首页 > 最新文献

Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia最新文献

英文 中文
Gangguan Fungsi Penghidu 感官功能受损
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v1i1.14
Khairani Ayunanda Ikhlas Ikhlas, Effy Huriyati
ABSTRACT Introduction: Olfaction is importance as a warning system for environmental hazard such as smoke, leaking natural gas, and spoiled food, so olfactory dysfunction can be fatal. Objectives: To know and understand kind of, pathophysiology, test and management of olfactory dysfunction. Literature: olfactory dysfunction can be anosmia, hyposmia, dysosmia, phantosmia, and parosmia. During this pandemic, olfactory disorders are one of the importance symptomp of corona virus infection. Anamnesis of clinical history smell disorder is importance before psycal examination. Olfactory Assessment can be undertaken using subjective patient report, psychopsycal testing, and electrophysiology or imaging. Management of olfactory dysfunction can be olfactory training, medicamentosa, and surgery according to underlying cause. Conclusion: Olfactory dysfunction caused by various factors, with most common causes being head trauma, respiratory tract infection, and chronic rhinosinusitis. Knowing about olfactory dysfunction and its management is importance to prevent spread of certain viral infection and the fatal condition that can be caused by olfactory dysfunction. Keywords: smell, anosmia, hyposmia, olfactory assessment, corona viral infection
摘要 引言:嗅觉是环境危害(如烟雾、泄漏的天然气和变质的食物)的重要预警系统,因此嗅觉功能障碍可能是致命的。研究目的了解和掌握嗅觉障碍的种类、病理生理学、测试和处理方法。文献:嗅觉功能障碍可分为无嗅症、嗅觉减退症、嗅觉障碍症、幻嗅症和副嗅症。在这一流行病期间,嗅觉障碍是电晕病毒感染的重要症状之一。在进行心理检查之前,对临床嗅觉障碍病史的了解非常重要。嗅觉评估可以通过患者的主观报告、心理测试、电生理学或影像学来进行。嗅觉功能障碍的治疗方法包括嗅觉训练、药物治疗和手术治疗(根据潜在病因而定)。结论嗅觉功能障碍由多种因素引起,最常见的原因是头部外伤、呼吸道感染和慢性鼻炎。了解嗅觉功能障碍及其处理方法对于预防某些病毒感染的传播和嗅觉功能障碍可能导致的致命疾病非常重要。 关键词:嗅觉、无嗅症、嗅觉减退、嗅觉评估、日冕病毒感染
{"title":"Gangguan Fungsi Penghidu","authors":"Khairani Ayunanda Ikhlas Ikhlas, Effy Huriyati","doi":"10.25077/jokli.v1i1.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v1i1.14","url":null,"abstract":"ABSTRACT Introduction: Olfaction is importance as a warning system for environmental hazard such as smoke, leaking natural gas, and spoiled food, so olfactory dysfunction can be fatal. Objectives: To know and understand kind of, pathophysiology, test and management of olfactory dysfunction. Literature: olfactory dysfunction can be anosmia, hyposmia, dysosmia, phantosmia, and parosmia. During this pandemic, olfactory disorders are one of the importance symptomp of corona virus infection. Anamnesis of clinical history smell disorder is importance before psycal examination. Olfactory Assessment can be undertaken using subjective patient report, psychopsycal testing, and electrophysiology or imaging. Management of olfactory dysfunction can be olfactory training, medicamentosa, and surgery according to underlying cause. Conclusion: Olfactory dysfunction caused by various factors, with most common causes being head trauma, respiratory tract infection, and chronic rhinosinusitis. Knowing about olfactory dysfunction and its management is importance to prevent spread of certain viral infection and the fatal condition that can be caused by olfactory dysfunction. Keywords: smell, anosmia, hyposmia, olfactory assessment, corona viral infection","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"78 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139155025","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Diagnosis dan Penatalaksanaan Isolated Plexiform Neurofibroma pada Meatus Akustikus Eksternus 外耳道孤立性丛状神经纤维瘤的诊断与治疗
