Ubi kayu merupakan salah satu komoditi pangan yang berkembang saat ini, para pelaku home industry pun berlomba untuk menghasilkan makanan berbahan dasar ubi yang beragam. Dalam proses pengelolaan nya masyarakat masih banyak menggunakan cara tradisional. Proses kerja dengan cara tradisional kurang memberikan hasil yang memuaskan karena produktifitasnya rendah, oleh karena itu penulis mencoba mengembangkan suatu alat perajang ubi yang mampu menghasilkan produktifitas yang efektif dan efisien. Alat perajang ubi kayu dengan transmisi puli dan sabuk pada putaran motor listrik 1400 rpm dan daya motor 0,5 hp, mampu menghasil kan kapasitas pemotongan hingga 66 kg/jam. Alat perajang ubi ini mempunyai 2 mata pisau yang di baut pada piringan rumah mata pisau, dengan kecepatan sudut piringan 73 rad/s dan gaya yang di hasil kan oleh piringan sebesar 24,56 N. Putaran puli penggerak sebesar 700 rpm dengan perbandingan reduksi 2. Bahan puli yang di gunakan adalah FC30 dan tipe sabuk yang di gunakan adalah Tipe sabuk A, dengan diameter poros penggerak 12 mm dan poros yang di gerak kan 15 mm. Bearing yang di gunakan adalah bearing 6202. Alat perajang ubi ini mempunyai landasan potong dengan sisitem pegas tekan, yang dapat meminimalisir tingkat kecelakaan kerja.
{"title":"RANCANG BANGUN ALAT PERAJANG UBI KAYU DENGAN TRANSMISI PULI DAN SABUK PADA PUTARAN MOTOR LISTRIK 1400 RPM DAN DAYA MOTOR 0,5 HP","authors":"Irwan Anwar, A. Afdal, Dedi Wardianto","doi":"10.21063/jtv.2024.2.2.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21063/jtv.2024.2.2.4","url":null,"abstract":"Ubi kayu merupakan salah satu komoditi pangan yang berkembang saat ini, para pelaku home industry pun berlomba untuk menghasilkan makanan berbahan dasar ubi yang beragam. Dalam proses pengelolaan nya masyarakat masih banyak menggunakan cara tradisional. Proses kerja dengan cara tradisional kurang memberikan hasil yang memuaskan karena produktifitasnya rendah, oleh karena itu penulis mencoba mengembangkan suatu alat perajang ubi yang mampu menghasilkan produktifitas yang efektif dan efisien. Alat perajang ubi kayu dengan transmisi puli dan sabuk pada putaran motor listrik 1400 rpm dan daya motor 0,5 hp, mampu menghasil kan kapasitas pemotongan hingga 66 kg/jam. Alat perajang ubi ini mempunyai 2 mata pisau yang di baut pada piringan rumah mata pisau, dengan kecepatan sudut piringan 73 rad/s dan gaya yang di hasil kan oleh piringan sebesar 24,56 N. Putaran puli penggerak sebesar 700 rpm dengan perbandingan reduksi 2. Bahan puli yang di gunakan adalah FC30 dan tipe sabuk yang di gunakan adalah Tipe sabuk A, dengan diameter poros penggerak 12 mm dan poros yang di gerak kan 15 mm. Bearing yang di gunakan adalah bearing 6202. Alat perajang ubi ini mempunyai landasan potong dengan sisitem pegas tekan, yang dapat meminimalisir tingkat kecelakaan kerja.","PeriodicalId":506856,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Vokasi","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141664777","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan drone secara komersial meningkat pesat di sektor ini dalam beberapa dekade terakhir, salah satunya adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Tipe Hexacopter. Hexacopter merupakan robot terbang tanpa pilot yang dapat dikendalikan secara manual dengan menggunakan remote control dan dikendalikan secara otomatis atau autopilot. Kelebihan dari hexacopter adalah kemampuannya dalam bermanuver dengan fleksibel, dapat bergerak ke 8 arah mata angin tanpa perlu berbelok terlebih dahulu. Namun, terlepas dari kelebihannya, hexacopter tertentu harus terus terbang dengan stabil dalam berbagai kondisi yang berubah, seperti perubahan cuaca, beban yang berbeda, atau perubahan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengendalian yang mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Kondisi ini menjadi menarik untuk melakukan studi eksperimen dan simulasi yaitu merancang hexacopter dengan kendali Model Referene Adaptive Control (MRAC). Dengan menggunakan sistem kendali Model Reference Adaptive Control (MRAC) dengan kendali utama menggunakan kendali PID, respon yang diberikan baik dan optimal, parameter sistem mencapai nilai : rise time (ts) 1.0709 s, delay time (td) 0.99 s , peak time (tp ) 2,6600 s, settling time (ts) 3,9351 s, overshoot (mp) 4,0847 dan steady state error 0,0001%. Analisis matematis sistem kendali MRAC perlu dipelajari lebih mendalam agar perhitungan kendali MRAC menjadi lebih akurat.
