Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10744
Aulia Rahimah, D. Wibowo, I. Wardani, Aulia Azizah, Deby Kania Tri Putri
Latar Belakang: Salah satu penunjang akurat untuk penegakan diagnosa dalam perawatan ortodonti adalah analisis sefalometri. Analisis jaringan lunak pada wajah dapat dilakukan secara klinis dan sefalometri yang dikategorikan menjadi profil wajah cembung, cekung, dan lurus. Salah satu metode analisis sefalometri yang mampu menentukan profil wajah adalah Analisis rickets. Faktor ras dan keanekaragaman kultural sangat berpengaruh terhadap profil wajah seseorang. Tujuan: Menggambarkan profil jaringan lunak secara klinis dan foto sefalometri pada mahasiswa Suku Banjar FKG ULM. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel probability sampling menggunakan simple random sampling. Populasi adalah seluruh mahasiswa preklinik yang berasal dari Suku Banjar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat yang berjumlah 60 orang. Besar sampel minimal dihitung menggunakan rumus Deskriptif kategorik dan didapatkan hasil 39 sampel. Hasil: Analisis statistik deksriptif dari Analisis Rickett menunjukkan rerata jarak bibir atas terhadap garis estetik (Ls-E) adalah 0,34 mm dengan standar deviasi 0,25. Rerata jarak bibir bawah terhadap garis estetik (Li-E) adalah 1,66 mm dengan standar deviasi 2,63. Kesimpulan: penelitian ini adalah secara klinik dan sefalometri menunjukkan mayoritas responden memiliki profil wajah cembung. Kata Kunci: Analisis Rickett, Profil jaringan lunak, Sefalometri, Suku Banjar.
{"title":"GAMBARAN PROFIL JARINGAN LUNAK SECARA KLINIS DAN FOTO SEFALOMETRI PADA SUKU BANJAR","authors":"Aulia Rahimah, D. Wibowo, I. Wardani, Aulia Azizah, Deby Kania Tri Putri","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10744","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10744","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Salah satu penunjang akurat untuk penegakan diagnosa dalam perawatan ortodonti adalah analisis sefalometri. Analisis jaringan lunak pada wajah dapat dilakukan secara klinis dan sefalometri yang dikategorikan menjadi profil wajah cembung, cekung, dan lurus. Salah satu metode analisis sefalometri yang mampu menentukan profil wajah adalah Analisis rickets. Faktor ras dan keanekaragaman kultural sangat berpengaruh terhadap profil wajah seseorang. Tujuan: Menggambarkan profil jaringan lunak secara klinis dan foto sefalometri pada mahasiswa Suku Banjar FKG ULM. Metode: Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel probability sampling menggunakan simple random sampling. Populasi adalah seluruh mahasiswa preklinik yang berasal dari Suku Banjar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat yang berjumlah 60 orang. Besar sampel minimal dihitung menggunakan rumus Deskriptif kategorik dan didapatkan hasil 39 sampel. Hasil: Analisis statistik deksriptif dari Analisis Rickett menunjukkan rerata jarak bibir atas terhadap garis estetik (Ls-E) adalah 0,34 mm dengan standar deviasi 0,25. Rerata jarak bibir bawah terhadap garis estetik (Li-E) adalah 1,66 mm dengan standar deviasi 2,63. Kesimpulan: penelitian ini adalah secara klinik dan sefalometri menunjukkan mayoritas responden memiliki profil wajah cembung. Kata Kunci: Analisis Rickett, Profil jaringan lunak, Sefalometri, Suku Banjar.","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139290078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10749
Adam Kevin, Rosihan Adhani, Riky Hamdani
Latar Belakang: Di daerah sepanjang sungai, masih banyak masyarakat yang mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti menyikat gigi, mandi dan minum air. Air sungai yang digunakan memiliki tingkat keasaman rata-rata sebesar 3,65 (rendah),adanya kandungan tinggi zat besi dan sulfat. Zat besi dan magnesium adalah mineral yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih gelap. Selain itu, mineral fluor berperan penting dalam kesehatan gigi dan mulut gigi dengan merubah hidroksiapatit pada enamel menjadi fluoroapatit. Kekurangan fluor menyebabkan kerusakan, gigi yang rapuh, rentan terhadap karies gigi, perubahan warna pada gigi anak-anak, dan penipisan tulang. Tujuan: literature review ini untuk menganalisis pengaruh antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi terhadap indeks karies gigi berdasarkan literature yang relevan yang diterbitkan tahun 2015-2020. Metode: Penelitian menggunakan metode literature review dengan prosedur narrative review. Semua artikel yang dianalisis diperoleh dari pencarian sumber data Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa indeks karies gigi termasuk dalam kategori tinggi, dengan indeks DMF-T sebesar 4,6. Kadar pH, magnesium, zat besi, dan fluor dalam air sungai berkisar antara 3,5-4,5 (pH asam), 0,013-9,90 mg/dl, 0,71-0,8023 (di atas kadar normal), dan 0,18-0,7 (di bawah kadar normal fluor dalam air minum). Adanya hubungan antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi dengan indeks karies gigi. Kesimpulan: terdapat hubungan antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi dengan indeks karies gigi.Kata kunci: Fluor, indeks DMF-T, magnesium, pH, Zat besi.
