Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.12419
A. Wahid, M. Shiddiq
The Tahfiz Al-Qur'an program is not only applied and developed in Islamic educational institutions and Islamic boarding schools but has also been implemented in formal educational institutions, both private and public. This research aims to examine the implementation of the Tahfiz Al-Qur'an program at SDN Bueng Cala and identify the challenges in its implementation at SDN Bueng Cala, Aceh Besar. This study adopts a field research approach, where data collection takes place in the field to describe, explain, and address issues related to the phenomena or events under investigation. The findings of this research reveal that the implementation of the Tahfiz Al-Qur'an program is conducted from grade IV to grade VI, with a duration of 70 minutes per week for each class. The program is implemented within each respective class. The methods employed for Tahfiz at SDN Bueng Cala include the takrir method, talaqqi method, and muraja'ah method.Abstrak: Program tahfiz Al-Qur’an dewasa ini tidak hanya diterapkan dan dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam ataupun pondok pesantren, tetapi juga telah diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal, baik swasta maupun negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan program tahfiz Al-Qur’an di SDN Bueng Cala, dan mengetahui problematika dalam pelaksanaan program tahfiz Al-Qur’an di SDN Bueng Cala, Aceh Besar. Adapun penelitian ini bersifat field research, Dimana proses pengambilan data dilakukan di lapangan, untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi ketika melakukan penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu Implementasi program tahfiz Al-Qur’an mulai diterapkan pada kelas IV sampai kelas VI, program tahfiz ini diadakan 70 menit per minggu pada setiap kelasnya, pelaksanaan program tahfiz berlangsung di kelas masing-masing. Dan metode tahfiz yang dipakai di SDN Bueng Cala adalah metode takrir, metode talaqqi, dan metode muraja’ah.
{"title":"Problematika Program Tahfiz Al-Qur’an di SDN Bueng Cala Aceh Besar","authors":"A. Wahid, M. Shiddiq","doi":"10.22373/tafse.v8i1.12419","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.12419","url":null,"abstract":"The Tahfiz Al-Qur'an program is not only applied and developed in Islamic educational institutions and Islamic boarding schools but has also been implemented in formal educational institutions, both private and public. This research aims to examine the implementation of the Tahfiz Al-Qur'an program at SDN Bueng Cala and identify the challenges in its implementation at SDN Bueng Cala, Aceh Besar. This study adopts a field research approach, where data collection takes place in the field to describe, explain, and address issues related to the phenomena or events under investigation. The findings of this research reveal that the implementation of the Tahfiz Al-Qur'an program is conducted from grade IV to grade VI, with a duration of 70 minutes per week for each class. The program is implemented within each respective class. The methods employed for Tahfiz at SDN Bueng Cala include the takrir method, talaqqi method, and muraja'ah method.Abstrak: Program tahfiz Al-Qur’an dewasa ini tidak hanya diterapkan dan dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam ataupun pondok pesantren, tetapi juga telah diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan formal, baik swasta maupun negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan program tahfiz Al-Qur’an di SDN Bueng Cala, dan mengetahui problematika dalam pelaksanaan program tahfiz Al-Qur’an di SDN Bueng Cala, Aceh Besar. Adapun penelitian ini bersifat field research, Dimana proses pengambilan data dilakukan di lapangan, untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi ketika melakukan penelitian. Hasil dari penelitian ini yaitu Implementasi program tahfiz Al-Qur’an mulai diterapkan pada kelas IV sampai kelas VI, program tahfiz ini diadakan 70 menit per minggu pada setiap kelasnya, pelaksanaan program tahfiz berlangsung di kelas masing-masing. Dan metode tahfiz yang dipakai di SDN Bueng Cala adalah metode takrir, metode talaqqi, dan metode muraja’ah.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366465","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.18369
Muslim Djuned
Love is a feeling that has moved human life. It is often defined as an expression of affection and sympathy towards a specific object. Due to the sacredness of love in life, the Quran has mentioned it in several verses, both explicitly and implicitly. These verses have been uniformly understood by scholars, but Said Ramadhan al-Buthi has a unique and different perspective in interpreting them. Therefore, this research focuses on how al-Buthi interprets al-hubb (love) that is found in several verses in the Quran and then classifies them. This research aims to uncover the meaning of love in the Quran according to al-Buthi and what thematic categorization he does on love in the Quran. This research is a literature review (library research). Furthermore, the data is analyzed by descriptive analysis. The results show that al-Buthi defines love as a feeling of attachment to something where a person feels comfortable when close to the object and reluctant to be away from it. However, this definition is only applicable to humans. For him, the illustration of Allah's love is difficult to explain in detail because Allah is not like His creatures, but recognition of Allah's love can be achieved through the path that Allah has set. Furthermore, al-Buthi classifies love in the Quran into several categories, namely: Allah's love for humans and the impact of that love in increasing human obedience, then human love for Allah, which is divided into al-hubb al-kasbi and al-hubb al-qadim.Abstrak: Al-Qur’an dalam beberapa ayat menyinggung tentang cinta baik secara tersurat maupun tersirat. Ayat-ayat tersebut kemudian dipahami secara seragam oleh para ulama, namun Said Ramadhan al-Buthi memiliki pandangan yang unik dan berbeda dalam memahami ayat-ayat tersebut. Untuk itu, penelitian ini menekankan pada bagaimana al-Buthi memaknai al-hubb yang terdapat dalam beberapa ayat dalam Alquran dan kemudian mengklasifikasikannya. Penelitian ini bertujuan untuk menyingkap makna al-hubb dalam Alquran menurut al-Buthi dan apa saja klasifikasi yang ia lakukan terhadap al-hubb dalam Alquran. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis deskriptif. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Buthi mendefinisikan cinta sebagai suatu perasaan keterikatan terhadap sesuatu dimana seseorang merasa nyaman ketika berdekatan dengan sang objek serta merasa enggan untuk jauh darinya. Namun definisi tersebut hanya layak disematkan kepada manusia, baginya pengilustrasian cinta Allah merupakan sesuatu yang sulit dijelaskan secara gamblang, karena Allah tidaklah serupa dengan makhlukNya, namun pengenalan terhadap cinta Allah dapat dicapai melalui jalan yang telah Allah tetapkan. Selanjutnya al-Buthi mengklasifikasikan al-hubb dalam Alquran menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: cinta Allah kepada manusia beserta dampak dari cinta tersebut berupa bertambahnya ketaatan manusia, kemudian cinta manusia kepada Allah yang terbagi kepada al-hubb