{"title":"PERENCANAAN SISTEM KENDALI MODEL REFERENCE","authors":"Al Al, Gusri Rahmawati, A. Premadi, A. Effendi","doi":"10.21063/jtv.2024.2.2.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21063/jtv.2024.2.2.5","url":null,"abstract":"Penggunaan drone secara komersial meningkat pesat di sektor ini dalam beberapa dekade terakhir, salah satunya adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Tipe Hexacopter. Hexacopter merupakan robot terbang tanpa pilot yang dapat dikendalikan secara manual dengan menggunakan remote control dan dikendalikan secara otomatis atau autopilot. Kelebihan dari hexacopter adalah kemampuannya dalam bermanuver dengan fleksibel, dapat bergerak ke 8 arah mata angin tanpa perlu berbelok terlebih dahulu. Namun, terlepas dari kelebihannya, hexacopter tertentu harus terus terbang dengan stabil dalam berbagai kondisi yang berubah, seperti perubahan cuaca, beban yang berbeda, atau perubahan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengendalian yang mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Kondisi ini menjadi menarik untuk melakukan studi eksperimen dan simulasi yaitu merancang hexacopter dengan kendali Model Referene Adaptive Control (MRAC). Dengan menggunakan sistem kendali Model Reference Adaptive Control (MRAC) dengan kendali utama menggunakan kendali PID, respon yang diberikan baik dan optimal, parameter sistem mencapai nilai : rise time (ts) 1.0709 s, delay time (td) 0.99 s , peak time (tp ) 2,6600 s, settling time (ts) 3,9351 s, overshoot (mp) 4,0847 dan steady state error 0,0001%. Analisis matematis sistem kendali MRAC perlu dipelajari lebih mendalam agar perhitungan kendali MRAC menjadi lebih akurat.","PeriodicalId":506856,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Vokasi","volume":"48 26","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141663257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Afandi, N. Nofrizal, Silta Yulan Nifen, A. Agus
Daerah Irigasi Lubuk Alung termasuk pengelompokan dari Daerah Irigasi Batang Anai yang luas, umumnya sebahagian penduduknya adalah petani, maka kebutuhan air untuk lahan pertanian sangat diperlukan, apabila kurangnya pasokan air untuk irigasi dapat menghambat laju musim tanam. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung kebutuhan air irigasi pada persawahan dan perkebunan daerah irigasi Lubuk Alung dan mengetahui hasil dimensi exitingnya. Perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan metode KP-01 dan software Cropwat 8.0, untuk mencari dimensi exitingnya menggunakan software HEC-RAS 5.0.1. Dari hasil perhitungan kebutuhan air irigasi dengan metode KP-01 didapatkan nilai 1,42 l/dt/ha pada bulan April dan hasil perhitungan kebutuhan air irigasi yang dengan menggunakan program Cropwat 8.0 didapatkan nilai sebesar 0,36 l/dt/ha pada bulan Maret. Pada perhitungan cross section dengan software HEC-RAS 5.0.1 debit yang dipakai yaitu pada saluran primer BLS.1-BLS.2 yaitu 21,566 m3//dt dengan data dimensi saluran di hulu (P0) dengan lebar saluran (b) = 11 m, tinggi saluran H = 2,87 m dan tinggi saluran di hilir (P16) (H) = 3,14 m, dari hasil running dengan software HEC-RAS 5.0.1 didapatkan tinggi muka air di hulu (P0) (h) = 1,2 m dan tinggi muka air di hilir (P16) (h) = 1,13 m, sedangkan dari data tinjauan lapangan didapatkan tinggi air di hulu (P0) (h) = 1,23 m dan pada di hilir (P16) (h) = 1,15 m. Dari hasil yang lihat pada gambar cross section disimpulkan tinggi dimensi saluran yang tidak sama tinggi. Dalam mengatasi masalah tersebut, maka dicoba membuat ulang desain penampang saluran yang efesien. didapatkan hasil dimensi saluran exiting dengan lebar dasar saluran (b) = 8 m, lebar atas saluran (B) = 17,76 m, tinggi muka air (h) = 1,56 m, tinggi saluran (H) = 2,44 m, dan tinggi jagaan (w) = 0,88 m.