{"title":"HUBUNGAN KADAR pH, MAGNESIUM, FLUOR DAN FERRUM AIR SUNGAI KONSUMSI TERHADAP INDEKS KARIES","authors":"Adam Kevin, Rosihan Adhani, Riky Hamdani","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10749","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10749","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Di daerah sepanjang sungai, masih banyak masyarakat yang mengandalkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti menyikat gigi, mandi dan minum air. Air sungai yang digunakan memiliki tingkat keasaman rata-rata sebesar 3,65 (rendah),adanya kandungan tinggi zat besi dan sulfat. Zat besi dan magnesium adalah mineral yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih gelap. Selain itu, mineral fluor berperan penting dalam kesehatan gigi dan mulut gigi dengan merubah hidroksiapatit pada enamel menjadi fluoroapatit. Kekurangan fluor menyebabkan kerusakan, gigi yang rapuh, rentan terhadap karies gigi, perubahan warna pada gigi anak-anak, dan penipisan tulang. Tujuan: literature review ini untuk menganalisis pengaruh antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi terhadap indeks karies gigi berdasarkan literature yang relevan yang diterbitkan tahun 2015-2020. Metode: Penelitian menggunakan metode literature review dengan prosedur narrative review. Semua artikel yang dianalisis diperoleh dari pencarian sumber data Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa indeks karies gigi termasuk dalam kategori tinggi, dengan indeks DMF-T sebesar 4,6. Kadar pH, magnesium, zat besi, dan fluor dalam air sungai berkisar antara 3,5-4,5 (pH asam), 0,013-9,90 mg/dl, 0,71-0,8023 (di atas kadar normal), dan 0,18-0,7 (di bawah kadar normal fluor dalam air minum). Adanya hubungan antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi dengan indeks karies gigi. Kesimpulan: terdapat hubungan antara tingkat keasaman (pH), zat besi, magnesium, dan fluor dalam air sungai yang dikonsumsi dengan indeks karies gigi.Kata kunci: Fluor, indeks DMF-T, magnesium, pH, Zat besi.","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"28 12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289904","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang salah satu faktor penyebabnya adalah bakteri. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai antibiotik dan hidup di lingkungan lahan basah adalah tanaman galam (Melaleuca cajuputi subsp. Cumingiana Barlow). Fungsi uji toksisitas adalah untuk mengetahui efek toksik dan batas dosis aman suatu senyawa kimia dalam penelitian ini pengujian ekstrak daun galam. Tujuan: Menganalisis efek toksik setelah pemberian ekstrak daun galam (Melaleuca cajuputi subsp. Cumingiana Barlow) terhadap sel fibroblas BHK-21. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni (true experimental) dengan rancangan posttest-only with control group design untuk menganalisis toksisitas ekstrak daun galam terhadap sel fibroblas Baby Hamster Kidney-21 (BHK-21) dengan metode Microculture Tetrazolium Technique (MTT) assay secara in vitro. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun galam tidak toksik karena viabilitas sel pada semua konsentrasi >100% dan nilai IC50 yang tidak mungkin tercapai. Hasil uji post hoc Games-Howell menyimpulkan bahwa konsentrasi 50%, 75%, dan 100% lebih efektif daripada konsentrasi 0,125%, 0,2%, 0,25%, dan 0,4%. Kesimpulan: Tidak ada efek toksik ekstrak daun galam dengan uji MTT terhadap sel fibroblas BHK-21.Kata kunci: ekstrak daun galam, sel fibroblas BHK-21, toksisitas
{"title":"UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN GALAM (Melaleuca cajuputi subsp. Cumingiana Barlow) PADA BHK-21 SEL FIBROBLAS","authors":"Brachmedio Barito Syech Erlangga, Sherli Diana, Debby Saputera, Didit Aspriyanto, Beta Widya Oktiani","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10743","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10743","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang salah satu faktor penyebabnya adalah bakteri. Salah satu bahan alam yang berpotensi sebagai antibiotik dan hidup di lingkungan lahan basah adalah tanaman galam (Melaleuca cajuputi subsp. Cumingiana Barlow). Fungsi uji toksisitas adalah untuk mengetahui efek toksik dan batas dosis aman suatu senyawa kimia dalam penelitian ini pengujian ekstrak daun galam. Tujuan: Menganalisis efek toksik setelah pemberian ekstrak daun galam (Melaleuca cajuputi subsp. Cumingiana Barlow) terhadap sel fibroblas BHK-21. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni (true experimental) dengan rancangan posttest-only with control group design untuk menganalisis toksisitas ekstrak daun galam terhadap sel fibroblas Baby Hamster Kidney-21 (BHK-21) dengan metode Microculture Tetrazolium Technique (MTT) assay secara in vitro. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun galam tidak toksik karena viabilitas sel pada semua konsentrasi >100% dan nilai IC50 yang tidak mungkin tercapai. Hasil uji post hoc Games-Howell menyimpulkan bahwa konsentrasi 50%, 75%, dan 100% lebih efektif daripada konsentrasi 0,125%, 0,2%, 0,25%, dan 0,4%. Kesimpulan: Tidak ada efek toksik ekstrak daun galam dengan uji MTT terhadap sel fibroblas BHK-21.Kata kunci: ekstrak daun galam, sel fibroblas BHK-21, toksisitas","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"281 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10742
