Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12585
Zulihafnani Zulihafnani, M. Mawaddah
Aceh's National Narcotics Agency announced that the number of drug addicts in Aceh Province reached 83 thousand people. Various efforts have been made to treat these patients, one of which is by psychotherapy of reading surah Yasin as carried out by the Aceh Mental Hospital. This study wants to examine the application and impact of psychotherapy by reading Surah Yasin as one of the methods of recovering from the effects felt by drug victim patients at the Aceh Mental Hospital after consuming illegal drugs. This research is a qualitative research by using a descriptive approach. Data were collected by observation, interview, and documentation techniques. The results showed that the application of the psychotherapy of the recitation of Surah Yasin to drug patients was carried out every Friday night after the completion of the Maghrib prayers congregation. This activity was carried out in congregations with the guidance of the addiction counselor. The therapy program for the reading of Surah Yasin was also accompanied by several other religious programs, such as tahsin and tausiyah implemented by the Ministry of Religious Affairs of Banda Aceh City. The impact felt by patients from psychotherapy is to bring out calm, tranquillity and comfort. In addition, psychotherapy also encourages the emergence of a sense of surrender of patients to God, feeling the aura of a good environment, reminding them of their late parents, a desire to pray, feeling more grateful, and remembering the purpose of life. Badan Narkotika Nasional provinsi Aceh mengumumkan angka pecandu atau penyalahgunaan narkoba di Aceh mencapai 83 ribu orang. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani pasien tersebut, salah satunya dengan psikoterapi pembacaan Surah Yasin sebagaimana dilakukan Rumah Sakit Jiwa Aceh. Penelitian ini ingin mengkaji penerapan dan dampak dari psikoterapi pembacaan Surah Yasin sebagai salah satu metode pemulihan dari efek yang dirasakan pasien korban narkoba di Rumah Sakit Jiwa Aceh setelah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan psikoterapi pembacaan Surah Yasin pada pasien narkoba dilaksanakan pada setiap malam Jumat setelah selesai melaksanakan salat Maghrib berjamaah. Pembacaan Surah Yasin dilakukan berjamaah dengan dibimbing oleh konselor adiksi. Program terapi ini juga dibarengi dengan program keagamaan lain, seperti tahsin dan tausiyah yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Kota Banda Aceh. Dampak yang dirasakan pasien dari psikoterapi tersebut ialah memunculkan ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Di samping itu, psikoterapi juga mendorong munculnya rasa berserah diri pasien kepada Allah, merasakan aura lingkungan yang baik, mengingatkan mereka kepada mendiang kedua orang tua, muncul keinginan untuk berdoa, merasa lebih bersyukur, dan ingat akan tujuan hidup.
亚齐国家麻醉品局宣布,亚齐省吸毒人数达到8.3万人。为治疗这些病人作出了各种努力,其中之一是亚齐精神病院开展的阅读《亚辛章》的心理治疗。本研究想要检视心理治疗的应用和影响,通过阅读苏拉亚辛作为一种方法,从亚齐精神病院的吸毒受害者在服用非法药物后感受到的影响中恢复过来。本研究采用描述性方法进行定性研究。通过观察、访谈和文献技术收集数据。结果表明,每周五晚上在Maghrib祈祷集会结束后,对吸毒患者进行诵读《亚辛经》的心理治疗。这个活动是在戒瘾咨询师的指导下在会众中进行的。诵读《亚辛苏拉》的治疗项目还伴随着其他几个宗教项目,如班达亚齐市宗教事务部实施的塔辛和塔西耶。患者从心理治疗中感受到的影响是带来平静、安宁和舒适。此外,心理治疗还鼓励患者产生对上帝的降服感,感受良好环境的光环,提醒他们已故的父母,祈祷的愿望,更加感恩,并记住生活的目的。巴丹省,亚齐省,亚齐省,亚齐省,亚齐省,亚齐省。拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜拜Penelitian ini in mengkaji penerapan dandanpak dari psikoterapi pembacaan Surah Yasin sebagai salah satu mede pemulihan dari efek yang dirasakan pasen korban narkoba di Rumah Sakit Jiwa Aceh setelah mengkonsumsi obat-obatan terlarang。Penelitian ini berbentuk quality . dengan menggunakan pendekatan deskriptif。数据分析、技术观测、数据分析、数据分析。我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字是我的名字。Pembacaan Surah Yasin dilakukan berjamaah dengan dibiming oleh konselor adiksi。项目terapi ini juga dibararengi dengan,项目keagamaan lain,独立的tausiya yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Kota Banda Aceh。当pak yang diasakan pasien dari psikoterapi tersebut ialah menunculkan ketenangan, ketentraman dan kenyamanan。Di samping itu, psikoterapi juga mendorong munculnya, merasakan aura lingkungan yang baik, mengingatkan mereka kepada mendiang orangtua, muncul keinginan untuk berdoa, merasa lebih bersyukur, dan ingat akan tujuan hidup。
{"title":"Psikoterapi Pembacaan Surah Yasin di Rumah Sakit Jiwa Aceh","authors":"Zulihafnani Zulihafnani, M. Mawaddah","doi":"10.22373/tafse.v7i1.12585","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.12585","url":null,"abstract":"Aceh's National Narcotics Agency announced that the number of drug addicts in Aceh Province reached 83 thousand people. Various efforts have been made to treat these patients, one of which is by psychotherapy of reading surah Yasin as carried out by the Aceh Mental Hospital. This study wants to examine the application and impact of psychotherapy by reading Surah Yasin as one of the methods of recovering from the effects felt by drug victim patients at the Aceh Mental Hospital after consuming illegal drugs. This research is a qualitative research by using a descriptive approach. Data were collected by observation, interview, and documentation techniques. The results showed that the application of the psychotherapy of the recitation of Surah Yasin to drug patients was carried out every Friday night after the completion of the Maghrib prayers congregation. This activity was carried out in congregations with the guidance of the addiction counselor. The therapy program for the reading of Surah Yasin was also accompanied by several other religious programs, such as tahsin and tausiyah implemented by the Ministry of Religious Affairs of Banda Aceh City. The impact felt by patients from psychotherapy is to bring out calm, tranquillity and comfort. In addition, psychotherapy also encourages the emergence of a sense of surrender of patients to God, feeling the aura of a good environment, reminding them of their late parents, a desire to pray, feeling more grateful, and remembering the purpose of life. Badan Narkotika Nasional provinsi Aceh mengumumkan angka pecandu atau penyalahgunaan narkoba di Aceh mencapai 83 ribu orang. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani pasien tersebut, salah satunya dengan psikoterapi pembacaan Surah Yasin sebagaimana dilakukan Rumah Sakit Jiwa Aceh. Penelitian ini ingin mengkaji penerapan dan dampak dari psikoterapi pembacaan Surah Yasin sebagai salah satu metode pemulihan dari efek yang dirasakan pasien korban narkoba di Rumah Sakit Jiwa Aceh setelah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Penelitian ini berbentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan psikoterapi pembacaan Surah Yasin pada pasien narkoba dilaksanakan pada setiap malam Jumat setelah selesai melaksanakan salat Maghrib berjamaah. Pembacaan Surah Yasin dilakukan berjamaah dengan dibimbing oleh konselor adiksi. Program terapi ini juga dibarengi dengan program keagamaan lain, seperti tahsin dan tausiyah yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Kota Banda Aceh. Dampak yang dirasakan pasien dari psikoterapi tersebut ialah memunculkan ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Di samping itu, psikoterapi juga mendorong munculnya rasa berserah diri pasien kepada Allah, merasakan aura lingkungan yang baik, mengingatkan mereka kepada mendiang kedua orang tua, muncul keinginan untuk berdoa, merasa lebih bersyukur, dan ingat akan tujuan hidup.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126043942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12548
Samsul Bahri, M. Maula
One of the functions of the Qur'an is as a shifa' (medicine) as Allah says in Sura al-Isra' verse 82. There are various ways applied to obtain the function of syifa', one of which is to consume water that has been recited verses of the Qur'an. This paper will discuss the function of the Qur'an as shifa', shahadah tahfiz through tasmi' bil ghaib activities and the use of water ruqyah in tasmi' bil ghaib activities. This study is a combination of literature and field research conducted in Ma'had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas. Data were collected by observation, interview, and documentation techniques. Furthermore, data analysis is carried out with qualitative descriptive techniques. The results showed that the Qur'an can be a cure for physical and spiritual diseases through the therapy of reading verses from the Qur'an which is also accompanied by the practice of zikir and worship to draw closer to Allah. Shahadah tahfiz al-Qur'an in Ma'had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas as a form of living Qur'an that is carried out by tasmi' bil ghaib, namely by witnessing and listening to the memorization of the Qur'an of 30 juzs by the students in front of the crowd. Tasmi' bil ghaib activities were followed by the procurement of rugyah of water which was used by students, student’s parents and the community as a shifa'. The ruqyah of water is believed to be a cause of positive energy for anyone who consumes it. Salah satu fungsi al-Qur’an adalah sebagai syifa’ (obat) sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Isra’ ayat 82. Terdapat berbagai cara yang diterapkan untuk mendapatkan fungsi syifa’ tersebut, salah satunya adalah dengan mengonsumsi air yang telah dibacakan ayat Al-Qur’an. Tulisan ini akan mendiskusikan tentang fungsi al-Qur’an sebagai syifa’, syahadah tahfiz melalui kegiatan tasmi’ bil ghaib dan pemanfaatan ruqyah air dalam kegiatan tasmi’ bil ghaib. Kajian ini merupakan gabungan dari penelitian kepustakaan dan lapangan yang dilakukan di Ma’had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat menjadi obat bagi penyakit jasmani maupun ruhani melalui terapi pembacaan ayat al-Qur’an yang juga disertai pengamalan zikir dan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Syahadah tahfiz al-Qur’an di Ma’had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas sebagai bentuk dari living al-Qur’an yang dilaksanakan secara tasmi’ bil ghaib yaitu dengan mempersaksikan dan memperdengarkan hafalan al-Qur’an 30 juz para santri di hadapan orang banyak. Kegiatan tasmi’ bil ghaib diikuti dengan pengadaan ruqyah air yang dimanfaatkan santri, wali santri maupun masyarakat sebagai syifa’. Air ruqyah tersebut diyakini mampu menjadi sebab yang menimbulkan energi positif bagi siapa saja yang mengkonsumsinya.
