Initiative in Conflict Resolution between the Free Aceh Movement and the Indonesian Government (2005-2012)". After the Indonesian government used a military approach to resolve the conflict in Aceh but was deadlocked, then Indonesian government used a new approach by using a dialogue approach and presenting third parties as mediators. During the administration of President Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) there was a change in the institution to resolve the Aceh conflict, both sides entrusting a NGO and namely as “Crisis Management Initatiative” as a mediator. The main issue of this thesis is "How was the Role of Crisis Management Initiative in the Conflict Resolution between the Free Aceh Movement and the Indonesian Government 2005-2012?". Then it’s developed into four research questions: (1) How about GAM’s impact in Aceh conflict, (2) What isthe
这篇文章包含了危机管理倡议在结业证书中所扮演的角色自由亚齐运动与印度尼西亚政府之间的冲突(2005-2012)”。在印尼政府使用军事手段解决亚齐发生的冲突并陷入僵局后,印尼政府采用了一种新的对话方式,并将第三方作为调解人。Bambang穆尔蒂尤多约诺总统在位期间(2004 - 2009)有亚齐冲突解决机构变化,即委托芬兰非政府组织就是“危机管理Initatiative”作为解决冲突的调解人,亚齐。本文讨论的主要问题是“旨在解决亚齐独立运动与印尼政府2005-2012冲突的危机倡议的作用是什么?”后来构建成三个问题研究的主要问题,即(1)。对亚齐冲突如何影响GAM,(2)背景是否当选CMI作为调解人,(3)如何CMI斡旋的和平进程的影响,(4)如何在社会、经济和政治方面的和平谈判结果在亚齐。此外,该研究的目的是分析GAM GAM的背景,分析CMI作为调解人和和平进程的背景,并解释谈判对亚齐人民的影响。方法是使用的研究方法包括来源,批评来源收集、解释历史和史学。这个研究的结果是:(1)GAM形成是由于印尼亚齐人民对政府政策的失望,(2)CMI是移动的非政府组织在解决冲突方面,(3)海啸灾难影响和平进程,(4)和平进程做五圈,(4)CMI成功统一了双方的愿望。关键词:自由亚齐运动、冲突危机管理倡议,印尼政府。这文章examines角色的“危机管理倡议》之间的冲突引起《自由亚齐运动与印尼政府(2005-2012)”。之后的《印尼政府过去a军事进近到能解决政府间的冲突在印尼亚齐但deadlocked,然后是过去a new接近的地方:用美国mediators进近和presenting第三各方对话。管理局》期间Bambang穆尔蒂尤多约诺总统(媲美。)这是a change in the institution能解决《亚齐冲突,两边entrusting百万美国NGO和namely调解员“危机管理Initatiative”美国。玩问题》这篇论文是“如何在危机管理倡议》之角色之间的冲突引起《自由亚齐运动与印尼政府2005-2012 ?”。然后是developed进入四研究问题:(1)关于如何GAM的冲击在亚齐冲突,(2)调解员isthe什么背景,CMI美国选举的a,(3)如何在《和平的过程,这是mediated由CMI,(4)什么是the impact of the results:和平谈判在亚齐aspects在社会、经济和政治问题。这个研究之目的是to analyze The impact of GAM在亚齐冲突原因》analyze, CMI的selection美国调解人和《和平的过程mediated由CMI,与最后的冲击》是为了发现#亚齐人谈判。The methodology就是过去在这个研究是找到参考文献的历史methodology哪种公司(heuristic), criticizing《参考文献参考文献,interpretating和史学。这就是the results of research英亩(1)GAM是formed因为《disappointed亚齐人的人向《政策由印尼政府,非政府组织(2)CMI是个哪种focuss在冲突引起的,(3)海啸灾难有impact on和平proccess(4)和平过程是carried out》五回合,(4)CMI succeeded结合两人身边的pretension。安装:自由亚齐运动间的冲突、危机管理Initiativ印尼政府。
{"title":"CAMPUR TANGAN ASING di INDONESIA : CRISIS MANAGEMENT INITIATIVE DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ACEH (2005-2012)","authors":"E. Pratiwi","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I2.15630","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I2.15630","url":null,"abstract":"Tulisan ini memuat peranan Crisis Management Initiative dalam Penyelesaian Konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia (2005-2012)”. Setelah pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan militer untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Aceh namun menemui jalan buntu, maka pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan baru dengan menggunakan pendekatan dialog dan menghadirkan pihak ketiga sebagai mediator. Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004- 2009) terdapat perubahan lembaga dalam penyelesaian konflik Aceh, yakni mempercayakan NGO asal Finlandia yaitu “Crisis Management Initatiative” sebagai mediator dalam penyelesaian konflik Aceh. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Peranan Crisis Management Initiative dalam Penyelesaian Konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Indonesia 2005-2012?”. Masalah utama tersebut kemudian disusun menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1). Bagaimana pengaruh GAM terhadap konflik Aceh, (2) Apakah latar belakang terpilihnya CMI sebagai mediator, (3) Bagaimana proses perdamaian yang dimediasi oleh CMI, (4) Bagaimana dampak dari hasil perundingan damai dalam aspek sosial, ekonomi dan politik di Aceh. Adapun tujuan penelitian ini yaitu menganalisis latar belakang terbentuknya GAM, menganalisis latar belakang pemilihan CMI sebagai mediator dan proses perdamaian yang dimediasi oleh CMI, serta menjelaskan dampak perundingan bagi masyarakat Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis yaitu meliputi pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah (1) GAM terbentuk karena adanya kekecewaan masyarakat Aceh terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia , (2) CMI merupakan NGO yang bergerak di bidang resolusi konflik, (3) Musibah tsunami berpengaruh terhadap proses perdamaian, (4) proses perdamaian dilakukan sebanyak lima putaran, (4) CMI berhasil menyatukan keinginan kedua belah pihak.Kata Kunci : Gerakan Aceh Merdeka, Konflik,Crisis Management Initiative, Pemerintah Indonesia.This article examines the role of \"Crisis Management Initiative in Conflict Resolution between the Free Aceh Movement and the Indonesian Government (2005-2012)\". After the Indonesian government used a military approach to resolve the conflict in Aceh but was deadlocked, then Indonesian government used a new approach by using a dialogue approach and presenting third parties as mediators. During the administration of President Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009) there was a change in the institution to resolve the Aceh conflict, both sides entrusting a NGO and namely as “Crisis Management Initatiative” as a mediator. The main issue of this thesis is \"How was the Role of Crisis Management Initiative in the Conflict Resolution between the Free Aceh Movement and the Indonesian Government 2005-2012?\". Then it’s developed into four research questions: (1) How about GAM’s impact in Aceh conflict, (2) What isthe ","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128393670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I2.15775
I. W. Pardi
Tujuan penulisan artikel ini adalah 1) untuk mendeskripsikan dinamika perumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga pada tanggal 18 Agustus 1945, dan 2) untuk mendeskripsikan dinamika rumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga dari Republik Indonesia Serikat sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode penulisan sejarah. Hasil temuan menunjukkan bahwa pada tanggal 18 Agustus 1945, atas usulan Mr. I Gusti Ketut Pudja Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ketiga yang berbunyi “Atas berkat Rahmat Allah…” telah diganti dengan “Atas berkat Rahmat Tuhan…”. Usulan tersebut juga tidak mendapatkan penolakan dari peserta sidang PPKI lainnya, sehingga Sukarno akhirnya mengesahkan Pembukaan tersebut di atas dengan persetujuan seluruh anggota sidang PPKI. Akan tetapi justru dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 perubahan itu belum dilakukan. Oleh sebab itu, agar generasi selanjutnya tidak terkontaminasi oleh penyakit amnesia yang diderita pendahulunya, maka sudah seyogyanya Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga harus segara dirubah menjadi “Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