{"title":"Lafaz Al-Hubb dalam Al-Qur’an menurut Al-Buthi","authors":"Muslim Djuned","doi":"10.22373/tafse.v8i1.18369","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.18369","url":null,"abstract":"Love is a feeling that has moved human life. It is often defined as an expression of affection and sympathy towards a specific object. Due to the sacredness of love in life, the Quran has mentioned it in several verses, both explicitly and implicitly. These verses have been uniformly understood by scholars, but Said Ramadhan al-Buthi has a unique and different perspective in interpreting them. Therefore, this research focuses on how al-Buthi interprets al-hubb (love) that is found in several verses in the Quran and then classifies them. This research aims to uncover the meaning of love in the Quran according to al-Buthi and what thematic categorization he does on love in the Quran. This research is a literature review (library research). Furthermore, the data is analyzed by descriptive analysis. The results show that al-Buthi defines love as a feeling of attachment to something where a person feels comfortable when close to the object and reluctant to be away from it. However, this definition is only applicable to humans. For him, the illustration of Allah's love is difficult to explain in detail because Allah is not like His creatures, but recognition of Allah's love can be achieved through the path that Allah has set. Furthermore, al-Buthi classifies love in the Quran into several categories, namely: Allah's love for humans and the impact of that love in increasing human obedience, then human love for Allah, which is divided into al-hubb al-kasbi and al-hubb al-qadim.Abstrak: Al-Qur’an dalam beberapa ayat menyinggung tentang cinta baik secara tersurat maupun tersirat. Ayat-ayat tersebut kemudian dipahami secara seragam oleh para ulama, namun Said Ramadhan al-Buthi memiliki pandangan yang unik dan berbeda dalam memahami ayat-ayat tersebut. Untuk itu, penelitian ini menekankan pada bagaimana al-Buthi memaknai al-hubb yang terdapat dalam beberapa ayat dalam Alquran dan kemudian mengklasifikasikannya. Penelitian ini bertujuan untuk menyingkap makna al-hubb dalam Alquran menurut al-Buthi dan apa saja klasifikasi yang ia lakukan terhadap al-hubb dalam Alquran. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Selanjutnya data dianalisis dengan cara analisis deskriptif. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Buthi mendefinisikan cinta sebagai suatu perasaan keterikatan terhadap sesuatu dimana seseorang merasa nyaman ketika berdekatan dengan sang objek serta merasa enggan untuk jauh darinya. Namun definisi tersebut hanya layak disematkan kepada manusia, baginya pengilustrasian cinta Allah merupakan sesuatu yang sulit dijelaskan secara gamblang, karena Allah tidaklah serupa dengan makhlukNya, namun pengenalan terhadap cinta Allah dapat dicapai melalui jalan yang telah Allah tetapkan. Selanjutnya al-Buthi mengklasifikasikan al-hubb dalam Alquran menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: cinta Allah kepada manusia beserta dampak dari cinta tersebut berupa bertambahnya ketaatan manusia, kemudian cinta manusia kepada Allah yang terbagi kepada al-hubb","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.17512
M. Amin, Maula Sari
Protection of citizens rights is a very urgent issue in Islam. As a perfect religion, Islam accommodates the rights of every individual to be protected and respected so that no one can take them away. This paper discusses the protection of citizens' rights in the perspective of the Koran. This paper uses library research (liberary research) with a descriptive qualitative approach. The Qur'an mentions at least six rights of citizens that must be protected. These rights include: the right to live, the right to work, the right to education, the right to express opinions, the right to religion, the right to be independent, and the right to be treated equally in the eyes of the law, economy and socio-culture. Rules regarding the rights of citizens in Indonesia are regulated in the 1945 Constitution (UUD) and its derivatives. Protection of the rights of citizens is a form of the presence of the state in protecting and defending the rights of every citizen.Abstrak: Perlindungan hak warga negara merupakan isu yang sangat urgen dalam Islam. Sebagai agama yang sempurna, Islam mengakomodir hak setiap individu untuk dilindungi dan dihormati agar tidak dapat dirampas oleh siapapun. Tulisan ini membahas tentang perlindungan hak-hak warga negara dalam perspektif al-Qur’an. Tulisan ini menggunakan penelitian perpustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Al-Qur’an menyebutkan minimal ada enam hak-hak warga negara yang wajib untuk dilindungi. Hak-hak tersebut antara lain: hak untuk hidup, hak mendapat pekerjaan, hak memperoleh pendidikan, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk merdeka, dan hak untuk diperlakukan sama di mata hukum, ekonomi dan sosial budaya. Aturan mengenai hak-hak warga negara di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 dan turunannya. Perlindungan terhadap hak-hak warga negara merupakan wujud dari kehadiran negara dalam melindungi dan membela hak setiap warganya.
在伊斯兰教中,保护公民权利是一个非常紧迫的问题。作为一个完美的宗教,伊斯兰教认为每个人的权利都应受到保护和尊重,任何人都不能剥夺。本文从《古兰经》的角度讨论了保护公民权利的问题。本文采用图书馆研究(liberary research)的描述性定性方法。古兰经》至少提到了六项必须保护的公民权利。这些权利包括:生活权、工作权、受教育权、表达意见权、宗教权、独立权以及在法律、经济和社会文化方面受到平等对待的权利。1945 年《宪法》(UUD)及其衍生文件规定了有关印度尼西亚公民权利的规则。保护公民权利是国家保护和捍卫每个公民的权利的一种形式:在伊斯兰教中,"国家战争 "是一个紧迫的问题。伊斯兰教的宗旨是让每一个人都能在伊斯兰教的帮助下得到发展和进步。该手册从《古兰经》的视角介绍了如何管理民族战争。通过图书馆研究(图书馆研究),可以提高图书馆的工作效率。古兰经》规定了最低限度的国家法律法规。这些 "诀窍 "包括:"隐居诀窍"、"改善生活诀窍"、"改善学习诀窍"、"提高学习成绩诀窍"、"学习成功诀窍",以及 "在国家、经济和社会发展方面提高学习成绩诀窍"。1945年至1949年期间,印尼的 "印尼民族主义运动"(Aturan mengenai hak-hak warga negara di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 and turunannya.印尼的 "黑奴战争 "是印尼政府的一项重要任务,旨在促进和保护黑奴。