《古兰经》的功能之一是作为shifa(医学),正如安拉在《以色列章》第82节中所说的那样。有多种方法可以获得syifa'的功能,其中一种方法是饮用古兰经经文中的水。本文将讨论《古兰经》作为shifa的功能,通过tasmi' bil ghaib活动的shahadah tahfiz,以及在tasmi' bil ghaib活动中水ruqyah的使用。本研究结合了文献资料和在马哈德·达鲁特·塔菲兹·艾尔·伊克拉斯进行的实地调查。通过观察、访谈和文献技术收集数据。此外,采用定性描述技术进行数据分析。研究结果表明,通过诵读《古兰经》经文的治疗,在诵读《古兰经》经文的同时,还可以通过诵读《古兰经》来达到治疗身体和精神疾病的目的。Shahadah tahfiz al- quuran in Ma'had Daarut tahfiz Al-Ikhlas是一种活的古兰经形式,由tasmi' bil ghaib执行,即由学生在人群面前见证和听学生背诵30分钟的古兰经。Tasmi的bil ghaib活动之后是采购rugyah的水,供学生、学生家长和社区作为shifa使用。人们相信水的ruqyah会给任何饮用它的人带来正能量。Salah satu fungsi al- quuran adalah sebagai syifa ' (obat) sebagaimana firman Allah dalam Surat al- israel ' ayat 82。《古兰经》:Terdapat berbagai cara diiterapkan untuk mendapatkan fungsi syifa ' tersebut, salah satunya adalah dengan mengonsumsi air yang telah dibacakan ayat al -古兰经。【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】【译文】卡吉尼merupakan gabungan dari penelitian kepustakaan dan lapangan yang dilakukan di Ma 'had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas。数据分析、技术观测、数据分析、数据分析。Selanjutnya分析数据,并对其进行定性分析。《古兰经》是一种古老的古兰经,是一种古老的古兰经,是一种古老的古兰经,是一种古老的古兰经。《古兰经》圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训,圣训Kegiatan tasmi ' bil ghaib diikuti dengan pengadaan ruqyah air yang dimanfaatkan santri, wali santri maupun masyarakat sebagai syifa '。Air ruqyah tersebut diyakini mampu menjadi sebab yang menimbulkan能量,正能量,正能量
{"title":"Ruqyah Air dalam Kegiatan Tasmi’ bi Al-Ghaib: Kajian Living Qur’an pada Ma’had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas Aceh","authors":"Samsul Bahri, M. Maula","doi":"10.22373/tafse.v7i1.12548","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.12548","url":null,"abstract":"One of the functions of the Qur'an is as a shifa' (medicine) as Allah says in Sura al-Isra' verse 82. There are various ways applied to obtain the function of syifa', one of which is to consume water that has been recited verses of the Qur'an. This paper will discuss the function of the Qur'an as shifa', shahadah tahfiz through tasmi' bil ghaib activities and the use of water ruqyah in tasmi' bil ghaib activities. This study is a combination of literature and field research conducted in Ma'had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas. Data were collected by observation, interview, and documentation techniques. Furthermore, data analysis is carried out with qualitative descriptive techniques. The results showed that the Qur'an can be a cure for physical and spiritual diseases through the therapy of reading verses from the Qur'an which is also accompanied by the practice of zikir and worship to draw closer to Allah. Shahadah tahfiz al-Qur'an in Ma'had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas as a form of living Qur'an that is carried out by tasmi' bil ghaib, namely by witnessing and listening to the memorization of the Qur'an of 30 juzs by the students in front of the crowd. Tasmi' bil ghaib activities were followed by the procurement of rugyah of water which was used by students, student’s parents and the community as a shifa'. The ruqyah of water is believed to be a cause of positive energy for anyone who consumes it. Salah satu fungsi al-Qur’an adalah sebagai syifa’ (obat) sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Isra’ ayat 82. Terdapat berbagai cara yang diterapkan untuk mendapatkan fungsi syifa’ tersebut, salah satunya adalah dengan mengonsumsi air yang telah dibacakan ayat Al-Qur’an. Tulisan ini akan mendiskusikan tentang fungsi al-Qur’an sebagai syifa’, syahadah tahfiz melalui kegiatan tasmi’ bil ghaib dan pemanfaatan ruqyah air dalam kegiatan tasmi’ bil ghaib. Kajian ini merupakan gabungan dari penelitian kepustakaan dan lapangan yang dilakukan di Ma’had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat menjadi obat bagi penyakit jasmani maupun ruhani melalui terapi pembacaan ayat al-Qur’an yang juga disertai pengamalan zikir dan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Syahadah tahfiz al-Qur’an di Ma’had Daarut Tahfiz Al-Ikhlas sebagai bentuk dari living al-Qur’an yang dilaksanakan secara tasmi’ bil ghaib yaitu dengan mempersaksikan dan memperdengarkan hafalan al-Qur’an 30 juz para santri di hadapan orang banyak. Kegiatan tasmi’ bil ghaib diikuti dengan pengadaan ruqyah air yang dimanfaatkan santri, wali santri maupun masyarakat sebagai syifa’. Air ruqyah tersebut diyakini mampu menjadi sebab yang menimbulkan energi positif bagi siapa saja yang mengkonsumsinya.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128697519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12418
Salman Abdul Muthalib, Yoerna Kurnia
The Qur'an states that a good person will be paired with the good and the bad will be united with the bad. However, in reality, not everyone who behaves well is juxtaposed with the good, and vice versa. As the story in the Qur'an is about the lives of two prophets namely Prophet Noah and Prophet Luth who were so obedient to Allah but they were juxtaposed by Allah with a couple who had bad qualities and disobedient. The purpose of this study is to discuss the forms and factors triggering the iniquity of the wives of the prophets and reveal the moral lessons contained in the story. This research uses a qualitative approach with the type of literature research and collects data using interpretation document studies. The results showed that the form of iniquity committed by the wives of Prophet Noah and Prophet Luth was a matter of faith, not that which showed adultery. The cause of the disobedience of the wives of the two prophets is based on two things, namely first, the strength of faith in their former beliefs; the second is because of the economic instability that befell the two families of the prophet so that his spouse committed deceit and betrayed them. The wisdom that can be learned from the story of the disobedience of the wives of the prophets is to show the guarantee of the salvation of the life of the world and the hereafter not to depend on others but oneself.Al-Qur’an menyatakan bahwa seorang yang baik akan dipasangkan dengan yang baik dan yang berperangai buruk akan disatukan pula dengan yang buruk. Namun, pada realitanya tidak semua orang yang berperilaku baik disandingkan dengan yang baik, begitu pula sebaliknya. Sebagaimana kisah dalam Alquran tentang kehidupan dua orang nabi yakni Nabi Nuh dan Nabi Luth yang begitu taat kepada Allah tapi mereka disandingkan oleh Allah dengan pasangan yang memiliki sifat yang buruk lagi durhaka. Tujuan penelitian ini untuk membahas bentuk dan faktor pemicu kedurhakaan istri para nabi dan mengungkapkan pelajaran moral yang terkandung dalam kisah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data menggunakan studi dokumen tafsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kedurhakaan yang dilakukan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth adalah dalam persoalan keimanan bukan yang menunjukkan perbuatan zina. Penyebab durhakanya istri dari kedua nabi tersebut didasari kepada dua hal yakni pertama, kuatnya keimanan terhadap kepercayaan mereka yang terdahulu; kedua yaitu karena ketidakstabilan ekonomi yang menimpa kedua keluarga nabi tersebut sehingga pasangannya berlaku curang dan khianat kepada mereka. Adapun hikmah yang dapat dipetik dari kisah durhakanya istri para nabi tersebut yaitu menunjukkan jaminan keselamatan kehidupan dunia dan akhirat tidak bergantung kepada orang lain melainkan diri sendiri.