{"title":"KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945: DISKURSUS PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM PERSPEKTIF SEJARAH","authors":"I. W. Pardi","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I2.15775","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I2.15775","url":null,"abstract":"Tujuan penulisan artikel ini adalah 1) untuk mendeskripsikan dinamika perumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga pada tanggal 18 Agustus 1945, dan 2) untuk mendeskripsikan dinamika rumusan Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga dari Republik Indonesia Serikat sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode penulisan sejarah. Hasil temuan menunjukkan bahwa pada tanggal 18 Agustus 1945, atas usulan Mr. I Gusti Ketut Pudja Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ketiga yang berbunyi “Atas berkat Rahmat Allah…” telah diganti dengan “Atas berkat Rahmat Tuhan…”. Usulan tersebut juga tidak mendapatkan penolakan dari peserta sidang PPKI lainnya, sehingga Sukarno akhirnya mengesahkan Pembukaan tersebut di atas dengan persetujuan seluruh anggota sidang PPKI. Akan tetapi justru dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 perubahan itu belum dilakukan. Oleh sebab itu, agar generasi selanjutnya tidak terkontaminasi oleh penyakit amnesia yang diderita pendahulunya, maka sudah seyogyanya Pembukaan Undang-Undang Dasar alenia ketiga harus segara dirubah menjadi “Atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"2013 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132149213","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I2.16629
Nana Supriatna
“Bangsa Indonesia belum merdeka sejak tahun 1945”. Itulah jawaban seorang peserta didik di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung ketika ditanya gurunya dengan kalimat tanya “Bagaimana cara bangsa Indonesia mengisi kemerdekaan setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945? Jawaban itu muncul ketika guru melontarkan pertanyaan kepada seluruh kelas dan salah seorang siswa mengangkat tangan dan langsung menjawabnya. Kegiatan tanya jawab itu berlangsung saat seorang guru pamong mengajar sesuai Kurikulum Tahun 2013. Artikel ini dikembangkan dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Sejarah dan mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Departemen Pendidikan Sejarah, UPI, di salah satu SMA di Bandung. Melalui dialog antara dosen, mahasiswa dan guru pamong disepakati kegiatan pembelajaran lebih fokus pada pencapaian kompetensi inti kedua (KI-2) disamping pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Salah satu unsur KI-2 adalah kreatifitas yang dikembangkan lebih lanjut menjadi kreatifitas-imajinatif serta dihubungkan dengan keterampilan yang banyak digarap oleh kalangan pendidik guna menyiapkan peserta didik berperan aktif di abad ke-21 ini. Creativity and Innovation yang dikembangkn oleh Trilling and Fadel (2009), Piirto (2011) dan Griffin (2012), digunakan sebagai rujukan. Kurikulum Tahun 2013 dijadikan sebagai guideline terkait dengan KI dan KD dan diperkaya dengan curriculum as an experiences dan dikembangkan dalam pembelajaran kontekstual. Peserta didik ditempatkan sebagai pelaku sejarah pada zamannya (Supriatna, 2007).