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v2i1.21
A. Fahmi
Abstrak Pendahuluan: Isolated plexiform neurofibroma merupakan tumor jaringan lunak yang berasal dari perineural yang bisa mengenai banyak selubung saraf. Secara histopatologis plexiform neurofibroma menunjukkan adanya gambaran sel schwann, fibroblast dan sel mast dengan latarbelakang sel myxoid hiposeluler. Plexiform neurofibroma pada telinga luar merupakan kasus yang sangat jarang ditemukan. Plexiform neurofibroma merupakan salah satu penanda dari neurofibromatosis type 1 . Eksisi tumor komplet merupakan tatalaksana yang efektif.  Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus seorang anak laki laki usia 8 tahun dengan benjolan di pinna telinga kiri yang semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu dan berdasarkan hasil CT-Scan mastoid dicurigai adanya soft tissue tumor pada tragus. Dilakukan operasi pembedahan eksisi tumor dalam anestesi umum dan didapatkan tumor ukuran 0,5x0,3x0,2cm.  Hasil Pemeriksaan histopatologi didapatkan hasil dermal nerve sheath myxoma dan pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan sel tumor reaksi positif dengan protein s100 dengan gambaran scattered mengarah ke diagnosis plexiform neurofibroma. Dua bulan setelah operasi tidak tampak ada benjolan tumbuh Kembali dan luka operasi sembuh sempurna. Kesimpulan: Plexiform Neurofibroma pada liang telinga merupakan kasus yang jarang ditemukan. Tatalaksana eksisi secara komplit hingga batas jaringan yang normal memberikan hasil yang memuaskan dan prognosis yang baik. Plexiform neurofibroma bisa mengalami rekurensi dan  transformasi menjadi suatu keganasan. Kata kunci: Isolated plexiform neurofibroma, nerve sheath myxoma, eksisi tumor, Protein S100
摘要 简介:孤立性丛状神经纤维瘤是一种起源于神经周围的软组织肿瘤,可累及多个神经鞘。组织病理学上,丛状神经纤维瘤表现为在低细胞肌样细胞背景下的施旺细胞、成纤维细胞和肥大细胞。外耳丛状神经纤维瘤非常罕见。丛状神经纤维瘤是神经纤维瘤病 1 型的标志之一。彻底切除肿瘤是一种有效的治疗方法。 病例报告:病例:一名 8 岁男孩,左耳耳廓肿块自 6 个月前开始增大,乳突 CT 扫描怀疑是外耳道软组织肿瘤。手术切除肿瘤是在全身麻醉下进行的,发现肿瘤大小为 0.5x0.3x0.2 厘米。 组织病理学检查结果为真皮神经鞘肌瘤,免疫组化检查显示肿瘤细胞与 s100 蛋白呈阳性反应,并伴有散在特征,诊断为丛状神经纤维瘤。术后两个月,肿块未再生长,手术伤口完全愈合。 结论耳道丛状神经纤维瘤是一种罕见病例。完全切除至正常组织边界可获得满意的效果和良好的预后。丛状神经纤维瘤可能会复发并转化为恶性肿瘤。 关键词:神经纤维瘤孤立性丛状神经纤维瘤、神经鞘肌瘤、肿瘤切除、S100 蛋白。
{"title":"Diagnosis dan Penatalaksanaan Isolated Plexiform Neurofibroma pada Meatus Akustikus Eksternus","authors":"A. Fahmi","doi":"10.25077/jokli.v2i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v2i1.21","url":null,"abstract":"Abstrak Pendahuluan: Isolated plexiform neurofibroma merupakan tumor jaringan lunak yang berasal dari perineural yang bisa mengenai banyak selubung saraf. Secara histopatologis plexiform neurofibroma menunjukkan adanya gambaran sel schwann, fibroblast dan sel mast dengan latarbelakang sel myxoid hiposeluler. Plexiform neurofibroma pada telinga luar merupakan kasus yang sangat jarang ditemukan. Plexiform neurofibroma merupakan salah satu penanda dari neurofibromatosis type 1 . Eksisi tumor komplet merupakan tatalaksana yang efektif.  Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus seorang anak laki laki usia 8 tahun dengan benjolan di pinna telinga kiri yang semakin membesar sejak 6 bulan yang lalu dan berdasarkan hasil CT-Scan mastoid dicurigai adanya soft tissue tumor pada tragus. Dilakukan operasi pembedahan eksisi tumor dalam anestesi umum dan didapatkan tumor ukuran 0,5x0,3x0,2cm.  Hasil Pemeriksaan histopatologi didapatkan hasil dermal nerve sheath myxoma dan pemeriksaan imunohistokimia menunjukkan sel tumor reaksi positif dengan protein s100 dengan gambaran scattered mengarah ke diagnosis plexiform neurofibroma. Dua bulan setelah operasi tidak tampak ada benjolan tumbuh Kembali dan luka operasi sembuh sempurna. Kesimpulan: Plexiform Neurofibroma pada liang telinga merupakan kasus yang jarang ditemukan. Tatalaksana eksisi secara komplit hingga batas jaringan yang normal memberikan hasil yang memuaskan dan prognosis yang baik. Plexiform neurofibroma bisa mengalami rekurensi dan  transformasi menjadi suatu keganasan. Kata kunci: Isolated plexiform neurofibroma, nerve sheath myxoma, eksisi tumor, Protein S100","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"18 13","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139155407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Management of Bilateral Sudden Deafness 双侧突发性耳聋的处理
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v1i1.2
Y. Wulandari, Jacky Munilson
Introduction: Sudden deafness or sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) is defined as sensorineural hearing loss of more than 30 dB at three consecutive frequencies within 3 days of onset, often unilateral, and only 0,4-3,4 % of patients with bilateral of sudden deafness. The definite cause of sudden deafness is only found in 10-15% cases and most of the cause was unkown (idiophatic). The management of systemic corticosteroid injection is the first choice in the treatment of SSNHL and can be combined with corticosteroid intratympanic injection. One case reported, A 33-year-old male patient with diagnosis of bilateral sudden deafness which is performed systemic corticosteroids and combined with dexamethasone injection intratympanic with the good result. Keywords: Sudden deafness, sensorineural hearing loss, intratympanic injection   ABSTRAK Pendahuluan: Tuli mendadak didefinisikan sebagai kehilangan pendengaran sensorineural yang lebih dari 30 dB pada 3 frekuensi berturut-turut dalam onset 3 hari, sering unilateral, hanya sekitar 0,4-3,4% dari pasien yang mengalami tuli mendadak bilateral. Penyebab pasti tuli mendadak hanya ditemukan pada 10–15% kasus, sebagian besar penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Tatalaksana injeksi kortikosteroid sistemik menjadi pilihan utama pada tatalaksana tuli mendadak dan dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid injeksi intratimpani. Dilaporkan satu kasus pasien laki-laki, 33 tahun yang didiagnosis dengan tuli mendadak bilateral yang dilakukan terapi kortikosteroid sistemik dan dikombinasikan dengan injeksi deksametason intratimpani dengan hasil yang baik. Kata Kunci: Tuli mendadak, tuli sensorineural, injeksi intratimpani