《古兰经》指出,好人将与好人配对,坏人将与坏人结合。然而,在现实中,并不是每个表现良好的人都是好人,反之亦然。正如古兰经中的故事是关于两个先知的生活,即先知诺亚和先知鲁斯,他们非常服从安拉,但安拉把他们和一对有坏品质和不听话的夫妇放在一起。本研究的目的是探讨引发先知之妻不义的形式和因素,并揭示故事中包含的道德教训。本研究采用文献研究法的定性研究方法,并采用解释文献法收集资料。结果表明,先知诺亚和先知鲁斯的妻子所犯的罪孽是信仰的问题,而不是通奸的问题。这两位先知的妻子不顺服的缘故,是出于两件事,第一,是因信从前的道。第二个原因是先知的两个家庭经济不稳定,所以他的妻子欺骗并背叛了他们。从先知的妻子们不顺服的故事中,我们可以学到的智慧是,世界和后世的生命得救的保证,不是依靠别人,而是依靠自己。古兰经menyatakan bahwa seorang yang bakan dipasangkan dengan yang bakan danyang berperangai buruk akan disatukan pula dengan yang buruk。Namun, pada realitanya tidak semua orang yang berperaku baik disandingkan dengan yang baik, begitu pula sebaliknya。Sebagaimana kisah dalam Alquran tentenang kehidupan dua orang nabi yakni nabi Nuh dan nabi Luth yang开始说,kebagaimana kisah dalam nabi yakni nabi Nuh dan nabi Luth yang开始说,kepaada Allah tapi mereka disdisandingkan oleh Allah dengan pasangan yang memiliki sifat yang buruk lagi durhaka。Tujuan penelitian ini untuk成员bahas bentuk dan faktor pemiu kedurhakaan istri para nabi dan mengungkapkan pelajaran moral yang terkandung dalam kisah tersebut。Penelitian ini menggunakan penpenelitian kepustakan dan mengumpulkan数据,menggunakan研究;哈西尔penelitian menunjukkan bahwa bentuk kedurhakkan yang dilakukan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth adalah dalam个人,keimanan bukan yang menunjukkan perbuatan zina。Penyebab durhakanya isstri dari kedua nabi tersebut didasari kepaada dua hal yakni pertama, kuatnya keimanan terhadap keperkayaan mereka yang terdahulu;Kedua yaitu karena ketidakstabilan an经济学家Yang menimpa Kedua keluarga nabi terseas,但seinga pasangannya berlaku curang Dan khianat kepaada mereka。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。
{"title":"Kedurhakaan Istri Para Nabi dalam Alquran","authors":"Salman Abdul Muthalib, Yoerna Kurnia","doi":"10.22373/tafse.v7i1.12418","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.12418","url":null,"abstract":"The Qur'an states that a good person will be paired with the good and the bad will be united with the bad. However, in reality, not everyone who behaves well is juxtaposed with the good, and vice versa. As the story in the Qur'an is about the lives of two prophets namely Prophet Noah and Prophet Luth who were so obedient to Allah but they were juxtaposed by Allah with a couple who had bad qualities and disobedient. The purpose of this study is to discuss the forms and factors triggering the iniquity of the wives of the prophets and reveal the moral lessons contained in the story. This research uses a qualitative approach with the type of literature research and collects data using interpretation document studies. The results showed that the form of iniquity committed by the wives of Prophet Noah and Prophet Luth was a matter of faith, not that which showed adultery. The cause of the disobedience of the wives of the two prophets is based on two things, namely first, the strength of faith in their former beliefs; the second is because of the economic instability that befell the two families of the prophet so that his spouse committed deceit and betrayed them. The wisdom that can be learned from the story of the disobedience of the wives of the prophets is to show the guarantee of the salvation of the life of the world and the hereafter not to depend on others but oneself.Al-Qur’an menyatakan bahwa seorang yang baik akan dipasangkan dengan yang baik dan yang berperangai buruk akan disatukan pula dengan yang buruk. Namun, pada realitanya tidak semua orang yang berperilaku baik disandingkan dengan yang baik, begitu pula sebaliknya. Sebagaimana kisah dalam Alquran tentang kehidupan dua orang nabi yakni Nabi Nuh dan Nabi Luth yang begitu taat kepada Allah tapi mereka disandingkan oleh Allah dengan pasangan yang memiliki sifat yang buruk lagi durhaka. Tujuan penelitian ini untuk membahas bentuk dan faktor pemicu kedurhakaan istri para nabi dan mengungkapkan pelajaran moral yang terkandung dalam kisah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan dan mengumpulkan data menggunakan studi dokumen tafsir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kedurhakaan yang dilakukan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth adalah dalam persoalan keimanan bukan yang menunjukkan perbuatan zina. Penyebab durhakanya istri dari kedua nabi tersebut didasari kepada dua hal yakni pertama, kuatnya keimanan terhadap kepercayaan mereka yang terdahulu; kedua yaitu karena ketidakstabilan ekonomi yang menimpa kedua keluarga nabi tersebut sehingga pasangannya berlaku curang dan khianat kepada mereka. Adapun hikmah yang dapat dipetik dari kisah durhakanya istri para nabi tersebut yaitu menunjukkan jaminan keselamatan kehidupan dunia dan akhirat tidak bergantung kepada orang lain melainkan diri sendiri.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125744983","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12566
Naili Zhafirah, Z. Zainuddin
The role and attitude of an ideal father is as the Qur'an describes through the dialogue between the Prophet Ya'qub and his children. A father must be able to develop the character of his children with an educational role and attitude. The reality of today's society is contrary to the concept of the Qur'an, the father who is expected to become an educator is actually a figure who damages the image of the child through several cases of incest relationships. Therefore, this article discusses the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of his children, its impact and the actualization of the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of children in the present. This article is literature research using the maudhu'i method. The data were analyzed descriptively and analytically. This article shows that: first, in developing the character of the child, the Prophet Ya'qub was able to act as an open, loving, caring, listening and protecting communicator for his children and as avoidance of conflicts in the family. Secondly, the impact of the role and attitude of the Prophet Ya'qub towards his children was the formation of a positive character, his children dared to admit his mistakes in the past. Third, The actualization of Ya'qub's role and attitude can be done by reflecting on Ya'qub. A father is able to establish close and familiar communication with children and is able to establish a patient and forgiving attitude towards his children. Peran dan sikap seorang ayah ideal adalah sebagaimana yang digambarkan al-Qur`an melalui dialog antara Nabi Ya’qub dengan anak-anaknya. Seorang ayah harus mampu mengembangkan karakter anak-anaknya dengan peran dan sikap yang mendidik. Realita masyarakat zaman sekarang bertolak belakang dengan konsep al-Qur`an, ayah yang diharap menjadi pendidik justru menjadi sosok yang merusak citra anak melalui beberapa kasus hubungan incest. Oleh karena itu, Artikel ini membahas peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anaknya, dampaknya dan aktualisasi peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anak pada masa sekarang. Artikel ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode maudhu’i. Data dianalisis secara deskriptif analitis. Artikel ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan karakter anak, Nabi Ya’qub mampu berperan sebagai penjalin komunikasi yang terbuka, pengasih, penyayang, pendengar dan pelindung bagi anak-anaknya serta sebagai penghindar dari terjadi konflik di dalam keluarga. Dampak peran dan sikap Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya terbentuknya karakter positif, anak-anaknya berani mengakui kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Aktualisasi peran dan sikap Ya’qub dapat dilakukan dengan bercermin pada Ya’qub, ia mampu menjalin komunikasi yang dekat dan akrab dengan anak-anak dan mampu membangun sikap sabar dan pemaaf terhadap anak-anaknya.