{"title":"PENGEMBANGAN KREATIVITAS IMAJINATIF ABAD KE-21 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH","authors":"Nana Supriatna","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I2.16629","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I2.16629","url":null,"abstract":"“Bangsa Indonesia belum merdeka sejak tahun 1945”. Itulah jawaban seorang peserta didik di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung ketika ditanya gurunya dengan kalimat tanya “Bagaimana cara bangsa Indonesia mengisi kemerdekaan setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945? Jawaban itu muncul ketika guru melontarkan pertanyaan kepada seluruh kelas dan salah seorang siswa mengangkat tangan dan langsung menjawabnya. Kegiatan tanya jawab itu berlangsung saat seorang guru pamong mengajar sesuai Kurikulum Tahun 2013. Artikel ini dikembangkan dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Sejarah dan mahasiswa peserta Program Pengalaman Lapangan (PPL) Departemen Pendidikan Sejarah, UPI, di salah satu SMA di Bandung. Melalui dialog antara dosen, mahasiswa dan guru pamong disepakati kegiatan pembelajaran lebih fokus pada pencapaian kompetensi inti kedua (KI-2) disamping pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Salah satu unsur KI-2 adalah kreatifitas yang dikembangkan lebih lanjut menjadi kreatifitas-imajinatif serta dihubungkan dengan keterampilan yang banyak digarap oleh kalangan pendidik guna menyiapkan peserta didik berperan aktif di abad ke-21 ini. Creativity and Innovation yang dikembangkn oleh Trilling and Fadel (2009), Piirto (2011) dan Griffin (2012), digunakan sebagai rujukan. Kurikulum Tahun 2013 dijadikan sebagai guideline terkait dengan KI dan KD dan diperkaya dengan curriculum as an experiences dan dikembangkan dalam pembelajaran kontekstual. Peserta didik ditempatkan sebagai pelaku sejarah pada zamannya (Supriatna, 2007).","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127036124","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I2.16630
S. Hasan
Pengembangan Pendidikan Sejarah dalam mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan pada Abad ke 21 menghendaki adanya berbagai perubahan dalam berbagai komponen Pendidikan Sejarah. Perubahan tersebut terutama dalam bentuk pengayaan yaitu pengembangan kompetensi yang dinamakan Kompetensi Pendidikan Sejarah yang terdiri atas tiga kelompok kompetensi, yaitu Kompetensi mengenal dan memahami perubahan , kompetensi mengadaptasi perubahan , dan k ompetensi menentukan perubahan untuk kehidupan masa depan . Penguasaan ketiga KPS tersebut didasarkan pada pengetahuan sejarah, berpikir sejarah, dan sikap kesejarahan. Pengayaan lain yang diperlukan terkait dengan proses pembelajaran, sumber materi Pendidikan Sejarah, dan penilaian hasil belajar sejarah. Pengayaan tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak terkait hanya pada suatu komponen tertentu mengingat Pendidikan Sejarah adalah suatu totalitas sistem pembelajaran.
{"title":"PENDIDIKAN SEJARAH UNTUK KEHIDUPAN ABAD KE-21","authors":"S. Hasan","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I2.16630","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I2.16630","url":null,"abstract":"Pengembangan Pendidikan Sejarah dalam mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan pada Abad ke 21 menghendaki adanya berbagai perubahan dalam berbagai komponen Pendidikan Sejarah. Perubahan tersebut terutama dalam bentuk pengayaan yaitu pengembangan kompetensi yang dinamakan Kompetensi Pendidikan Sejarah yang terdiri atas tiga kelompok kompetensi, yaitu Kompetensi mengenal dan memahami perubahan , kompetensi mengadaptasi perubahan , dan k ompetensi menentukan perubahan untuk kehidupan masa depan . Penguasaan ketiga KPS tersebut didasarkan pada pengetahuan sejarah, berpikir sejarah, dan sikap kesejarahan. Pengayaan lain yang diperlukan terkait dengan proses pembelajaran, sumber materi Pendidikan Sejarah, dan penilaian hasil belajar sejarah. Pengayaan tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh dan tidak terkait hanya pada suatu komponen tertentu mengingat Pendidikan Sejarah adalah suatu totalitas sistem pembelajaran.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129559201","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I1.12564
Hena Gian Hermana