导言:突发性耳聋或突发性感音神经性听力损失(SSNHL)是指发病 3 天内连续三个频率的感音神经性听力损失超过 30 分贝,通常为单侧,只有 0.4-3.4% 的患者为双侧突发性耳聋。只有 10%-15%的病例找到了突发性耳聋的明确病因,大多数病因不明(特发性)。全身注射皮质类固醇是治疗 SSNHL 的首选方法,也可与鼓室内皮质类固醇注射联合使用。一例 33 岁男性患者被诊断为双侧突发性耳聋,在接受全身皮质类固醇注射的同时,联合地塞米松耳内注射,取得了良好的效果。关键词突发性耳聋 感音神经性听力损失 鼓内注射 ABSTRACT Introduction:突发性耳聋是指发病3天内连续3个频率的感音神经性听力损失超过30分贝,通常为单侧性,只有约0.4%-3.4%的患者为双侧突发性耳聋。只有 10-15% 的病例能找到导致突发性耳聋的确切病因,大多数病因不明(特发性)。全身注射皮质类固醇是治疗突发性耳聋的主要选择,也可与鼓室内皮质类固醇注射联合使用。本文报告了一例被诊断为双侧突发性耳聋的 33 岁男性患者,他在接受全身皮质类固醇治疗的同时,还进行了鼓室内地塞米松注射,并取得了良好的效果。关键词突发性耳聋 感音神经性耳聋 鼓室内注射地塞米松
{"title":"Management of Bilateral Sudden Deafness","authors":"Y. Wulandari, Jacky Munilson","doi":"10.25077/jokli.v1i1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v1i1.2","url":null,"abstract":"Introduction: Sudden deafness or sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) is defined as sensorineural hearing loss of more than 30 dB at three consecutive frequencies within 3 days of onset, often unilateral, and only 0,4-3,4 % of patients with bilateral of sudden deafness. The definite cause of sudden deafness is only found in 10-15% cases and most of the cause was unkown (idiophatic). The management of systemic corticosteroid injection is the first choice in the treatment of SSNHL and can be combined with corticosteroid intratympanic injection. One case reported, A 33-year-old male patient with diagnosis of bilateral sudden deafness which is performed systemic corticosteroids and combined with dexamethasone injection intratympanic with the good result. Keywords: Sudden deafness, sensorineural hearing loss, intratympanic injection   ABSTRAK Pendahuluan: Tuli mendadak didefinisikan sebagai kehilangan pendengaran sensorineural yang lebih dari 30 dB pada 3 frekuensi berturut-turut dalam onset 3 hari, sering unilateral, hanya sekitar 0,4-3,4% dari pasien yang mengalami tuli mendadak bilateral. Penyebab pasti tuli mendadak hanya ditemukan pada 10–15% kasus, sebagian besar penyebabnya tidak diketahui (idiopatik). Tatalaksana injeksi kortikosteroid sistemik menjadi pilihan utama pada tatalaksana tuli mendadak dan dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid injeksi intratimpani. Dilaporkan satu kasus pasien laki-laki, 33 tahun yang didiagnosis dengan tuli mendadak bilateral yang dilakukan terapi kortikosteroid sistemik dan dikombinasikan dengan injeksi deksametason intratimpani dengan hasil yang baik. Kata Kunci: Tuli mendadak, tuli sensorineural, injeksi intratimpani","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"26 57","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139156042","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Ekstirpasi Polip Plika Vokalis Dekstra dengan Laser Dioda 用二极管激光切除德克斯特拉声带息肉
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v1i1.11
Dian Pratama Putra, Novialdi Nukman
Pendahuluan: Polip plika vokalis merupakan suatu lesi jinak, sering terjadi karena penyalahgunaan suara yang berakibat trauma pada plika vokalis. Disfonia merupakan gejala utama kelainan ini. Penatalaksanaan polip plika vokalis dengan terapi konservatif dan tindakan pembedahan. Pada polip plika vokalis yang berukuran besar, tindakan pembedahan menjadi terapi pilihan. Tindakan pembedahan menggunakan laser dioda menjadi pilihan dalam terapi polip plika vokalis, dengan kekurangan dan kelebihannya jika dibandingkan dengan instrumen lainnya. Laporan kasus: Dilaporkan satu kasus polip plika vokalis