一个理想的父亲的角色和态度正如古兰经通过先知雅库布和他的孩子之间的对话所描述的那样。父亲必须能够以教育的角色和态度来培养孩子的性格。当今社会的现实与《古兰经》的概念是相悖的,希望成为教育者的父亲实际上是一个通过几起乱伦关系损害孩子形象的人物。因此,本文探讨了先知雅库布在其子女性格发展中的作用和态度及其影响,以及先知雅库布在当今儿童性格发展中的作用和态度的实现。本文采用毛杜伊法进行文献研究。对数据进行描述性和分析性分析。这篇文章表明:首先,在培养孩子的性格方面,先知雅库布能够成为他的孩子的一个开放、慈爱、关心、倾听和保护的交流者,并避免家庭中的冲突。其次,先知Ya'qub的角色和态度对他的孩子的影响是形成了一个积极的性格,他的孩子敢于承认他过去的错误。第三,雅库柏角色和态度的实现可以通过对雅库柏的反思来实现。父亲能够与孩子建立亲密和熟悉的沟通,能够对孩子建立耐心和宽容的态度。《古兰经》是一种与人对话的语言,是一种与人对话的语言。雪郎,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天。在《古兰经》中,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,Oleh karena itu, Artikel ini成员bahas peran dan sikap Nabi Ya 'qub dalam mengembangkan karakter anak-anaknya, dampaknya dan aktualisasi peran dansikap Nabi Ya 'qub dalam mengembangkan karakter anak-anak paka masa sekarang。本文介绍了一种新的方法,即:从数学的角度出发,从数学的角度出发。数据分析:数据分析。这句话的意思是:“我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。”当你想要知道我是谁的时候,你就会知道我是谁了。Aktualisasi peran dan sikap Ya 'qub dapat dilakukan dengan bercermin pada Ya 'qub, i mampu menjalin komunikasi yang dekat danakrab dengan anak-anak dan mampu membanguan sikap sabar danpemaaf terhadap anak-anaknya。
{"title":"Peran dan Sikap Nabi Ya’qub dalam Mengembangkan Karakter Anak Perspektif Al-Qur’an","authors":"Naili Zhafirah, Z. Zainuddin","doi":"10.22373/tafse.v7i1.12566","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.12566","url":null,"abstract":"The role and attitude of an ideal father is as the Qur'an describes through the dialogue between the Prophet Ya'qub and his children. A father must be able to develop the character of his children with an educational role and attitude. The reality of today's society is contrary to the concept of the Qur'an, the father who is expected to become an educator is actually a figure who damages the image of the child through several cases of incest relationships. Therefore, this article discusses the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of his children, its impact and the actualization of the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of children in the present. This article is literature research using the maudhu'i method. The data were analyzed descriptively and analytically. This article shows that: first, in developing the character of the child, the Prophet Ya'qub was able to act as an open, loving, caring, listening and protecting communicator for his children and as avoidance of conflicts in the family. Secondly, the impact of the role and attitude of the Prophet Ya'qub towards his children was the formation of a positive character, his children dared to admit his mistakes in the past. Third, The actualization of Ya'qub's role and attitude can be done by reflecting on Ya'qub. A father is able to establish close and familiar communication with children and is able to establish a patient and forgiving attitude towards his children. Peran dan sikap seorang ayah ideal adalah sebagaimana yang digambarkan al-Qur`an melalui dialog antara Nabi Ya’qub dengan anak-anaknya. Seorang ayah harus mampu mengembangkan karakter anak-anaknya dengan peran dan sikap yang mendidik. Realita masyarakat zaman sekarang bertolak belakang dengan konsep al-Qur`an, ayah yang diharap menjadi pendidik justru menjadi sosok yang merusak citra anak melalui beberapa kasus hubungan incest. Oleh karena itu, Artikel ini membahas peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anaknya, dampaknya dan aktualisasi peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anak pada masa sekarang. Artikel ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode maudhu’i. Data dianalisis secara deskriptif analitis. Artikel ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan karakter anak, Nabi Ya’qub mampu berperan sebagai penjalin komunikasi yang terbuka, pengasih, penyayang, pendengar dan pelindung bagi anak-anaknya serta sebagai penghindar dari terjadi konflik di dalam keluarga. Dampak peran dan sikap Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya terbentuknya karakter positif, anak-anaknya berani mengakui kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Aktualisasi peran dan sikap Ya’qub dapat dilakukan dengan bercermin pada Ya’qub, ia mampu menjalin komunikasi yang dekat dan akrab dengan anak-anak dan mampu membangun sikap sabar dan pemaaf terhadap anak-anaknya. ","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124875416","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.12420
Agusni Yahya, Syukran Abu Bakar, Masrul Rahman
Helping others is mandatory in certain ways that one's fellow human beings can understand. But in the Qur'an Allah not only commands people to help their neighbors, Allah also commands us to help Him, there are different interpretations among ulama regarding the sentence nashrullah. In this study, the author will express the thoughts of Sayyid Qutb in his interpretation of Fi Zhilâl al-Qur'an and al-Râzi in Tafsîr al-Kabîr against lafaz nashrullah. The goal is to find out how different interpretations of lafaz nashrullah according to Sayyid Qutb and al-Râzi. The results showed that in sayyid Qutb's view, nashrullah is done by purifying the values of godliness and reviving His manhaj and shari'a. Meanwhile, according to al-Râzi nashrullah is to fight against the infidels as the Messenger of Allah did to defend Allah t and this religion of Islam from their insults and slurs. Tolong-menolong terhadap sesama merupakan hal wajib dilaksanakan dengan cara-cara tertentu yang dapat dipahami sesama manusia. Namun dalam al-Qur’an Allah tidak hanya memerintahkan manusia untuk tolong-menolong antar sesama mereka, Allah juga memerintahkan kita untuk menolong-Nya, di sini muncul perbedaan para ualam dalam menafsirkan makna kalimat nashrullah. Dalam penelitian ini penulis akan mengungkapkan pemikiran Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zhilâl al-Qur’an dan al-Râzi dalam Tafsîr al-Kabîr terhadap lafaz Nashrullah. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan penafsiran lafaz nashrullah menurut Sayyid Qutb dan al-Râzi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan Sayyid Qutb, nashrullah dilakukan dengan cara memurnikan kembali nilai-nilai ketauhidan dan menghidupkan kembali manhaj dan syariat-syariat-Nya. Sedangkan menurut al-Râzi nashrullah adalah melakukan peperangan melawan kaum kafir sebagaimana dilakukan Rasulullah untuk membela Allah t dan agama Islam ini dari hinaan dan cercaan mereka.