Yasmin Aulia, D. Wibowo, Aulia Azizah, R. H. D. Setyawardhana, Nurdiana Dewi
Latar Belakang: Maloklusi merupakan masalah gigi dan mulut tertinggi urutan ke 3 setelah karies dan penyakit periodontal. Maloklusi di usia 10-12 tahun sering terjadi karena usia tersebut sudah memasuki fase kedua dari periode gigi bercampur. Beberapa kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi yaitu kebiasaan menghisap dan menggigit bibir, menggigit kuku, mengisap jari, bernafas melalui mulut, bruxism dan menjulurkan lidah. Indeks yang dapat digunakan pada periode gigi bercampur adalah Index Of Complexity, Outcome And Need (ICON). Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kebiasaan buruk rongga mulut dan kejadian maloklusi pada siswa usia 10-12 tahun (Tinjauan pada siswa SDN Gambut 10 Kab. Banjar). Metode: Penelitian ini menggunakan metode desktiptif observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling pada anak usia 10-12 tahun sebanyak 46 anak. Data kebiasaan buruk diperoleh melalui wawancara orang tua siswa dan pemeriksaan klinis kepada siswa, sedangkan data kejadian maloklusi diperoleh dari pengukuran indeks ICON. Hasil: Hasil penelitian ini yaitu kebiasaan buruk menggigit kuku/benda asing paling banyak ditemui sebesar 10,9%. Responden usia 10 tahun mengalami kejadian maloklusi dengan tingkat keparahan maloklusi paling banyak sebesar 43,4%. Tingkat keparahan maloklusi yang terjadi pada anak dengan memiliki kebiasaan buruk masuk dalam kategori memerlukan perawatan paling banyak 17,4% dari pada tanpa memiliki kebiasaan buruk. Kesimpulan: Keparahan maloklusi berdasarkan indeks ICON banyak ditemukan pada anak usia 10 tahun dan tingkat keparahan maloklusi lebih banyak ditemui pada anak yang memiliki kebiasaan buruk rongga mulut. Kata kunci : ICON, Kebiasaan Buruk, Maloklusi
{"title":"GAMBARAN KEBIASAAN BURUK RONGGA MULUT DAN KEJADIAN MALOKLUSI PADA SISWA USIA 10-12 TAHUN","authors":"Yasmin Aulia, D. Wibowo, Aulia Azizah, R. H. D. Setyawardhana, Nurdiana Dewi","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10742","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10742","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Maloklusi merupakan masalah gigi dan mulut tertinggi urutan ke 3 setelah karies dan penyakit periodontal. Maloklusi di usia 10-12 tahun sering terjadi karena usia tersebut sudah memasuki fase kedua dari periode gigi bercampur. Beberapa kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi yaitu kebiasaan menghisap dan menggigit bibir, menggigit kuku, mengisap jari, bernafas melalui mulut, bruxism dan menjulurkan lidah. Indeks yang dapat digunakan pada periode gigi bercampur adalah Index Of Complexity, Outcome And Need (ICON). Tujuan: Untuk mengetahui gambaran kebiasaan buruk rongga mulut dan kejadian maloklusi pada siswa usia 10-12 tahun (Tinjauan pada siswa SDN Gambut 10 Kab. Banjar). Metode: Penelitian ini menggunakan metode desktiptif observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling pada anak usia 10-12 tahun sebanyak 46 anak. Data kebiasaan buruk diperoleh melalui wawancara orang tua siswa dan pemeriksaan klinis kepada siswa, sedangkan data kejadian maloklusi diperoleh dari pengukuran indeks ICON. Hasil: Hasil penelitian ini yaitu kebiasaan buruk menggigit kuku/benda asing paling banyak ditemui sebesar 10,9%. Responden usia 10 tahun mengalami kejadian maloklusi dengan tingkat keparahan maloklusi paling banyak sebesar 43,4%. Tingkat keparahan maloklusi yang terjadi pada anak dengan memiliki kebiasaan buruk masuk dalam kategori memerlukan perawatan paling banyak 17,4% dari pada tanpa memiliki kebiasaan buruk. Kesimpulan: Keparahan maloklusi berdasarkan indeks ICON banyak ditemukan pada anak usia 10 tahun dan tingkat keparahan maloklusi lebih banyak ditemui pada anak yang memiliki kebiasaan buruk rongga mulut. Kata kunci : ICON, Kebiasaan Buruk, Maloklusi","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10748
Ahda Annisa, Nurdiana Dewi, Wayan Arya, K. Firdaus, Debby Saputera