{"title":"Perlindungan Hak Warga Negara dalam Perspektif Al-Qur’an dan Konstitusi","authors":"M. Amin, Maula Sari","doi":"10.22373/tafse.v8i1.17512","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.17512","url":null,"abstract":"Protection of citizens rights is a very urgent issue in Islam. As a perfect religion, Islam accommodates the rights of every individual to be protected and respected so that no one can take them away. This paper discusses the protection of citizens' rights in the perspective of the Koran. This paper uses library research (liberary research) with a descriptive qualitative approach. The Qur'an mentions at least six rights of citizens that must be protected. These rights include: the right to live, the right to work, the right to education, the right to express opinions, the right to religion, the right to be independent, and the right to be treated equally in the eyes of the law, economy and socio-culture. Rules regarding the rights of citizens in Indonesia are regulated in the 1945 Constitution (UUD) and its derivatives. Protection of the rights of citizens is a form of the presence of the state in protecting and defending the rights of every citizen.Abstrak: Perlindungan hak warga negara merupakan isu yang sangat urgen dalam Islam. Sebagai agama yang sempurna, Islam mengakomodir hak setiap individu untuk dilindungi dan dihormati agar tidak dapat dirampas oleh siapapun. Tulisan ini membahas tentang perlindungan hak-hak warga negara dalam perspektif al-Qur’an. Tulisan ini menggunakan penelitian perpustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Al-Qur’an menyebutkan minimal ada enam hak-hak warga negara yang wajib untuk dilindungi. Hak-hak tersebut antara lain: hak untuk hidup, hak mendapat pekerjaan, hak memperoleh pendidikan, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk merdeka, dan hak untuk diperlakukan sama di mata hukum, ekonomi dan sosial budaya. Aturan mengenai hak-hak warga negara di Indonesia diatur di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 dan turunannya. Perlindungan terhadap hak-hak warga negara merupakan wujud dari kehadiran negara dalam melindungi dan membela hak setiap warganya.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"207 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.19880
M. Misnawati
Mufassir is not overly prescriptive in his surveillance of the Qur’an and attempts to discover meaning in it, but he is also affected by societal realities. Javanese cultural tradition, or the culture that surrounds it, is one of them. This is evident in KH. Bisri Musthofa's work in the comments. Ibrīz's There are numerous intriguing Javanese cultural traditions included in this interpretation book. He maintains control over the Qur’an by adhering to traditional Javanese practices so that while discussing a passage, it might take several forms that are acceptable to society. This research is a type of library research using descriptive-analytical methods by referring to literature related to this research. This research illustrates that the interpreter's social space has an impact on the Qur’an in numerous ways and that the vernacularization process has an impact on the Qur’an's forms as well since it incorporates diverse parts of the locale. Pegon discusses religious themes and dialogues in Javanese culture, using al-Ibrīz as a source for interpretation in Javanese Arabic. Even so, KH. Bisri Musthofa succeeded in reviewing and conveying his da'wah messages straightforwardly and simply so that al-Ibrīz's interpretation blends with the space and local context of Javanese society.Abstrak: Seorang mufassir tidak sekedar menafsirkan al-Qur’an dan berusaha mengungkapkan makna yang ada di dalamnya, namun juga dipengaruhi oleh realitas yang eksis di masyarakat. Salah satunya tradisi kultural Jawa atau budaya yang melingkupinya. Hal ini terlihat di karya KH. Bisri Musthofa dalam tafsir al-Ibrīz. Di dalam kitab tafsir ini banyak terkandung unsur tradisi kultural Jawa yang menarik. Ia menafsirkan al-Qur’an dengan tidak melepaskan diri dari tradisi kebiasaan masyarakat Jawa, sehingga dalam menjelaskan suatu ayat memiliki bentuk beragam yang dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pustaka (library research) dengan menggunakan metode diskriptif analisis, dengan merujuk kepada literatur- literatur yang terkait dengan penelitian ini. Tulisan ini berargumen bahwa ruang sosial penafsir memiliki pengaruh dalam berbagai bentuk penafsiran atas al-Qur’an dan proses vernakularisasi juga mempengaruhi bentuk-bentuk penafsiran atas al-Qur’an. Karena ia melibatkan berbagai unsur lokalitas di dalamnya. Karena unsur lokalitas banyak yang muncul, maka kitab al-Ibrīz sebagai referensi tafsir yang berbahasa Arab Jawa Pegon berbicara isu-isu keagamaan dan perbincangan di masyarakat Jawa. Meskipun begitu, KH. Bisri Musthofa berhasil mengulas dan menyampaikan pesan-pesan dakwahnya dengan sangat lugas dan cara sederhana sehingga tafsir al-Ibrīz menyatu dengan ruang dan konteks lokal masyarakat Jawa.
{"title":"Pemikiran KH. Bisri Musthofa dan Tradisi Kultural Jawa dalam Tafsir Al-Ibrīz","authors":"M. Misnawati","doi":"10.22373/tafse.v8i1.19880","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.19880","url":null,"abstract":"Mufassir is not overly prescriptive in his surveillance of the Qur’an and attempts to discover meaning in it, but he is also affected by societal realities. Javanese cultural tradition, or the culture that surrounds it, is one of them. This is evident in KH. Bisri Musthofa's work in the comments. Ibrīz's There are numerous intriguing Javanese cultural traditions included in this interpretation book. He maintains control over the Qur’an by adhering to traditional Javanese practices so that while discussing a passage, it might take several forms that are acceptable to society. This research is a type of library research using descriptive-analytical methods by referring to literature related to this research. This research illustrates that the interpreter's social space has an impact on the Qur’an in numerous ways and that the vernacularization process has an impact on the Qur’an's forms as well since it incorporates diverse parts of the locale. Pegon discusses religious themes and dialogues in Javanese culture, using al-Ibrīz as a source for interpretation in Javanese Arabic. Even so, KH. Bisri Musthofa succeeded in reviewing and conveying his da'wah messages straightforwardly and simply so that al-Ibrīz's interpretation blends with the space and local context of Javanese society.Abstrak: Seorang mufassir tidak sekedar menafsirkan al-Qur’an dan berusaha mengungkapkan makna yang ada di dalamnya, namun juga dipengaruhi oleh realitas yang eksis di masyarakat. Salah satunya tradisi kultural Jawa atau budaya yang melingkupinya. Hal ini terlihat di karya KH. Bisri Musthofa dalam tafsir al-Ibrīz. Di dalam kitab tafsir ini banyak terkandung unsur tradisi kultural Jawa yang menarik. Ia menafsirkan al-Qur’an dengan tidak melepaskan diri dari tradisi kebiasaan masyarakat Jawa, sehingga dalam menjelaskan suatu ayat memiliki bentuk beragam yang dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Pustaka (library research) dengan menggunakan metode diskriptif analisis, dengan merujuk kepada literatur- literatur yang terkait dengan penelitian ini. Tulisan ini berargumen bahwa ruang sosial penafsir memiliki pengaruh dalam berbagai bentuk penafsiran atas al-Qur’an dan proses vernakularisasi juga mempengaruhi bentuk-bentuk penafsiran atas al-Qur’an. Karena ia melibatkan berbagai unsur lokalitas di dalamnya. Karena unsur lokalitas banyak yang muncul, maka kitab al-Ibrīz sebagai referensi tafsir yang berbahasa Arab Jawa Pegon berbicara isu-isu keagamaan dan perbincangan di masyarakat Jawa. Meskipun begitu, KH. Bisri Musthofa berhasil mengulas dan menyampaikan pesan-pesan dakwahnya dengan sangat lugas dan cara sederhana sehingga tafsir al-Ibrīz menyatu dengan ruang dan konteks lokal masyarakat Jawa.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"75 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.17144