Buku teks Sejarah untuk SMA merupakan salah satu bentuk material yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Pembeljaran sejarah berfungsi untuk melestarikan memori kolektif dan nilai-nilai yang dianggap penting, salah satunya peduli lingkungan yang merupakan nilai penting dalam cara pandang ecocentris bagian dari green history. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penggambaran dan representasi nilai green history dalam buku teks sejarah. Metode yang digunakan yaitu content analysis. Sumber data pada penelitian ini adalah buku teks Sejarah SMA kelas X berdasarkan kurikulum 2006 karya I Wayan Badrika yang diterbitkan oleh Erlangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa green history direpresentasikan dalam berbagai tema seperti kehidupan awal masyarakat Indonesia (masa berburu dan mengumpulkan makanan serta masa beternak dan bercocok tanam), dan peradaban kuno Asia-Afrika (Peradaban Sungai Shindu dan Gangga, Sungai Kuning, dan Sungai Eufrat dan Tigris). Green History perlu dipahami sebagai cara untuk mengembangkan pikiran peserta didik tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan (understanding how nature sustains life) seperti pengambilan keputusan (decision making skills) di dalam melakukan berbagai tindakan di dalam kehidupan sehari-hari
{"title":"GREEN HISTORY DALAM BUKU TEKS SEJARAH","authors":"Hena Gian Hermana","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I1.12564","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I1.12564","url":null,"abstract":"Buku teks Sejarah untuk SMA merupakan salah satu bentuk material yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah. Pembeljaran sejarah berfungsi untuk melestarikan memori kolektif dan nilai-nilai yang dianggap penting, salah satunya peduli lingkungan yang merupakan nilai penting dalam cara pandang ecocentris bagian dari green history. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penggambaran dan representasi nilai green history dalam buku teks sejarah. Metode yang digunakan yaitu content analysis. Sumber data pada penelitian ini adalah buku teks Sejarah SMA kelas X berdasarkan kurikulum 2006 karya I Wayan Badrika yang diterbitkan oleh Erlangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa green history direpresentasikan dalam berbagai tema seperti kehidupan awal masyarakat Indonesia (masa berburu dan mengumpulkan makanan serta masa beternak dan bercocok tanam), dan peradaban kuno Asia-Afrika (Peradaban Sungai Shindu dan Gangga, Sungai Kuning, dan Sungai Eufrat dan Tigris). Green History perlu dipahami sebagai cara untuk mengembangkan pikiran peserta didik tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan (understanding how nature sustains life) seperti pengambilan keputusan (decision making skills) di dalam melakukan berbagai tindakan di dalam kehidupan sehari-hari","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"487 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133748203","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.17509/historia.v2i1.12569
Norhidayat
Kemerosotan sikap patriotisme siswa dewasa ini patut perhatian antara lain dengan menanamkan pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif secara terpisah dan bersama-sama dengan sikap patriotisme.Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri se Kabupaten Banjar, dengan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Se Kabupaten Banjar. Sampel penelitian sebanyak 202 siswa dari populasi berjumlah 488 siswa. Proses pengumpulan data menggunakan instrumen tes pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dan angket sikap patriotisme. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi, regresi sederhana dan regresi ganda dengan taraf signifikansi 5%.Hasil penelitian menunjukkan (1) ada hubungan positif signifikan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan (X1) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,611, t = 12,87 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (2) ada hubungan positif signifikan antara kemampuan berpikir kritis (X2) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,707, t = 16,716 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (3) ada hubungan positif signifikan antara kemampuan berpikir kreatif (X3) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,718, t = 17,207 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (4) ada hubungan secara simultan antara pemahaman sejarah lokal (X1), kemampuan berpikir kritis (X2) dan kemampuan berpikir kreatif (X3) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai F sebesar 241,7 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hasil analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,724 yang berarti variabel yang dipilih pada variabel independen (pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif) dapat menerangkan variabel dependen (sikap patriotisme) dengan kontribusi 72,4% sedangkan sisanya 27,6% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