Latar Belakang : Paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal dapat merusak sel darah salah satunya yaitu trombosit dengan cara membentuk radikal bebas sehingga dapat terjadinya penurunan pada sel darah. Kandungan oleh ekstrak daun karamunting dapat menangkal radikal bebas dan meningkatkan sel darah dari paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal. Senyawa metabolit sekunder pada daun karamunting memiliki tiga kandungan senyawa tertinggi yaitu flavonoid, phenol dan tanin. Tujuan: Menganalisis pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap kadar trombosit mencit jantan setelah paparan sinar-X radiografi periapikal. Metode : Penelitian ini menggunakan metode true experimental dengan rancangan post test only with control group design menggunakan 30 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K- adalah diberikan ekstrak daun karamunting tetapi tidak diberikan paparan radiasi sinar-X, kelompok K+ adalah diberikan radiasi sinar-X radiografi periapikal tanpa diberikan ekstrak daun karamunting, kelompok P1 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 1 kali, kelompok P2 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 7 kali dan kelompok P3 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 10 kali. Hasil : Hasil uji Post Hoc Bonferoni menunjukan perbedaan bermakna antar kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kesimpulan : Terdapat pengaruh kadar trombosit pada mencit jantan (Mus musculus) pemberian ekstrak daun karamunting setelah paparan sinar-X radiografi periapikal. Kata kunci : Ekstrak daun karamunting, Radiografi periapikal, trombosit
背景:暴露于根尖周放射摄影的 X 射线辐射中会通过形成自由基损害血细胞,其中之一就是血小板,从而导致血细胞减少。卡拉芒廷叶提取物的含量可以抵消自由基,增加暴露于根尖周X射线辐射的血细胞。卡拉蒙提叶片中的次生代谢化合物含量最高的三种化合物是黄酮类、酚类和单宁酸。目的分析卡拉蒙庭叶提取物对雄性小鼠暴露于 X 射线根尖周围后血小板水平的影响。方法:本研究采用真实实验法,在小鼠根尖周围照射 X 射线后,对小鼠血小板水平进行检测:本研究采用真正的实验方法,只进行后测设计,对照组设计,将 30 只小鼠分为 5 组。K-组给予桔梗叶提取物,但不给予X射线照射;K+组给予根尖X射线照射,但不给予桔梗叶提取物;P1组给予桔梗叶提取物,并重复1次根尖X射线照射;P2组给予桔梗叶提取物,并重复7次根尖X射线照射;P3组给予桔梗叶提取物,并重复10次根尖X射线照射。结果Bonferoni Post Hoc 检验结果显示,对照组与治疗组之间存在显著差异。结论雄性小鼠在接受根尖周X射线照射后,服用桔梗叶提取物对其血小板水平有影响。关键词胭脂树叶提取物 根尖周X射线照相法 血小板
{"title":"PENGARUH EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Rhodomytrus tomentosa) TERHADAP KADAR TROMBOSIT SETELAH PAPARAN SINAR-X RADIOGRAFI PERIAPIKAL","authors":"Ahda Annisa, Nurdiana Dewi, Wayan Arya, K. Firdaus, Debby Saputera","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10748","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10748","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal dapat merusak sel darah salah satunya yaitu trombosit dengan cara membentuk radikal bebas sehingga dapat terjadinya penurunan pada sel darah. Kandungan oleh ekstrak daun karamunting dapat menangkal radikal bebas dan meningkatkan sel darah dari paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal. Senyawa metabolit sekunder pada daun karamunting memiliki tiga kandungan senyawa tertinggi yaitu flavonoid, phenol dan tanin. Tujuan: Menganalisis pengaruh ekstrak daun karamunting terhadap kadar trombosit mencit jantan setelah paparan sinar-X radiografi periapikal. Metode : Penelitian ini menggunakan metode true experimental dengan rancangan post test only with control group design menggunakan 30 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K- adalah diberikan ekstrak daun karamunting tetapi tidak diberikan paparan radiasi sinar-X, kelompok K+ adalah diberikan radiasi sinar-X radiografi periapikal tanpa diberikan ekstrak daun karamunting, kelompok P1 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 1 kali, kelompok P2 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 7 kali dan kelompok P3 adalah diberikan ekstrak daun karamunting dan paparan radiasi sinar-X radiografi periapikal pengulangan 10 kali. Hasil : Hasil uji Post Hoc Bonferoni menunjukan perbedaan bermakna antar kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kesimpulan : Terdapat pengaruh kadar trombosit pada mencit jantan (Mus musculus) pemberian ekstrak daun karamunting setelah paparan sinar-X radiografi periapikal. Kata kunci : Ekstrak daun karamunting, Radiografi periapikal, trombosit","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289887","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Temporomandibular disorders (TMD) merupakan gangguan pada sendi temporomandibula (STM) ditandai rasa sakit pada otot pengunyahan dan STM; bunyi ‘klik’ pada STM; dan adanya defleksi, deviasi serta keterbatasan membuka mulut. TMD banyak dijumpai pada usia dewasa dengan rentang 20-40 tahun termasuk pada mahasiswa. Gejala yang disebabkan TMD dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut. Oral health related quality of life (OHRQoL) merupakan konstruksi multidimensi yang mencerminkan kesehatan mulut seseorang; fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial; harapan dan kepuasan perawatan; dan harga diri. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik FKG ULM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 37 mahasiswa FKG ULM Angkatan 2019-2022 yang berusia 18 tahun ke atas dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pemeriksaan TMD menggunakan metode diagnosis RDC/TMD sedangkan pemeriksaan OHRQoL menggunakan kuesioner OHIP-14. Data hasil penelitian terkait TMD dan OHRQoL dianalisis dengan uji spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa TMD dialami oleh 51,4% responden dengan gejala yang paling banyak dialami adalah nyeri miofasial (57,9%) dengan tingkat OHRQoL yang terbanyak adalah baik (81%). Hasil uji korelatif spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat (ρ < 0,05). Kesimpulan: Peningkatan gejala TMD meningkatkan keparahan OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Kata Kunci: nyeri miofasial, oral health related quality of life (OHRQoL), temporomandibular disorders (TMD)
{"title":"HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDERS TERHADAP ORAL HEALTH RELATED QUALITY OF LIFE","authors":"Maulida Hasanah, Rahmad Arifin, Irham Taufiqurrahman, Galuh Dwinta Sari, Alexander Sitepu","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10747","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10747","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Temporomandibular disorders (TMD) merupakan gangguan pada sendi temporomandibula (STM) ditandai rasa sakit pada otot pengunyahan dan STM; bunyi ‘klik’ pada STM; dan adanya defleksi, deviasi serta keterbatasan membuka mulut. TMD banyak dijumpai pada usia dewasa dengan rentang 20-40 tahun termasuk pada mahasiswa. Gejala yang disebabkan TMD dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut. Oral health related quality of life (OHRQoL) merupakan konstruksi multidimensi yang mencerminkan kesehatan mulut seseorang; fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial; harapan dan kepuasan perawatan; dan harga diri. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik FKG ULM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 37 mahasiswa FKG ULM Angkatan 2019-2022 yang berusia 18 tahun ke atas dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pemeriksaan TMD menggunakan metode diagnosis RDC/TMD sedangkan pemeriksaan OHRQoL menggunakan kuesioner OHIP-14. Data hasil penelitian terkait TMD dan OHRQoL dianalisis dengan uji spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa TMD dialami oleh 51,4% responden dengan gejala yang paling banyak dialami adalah nyeri miofasial (57,9%) dengan tingkat OHRQoL yang terbanyak adalah baik (81%). Hasil uji korelatif spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat (ρ < 0,05). Kesimpulan: Peningkatan gejala TMD meningkatkan keparahan OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Kata Kunci: nyeri miofasial, oral health related quality of life (OHRQoL), temporomandibular disorders (TMD)","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"182 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289716","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang berujung pada kejadian karies dan penyakit periodontal. Selain perilaku menyikat gigi, usia juga berperan penting dalam faktor risiko terjadinya kehilangan gigi. Usia 35-44 tahun adalah usia yang ideal dilakukan pengawasan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam (tinjauan pada masyarakat usia 35-44 tahun). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik cluster sampling. Subjek penelitian adalah masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam sebanyak 107 responden. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner dan pemeriksaan jumlah gigi yang hilang pada rongga mulut responden. Analisis data menggunakan dengan uji Somers’D. Hasil: Mayoritas masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori sedang (57,94%) dan memiliki tingkat kehilangan gigi dengan kategori rendah (52,34%). Uji korelasi Somers’D menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut baik dapat membentuk perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Perilaku yang baik akan mengurangi terjadinya kehilangan gigi seseorang. Kata Kunci: Kehilangan Gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
背景:口腔健康知识水平会影响维护口腔健康的行为,从而导致龋齿和牙周病的发病率。除了刷牙行为外,年龄也是导致牙齿脱落的重要风险因素。35-44 岁是口腔健康监督的理想年龄。目的分析 Puskesmas Semangat Dalam 工作区(对 35-44 岁人群的审查)的口腔健康知识与牙齿脱落之间的关系。研究方法本研究是一项横断面相关分析研究。抽样技术采用概率抽样和聚类抽样技术。研究对象为居住在 Puskesmas Semangat Dalam 工作区的 35-44 岁人群,受访者多达 107 人。数据收集是通过问卷调查口腔健康知识水平和受访者口腔缺牙数量来进行的。数据分析采用 Somers'D 检验。结果显示居住在 Puskesmas Semangat Dalam 工作区的 35-44 岁人群中,大多数人的口腔健康知识水平处于中等水平(57.94%),牙齿缺失水平较低(52.34%)。Somers'D 相关性检验表明,口腔健康知识水平与牙齿缺失之间存在显著关系(P=0.000)。结论口腔健康知识水平与牙齿脱落之间存在重要关系,良好的口腔健康知识可以塑造良好的口腔健康行为。良好的行为将减少牙齿脱落的发生。关键词牙齿脱落 口腔健康知识