{"title":"EVALUASI KEBUTUHAN JARINGAN IRIGASI (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI BATANG ANAI) SUB-DI LUBUK ALUNG MENGGUNAKAN PROGRAM CROPWAT 8.0 DAN HEC-RAS 5.0.1","authors":"A. Afandi, N. Nofrizal, Silta Yulan Nifen, A. Agus","doi":"10.21063/jtv.2024.2.2.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21063/jtv.2024.2.2.1","url":null,"abstract":"Daerah Irigasi Lubuk Alung termasuk pengelompokan dari Daerah Irigasi Batang Anai yang luas, umumnya sebahagian penduduknya adalah petani, maka kebutuhan air untuk lahan pertanian sangat diperlukan, apabila kurangnya pasokan air untuk irigasi dapat menghambat laju musim tanam. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung kebutuhan air irigasi pada persawahan dan perkebunan daerah irigasi Lubuk Alung dan mengetahui hasil dimensi exitingnya. Perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan metode KP-01 dan software Cropwat 8.0, untuk mencari dimensi exitingnya menggunakan software HEC-RAS 5.0.1. Dari hasil perhitungan kebutuhan air irigasi dengan metode KP-01 didapatkan nilai 1,42 l/dt/ha pada bulan April dan hasil perhitungan kebutuhan air irigasi yang dengan menggunakan program Cropwat 8.0 didapatkan nilai sebesar 0,36 l/dt/ha pada bulan Maret. Pada perhitungan cross section dengan software HEC-RAS 5.0.1 debit yang dipakai yaitu pada saluran primer BLS.1-BLS.2 yaitu 21,566 m3//dt dengan data dimensi saluran di hulu (P0) dengan lebar saluran (b) = 11 m, tinggi saluran H = 2,87 m dan tinggi saluran di hilir (P16) (H) = 3,14 m, dari hasil running dengan software HEC-RAS 5.0.1 didapatkan tinggi muka air di hulu (P0) (h) = 1,2 m dan tinggi muka air di hilir (P16) (h) = 1,13 m, sedangkan dari data tinjauan lapangan didapatkan tinggi air di hulu (P0) (h) = 1,23 m dan pada di hilir (P16) (h) = 1,15 m. Dari hasil yang lihat pada gambar cross section disimpulkan tinggi dimensi saluran yang tidak sama tinggi. Dalam mengatasi masalah tersebut, maka dicoba membuat ulang desain penampang saluran yang efesien. didapatkan hasil dimensi saluran exiting dengan lebar dasar saluran (b) = 8 m, lebar atas saluran (B) = 17,76 m, tinggi muka air (h) = 1,56 m, tinggi saluran (H) = 2,44 m, dan tinggi jagaan (w) = 0,88 m.","PeriodicalId":506856,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Vokasi","volume":" 24","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141672218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}