I. Irfansyah, Khairunnisa Khairunnisa
The interpretation of clothing, if understood using a classical approach, would result in stagnant interpretations that are irrelevant to the essence of the Qur'an, which should be related to the development of time and also enter the world of fashion. Thus, Muhammad Syahrur offers a new approach to interpreting the Qur'an, namely the hermeneutics of hudud theory. This research reinterprets the meaning of the Jilbab by using the hermeneutics of hudud theory as an analytical tool. This study falls under the category of library research, and data collection is done through descriptive-qualitative literature review. The main references for this writing include the works of Muhammad Syahrur and other related literature as supporting sources. The research findings indicate that Syahrur interprets the word "khumur" in the Qur'an as "al-Satr" (covering), rather than a headscarf, while "al-Juyub" refers to pockets in clothing or something that can be closed. In relation to a woman's body, "al-Juyub" means the genitals, the two buttocks (anus), the area between the two breasts, the lower part, and the lower armpit. Although the genitals and anus are included in "al-Juyub," both of them are considered private parts that cannot be seen by others.Abstrak: Pemaknaan terhadap pakaian jika dipahami dengan menggunakan pendekatan klasik maka akan menghasilkan interpretasi yang stagnan, hal tersebut tidak relevan dengan hakikat Al-Qur’an yang semestinya selaras terhadap perkembangan zaman dan juga masuk ke dunia fashion. Dengan demikian Muhammad Syahrur menawarkan pendekatan baru dalam interpretasi Al-Qur’an yaitu teori hermeneutika hudud. Penelitian ini mereinterpretasikan pemaknaan Jilbab dengan menggunakan teori hemeneutika Hudud sebagai pisau analisis. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), dan pengumpulan data melalui telaah literatur yang dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Rujukan utama tulisan ini meliputi karya Muhammad Syahrur dan literatur terkait lainnya sebagai penyokong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syahrur menafsirkan kata khumur dalam Al-Qur’an sebagai al-Satr (menutupi), bukan kerudung, sedangkan al-Juyub adalah saku dalam pakaian atau sesuatu yang berkatup. Dalam kaitannya dengan tubuh wanita, al-Juyub berarti kemaluan, dua pantat (anus), bagian antara dua buah dada dan bagian bawah serta ketiak bagian bawah. Meskipun kemaluan dan anus termasuk dalam al-Juyub, namun keduanya termasuk kemaluan besar yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.
{"title":"Hermeneutika Hudud menurut Muhammad Syahrur: Telaah tentang Relevansi Pemakaian Jilbab dengan Perkembangan Zaman","authors":"I. Irfansyah, Khairunnisa Khairunnisa","doi":"10.22373/tafse.v8i1.17144","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.17144","url":null,"abstract":"The interpretation of clothing, if understood using a classical approach, would result in stagnant interpretations that are irrelevant to the essence of the Qur'an, which should be related to the development of time and also enter the world of fashion. Thus, Muhammad Syahrur offers a new approach to interpreting the Qur'an, namely the hermeneutics of hudud theory. This research reinterprets the meaning of the Jilbab by using the hermeneutics of hudud theory as an analytical tool. This study falls under the category of library research, and data collection is done through descriptive-qualitative literature review. The main references for this writing include the works of Muhammad Syahrur and other related literature as supporting sources. The research findings indicate that Syahrur interprets the word \"khumur\" in the Qur'an as \"al-Satr\" (covering), rather than a headscarf, while \"al-Juyub\" refers to pockets in clothing or something that can be closed. In relation to a woman's body, \"al-Juyub\" means the genitals, the two buttocks (anus), the area between the two breasts, the lower part, and the lower armpit. Although the genitals and anus are included in \"al-Juyub,\" both of them are considered private parts that cannot be seen by others.Abstrak: Pemaknaan terhadap pakaian jika dipahami dengan menggunakan pendekatan klasik maka akan menghasilkan interpretasi yang stagnan, hal tersebut tidak relevan dengan hakikat Al-Qur’an yang semestinya selaras terhadap perkembangan zaman dan juga masuk ke dunia fashion. Dengan demikian Muhammad Syahrur menawarkan pendekatan baru dalam interpretasi Al-Qur’an yaitu teori hermeneutika hudud. Penelitian ini mereinterpretasikan pemaknaan Jilbab dengan menggunakan teori hemeneutika Hudud sebagai pisau analisis. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), dan pengumpulan data melalui telaah literatur yang dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Rujukan utama tulisan ini meliputi karya Muhammad Syahrur dan literatur terkait lainnya sebagai penyokong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syahrur menafsirkan kata khumur dalam Al-Qur’an sebagai al-Satr (menutupi), bukan kerudung, sedangkan al-Juyub adalah saku dalam pakaian atau sesuatu yang berkatup. Dalam kaitannya dengan tubuh wanita, al-Juyub berarti kemaluan, dua pantat (anus), bagian antara dua buah dada dan bagian bawah serta ketiak bagian bawah. Meskipun kemaluan dan anus termasuk dalam al-Juyub, namun keduanya termasuk kemaluan besar yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367482","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.18397
Furqan Furqan
Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayi al-Qur'an, also known as Tafsir ibnu Jarir, is a renowned interpretation book in the world of Islamic intellectuals. It is considered a valuable literature in the field of bil ma'tsur interpretations. Even in the field of bi ra'yi interpretation, it tends to prioritize the analytical aspect of the atsar. This interpretation provides numerous scientific explanations in detail, while also incorporating various opinions and exploring the most diligent viewpoints. This paper aims to delve deeper into the methodology or manhaj employed by Imam Ibnu Jarir al-Thabari in his book Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayi al-Qur'an, using a descriptive method. The study results indicate that the book of interpretations, Jami' al-Bayan, follows the bil ma'tsur interpretation method. Nevertheless, it cannot be denied that it includes interpretations of several verses based on reasoning.Abstrak:Kitab Jami’ al-Bayan ‘an ta’wil Ayi al-Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir ibnu Jarir adalah kitab tafsir yang masyhur dalam dunia Intelektual Islam. Ia dinilai sebagai literatur kitab tafsir bil ma’tsur, bahkan dalam bidang tafsir bil ra’yi ia cenderung mengedepankan sisi analisis dari pada atsar, sebab dalam tafsir ini terdapat banyak penjelasan ilmiah yang diungkapkan oleh beliau secara detail, serta memadukan berbagai pendapat dan menggali pendapat yang paling rajih. Tulisan ini bertujuan mengulas lebih dalam mengenai metodologi yang digunakan imam Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-Bayan ‘an ta’wil ayi al-Qur’an dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitab tafsir Jami’ al-Bayan merupakan kitab tafsir dengan metode tafsir bil ma’tsur meskipun tidak dapat dinafikan bahwa di dalamnya terdapat penafsiran terhadap beberapa ayat yang menjadikan akal sebagai dasar dalam penafsirannya