{"title":"HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEHILANGAN GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANGAT DALAM","authors":"Akhmad Akhdiannoor Ramadhan, Rahmad Arifin, Isnur Hatta, Riky Hamdani, Nurdiana Dewi","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10746","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10746","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang berujung pada kejadian karies dan penyakit periodontal. Selain perilaku menyikat gigi, usia juga berperan penting dalam faktor risiko terjadinya kehilangan gigi. Usia 35-44 tahun adalah usia yang ideal dilakukan pengawasan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam (tinjauan pada masyarakat usia 35-44 tahun). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik cluster sampling. Subjek penelitian adalah masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam sebanyak 107 responden. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner dan pemeriksaan jumlah gigi yang hilang pada rongga mulut responden. Analisis data menggunakan dengan uji Somers’D. Hasil: Mayoritas masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori sedang (57,94%) dan memiliki tingkat kehilangan gigi dengan kategori rendah (52,34%). Uji korelasi Somers’D menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut baik dapat membentuk perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Perilaku yang baik akan mengurangi terjadinya kehilangan gigi seseorang. Kata Kunci: Kehilangan Gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah terpenuhinya harapan pasien akan mutu kualitas pelayanan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan adalah dengan mengukur kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan baik atau buruknya pelayanan yang diterima pasien. Indikator kepuasan pasien dapat dilihat dari kualitas pelayanan dalam teori Parasuraman et.al (1998) yang dibagi menjadi lima dimensi, dimensi tampilan (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan perhatian (empathy). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas pelayanan dokter gigi muda terhadap kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien gigi tiruan sebagian lepasan dokter gigi muda sebanyak 38 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisi data menggunakan analisis univariat dan bivariate menggunakan aplikasi SPSS dengan metode somers’D Hasil: Hasil penelitian didapatkan kualitas pelayanan dokter gigi muda termasuk dalam kategori baik (81,6%), kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan termasuk dalam kategori puas (71,1%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan di RSGM Gusti Hasan Aman Banjarmasin (p = 0,000).Kesimpulan: Semakin baik kualitas pelayanan dokter gigi muda yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan pasien. Kata kunci: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Kepuasan Pasien, Kualitas Pelayanan
{"title":"HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DOKTER GIGI MUDA TERHADAP KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN DI RSGM GUSTI HASAN AMAN BANJARMASIN","authors":"Antung Lutfiliawan, Debby Saputera, Aulia Azizah, Rahmad Arifin, Riky Hamdani","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10745","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10745","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah terpenuhinya harapan pasien akan mutu kualitas pelayanan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan adalah dengan mengukur kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan baik atau buruknya pelayanan yang diterima pasien. Indikator kepuasan pasien dapat dilihat dari kualitas pelayanan dalam teori Parasuraman et.al (1998) yang dibagi menjadi lima dimensi, dimensi tampilan (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan perhatian (empathy). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas pelayanan dokter gigi muda terhadap kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien gigi tiruan sebagian lepasan dokter gigi muda sebanyak 38 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisi data menggunakan analisis univariat dan bivariate menggunakan aplikasi SPSS dengan metode somers’D Hasil: Hasil penelitian didapatkan kualitas pelayanan dokter gigi muda termasuk dalam kategori baik (81,6%), kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan termasuk dalam kategori puas (71,1%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan di RSGM Gusti Hasan Aman Banjarmasin (p = 0,000).Kesimpulan: Semakin baik kualitas pelayanan dokter gigi muda yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan pasien. Kata kunci: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Kepuasan Pasien, Kualitas Pelayanan","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10741
Muhammad Yunanda Anhar, R. H. D. Setyawardhana, Nurdiana Dewi, Aulia Azizah, Didit Aspriyanto