帮助他人在某些方面是强制性的,一个人的同胞可以理解。但在《古兰经》中,安拉不仅命令人们帮助他们的邻居,安拉也命令我们帮助他,对于这句话,乌拉玛之间有不同的解释。在本研究中,作者将表达Sayyid Qutb在解释《Fi zhill al-Qur an》和《al- r zi In tafsr al- kab》中对拉法兹·纳什鲁拉的看法。我们的目标是找出赛义德·库特布和阿尔·拉伊兹对拉法兹·纳什鲁拉的不同解释。结果表明,在赛义德·库特布看来,纳什鲁拉是通过净化虔诚的价值观和恢复他的曼哈伊和伊斯兰教法来实现的。同时,根据al- r兹的说法,纳什鲁拉要像安拉的使者那样与异教徒作战,捍卫安拉和伊斯兰教免受他们的侮辱和诽谤。龙- menong - menong terhadap sesama merupakan hal wajib dilaksanakan dengan kara -cara tertentu yang dapat dipahami sesama manusia。Namun dalam al-《古兰经》Allah tidak hanya memorintahkan manusia untuk tolon -menolong antar sesama mereka, Allah juga memorintahkan kita untuk menolon - nya, di sini muncul perbedaan parualam dalam menafsirkan makna kalimat nashrullah。《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》:《古兰经》;图朱安尼,阿达尔,阿达尔,阿达尔,阿达尔,阿达尔,阿达尔,阿达尔。Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan Sayyid Qutb, nashrullah dilakukan dengan cara memurnikan kembali nilai-nilai ketauhidan dan menghidupkan kembali manhaj dan syariia - syariia - nya。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。
{"title":"Analisis Lafaz Tanshurullaha dalam Tafsir Fi Zilal Al-Qur’an dan Tafsir Al-Kabir","authors":"Agusni Yahya, Syukran Abu Bakar, Masrul Rahman","doi":"10.22373/tafse.v7i1.12420","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.12420","url":null,"abstract":"Helping others is mandatory in certain ways that one's fellow human beings can understand. But in the Qur'an Allah not only commands people to help their neighbors, Allah also commands us to help Him, there are different interpretations among ulama regarding the sentence nashrullah. In this study, the author will express the thoughts of Sayyid Qutb in his interpretation of Fi Zhilâl al-Qur'an and al-Râzi in Tafsîr al-Kabîr against lafaz nashrullah. The goal is to find out how different interpretations of lafaz nashrullah according to Sayyid Qutb and al-Râzi. The results showed that in sayyid Qutb's view, nashrullah is done by purifying the values of godliness and reviving His manhaj and shari'a. Meanwhile, according to al-Râzi nashrullah is to fight against the infidels as the Messenger of Allah did to defend Allah t and this religion of Islam from their insults and slurs. Tolong-menolong terhadap sesama merupakan hal wajib dilaksanakan dengan cara-cara tertentu yang dapat dipahami sesama manusia. Namun dalam al-Qur’an Allah tidak hanya memerintahkan manusia untuk tolong-menolong antar sesama mereka, Allah juga memerintahkan kita untuk menolong-Nya, di sini muncul perbedaan para ualam dalam menafsirkan makna kalimat nashrullah. Dalam penelitian ini penulis akan mengungkapkan pemikiran Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zhilâl al-Qur’an dan al-Râzi dalam Tafsîr al-Kabîr terhadap lafaz Nashrullah. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan penafsiran lafaz nashrullah menurut Sayyid Qutb dan al-Râzi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pandangan Sayyid Qutb, nashrullah dilakukan dengan cara memurnikan kembali nilai-nilai ketauhidan dan menghidupkan kembali manhaj dan syariat-syariat-Nya. Sedangkan menurut al-Râzi nashrullah adalah melakukan peperangan melawan kaum kafir sebagaimana dilakukan Rasulullah untuk membela Allah t dan agama Islam ini dari hinaan dan cercaan mereka.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121334687","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.22373/tafse.v7i1.13197
Khairil Fazal, Juwaini Saleh
The purpose of this study is to find out how ummatan Wasaţan in Pancasila according to the point of view of understanding M. Quraish Shihab. It was then traced that the idea of wasaţan ummah is an idea that can combine individual and public activities so that there is a balance throughout daily life. This research method uses a literature research approach. The results of the study show that actually according to M. Quraish Shihab the existence of Muslims is still far from the positive side of ummaţan wasaţan, the understanding of ummatan wasaţan in Pancasila is moderate individuals, not left and right, in order to create a just mentality, people who are used as witnesses and all parties witness as an example. There are eight things According to Quraish Shihab about the concept of ummatan wasaţan namely (a) Belief in Allah Almighty and His Messenger; (b) steadiness; (c) Intelligence; (d) Solidarity and solidarity and fraternity; (e) Equity; (f) Commendable; (g) Balance; and (h) Comprehensive. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Ummatan Wasaţan dalam Pancasila menurut sudut pandang pemahaman M. Quraish Shihab. Kemudian dilacak bahwa gagasan wasaţan ummah adalah gagasan yang dapat menggabungkan aktivitas individu dan publik sehingga terjadi keseimbangan sepanjang kehidupan sehari-hari. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebenarnya menurut M. Quraish Shihab keberadaan umat Islam masih jauh dari sisi positif ummaţan wasaţan, pemahaman ummatan wasaţan dalam Pancasila adalah individu-individu moderat, tidak ke kiri dan ke kanan, agar tercipta mental yang adil, orang-orang yang dijadikan saksi dan semua pihak menyaksikan sebagai contoh. Terdapat delapan hal Menurut Quraish Shihab tentang konsep ummatan wasaţan yaitu (a) Keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya; (b) kemantapan; (c) Kecerdasan; (d) Solidaritas dan solidaritas dan persaudaraan; (e) Ekuitas; (f) Terpuji; (g) Keseimbangan; dan (h) Komprehensif.
本研究的目的是根据理解M. Quraish Shihab的观点,找出Pancasila中的ummatan Wasaţan。然后追溯wasaţan ummah的想法是一个可以将个人和公共活动结合起来的想法,以便在日常生活中保持平衡。本研究方法采用文献研究法。研究结果表明,实际上根据M. Quraish Shihab对穆斯林的存在还远远没有ummaţan wasaţan积极的一面,对ummatan wasaţan在Pancasila的理解是温和的个人,没有左右,为了创造一种公正的心态,人们用他们作为证人和各方证人作为榜样。根据古莱什什叶派关于乌玛坦wasaţan的概念有八件事,即(a)信仰全能的安拉和他的使者;(b)稳定性;(c)情报;(d)团结、团结和博爱;(e)股本;(f)值得称赞;(g)平衡;(h)全面。Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Ummatan Wasaţan dalam Pancasila menurut sudut pandang pemahaman M. Quraish Shihab。Kemudian dilacak bahwa gagasan wasaţan ummah adalah gagasan yang dapat menggabungkan aktivitas个人活动,公共活动,个人活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动,公共活动。Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakan。Hasil penelitian menujukkan bahwa sebenarnya menurut M. quuraish Shihab keberadaan umat Islam masih jauh dari sisi positif ummaţan wasaţan, pemahaman ummatan wasaţan dalam Pancasila adalah个人-个人温和,tidak ke kiri dan kanan, agar cipta mental yang adil, orangang yang dijadikan saksi dan semua pihak menyaksikan sebagai contoh。Terdapat delapan hal Menurut Quraish Shihab tentang konsep ummatan wasaţan yyitu (a) Keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya;(b) kemantapan;(c) Kecerdasan;(d)团结起来,团结起来,团结起来;(e) Ekuitas;(f) Terpuji;(g) Keseimbangan;(h)理解。
{"title":"Ummatan Wasaţan dalam Pancasila Perspektif Tafsir M. Quraish Shihab","authors":"Khairil Fazal, Juwaini Saleh","doi":"10.22373/tafse.v7i1.13197","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v7i1.13197","url":null,"abstract":"The purpose of this study is to find out how ummatan Wasaţan in Pancasila according to the point of view of understanding M. Quraish Shihab. It was then traced that the idea of wasaţan ummah is an idea that can combine individual and public activities so that there is a balance throughout daily life. This research method uses a literature research approach. The results of the study show that actually according to M. Quraish Shihab the existence of Muslims is still far from the positive side of ummaţan wasaţan, the understanding of ummatan wasaţan in Pancasila is moderate individuals, not left and right, in order to create a just mentality, people who are used as witnesses and all parties witness as an example. There are eight things According to Quraish Shihab about the concept of ummatan wasaţan namely (a) Belief in Allah Almighty and His Messenger; (b) steadiness; (c) Intelligence; (d) Solidarity and solidarity and fraternity; (e) Equity; (f) Commendable; (g) Balance; and (h) Comprehensive. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Ummatan Wasaţan dalam Pancasila menurut sudut pandang pemahaman M. Quraish Shihab. Kemudian dilacak bahwa gagasan wasaţan ummah adalah gagasan yang dapat menggabungkan aktivitas individu dan publik sehingga terjadi keseimbangan sepanjang kehidupan sehari-hari. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebenarnya menurut M. Quraish Shihab keberadaan umat Islam masih jauh dari sisi positif ummaţan wasaţan, pemahaman ummatan wasaţan dalam Pancasila adalah individu-individu moderat, tidak ke kiri dan ke kanan, agar tercipta mental yang adil, orang-orang yang dijadikan saksi dan semua pihak menyaksikan sebagai contoh. Terdapat delapan hal Menurut Quraish Shihab tentang konsep ummatan wasaţan yaitu (a) Keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya; (b) kemantapan; (c) Kecerdasan; (d) Solidaritas dan solidaritas dan persaudaraan; (e) Ekuitas; (f) Terpuji; (g) Keseimbangan; dan (h) Komprehensif.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114137905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.22373/tafse.v4i2.13178
Samsul Bahri, Z. Zainuddin, M. Ismail
Bai'at is one way to show a person's form of obedience to his leader. An incomplete understanding of bai'at can cause slander among Muslims. Moving on from the problem above, the author will examine Ibn Kathir's interpretation of the verses of bai'at. This research is bibliographic and data collection is done through the mauḍū'ī method. The results of the study show that the person who betrays the bai'at to the leader on the basis of obeying Allah and the Messenger, then Allah will inflict punishment on him, on the other hand, for those who obey the bai'at in matters that are ma'ruf on the basis of obeying Allah and the Messenger, then he will get a reward from Allah swt. Imam Ibn Kathir interprets the verse of bai'at as meaning "whoever obeys the apostle, then he has obeyed Allah." Bai’at merupakan salah satu cara dalam menampakkan bentuk ketaatan seseorang terhadap pemimpinya. Pemahaman yang tidak utuh terhadap bai’at dapat menimbulkan fitnah di antara umat islam. Beranjak dari persoalan di atas, penulis akan mengkaji tentang penafsiarn Ibnu Katsir terhadap ayat-ayat bai’at. Penelitian ini bersifat kepustakaan dan dalam pengumpulan data dilakukan melalui metode mauḍū’ī. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orang yang mengkhianati bai’at terhadap pemimpin atas dasar mentaati Allah dan Rasul, maka Allah akan menimpa azab baginya, sebaliknya bagi yang mentaati bai’at dalam hal yang ma’ruf atas dasar menaati Allah dan Rasul, maka ia akan beroleh balasan pahala dari Allah Swt. Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat bai’at sama artinya dengan “barangsiapa mentaati rasul, maka dia telah menaati Allah.”