{"title":"Metodologi Tafsir Jami’ al-Bayan Imam Thabari","authors":"Furqan Furqan","doi":"10.22373/tafse.v8i1.18397","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.18397","url":null,"abstract":"Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayi al-Qur'an, also known as Tafsir ibnu Jarir, is a renowned interpretation book in the world of Islamic intellectuals. It is considered a valuable literature in the field of bil ma'tsur interpretations. Even in the field of bi ra'yi interpretation, it tends to prioritize the analytical aspect of the atsar. This interpretation provides numerous scientific explanations in detail, while also incorporating various opinions and exploring the most diligent viewpoints. This paper aims to delve deeper into the methodology or manhaj employed by Imam Ibnu Jarir al-Thabari in his book Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayi al-Qur'an, using a descriptive method. The study results indicate that the book of interpretations, Jami' al-Bayan, follows the bil ma'tsur interpretation method. Nevertheless, it cannot be denied that it includes interpretations of several verses based on reasoning.Abstrak:Kitab Jami’ al-Bayan ‘an ta’wil Ayi al-Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir ibnu Jarir adalah kitab tafsir yang masyhur dalam dunia Intelektual Islam. Ia dinilai sebagai literatur kitab tafsir bil ma’tsur, bahkan dalam bidang tafsir bil ra’yi ia cenderung mengedepankan sisi analisis dari pada atsar, sebab dalam tafsir ini terdapat banyak penjelasan ilmiah yang diungkapkan oleh beliau secara detail, serta memadukan berbagai pendapat dan menggali pendapat yang paling rajih. Tulisan ini bertujuan mengulas lebih dalam mengenai metodologi yang digunakan imam Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitabnya Jami’ al-Bayan ‘an ta’wil ayi al-Qur’an dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitab tafsir Jami’ al-Bayan merupakan kitab tafsir dengan metode tafsir bil ma’tsur meskipun tidak dapat dinafikan bahwa di dalamnya terdapat penafsiran terhadap beberapa ayat yang menjadikan akal sebagai dasar dalam penafsirannya","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366580","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.17986
F. Saleh, Ulil Azmi
The majority of Muslims agree that rasm 'uthmānī should be used as a reference in the pattern of copying the Qur'an, but the Qur'an mushaf 278/16 collection of Pedir Museum Aceh tends to violate this consensus. In addition, research on the rasm aspect in the ancient mushaf of Aceh is also still limited. Therefore, this research is important to do. This study seeks to answer several questions. First, what are the characteristics of the Qur'an 278/16 mushaf in the collection of Pedir Museum Aceh? Second, how is the use of rasm in the Qur'an 278/16 mushaf collection of Pedir Museum Aceh? This research is classified as literature research with a qualitative model. Descriptive methods were used to analyze the existing data, then compared the writing of words in this mushaf with the narrations of al-shaykhān, al-Dānī and Abū Dāwūd. The results showed that the mushaf was an ancient Acehnese mushaf written around the 18th century AD with characteristics like other Acehnese mushaf. From observations, it can be seen that this mushaf is written using mixed rasm, thus showing the inconsistency of rasm in writing. Some words are written using rasm 'uthmānī with a tendency to follow the narration of al-Dānī. Others are written using the rasm imlā'ī with predominance violating ḥadhf rules as well as violating other rules.Abstrak: Mayoritas umat Islam menyepakati bahwa rasm ‘uthmānī harus dijadikan acuan dalam pola penyalinan Al-Qur’an, namun mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh cenderung menyalahi konsensus tersebut. Di samping itu, penelitian terhadap aspek rasm dalam mushaf kuno Aceh juga masih terbatas. Oleh karenanya penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini berusaha menjawab beberapa persoalan. Pertama, bagaimana karakteristik mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh? Kedua, bagaimana penggunaan rasm dalam mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh? Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan dengan model kualitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang ada, selanjutnya membandingkan penulisan kata dalam mushaf ini dengan riwayat al-syaikhān, al-Dānī dan Abū Dāwūd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mushaf tersebut merupakan mushaf kuno Aceh yang ditulis sekitar abad ke-18 M dengan karakteristik seperti mushaf Aceh lainnya. Dari pengamatan terlihat bahwa mushaf ini ditulis menggunakan rasm campuran sehingga menunjukkan inkonsistensi rasm dalam penulisannya. Sebagian kata ditulis menggunakan rasm ‘uthmānī dengan kecenderungan mengikuti riwayat al-Dānī. Sedangkan sebagian lainnya ditulis menggunakan rasm imlā’ī dengan dominasi menyalahi kaidah ḥadhf di samping juga menyalahi kaidah-kaidah lainnya.
{"title":"Rasm Manuskrip Mushaf Al-Qur’an: Kajian terhadap Naskah Koleksi Pedir Museum Aceh Nomor 278/16","authors":"F. Saleh, Ulil Azmi","doi":"10.22373/tafse.v8i1.17986","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.17986","url":null,"abstract":"The majority of Muslims agree that rasm 'uthmānī should be used as a reference in the pattern of copying the Qur'an, but the Qur'an mushaf 278/16 collection of Pedir Museum Aceh tends to violate this consensus. In addition, research on the rasm aspect in the ancient mushaf of Aceh is also still limited. Therefore, this research is important to do. This study seeks to answer several questions. First, what are the characteristics of the Qur'an 278/16 mushaf in the collection of Pedir Museum Aceh? Second, how is the use of rasm in the Qur'an 278/16 mushaf collection of Pedir Museum Aceh? This research is classified as literature research with a qualitative model. Descriptive methods were used to analyze the existing data, then compared the writing of words in this mushaf with the narrations of al-shaykhān, al-Dānī and Abū Dāwūd. The results showed that the mushaf was an ancient Acehnese mushaf written around the 18th century AD with characteristics like other Acehnese mushaf. From observations, it can be seen that this mushaf is written using mixed rasm, thus showing the inconsistency of rasm in writing. Some words are written using rasm 'uthmānī with a tendency to follow the narration of al-Dānī. Others are written using the rasm imlā'ī with predominance violating ḥadhf rules as well as violating other rules.Abstrak: Mayoritas umat Islam menyepakati bahwa rasm ‘uthmānī harus dijadikan acuan dalam pola penyalinan Al-Qur’an, namun mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh cenderung menyalahi konsensus tersebut. Di samping itu, penelitian terhadap aspek rasm dalam mushaf kuno Aceh juga masih terbatas. Oleh karenanya penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini berusaha menjawab beberapa persoalan. Pertama, bagaimana karakteristik mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh? Kedua, bagaimana penggunaan rasm dalam mushaf Al-Qur’an 278/16 koleksi Pedir Museum Aceh? Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan dengan model kualitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang ada, selanjutnya membandingkan penulisan kata dalam mushaf ini dengan riwayat al-syaikhān, al-Dānī dan Abū Dāwūd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mushaf tersebut merupakan mushaf kuno Aceh yang ditulis sekitar abad ke-18 M dengan karakteristik seperti mushaf Aceh lainnya. Dari pengamatan terlihat bahwa mushaf ini ditulis menggunakan rasm campuran sehingga menunjukkan inkonsistensi rasm dalam penulisannya. Sebagian kata ditulis menggunakan rasm ‘uthmānī dengan kecenderungan mengikuti riwayat al-Dānī. Sedangkan sebagian lainnya ditulis menggunakan rasm imlā’ī dengan dominasi menyalahi kaidah ḥadhf di samping juga menyalahi kaidah-kaidah lainnya.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.22373/tafse.v8i1.12422
Nuzulul Fadhilah
The reality in the field indicates that there are several problems occurring in some online buying and selling activities in Syiah Kuala Subdistrict. Buyers are forced to accept goods that do not meet their expectations. The Qur'an explains that buying and selling should be conducted willingly and without oppression or being oppressed. Based on these issues, the objective of this research is to examine the online buying and selling practices among sellers and buyers in Syiah Kuala Subdistrict and their relevance to the Qur'an's guidance on online buying and selling among sellers and buyers in Syiah Kuala Subdistrict. This study adopts a qualitative approach using a descriptive method with a total of ten informants consisting of five sellers and five buyers. Data collection techniques include direct field observation and interviews. The results reveal that online buying and selling practices in Syiah Kuala Subdistrict involve several stages, namely ordering, payment, product description, offers/prices, and terms/complaints. The relevance of online buying and selling practices in Syiah Kuala Subdistrict to the Qur'an's guidance can be divided into two categories: first, practices that align with the guidance and are in line with the Qur'an, such as voluntary agreement or the absence of coercion. Second, practices that do not align with the principles or guidance in the Qur'an, such as oppressing one party by not paying for the goods within the specified time.Abstrak: Realita di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah yang terjadi di sebagian jual beli online di Kecamatan Syiah kuala. Keterpaksaan seorang pembeli menerima barang yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Al-Qur’an menjelaskan jual beli haruslah dilaksanakan dengan rasa suka sama suka dan tidak menzalimi maupun dizalimi. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah bagaimana praktik jual beli online dalam kalangan penjual dan pembeli di Kecamatan Syiah Kuala dan relevansinya dengan petunjuk Al-Qur’an terhadap jual beli online dalam kalangan penjual dan pembei di Kecamatan Syiah kuala. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode deskriptif dengan jumlah sepuluh informan yang terdiri dari lima penjual dan lima pembeli. Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan, wawancara. Hasil menunjukkan bahwa praktik jual beli online di Kecamatan Syiah Kuala terdiri dari beberapan tahapan yaitu; pemesanan, pembayaran, deskripsi barang, penawaran/harga dan syarat/komplain. Relevansi praktik jual beli online di Kecamatan Syiah Kuala dengan petunjuk Al-Qur’an terbagi kepada dua kategori: pertama, sesuai dengan petunjuk dan relevan dengan Al-Qur’an, contohnya suka sama suka atau tidak adanya keterpaksaan. Kedua, tidak sesuai dengan prinsip atau petunjuk dalam Al-Qur’an, contohnya menzalimi salah satu pihak seperti tidak membayar barang pada waktu yang telah ditentukan.
实际情况表明,Syiah Kuala 分区的一些网上买卖活动存在一些问题。买家被迫接受不符合他们期望的商品。古兰经》解释说,买卖应在自愿、不受压迫或被压迫的情况下进行。基于这些问题,本研究的目的是考察 Syiah Kuala 分区卖家和买家的网上买卖行为及其与《古兰经》中关于 Syiah Kuala 分区卖家和买家网上买卖行为的指导原则的相关性。本研究采用描述性定性方法,共有 10 名信息提供者,其中包括 5 名卖家和 5 名买家。数据收集技术包括直接实地观察和访谈。结果显示,Syiah Kuala 分区的网上买卖行为涉及几个阶段,即订购、付款、产品描述、报价/价格和条款/投诉。Syiah Kuala 分区的网上买卖行为与《古兰经》指导的相关性可分为两类:第一类是符合《古兰经》指导的行为,如自愿协议或无胁迫。第二,不符合《古兰经》原则或指导的做法,如压迫一方,不在规定时间内支付货款:现实情况表明,在西亚瓜拉地区的一些网上买卖中存在一些问题。胁迫买方接受与预期不符的货物。古兰经》解释说,买卖必须在双方同意的情况下进行,而不是压迫或被压迫。基于这些问题,本研究的目的是了解吉隆坡赛亚区卖家和买家的网上买卖行为及其与《古兰经》关于吉隆坡赛亚区卖家和买家网上买卖行为的指导原则的相关性。本研究采用定性方法,即描述性方法,共有 10 名信息提供者,其中包括 5 名卖家和 5 名买家。数据收集技术包括实地直接观察和访谈。结果显示,Syiah Kuala 区的网上买卖行为包括几个阶段,即订购、付款、商品描述、报价/价格和条款/投诉。Syiah Kuala 分区的网上买卖行为与《古兰经》指导的相关性分为两类:第一类,符合《古兰经》的指示和相关性,例如,双方同意或没有胁迫。第二,不符合《古兰经》的原则或指示,例如,压迫其中一方,如不在预定时间支付货款。
{"title":"Penerapan Jual Beli Online dalam Masyarakat Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh dan Hubungannya dengan Petunjuk Al-Qur’an","authors":"Nuzulul Fadhilah","doi":"10.22373/tafse.v8i1.12422","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v8i1.12422","url":null,"abstract":"The reality in the field indicates that there are several problems occurring in some online buying and selling activities in Syiah Kuala Subdistrict. Buyers are forced to accept goods that do not meet their expectations. The Qur'an explains that buying and selling should be conducted willingly and without oppression or being oppressed. Based on these issues, the objective of this research is to examine the online buying and selling practices among sellers and buyers in Syiah Kuala Subdistrict and their relevance to the Qur'an's guidance on online buying and selling among sellers and buyers in Syiah Kuala Subdistrict. This study adopts a qualitative approach using a descriptive method with a total of ten informants consisting of five sellers and five buyers. Data collection techniques include direct field observation and interviews. The results reveal that online buying and selling practices in Syiah Kuala Subdistrict involve several stages, namely ordering, payment, product description, offers/prices, and terms/complaints. The relevance of online buying and selling practices in Syiah Kuala Subdistrict to the Qur'an's guidance can be divided into two categories: first, practices that align with the guidance and are in line with the Qur'an, such as voluntary agreement or the absence of coercion. Second, practices that do not align with the principles or guidance in the Qur'an, such as oppressing one party by not paying for the goods within the specified time.Abstrak: Realita di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah yang terjadi di sebagian jual beli online di Kecamatan Syiah kuala. Keterpaksaan seorang pembeli menerima barang yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Al-Qur’an menjelaskan jual beli haruslah dilaksanakan dengan rasa suka sama suka dan tidak menzalimi maupun dizalimi. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah bagaimana praktik jual beli online dalam kalangan penjual dan pembeli di Kecamatan Syiah Kuala dan relevansinya dengan petunjuk Al-Qur’an terhadap jual beli online dalam kalangan penjual dan pembei di Kecamatan Syiah kuala. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode deskriptif dengan jumlah sepuluh informan yang terdiri dari lima penjual dan lima pembeli. Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan, wawancara. Hasil menunjukkan bahwa praktik jual beli online di Kecamatan Syiah Kuala terdiri dari beberapan tahapan yaitu; pemesanan, pembayaran, deskripsi barang, penawaran/harga dan syarat/komplain. Relevansi praktik jual beli online di Kecamatan Syiah Kuala dengan petunjuk Al-Qur’an terbagi kepada dua kategori: pertama, sesuai dengan petunjuk dan relevan dengan Al-Qur’an, contohnya suka sama suka atau tidak adanya keterpaksaan. Kedua, tidak sesuai dengan prinsip atau petunjuk dalam Al-Qur’an, contohnya menzalimi salah satu pihak seperti tidak membayar barang pada waktu yang telah ditentukan.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"76 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.22373/tafse.v7i2.15441
abdul wahid, Juraidah Juraidah
Al-Qur'an learning methods have been improving from time to time, and various methods have been applied in many Al-Qur'an learning institutions, one of which is the Al-Hira' method. As the newest method, Al-Hira has been quickly used in a number of Al-Quran learning institutions (TPA) in Subulussalam. The questions posed in this paper are related to the application of the Al-Hira learning method and the constraints involved in applying the method. This study is field research; data collection is done through interviews, observation, and documentation. The results showed that the Al-Hira' method was used because of its advantages, including the ease in preparing teaching and learning materials, as well as the ease in teaching students. However, teachers use different ways of implementing the method, including modeling and giving direct examples like reading the Qur'an first and then having students repeat it. In terms of constraints, facilities, environment, funding sources, human resources, parental participation, and students' backgrounds such as education, economy, and social status, there are several factors that influence the application of the Al-Hira' learning method.Abstrak: Metode pembelajaran Al-Qur'an semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan berbagai metode telah diterapkan di banyak lembaga pembelajaran Al-Qur'an, salah satunya adalah metode Al-Hira'. Sebagai metode terbaru, Al-Hira telah digunakan dengan cepat di sejumlah lembaga pembelajaran Al-Quran (TPA) di Subulussalam. Pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini terkait dengan penerapan metode pembelajaran Al-Hira dan kendala dalam penerapan metode tersebut. Kajian ini merupakan penelitian lapangan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Al-Hira’ digunakan karena kelebihannya, antara lain kemudahan dalam menyusun bahan ajar dan pembelajaran, serta kemudahan dalam mengajar siswa. Namun, guru menggunakan cara yang berbeda dalam menerapkan metode termasuk pemodelan seperti memberikan contoh langsung: membaca Al-Qur'an terlebih dahulu kemudian membuat siswa mengulanginya. Dari sisi kendala, fasilitas, lingkungan, sumber dana, sumber daya manusia, peran serta orang tua, dan latar belakang peserta didik seperti pendidikan, ekonomi, dan status sosial, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan metode pembelajaran Al-Hira’.
《古兰经》的学习方法一直在不断改进,许多《古兰经》的学习机构都采用了各种各样的方法,其中之一就是“希拉法”。Al-Hira作为一种最新的方法,在subbulussalam的一些古兰经学习机构(TPA)中得到了迅速的应用。本文提出的问题与Al-Hira学习方法的应用以及应用该方法所涉及的约束有关。本研究为实地研究;数据收集是通过访谈、观察和记录来完成的。结果表明,Al-Hira方法的优点是易于准备教学材料,也便于对学生进行教学。然而,教师们使用不同的方法来实施这种方法,包括建模和给出直接的例子,比如先读《古兰经》,然后让学生重复。从约束条件、设施、环境、资金来源、人力资源、家长参与、学生的教育、经济、社会地位等背景等方面来看,影响Al-Hira学习方法应用的因素有很多。摘要:Metode pembelajaran Al-Qur'an semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan berbagai Metode telah diiterapkan di banyak lembaga pembelajaran Al-Qur'an, salah satunya adalah Metode Al-Hira'。《古兰经》(TPA)是《古兰经》(subbulussalam)的翻译结果:Pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini terkait dengan penerapan memean penbelajaran Al-Hira dan kendala dalam penerapan memede tersebut。数据,观测站,观测站,观测站。Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Al-Hira ' digunakan karena kelebihanya, antara lain kemudahan dalam menyusun bahan ajar dan pembelajan, serta kemudahan dalam mengajar siswa。Namun, guru menggunakan cara yang berbeda dalam menerapkan方法,termasuk pemodelan独立成员,控制,控制:menbaca al - quuran terlebih dahulu kemudian成员,siswa mengulanginya。【翻译】:Dari sisi kendala, fasilitas, lingkungan, sumber dana, sumber daya manusia, peran serta orang tua, danlatar belakang peserta didik seperti pendidikan, economia, danstatus social, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan mede penbelajan Al-Hira。
{"title":"Studi terhadap Penerapan Metode al-Hira’ dalam Pembelajaran Al-Qur’an di Kota Subulussalam","authors":"abdul wahid, Juraidah Juraidah","doi":"10.22373/tafse.v7i2.15441","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i2.15441","url":null,"abstract":"Al-Qur'an learning methods have been improving from time to time, and various methods have been applied in many Al-Qur'an learning institutions, one of which is the Al-Hira' method. As the newest method, Al-Hira has been quickly used in a number of Al-Quran learning institutions (TPA) in Subulussalam. The questions posed in this paper are related to the application of the Al-Hira learning method and the constraints involved in applying the method. This study is field research; data collection is done through interviews, observation, and documentation. The results showed that the Al-Hira' method was used because of its advantages, including the ease in preparing teaching and learning materials, as well as the ease in teaching students. However, teachers use different ways of implementing the method, including modeling and giving direct examples like reading the Qur'an first and then having students repeat it. In terms of constraints, facilities, environment, funding