Latar Belakang: Pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat ditingkatkan dengan menambah pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan mengakses aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES sebagai aplikasi digital yang memberikan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan : Menganalisis perbandingan penggunaan aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES terhadap pengetahuan Kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas III SDN Kuripan 2 Banjarmasin. Metode : Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan rancanga pretest dan posttest design, teknik pengambilan sampel Total sampling. Penelitian dilaksanakan di SDN Kuripan 2 Banjarmasin dengan sampel berjumlah 58 siswa. Hasil : Hasil uji wilcoxon pengetahuan pada kelompok HI BOGI didapatkan 0,000 <0,05. Hasil uji wilcoxon pengetahuan pada kelompok SIMANGGIS CELEBES didapatkan 0,000 <0,05. Hasil uji Mann Whitney pada aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES didapat 0,033 <0,05. Kesimpulan : terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut antara aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES pada siswa kelas III SDN Kuripan 2 Banjarmasin usia 8-9 Tahun. Kesimpulan: Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut antara aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES. Kata kunci : Aplikasi HI BOGI, Aplikasi SIMANGGIS CELEBES, Kesehatan Gigi dan Mulut, Teledentistry
{"title":"PERBANDINGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANTARA PENGGUNAAN APLIKASI HI BOGI DAN SIMANGGIS CELEBES","authors":"Muhammad Yunanda Anhar, R. H. D. Setyawardhana, Nurdiana Dewi, Aulia Azizah, Didit Aspriyanto","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10741","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10741","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat ditingkatkan dengan menambah pengetahuan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan mengakses aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES sebagai aplikasi digital yang memberikan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan : Menganalisis perbandingan penggunaan aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES terhadap pengetahuan Kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas III SDN Kuripan 2 Banjarmasin. Metode : Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan rancanga pretest dan posttest design, teknik pengambilan sampel Total sampling. Penelitian dilaksanakan di SDN Kuripan 2 Banjarmasin dengan sampel berjumlah 58 siswa. Hasil : Hasil uji wilcoxon pengetahuan pada kelompok HI BOGI didapatkan 0,000 <0,05. Hasil uji wilcoxon pengetahuan pada kelompok SIMANGGIS CELEBES didapatkan 0,000 <0,05. Hasil uji Mann Whitney pada aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES didapat 0,033 <0,05. Kesimpulan : terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut antara aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES pada siswa kelas III SDN Kuripan 2 Banjarmasin usia 8-9 Tahun. Kesimpulan: Terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut antara aplikasi HI BOGI dan SIMANGGIS CELEBES. Kata kunci : Aplikasi HI BOGI, Aplikasi SIMANGGIS CELEBES, Kesehatan Gigi dan Mulut, Teledentistry","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-03DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10740
Natasya Nurul Izzati, D. Wibowo, Rosihan Adhani, R. H. D. Setyawardhana, Aulia Azizah
Latar Belakang: Maloklusi masih menjadi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia, dengan angka masalah sebesar 80%. Jenis maloklusi yang paling sering ditemui yaitu gigi berjejal. Salah satu faktor penyebab terjadinya maloklusi adalah karies gigi. Masalah karies masih menjadi perhatian di Kalimantan Selatan, dengan prevalensi sebesar 46,9%. Kejadian karies banyak dialami pada periode gigi bercampur, yang rentan terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut. Karies yang tidak dirawat akan mempengaruhi kestabilan oklusi normal gigi-geligi sehingga terjadinya maloklusi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan suatu keparahan pada gigi permanen jika tidak segera dilakukan perawatan. Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat keparahan karies terhadap kejadian maloklusi pada siswa SDN 1 Banua Hanyar di kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional serta analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Jumlah responden adalah sebanyak 39 orang. Hasil: Tingkat keparahan karies berada pada kategori sedang, dengan rata-rata DMF-T sebesar 2,7. Kejadian maloklusi berdasarkan pengukuran Occlusal Index didapatkan kategori maloklusi sedang yang perlu perawatan minor. Hasil uji korelasi Spearman didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,831 (>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan karies terhadap kejadian maloklusi pada siswa SDN 1 Banua Hanyar Kecamatan Pandawan Hulu Sungai Tengah. Kata kunci: Gigi Bercampur, Karies, Maloklusi, Occlusal Index.