“拜”是一个人对他的领导表示服从的一种方式。对“白”的不完全理解会在穆斯林中引起诽谤。从上面的问题出发,作者将考察伊本·凯瑟尔对《拜阿特》经文的解释。本研究采用文献法,资料收集方法为mauḍū’’’。研究结果表明,在服从安拉和使者的基础上背叛领袖的人,安拉将对他进行惩罚;另一方面,对于那些在服从安拉和使者的基础上服从领袖的人,他将得到安拉的奖励。伊玛目伊本·凯瑟尔将拜阿特的经文解释为“谁服从了使者,那么他就服从了真主”。拜阿特·梅鲁帕坎·卡拉·达拉姆·梅鲁帕坎·本塔克·克塔坦·布里亚特·帕米尼亚。Pemahaman yang tidak与terhadap bai 'at dapat menimbulkan fitnah di antara umat islam。Beranjak dari个人数据,penulis akan mengkaji tentenang penafsiaran Ibnu Katsir terhadap ayat-ayat bai 'at。Penelitian ini bersifat kepustakaan an dalam pengumpulan data dilakukan melalumede mauḍū ' ' ' '。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orang yang mengkhianati bai 'at the hahadap, maka Allah akan menimpa azab baginya, sebaliknya bagi yang mentaati bai 'at dalam hal yang ma 'ruf atasar menaati Allah dan Rasul, maka ia akan beroleh balasan pahala dari Allah Swt。伊玛目Ibnu Katsir menafsirkan受白特央行artinya dengan”barangsiapa mentaati拉苏尔,马卡dia telah menaati真主。”
{"title":"Bai’at dalam Al-Qur’an menurut Pandangan Ibnu Katsir","authors":"Samsul Bahri, Z. Zainuddin, M. Ismail","doi":"10.22373/tafse.v4i2.13178","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v4i2.13178","url":null,"abstract":"Bai'at is one way to show a person's form of obedience to his leader. An incomplete understanding of bai'at can cause slander among Muslims. Moving on from the problem above, the author will examine Ibn Kathir's interpretation of the verses of bai'at. This research is bibliographic and data collection is done through the mauḍū'ī method. The results of the study show that the person who betrays the bai'at to the leader on the basis of obeying Allah and the Messenger, then Allah will inflict punishment on him, on the other hand, for those who obey the bai'at in matters that are ma'ruf on the basis of obeying Allah and the Messenger, then he will get a reward from Allah swt. Imam Ibn Kathir interprets the verse of bai'at as meaning \"whoever obeys the apostle, then he has obeyed Allah.\" Bai’at merupakan salah satu cara dalam menampakkan bentuk ketaatan seseorang terhadap pemimpinya. Pemahaman yang tidak utuh terhadap bai’at dapat menimbulkan fitnah di antara umat islam. Beranjak dari persoalan di atas, penulis akan mengkaji tentang penafsiarn Ibnu Katsir terhadap ayat-ayat bai’at. Penelitian ini bersifat kepustakaan dan dalam pengumpulan data dilakukan melalui metode mauḍū’ī. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orang yang mengkhianati bai’at terhadap pemimpin atas dasar mentaati Allah dan Rasul, maka Allah akan menimpa azab baginya, sebaliknya bagi yang mentaati bai’at dalam hal yang ma’ruf atas dasar menaati Allah dan Rasul, maka ia akan beroleh balasan pahala dari Allah Swt. Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat bai’at sama artinya dengan “barangsiapa mentaati rasul, maka dia telah menaati Allah.”","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126879239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.22373/tafse.v4i2.13180
Zulihafnani Zulihafnani, Soleh Bin Che’ Had
In the Qur'an there are many verses that talk about the apocalypse, there are also various interpretations produced by the interpreters. This paper wants to examine the interpretation and understanding of Umar Sulaiman al-Asyqar regarding the doomsday verse, this may be different from other commentators because of the different methods and characteristics of interpretation. This research is a bibliographical study with the data sources being the books of al-Ma'ānī al-Ḥasān fī Tafsīr al-Qur'ān and al-'Aqīdah fi 'i al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Qiyāmah al-Kubra. Data was collected through thematic methods), and the analysis was carried out descriptively. The results of the study indicate that Umar Sulaiman interprets the word tafjīr as having the same meaning (synonym) as the word tasjīr which means burning (انفجار) or exploding (انسجار), while previous commentators distinguish the word tafjīr which means mixed up (إختلاط) with the word tasjīr which means lit (إضطرام). Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang berbicara mengenai kiamat, terdapat beragam pula penafsiran yang dihasilkan oleh para penafsir. Tulisan ini ingin mengkaji penafsiran dan pemahaman Umar Sulaiman al-Asyqar mengenai ayat kiamat, hal ini berkemungkinan berbeda dengan mufasir lainnya karena metode dan karakteristik penafsiran yang berbeda. Penelitian ini bersifat kepustakaan dengan sumber data kitab al-Ma‘ānī al-Ḥasān fī Tafsīr al-Qur‘ān dan al-‘Aqīdah fi Ḍū’i al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Qiyāmah al-Kubra. Pengumpulkan data dilakukan melalui metode tematik), dan analisi dilakukan secara deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Umar Sulaiman menafsirkan kata tafjīr mempunyai persamaan makna (sinonim) dengan kata tasjīr yang diartikan menyala (انفجار) atau meledak (انسجار), sedangkan mufasir terdahulu membedakan kata tafjīr yang diartikan bercampur baur (إختلاط) dengan kata tasjīr yang diartikan menyala (إضطرام).