今天学生爱国主义的下降引起了人们的注意,其中之一是灌输当地历史、批判性思维和创造性学习过程。这项研究旨在发现加里曼丹南部地方历史理解、批判性思维能力和创造性思维能力之间是否存在联系,以及它们与爱国主义的结合。该研究是在se county state high Banjar进行的,这是一种相互关联的定量方法。研究人口是Se county state高中高中生班加尔地区的所有学生。202名学生的研究样本共有488名学生。利用当地历史感知测试、批判性思维能力和爱国主义热情的数据收集过程。数据分析技术采用了相关分析、简单的回归和回归,具有5%的重要性。研究结果表明(1)最近在南加里曼丹(X1)的地方历史理解与爱国主义(Y)之间存在积极的联系,其相关性为r = 0.611, t = 12.87,概率为1万< 0.05。(2)批判性思维能力(X2)与爱国主义能力(Y)之间存在积极的联系,相关性为r = 707, t = 16.716,概率为10000 < 0.05。(3)创造性思维能力(X3)与爱国主义能力(Y)之间存在积极的联系,其相关性为r = 0.718, t = 17.207,概率值为10000 < 0.05。(4)地方历史理解(X1)、批判性思维能力(X2)和创造性思维能力(X3)与爱国主义(Y)的F为241.7,概率为10000 < 0.05之间同时存在联系。分析结果为R2的0.724分,这意味着选择独立变量的变量(了解当地历史、批判性思维能力)可以用72.4%的贡献来定义爱国主义,而剩下的27.6%被未研究的其他变量定义。
{"title":"PEMAHAMAN SEJARAH LOKAL, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM MEMBINA SIKAP PATRIOTISME SISWA (STUDI KORELASI PADA SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANJAR)","authors":"Norhidayat","doi":"10.17509/historia.v2i1.12569","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/historia.v2i1.12569","url":null,"abstract":"Kemerosotan sikap patriotisme siswa dewasa ini patut perhatian antara lain dengan menanamkan pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif secara terpisah dan bersama-sama dengan sikap patriotisme.Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri se Kabupaten Banjar, dengan metode kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Se Kabupaten Banjar. Sampel penelitian sebanyak 202 siswa dari populasi berjumlah 488 siswa. Proses pengumpulan data menggunakan instrumen tes pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dan angket sikap patriotisme. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi, regresi sederhana dan regresi ganda dengan taraf signifikansi 5%.Hasil penelitian menunjukkan (1) ada hubungan positif signifikan antara pemahaman sejarah lokal di Kalimantan Selatan (X1) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,611, t = 12,87 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (2) ada hubungan positif signifikan antara kemampuan berpikir kritis (X2) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,707, t = 16,716 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (3) ada hubungan positif signifikan antara kemampuan berpikir kreatif (X3) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai korelasi r = 0,718, t = 17,207 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. (4) ada hubungan secara simultan antara pemahaman sejarah lokal (X1), kemampuan berpikir kritis (X2) dan kemampuan berpikir kreatif (X3) dengan sikap patriotisme (Y) dengan nilai F sebesar 241,7 dan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hasil analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,724 yang berarti variabel yang dipilih pada variabel independen (pemahaman sejarah lokal, kemampuan berpikir kritis dan kreatif) dapat menerangkan variabel dependen (sikap patriotisme) dengan kontribusi 72,4% sedangkan sisanya 27,6% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126504903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I1.12806
Johan Setiawan, D. Kumalasari
This research was aimed at knowing Sultan Babullah’s struggle in expelling Portuguese from North Maluku in year 1570-1783. This research employed history method with the following steps (1) heuristic (2) source critic (3) interpretation (4) historiography. The research results were: (1) The murder of Sultan Khairun that was done by Antonio Pimental ordered by Diego Lopez de Masquita was the cause of resistance arising as well as eviction that was done by Sultan Babullah to Portuguese, (2) Babullah struggle started when he was inducted as Sultan of Ternate in 28th of February 1570. During his induction he swore to take revenge on his father’s death. Babullah flamed Soya-soya war or land liberation war. Portuguese’s posts were destroyed. Portuguese’s defense fortresses were taken down one by one except Gamlamo Fortress, (3) The final struggle of Babullah was when Gamlamo Fortress as Portuguese’s defense fortress was encircled for five years from 1570-1575, until Portuguese surrendered and was evicted from North Maluku.