sources, human resources, parental participation, and students' backgrounds such as education, economy, and social status, there are several factors that influence the application of the Al-Hira' learning method.Abstrak: Metode pembelajaran Al-Qur'an semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan berbagai metode telah diterapkan di banyak lembaga pembelajaran Al-Qur'an, salah satunya adalah metode Al-Hira'. Sebagai metode terbaru, Al-Hira telah digunakan dengan cepat di sejumlah lembaga pembelajaran Al-Quran (TPA) di Subulussalam. Pertanyaan yang diajukan dalam tulisan ini terkait dengan penerapan metode pembelajaran Al-Hira dan kendala dalam penerapan metode tersebut. Kajian ini merupakan penelitian lapangan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Al-Hira’ digunakan karena kelebihannya, antara lain kemudahan dalam menyusun bahan ajar dan pembelajaran, serta kemudahan dalam mengajar siswa. Namun, guru menggunakan cara yang berbeda dalam menerapkan metode termasuk pemodelan seperti memberikan contoh langsung: membaca Al-Qur'an terlebih dahulu kemudian membuat siswa mengulanginya. Dari sisi kendala, fasilitas, lingkungan, sumber dana, sumber daya manusia, peran serta orang tua, dan latar belakang peserta didik seperti pendidikan, ekonomi, dan status sosial, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan metode pembelajaran Al-Hira’.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"142 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125320953","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.22373/tafse.v7i2.12873
Muslim Djuned, Syukran Abubakar, Nya`k Merryana
TPQ Nurul Mubtadi is one of the recitation places in Simpang Peut Village that teaches the art of reading the Al-Qur'an with a different method from other recitation places, where the recitation is carried out in halaqah form. This paper aims to discuss the level of success in the art of reading the Quran with halaqah and the methods applied to TPQ Nurul Mubtadi in reading the Quran. This was a qualitative study with data collection techniques including observation, interviews, and documentation. This study showed that the halaqah reading of the Koran in the art of reading the Koran for TPQ Nurul Mubtadi students had a very good effect because the students were required to master the science of recitation and the basic rhythms such as bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast . Classes are held on Wednesday and Thursday nights. The method applied in the Art of Reading the Qur'an is the talaqqi or musyafahah method.Abstrak: Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi merupakan salah satu tempat pengajian di Gampong Simpang Peut yang mengajarkan seni baca Al-Qur’an dengan metode yang berbeda dari tempat pengajian lain, di mana pengajian seni baca AL-Qur’an dilakukan dalam bentuk halaqah. Dari permasalahan tersebut, tulisan ini akan membahas sejauh mana tingkat kehasilan seni baca Al-Qur’an secara halaqah serta metode yang diterapkan pada TPQ Nurul Mubtadi dalam pembacaan Al-Qur’an. Kajian ini merupakan kajian lapangan yang bersifat kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan Al-Qur’an secara halaqah menggunakan seni baca Al-Qur’an pada santri TPQ Nurul Mubtadi sangat baik, peserta diwajibkan menguasai ilmu tajwid serta menguasai irama dasar seperti bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast. Pembelajaran dilaksanakan pada malam rabu dan kamis. Adapun metode yang diterapkan dalam Seni Baca Al-Qur’an adalah metode talaqqi atau musyafahah.
TPQ Nurul Mubtadi是Simpang Peut村的一个诵读场所,它教授诵读《古兰经》的艺术,与其他诵读场所不同,其他诵读场所以哈拉卡的形式诵读。本文旨在探讨用哈拉卡诵读《古兰经》艺术的成功程度,以及TPQ Nurul Mubtadi诵读《古兰经》的方法。这是一项定性研究,数据收集技术包括观察、访谈和文献记录。本研究表明,古兰经的哈拉卡诵读在TPQ Nurul Mubtadi学生诵读古兰经的艺术中有很好的效果,因为要求学生掌握诵读的科学和基本的节奏,如bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast。课程在周三和周四晚上举行。诵读《古兰经》的方法是talaqqi或musyafahah法。摘要:《古兰经》(TPQ) Nurul Mubtadi merupakan salah satu tempat pengajian di Gampong Simpang Peut yang mengajarkan seni baca al- quan dengan megan yang berbeda dari tempat pengajian lain, di mana pengajian seni baca al- quan dilakukan dalam bentuk halaqah。在古兰经中,有许多人认为古兰经是一种古老的宗教,他们认为古兰经是一种古老的宗教,而不是一种古老的宗教。Kajian ini merupakan Kajian lapangan yang bersifat qualitati。数据、数据、观测、数据和文献。Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan al -古兰经secara halaqah menggunakan seni baca al -古兰经padsantri TPQ Nurul Mubtadi sangat baik, peserta diwajibkan menguasai ilmu tajwid serta menguasai irama dasar serti bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahand dan rast。Pembelajaran dilaksanakan pada malam rabu dan kamis。《古兰经》的翻译是:《古兰经》的翻译是:
{"title":"Seni Baca Al-Qur’an secara Halaqah di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi Gampong Simpang Peut Nagan Raya","authors":"Muslim Djuned, Syukran Abubakar, Nya`k Merryana","doi":"10.22373/tafse.v7i2.12873","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i2.12873","url":null,"abstract":"TPQ Nurul Mubtadi is one of the recitation places in Simpang Peut Village that teaches the art of reading the Al-Qur'an with a different method from other recitation places, where the recitation is carried out in halaqah form. This paper aims to discuss the level of success in the art of reading the Quran with halaqah and the methods applied to TPQ Nurul Mubtadi in reading the Quran. This was a qualitative study with data collection techniques including observation, interviews, and documentation. This study showed that the halaqah reading of the Koran in the art of reading the Koran for TPQ Nurul Mubtadi students had a very good effect because the students were required to master the science of recitation and the basic rhythms such as bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast . Classes are held on Wednesday and Thursday nights. The method applied in the Art of Reading the Qur'an is the talaqqi or musyafahah method.Abstrak: Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Nurul Mubtadi merupakan salah satu tempat pengajian di Gampong Simpang Peut yang mengajarkan seni baca Al-Qur’an dengan metode yang berbeda dari tempat pengajian lain, di mana pengajian seni baca AL-Qur’an dilakukan dalam bentuk halaqah. Dari permasalahan tersebut, tulisan ini akan membahas sejauh mana tingkat kehasilan seni baca Al-Qur’an secara halaqah serta metode yang diterapkan pada TPQ Nurul Mubtadi dalam pembacaan Al-Qur’an. Kajian ini merupakan kajian lapangan yang bersifat kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan Al-Qur’an secara halaqah menggunakan seni baca Al-Qur’an pada santri TPQ Nurul Mubtadi sangat baik, peserta diwajibkan menguasai ilmu tajwid serta menguasai irama dasar seperti bayyati syuri, bayyati husaini, hijaz, nahwand dan rast. Pembelajaran dilaksanakan pada malam rabu dan kamis. Adapun metode yang diterapkan dalam Seni Baca Al-Qur’an adalah metode talaqqi atau musyafahah.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115332292","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}