kanan pada seorang laki-laki usia 62 tahun dengan keluhan utama suara serak. Suara serak pada pasien membaik setelah dilakukan ekstirpasi polip plika vokalis dekstra dengan laser dioda. Kesimpulan: Polip plika vokalis memberikan gejala disfonia. Penyalahgunaan suara dan faktor iritan seperti merokok merupakan penyebab polip plika vokalis. Tindakan ekstirpasi polip plika vokalis dekstra dengan laser dioda memberikan hasil yang memuaskan terhadap keluhan suara pasien. Kata kunci: polip plika vokalis, laser dioda, disfonia, penyalahgunaan suara ABSTRACT Introduction: Vocal cord polyp is a benign lesion, often occurs due to voice abuse resulting in phonotrauma. Dysphonia is the main symptom of this disorder. Management of vocal cord polyps with conservative therapy and surgery. In large vocal cord polyps, surgery is the treatment of choice. Surgery using a diode laser is an option in the therapy of vocal cord polyps, with its advantages and disadvantages when compared to other instruments. Case report: Reported one case of right vocal cord polyp in a 62-year-old man with chief complaint of hoarseness. Hoarseness in the patient improved after surgical therapy with diode laser. Conclusion: Vocal cord polyps will give symptoms of dysphonia. Voice abuse and irritants such as smoking are the causes of vocal cord polyps. Surgery using a diode laser provides satisfactory results for the patient's voice complaints Keywords: vocal cord polyps, diode laser, dysphonia, voice abuse
导言声带息肉是一种良性病变,通常是由于滥用嗓音导致声带受创所致。发音障碍是这种疾病的主要症状。声带息肉可通过保守疗法和手术治疗。对于大的声带息肉,手术是首选治疗方法。使用二极管激光进行手术是治疗声带息肉的一种选择,与其他器械相比,二极管激光有其优缺点。病例报告:报告了一例以声音嘶哑为主诉的 62 岁男性右侧声带息肉病例。在用二极管激光器切除声带外侧息肉后,患者的声音嘶哑症状得到了改善。结论声带息肉会导致发音困难的症状。滥用嗓音和吸烟等刺激性因素是导致声带息肉的原因。用二极管激光切除外侧声带息肉可使患者的嗓音症状得到满意的改善。 关键词:声带息肉;二极管激光;发音障碍;滥用嗓音 ABSTRACT Introduction:声带息肉是一种良性病变,常因滥用嗓音导致语音创伤而发生。发音障碍是这种疾病的主要症状。声带息肉的治疗方法有保守治疗和手术治疗。对于大的声带息肉,手术是首选治疗方法。使用二极管激光器进行手术是治疗声带息肉的一种选择,与其他器械相比,二极管激光器各有利弊。病例报告:报告了一例主诉声音嘶哑的 62 岁男性右声带息肉患者。在使用二极管激光进行手术治疗后,患者的声音嘶哑得到了改善。结论声带息肉会引起发音障碍症状。滥用嗓音和吸烟等刺激因素是导致声带息肉的原因。关键词:声带息肉、二极管激光、发音障碍、嗓音滥用
{"title":"Ekstirpasi Polip Plika Vokalis Dekstra dengan Laser Dioda","authors":"Dian Pratama Putra, Novialdi Nukman","doi":"10.25077/jokli.v1i1.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v1i1.11","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Polip plika vokalis merupakan suatu lesi jinak, sering terjadi karena penyalahgunaan suara yang berakibat trauma pada plika vokalis. Disfonia merupakan gejala utama kelainan ini. Penatalaksanaan polip plika vokalis dengan terapi konservatif dan tindakan pembedahan. Pada polip plika vokalis yang berukuran besar, tindakan pembedahan menjadi terapi pilihan. Tindakan pembedahan menggunakan laser dioda menjadi pilihan dalam terapi polip plika vokalis, dengan kekurangan dan kelebihannya jika dibandingkan dengan instrumen lainnya. Laporan kasus: Dilaporkan satu kasus polip plika vokalis kanan pada seorang laki-laki usia 62 tahun dengan keluhan utama suara serak. Suara serak pada pasien membaik setelah dilakukan ekstirpasi polip plika vokalis dekstra dengan laser dioda. Kesimpulan: Polip plika vokalis memberikan gejala disfonia. Penyalahgunaan suara dan faktor iritan seperti merokok merupakan penyebab polip plika vokalis. Tindakan ekstirpasi polip