这项研究旨在了解苏丹巴巴拉在1570-1783年将葡萄牙人驱逐出北马鲁古的斗争。本研究采用史学方法,分为以下几个步骤:(1)启发式(2)资料批判(3)阐释(4)史学。研究结果是:(1)由Antonio Pimental在Diego Lopez de Masquita的命令下谋杀了苏丹Khairun,这是苏丹Babullah对葡萄牙人进行抵抗和驱逐的原因,(2)Babullah在1570年2月28日被任命为特尔纳特苏丹时开始了斗争。他就职时发誓要为他父亲的死报仇。Babullah点燃了大豆战争或土地解放战争。葡萄牙人的哨所被摧毁。(3)巴巴拉战役的最后一场战役是1570年至1575年,葡萄牙人作为防御要塞的Gamlamo要塞被包围了5年,直到葡萄牙投降并被驱逐出北马鲁古。
{"title":"THE STRUGGLE OF SULTAN BABULLAH IN EXPELLING PORTUGUESE FROM NORTH MALUKU","authors":"Johan Setiawan, D. Kumalasari","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I1.12806","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I1.12806","url":null,"abstract":"This research was aimed at knowing Sultan Babullah’s struggle in expelling Portuguese from North Maluku in year 1570-1783. This research employed history method with the following steps (1) heuristic (2) source critic (3) interpretation (4) historiography. The research results were: (1) The murder of Sultan Khairun that was done by Antonio Pimental ordered by Diego Lopez de Masquita was the cause of resistance arising as well as eviction that was done by Sultan Babullah to Portuguese, (2) Babullah struggle started when he was inducted as Sultan of Ternate in 28th of February 1570. During his induction he swore to take revenge on his father’s death. Babullah flamed Soya-soya war or land liberation war. Portuguese’s posts were destroyed. Portuguese’s defense fortresses were taken down one by one except Gamlamo Fortress, (3) The final struggle of Babullah was when Gamlamo Fortress as Portuguese’s defense fortress was encircled for five years from 1570-1575, until Portuguese surrendered and was evicted from North Maluku.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130745028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.17509/HISTORIA.V2I1.12565
Riyan Ilham Yustian Religian
Artikel ini merupakan suatu tinjauan historiografi pada buku teks pelajaran sejarah SMA yang mengungkapkan aspek mitologi dan ideologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis). Buku yang dianalisis dalam penelitian ini adalah narasi sejarah yang terdapat dalam buku teks pelajaran Sejarah kelas XI SMA yang ditulis oleh Habib Mustofo dkk., dan diterbitkan oleh yudistira berdasarkan pada Kurikulum berbasis kompetensi 2004. Hasil penelitian menunjukan terdapat mitologi dan ideologi pada buku teks pelajaran sejarah di SMA. Hal tersebut menunjukan ideologi Negara dalam membangun konsep Nasionalisme pada buku teks sejarah. Penulisan materi sejarah pada buku teks dibuat untuk kepentingan pendidikan, sehingga materi sejarah disesuaikan demi tercapainya tujuan pendidikan sejarah. Negara biasanya melakukan mitologisasi dan ideologisasi historis melalui kreativitas penulisan sejarah dalam rangka menemukan kesamaan warisan kultural, kesamaan pahlawan, kesamaan norma, kesamaan adat istiadat.