在《古兰经》中,有许多经文谈到了天启,也有各种各样的解释产生的口译员。本文要考察的是乌玛尔·苏莱曼·阿斯卡尔对世界末日经文的解读和理解,这可能与其他解说员不同,因为解读的方法和特点不同。本研究是一个书目研究,数据来源是al- ma 'ānī al-Ḥasān f ' tafs ' r al- qur 'ān和al-' aq dah fi 'i al-Kitāb wa al- sunnah: al-Qiyāmah al- kubra的书籍。通过专题方法收集数据),并进行描述性分析。研究结果表明,Umar Sulaiman将单词tafjj . r解释为与单词tasjj . r具有相同的意思(同义词),意思是燃烧(انفجار)或爆炸(انسجار),而之前的评论者将单词tafjj . r区分为混合(إختلاط)和单词tasjj . r,意思是点燃(إضطرام)。在《古兰经》中,我们说:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”图里桑的意思是说,在蒙古喀吉半岛上,有一个地方是阿富汗喀吉半岛,有一个地方是阿富汗喀吉半岛。Penelitian ini bersifat kepustakaan dengan number data kitab al- ma ' ānī al-Ḥasān f ' tafs ' r al- qur ' ān dan al- ' aq dah fi Ḍū ' i al-Kitāb wa al- sunnah: al-Qiyāmah al- kubra。彭普康数据(双数据)、双数据分析(双数据)、双数据分析(双数据)。Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Umar Sulaiman menafsirkan kata tafjjr mempunyai persamaan makna (sinonim) dengan kata tafjjr yang diartikan menyala (انفجار) atau meledak (انسجار), sedangkan mufasir terdahulu (إختلاط) dengan kata tafjjr yang diartikan bercampur baur (إختلاط) dengan kata tafjjjr yang diartikan menyala (إضطرام)
{"title":"Pemaknaan Kiamat dalam Penafsiran Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar","authors":"Zulihafnani Zulihafnani, Soleh Bin Che’ Had","doi":"10.22373/tafse.v4i2.13180","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v4i2.13180","url":null,"abstract":"In the Qur'an there are many verses that talk about the apocalypse, there are also various interpretations produced by the interpreters. This paper wants to examine the interpretation and understanding of Umar Sulaiman al-Asyqar regarding the doomsday verse, this may be different from other commentators because of the different methods and characteristics of interpretation. This research is a bibliographical study with the data sources being the books of al-Ma'ānī al-Ḥasān fī Tafsīr al-Qur'ān and al-'Aqīdah fi 'i al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Qiyāmah al-Kubra. Data was collected through thematic methods), and the analysis was carried out descriptively. The results of the study indicate that Umar Sulaiman interprets the word tafjīr as having the same meaning (synonym) as the word tasjīr which means burning (انفجار) or exploding (انسجار), while previous commentators distinguish the word tafjīr which means mixed up (إختلاط) with the word tasjīr which means lit (إضطرام). Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang berbicara mengenai kiamat, terdapat beragam pula penafsiran yang dihasilkan oleh para penafsir. Tulisan ini ingin mengkaji penafsiran dan pemahaman Umar Sulaiman al-Asyqar mengenai ayat kiamat, hal ini berkemungkinan berbeda dengan mufasir lainnya karena metode dan karakteristik penafsiran yang berbeda. Penelitian ini bersifat kepustakaan dengan sumber data kitab al-Ma‘ānī al-Ḥasān fī Tafsīr al-Qur‘ān dan al-‘Aqīdah fi Ḍū’i al-Kitāb wa al-Sunnah: al-Qiyāmah al-Kubra. Pengumpulkan data dilakukan melalui metode tematik), dan analisi dilakukan secara deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Umar Sulaiman menafsirkan kata tafjīr mempunyai persamaan makna (sinonim) dengan kata tasjīr yang diartikan menyala (انفجار) atau meledak (انسجار), sedangkan mufasir terdahulu membedakan kata tafjīr yang diartikan bercampur baur (إختلاط) dengan kata tasjīr yang diartikan menyala (إضطرام).","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116974311","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.22373/tafse.v4i2.13177
Abdurrohim Wahid, S. Suarni, Nurul Fitri
Slaves are people who do not have independence in people's lives and have the fate of being traded as objects, sometimes even being treated inhumanely. In historical records, slavery existed before Islam, and when Islam came, slaves were called slaves and this religion forbade all forms of slavery practices with a call to free them. This paper attempts to discuss how to interpret slavery and how to free slaves according to Sayyid Quṭb in Tafsir Fī ilāl al-Qur'ān. The research method used in this study is the mauḍū'i (thematic) method, which is a method that collects verses from the Qur'an that have the same purpose. The data used in this study is the Tafsir Fī ilāl al-Qur'ān. The results of this study indicate that the concept of slavery according to Sayyid Qutb is aimed at conditions of emergency (compulsion), that only in emergency conditions is slavery allowed, such as being allowed to marry slave women during the war, and only slaves who are obtained as prisoners in the fī sabīlillah war are one thing. the only slavery recognized in Islam. While the way of freeing slaves is done by establishing slave freedom through the payment of kafarat, for example, someone frees a slave before having intercourse with a wife who is forbidden to him through zhihar. Budak merupakan orang yang tidak memiliki kemerdekaan dalam hiduporang dan bernasib sebagai benda yang diperjualbelikan, bahkan kadang-kadang diperlakukan tidak manusiawi. Dalam catatan sejarah, perbudakan sudah ada sebelum Islam, dan ketika Islam datang, budak disebut hamba sahaya dan agama ini melarang seluruh bentuk praktik perbudakan dengan seruan memerdekakannya. Tulisan ini berupaya membahas tentang bagaimana penafsiran perbudakan dan cara pembebasan budak menurut Sayyid Quṭb dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode mauḍū’i (tematik), yaitu metode yang menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep perbudakan menurut Sayyid Qutb tertuju pada kondisi darurat (keterpaksaan), bahwasanya hanya dalam kondisi darurat diperbolehkannya perbudakan, seperti dibolehkannya menikah dengan wanita budak pada masa peperangan, dan hanya budak yang diperoleh sebagai tawanan di dalam perang fī sabīlillah lah satu-satunya perbudakan diakui dalam Islam. Sedangkan cara pembebasan budak dilakukan dengan menetapkan kemerdekaan budak melalui pembayaran kafarat, misalnya seseorang memerdekakan budak sebelum menggauli istri yang di haramkan kepada dirinya melalui zhihar.
奴隶是在人们的生活中没有独立性的人,他们的命运是被当作物品来交易,有时甚至受到不人道的对待。在历史记载中,奴隶制在伊斯兰教出现之前就存在了,当伊斯兰教出现时,奴隶被称为奴隶,这个宗教禁止一切形式的奴隶制,并呼吁解放他们。本文试图根据《Tafsir f ' ilāl al-Qur'ān》中Sayyid Quṭb的观点来讨论如何解释奴隶制以及如何解放奴隶。本研究使用的研究方法是mauḍū'i(专题)法,即从古兰经中收集具有相同目的的经文的方法。本研究使用的数据是Tafsir f ' ilāl al-Qur'ān。这项研究的结果表明,Sayyid Qutb认为奴隶制的概念是针对紧急情况(强迫)的,只有在紧急情况下才允许奴隶制,例如在战争期间允许与女奴结婚,只有在fsaburillah战争中作为囚犯获得的奴隶是一回事。伊斯兰教唯一承认的奴隶制。虽然解放奴隶的方式是通过支付卡法拉来建立奴隶的自由,例如,某人在与通过zhihar禁止的妻子发生性关系之前释放了奴隶。Budak merupakan orang yang tidak memiliki kemerdekaan dalam hiduporang danbernasib bbagai bindan diperjualbelikan, bakan kadang-kadang diperlakukan tidak manusiawi。Dalam catatan sejarah, perbudakan sudah ada sebelum Islam, dan ketika Islam datang, budak disebut hamba sahaya dan agama ini melarang seluru, bentuk praktik perbudakan dengan seruan memererakannya。Tulisan ini berupaya成员bahas tentang bagaimana penafsiran perbudakan dan cara ppembasan budak menuut Sayyid Quṭb dalam Tafsir f ' Ẓilāl al-Qur ' ān。Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yitu Metode mauḍū ' i (tematik), yitu Metode yang menghimpun ayat-ayat al- quan yang mempunyai maksud yang sama。数据yang digunakan dalam kajian ini adalah Tafsir f ' Ẓilāl al-Qur ' ān。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep perbudakan menurut Sayyid Qutb tertuju pada kondisi daruran (keterpaksaan), bahwasanya hanya dalam kondisi darurat diperbolehkannya perbudakan, seperti dibolehkannya menikan dengan wanita budak pada masa perperangan, danhanya budak yang diperoleh sebagai tawanan di dalam perang [sabillah lah satu-satunya perbudakan diakakan diakakan diakakan diakakan伊斯兰教。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。
{"title":"Konsep Perbudakan menurut Sayyid Quṭb dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an","authors":"Abdurrohim Wahid, S. Suarni, Nurul Fitri","doi":"10.22373/tafse.v4i2.13177","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v4i2.13177","url":null,"abstract":"Slaves are people who do not have independence in people's lives and have the fate of being traded as objects, sometimes even being treated inhumanely. In historical records, slavery existed before Islam, and when Islam came, slaves were called slaves and this religion forbade all forms of slavery practices with a call to free them. This paper attempts to discuss how to interpret slavery and how to free slaves according to Sayyid Quṭb in Tafsir Fī ilāl al-Qur'ān. The research method used in this study is the mauḍū'i (thematic) method, which is a method that collects verses from the Qur'an that have the same purpose. The data used in this study is the Tafsir Fī ilāl al-Qur'ān. The results of this study indicate that the concept of slavery according to Sayyid Qutb is aimed at conditions of emergency (compulsion), that only in emergency conditions is slavery allowed, such as being allowed to marry slave women during the war, and only slaves who are obtained as prisoners in the fī sabīlillah war are one thing. the only slavery recognized in Islam. While the way of freeing slaves is done by establishing slave freedom through the payment of kafarat, for example, someone frees a slave before having intercourse with a wife who is forbidden to him through zhihar. Budak merupakan orang yang tidak memiliki kemerdekaan dalam hiduporang dan bernasib sebagai benda yang diperjualbelikan, bahkan kadang-kadang diperlakukan tidak manusiawi. Dalam catatan sejarah, perbudakan sudah ada sebelum Islam, dan ketika Islam datang, budak disebut hamba sahaya dan agama ini melarang seluruh bentuk praktik perbudakan dengan seruan memerdekakannya. Tulisan ini berupaya membahas tentang bagaimana penafsiran perbudakan dan cara pembebasan budak menurut Sayyid Quṭb dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode mauḍū’i (tematik), yaitu metode yang menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud yang sama. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep perbudakan menurut Sayyid Qutb tertuju pada kondisi darurat (keterpaksaan), bahwasanya hanya dalam kondisi darurat diperbolehkannya perbudakan, seperti dibolehkannya menikah dengan wanita budak pada masa peperangan, dan hanya budak yang diperoleh sebagai tawanan di dalam perang fī sabīlillah lah satu-satunya perbudakan diakui dalam Islam. Sedangkan cara pembebasan budak dilakukan dengan menetapkan kemerdekaan budak melalui pembayaran kafarat, misalnya seseorang memerdekakan budak sebelum menggauli istri yang di haramkan kepada dirinya melalui zhihar.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123111404","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.22373/tafse.v4i2.13176
Salman Abdul Muthalib, Muhammad Faizur Ridha Bin Mohd Pauzi
Siyasah dusturiyyah so far has not been revealed in detail. In the world history stage, it can be seen that the good or bad of a country depends on the system of government. The Qur'an has clearly stated the necessity of government. Allah SWT ordered the Messenger of Allah to get used to and train himself in government affairs. Thus, to find the ideal of Islam in the process of administering the government, the title of the thesis on "Interpretation of the Siyāsah Dusturiyāh Verses (Study of Government Systems)" is very interesting to study. Data analysis was carried out using thematic (Maudhu'ï). In the thematic method, all related verses are collected, then studied in more depth from various aspects related to them. This method is also supported by arguments or truths that can be justified scientifically and rationally. Based on the method used, the Qur'an explains that leadership in the dusturiyah siyāsah can be adapted to every era. Leadership in Islam is natural for every human being as well as motivates Islamic leadership. Humans are entrusted by Allah SWT to be the caliph to lead the people in religion and the world, also regulate the people and guard religion and politics. The system of government referred to in the Qur'an consists of five: the Imamate, the People and Their Obligations, Bai'at, Ahl al-Hall Wa al-Aqd, and Wizarah. Siyasah dusturiyyah selama ini belum terungkap secara terperinci. Dalam pentas sejarah dunia dapat dilihat bahwa baik buruknya negara tergantung dengan sistem pemerintahan. Alquran secara tegas telah menetapkan keharusan adanya pemerintahan. Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw untuk membiasakan dan melatih diri dalam urusan kepemerintahan. Dengan demikian untuk menemukan idealitas Islam dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, maka judul skripsi tentang “Penafsiran Ayat-Ayat Siyāsah Dusturiyāh (Kajian Sistem Pemerintahan)” sangat menarik untuk dikaji. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan tematik (Maudhu’ï). Dalam metode tematik semua ayat yang berkaitan dikumpulkan, kemudian dikaji secara lebih mendalam dari berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Dalam metode ini juga didukung dengan dalil-dalil atau kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan rasional. Berdasarkan metode yang digunakan, Alquran menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam siyāsah dusturiyāh dapat disesuaikan dengan setiap zaman. Kepemimpinan dalam Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah Swt untuk menjadi khalifah untuk memimpin umat dalam agama dan dunia, juga mengatur umat serta menjaga agama dan politik. Sistem pemerintahan yang disebut di dalam Alquran terdiri dari lima: yaitu Imamah, Rakyat dan Kewajibannya, Bai’at, Ahl al-Hall Wa al-Aqd, dan Wizarah.
到目前为止,Siyasah dusturiyyah还没有透露细节。在世界历史舞台上,可以看到一个国家的好坏取决于政府制度。《古兰经》清楚地说明了政府的必要性。安拉命令安拉的使者习惯并训练自己处理政务。因此,在管理政府的过程中寻找伊斯兰教的理想,论文题目“Siyāsah Dusturiyāh经文的解释(政府制度研究)”是非常有趣的研究。数据分析采用专题(Maudhu'ï)。在主题法中,收集所有相关的诗句,然后从与之相关的各个方面进行更深入的研究。这种方法也有可以被科学和理性证明的论据或真理支持。根据使用的方法,《古兰经》解释说,杜斯图里耶siyāsah的领导可以适应每个时代。伊斯兰教的领导能力对每个人来说都是很自然的,也激励着伊斯兰教的领导能力。人类被安拉委托成为哈里发,在宗教和世界上领导人民,也规范人民,保护宗教和政治。古兰经中提到的政府体系包括五个:伊玛目、人民和他们的义务、Bai'at、Ahl al-Hall Wa - aqd和巫师。Siyasah dusturiyyah selama ini belungkap secara terperinci。达拉姆pentas sejarah dunia dapat dilihat bahwa baik buruknya negara tergantong dengan系统。《古兰经》:secara tegas telah menetapkan keharusan adanya peremerintahan。安拉swerintahkan Rasulullah Saw untuk membiasakan dan melatih diri dalam urusan kepemerintahan。Dengan demikian untuk menemukan idealitas Islam dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, maka judul skripsi tentang " Penafsiran Ayat-Ayat Siyāsah Dusturiyāh (Kajian system pemerintahan) " sangat menarik untuk dikaji。分析资料yang dilakukan dengan menggunakan tematik (Maudhu ' ï)。Dalam metatik sematik ayat yang berkaitan dikumpulkan, kemudian dikaji secara lebih mendalam dari berbagai说yang berkaitan dengannya。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Berdasarkan mede yang digunakan, Alquran menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam siyāsah dusturiyāh dapat disesuaikan dengan setiap zaman。[中文]:我是杨杨,我是杨杨。在安拉的保佑下,我们的人民是神圣的,我们的人民是神圣的,我们的人民是神圣的,我们的人民是神圣的。系统总理hainhan yang disebut di dalam Alquran terdiri dari lima: yitu Imamah, Rakyat dan Kewajibannya, Bai 'at, Ahl al-Hall Wa al-Aqd, dan Wizarah。
{"title":"Siyasah Dusturiyyah sebagai Sistem Perpolitikan dalam Al-Qur’an","authors":"Salman Abdul Muthalib, Muhammad Faizur Ridha Bin Mohd Pauzi","doi":"10.22373/tafse.v4i2.13176","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/tafse.v4i2.13176","url":null,"abstract":"Siyasah dusturiyyah so far has not been revealed in detail. In the world history stage, it can be seen that the good or bad of a country depends on the system of government. The Qur'an has clearly stated the necessity of government. Allah SWT ordered the Messenger of Allah to get used to and train himself in government affairs. Thus, to find the ideal of Islam in the process of administering the government, the title of the thesis on \"Interpretation of the Siyāsah Dusturiyāh Verses (Study of Government Systems)\" is very interesting to study. Data analysis was carried out using thematic (Maudhu'ï). In the thematic method, all related verses are collected, then studied in more depth from various aspects related to them. This method is also supported by arguments or truths that can be justified scientifically and rationally. Based on the method used, the Qur'an explains that leadership in the dusturiyah siyāsah can be adapted to every era. Leadership in Islam is natural for every human being as well as motivates Islamic leadership. Humans are entrusted by Allah SWT to be the caliph to lead the people in religion and the world, also regulate the people and guard religion and politics. The system of government referred to in the Qur'an consists of five: the Imamate, the People and Their Obligations, Bai'at, Ahl al-Hall Wa al-Aqd, and Wizarah. Siyasah dusturiyyah selama ini belum terungkap secara terperinci. Dalam pentas sejarah dunia dapat dilihat bahwa baik buruknya negara tergantung dengan sistem pemerintahan. Alquran secara tegas telah menetapkan keharusan adanya pemerintahan. Allah Swt memerintahkan Rasulullah Saw untuk membiasakan dan melatih diri dalam urusan kepemerintahan. Dengan demikian untuk menemukan idealitas Islam dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, maka judul skripsi tentang “Penafsiran Ayat-Ayat Siyāsah Dusturiyāh (Kajian Sistem Pemerintahan)” sangat menarik untuk dikaji. Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan tematik (Maudhu’ï). Dalam metode tematik semua ayat yang berkaitan dikumpulkan, kemudian dikaji secara lebih mendalam dari berbagai aspek yang berkaitan dengannya. Dalam metode ini juga didukung dengan dalil-dalil atau kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan rasional. Berdasarkan metode yang digunakan, Alquran menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam siyāsah dusturiyāh dapat disesuaikan dengan setiap zaman. Kepemimpinan dalam Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah Swt untuk menjadi khalifah untuk memimpin umat dalam agama dan dunia, juga mengatur umat serta menjaga agama dan politik. Sistem pemerintahan yang disebut di dalam Alquran terdiri dari lima: yaitu Imamah, Rakyat dan Kewajibannya, Bai’at, Ahl al-Hall Wa al-Aqd, dan Wizarah.","PeriodicalId":410919,"journal":{"name":"TAFSE: Journal of Qur'anic Studies","volume":"117 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124926641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}