背景介绍在印度尼西亚,错颌畸形仍然是一个牙科和口腔问题,问题率高达 80%。最常见的错颌畸形是牙齿拥挤。龋齿是导致错颌畸形的因素之一。在南加里曼丹,龋齿问题仍然令人担忧,发病率为 46.9%。龋齿的发病率主要出现在混合牙时期,这一时期容易出现口腔健康问题。龋齿如不及时治疗,会影响牙齿正常咬合的稳定性,导致咬合不正。如果不及时治疗,这种情况会对恒牙造成严重影响。目标分析 Hulu Sungai Tengah 区 Pandawan 分区 SDN 1 Banua Hanyar 学生龋齿严重程度与错颌畸形发生率之间的关系。研究方法本研究采用横断面分析观察法,数据分析采用斯皮尔曼相关性检验。受访者人数为 39 人。结果龋齿严重程度为中度,平均 DMF-T 为 2.7。根据咬合指数测量得出的错颌畸形发生率为中度错颌畸形,需要进行轻微治疗。斯皮尔曼相关性检验结果的显著性值为 0.831(>0.05)。结论是龋齿严重程度与胡鲁双溪登加省潘达万县巴努阿汉雅 SDN 1 学生的错合畸形发生率之间没有明显关系。 关键词混合牙 龋齿 错牙合畸形 咬合指数
{"title":"HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES TERHADAP KEJADIAN MALOKLUSI PADA ANAK SEKOLAH DASAR","authors":"Natasya Nurul Izzati, D. Wibowo, Rosihan Adhani, R. H. D. Setyawardhana, Aulia Azizah","doi":"10.20527/dentin.v7i3.10740","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/dentin.v7i3.10740","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Maloklusi masih menjadi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia, dengan angka masalah sebesar 80%. Jenis maloklusi yang paling sering ditemui yaitu gigi berjejal. Salah satu faktor penyebab terjadinya maloklusi adalah karies gigi. Masalah karies masih menjadi perhatian di Kalimantan Selatan, dengan prevalensi sebesar 46,9%. Kejadian karies banyak dialami pada periode gigi bercampur, yang rentan terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut. Karies yang tidak dirawat akan mempengaruhi kestabilan oklusi normal gigi-geligi sehingga terjadinya maloklusi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan suatu keparahan pada gigi permanen jika tidak segera dilakukan perawatan. Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat keparahan karies terhadap kejadian maloklusi pada siswa SDN 1 Banua Hanyar di kecamatan Pandawan kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional serta analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. Jumlah responden adalah sebanyak 39 orang. Hasil: Tingkat keparahan karies berada pada kategori sedang, dengan rata-rata DMF-T sebesar 2,7. Kejadian maloklusi berdasarkan pengukuran Occlusal Index didapatkan kategori maloklusi sedang yang perlu perawatan minor. Hasil uji korelasi Spearman didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,831 (>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan karies terhadap kejadian maloklusi pada siswa SDN 1 Banua Hanyar Kecamatan Pandawan Hulu Sungai Tengah. Kata kunci: Gigi Bercampur, Karies, Maloklusi, Occlusal Index.","PeriodicalId":508867,"journal":{"name":"Dentin","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139289710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}