{"title":"MITOLOGISASI DAN IDEOLOGISASI DALAM BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH SMA: SUATU KAJIAN HISTORIOGRAFI","authors":"Riyan Ilham Yustian Religian","doi":"10.17509/HISTORIA.V2I1.12565","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/HISTORIA.V2I1.12565","url":null,"abstract":"Artikel ini merupakan suatu tinjauan historiografi pada buku teks pelajaran sejarah SMA yang mengungkapkan aspek mitologi dan ideologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis). Buku yang dianalisis dalam penelitian ini adalah narasi sejarah yang terdapat dalam buku teks pelajaran Sejarah kelas XI SMA yang ditulis oleh Habib Mustofo dkk., dan diterbitkan oleh yudistira berdasarkan pada Kurikulum berbasis kompetensi 2004. Hasil penelitian menunjukan terdapat mitologi dan ideologi pada buku teks pelajaran sejarah di SMA. Hal tersebut menunjukan ideologi Negara dalam membangun konsep Nasionalisme pada buku teks sejarah. Penulisan materi sejarah pada buku teks dibuat untuk kepentingan pendidikan, sehingga materi sejarah disesuaikan demi tercapainya tujuan pendidikan sejarah. Negara biasanya melakukan mitologisasi dan ideologisasi historis melalui kreativitas penulisan sejarah dalam rangka menemukan kesamaan warisan kultural, kesamaan pahlawan, kesamaan norma, kesamaan adat istiadat.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127052413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.17509/historia.v2i1.13116
Feronika Sryudha Wihardyantie
Secara umum penelitian membahas mengenai konflik Irian Barat yang meilibatkan Amerika Serikat untuk membantu menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1960-1963. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama yaitu “Bagaimana Keterlibatan Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Irian Barat antara Indonesia dan Belanda 1960-1963?” Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode historis yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil dari penelitian, konflik Irian Barat pada tahun 1960-1963 akibat tidak menemukan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk berdamai. Melihat keadaan itu, Amerika Serikat tertarik untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut. Selain itu, Amerika Serikat memiliki kepentingan di kawasan Asia dalam rangka membendung komunis terutama di Indonesia dan Amerika Serikat berniat untuk menjauhkan Indonesia dari ketergantungannya terhadap Uni Soviet. Sehingga Amerika Serikat bersedia untuk menjadi meditor dalam penyelesaian konflik Irian Barat. Mediasi diadakan dengan mengadakan perundingan-perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan diawali melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), Perundingan Middleburg, dan Perjanjian New York. Penyelesaian konflik Irian Barat dengan terlibatnya Amerika Serikat berpengaruh terhadap hubungan diplomasinya Amerika Serikat dengan Indonesia dan Belanda.
{"title":"Keterlibatan Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Irian Barat 1960-1963","authors":"Feronika Sryudha Wihardyantie","doi":"10.17509/historia.v2i1.13116","DOIUrl":"https://doi.org/10.17509/historia.v2i1.13116","url":null,"abstract":"Secara umum penelitian membahas mengenai konflik Irian Barat yang meilibatkan Amerika Serikat untuk membantu menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1960-1963. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama yaitu “Bagaimana Keterlibatan Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Irian Barat antara Indonesia dan Belanda 1960-1963?” Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode historis yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil dari penelitian, konflik Irian Barat pada tahun 1960-1963 akibat tidak menemukan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda untuk berdamai. Melihat keadaan itu, Amerika Serikat tertarik untuk membantu menyelesaikan konflik tersebut. Selain itu, Amerika Serikat memiliki kepentingan di kawasan Asia dalam rangka membendung komunis terutama di Indonesia dan Amerika Serikat berniat untuk menjauhkan Indonesia dari ketergantungannya terhadap Uni Soviet. Sehingga Amerika Serikat bersedia untuk menjadi meditor dalam penyelesaian konflik Irian Barat. Mediasi diadakan dengan mengadakan perundingan-perundingan antara Indonesia dan Belanda dengan diawali melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), Perundingan Middleburg, dan Perjanjian New York. Penyelesaian konflik Irian Barat dengan terlibatnya Amerika Serikat berpengaruh terhadap hubungan diplomasinya Amerika Serikat dengan Indonesia dan Belanda.","PeriodicalId":374977,"journal":{"name":"Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129178683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}