plika vokalis dekstra dengan laser dioda memberikan hasil yang memuaskan terhadap keluhan suara pasien. Kata kunci: polip plika vokalis, laser dioda, disfonia, penyalahgunaan suara ABSTRACT Introduction: Vocal cord polyp is a benign lesion, often occurs due to voice abuse resulting in phonotrauma. Dysphonia is the main symptom of this disorder. Management of vocal cord polyps with conservative therapy and surgery. In large vocal cord polyps, surgery is the treatment of choice. Surgery using a diode laser is an option in the therapy of vocal cord polyps, with its advantages and disadvantages when compared to other instruments. Case report: Reported one case of right vocal cord polyp in a 62-year-old man with chief complaint of hoarseness. Hoarseness in the patient improved after surgical therapy with diode laser. Conclusion: Vocal cord polyps will give symptoms of dysphonia. Voice abuse and irritants such as smoking are the causes of vocal cord polyps. Surgery using a diode laser provides satisfactory results for the patient's voice complaints Keywords: vocal cord polyps, diode laser, dysphonia, voice abuse","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"3 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139155571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Gambaran Terapi dan Respon Terapi Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang 巴东 M. Djamil 医生医院鼻咽癌治疗和反应概述
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v1i1.26
Raina Maghri Jodie, Sukri Rahman, Aladin Aladin
Pendahuluan: Terapi KNF terdiri atas radioterapi, kemoterapi, maupun kombinasi keduanya. Penilaian terhadap perubahan ukuran tumor menjadi hal yang penting dalam evaluasi klinis terapi kanker. Terdapat kriteria respon tumor yang telah distandarisasi, salah satunya yaitu kriteria WHO. Respon terapi dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu complete response (CR), partial response (PR), progressive disease (PD), dan stable disease (SD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan respon terapi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang mengambil data dari bagian rekam medik dan poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2018 – Desember 2020. Hasil: Hasil didapatkan 28 pasien KNF yang telah selesai menjalani seluruh rangkaian terapi. Dari 28 pasien, 67,8% adalah laki-laki. Kelompok usia paling banyak terdapat pada rentang usia 50-59 tahun (35,7%), berasal dari suku Minang (93%) dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA (78,5%). Sebagian besar pasien didiagnosis dengan stadium IV (57,2%) dengan jenis KNF WHO tipe 3 (82,2%). Pilihan terapi yang paling banyak diberikan pada pasien KNF yaitu kemoterapi neoadjuvan yang dilanjutkan dengan radioterapi (64,3%). Kesimpulan: Hasil respon terapi dari semua pasien KNF yang telah menjalani rangkaian pengobatan adalah CR (46,4%), PR (46,4%), PD (7,2%), dan tidak terdapat pasien dengan SD.
简介KNF 疗法包括放疗、化疗或两者的结合。评估肿瘤大小的变化对癌症治疗的临床评估非常重要。目前已有标准化的肿瘤反应标准,世卫组织标准就是其中之一。治疗反应分为四类:完全反应(CR)、部分反应(PR)、疾病进展(PD)和疾病稳定(SD)。本研究旨在确定巴东 M. Djamil 医生医院对鼻咽癌治疗和反应的描述。方法:本研究是一项描述性观察研究,采用回顾性方法,从 M. Djamil 医生巴东医院的病历科和耳鼻喉-KL 综合诊所获取 2018 年 1 月至 2020 年 12 月期间的数据。结果:结果显示,28 名 KNF 患者完成了整个疗程。在这 28 名患者中,67.8% 为男性。年龄在 50-59 岁之间的患者最多(35.7%),来自米南族(93%),受教育程度最高的是高中生(78.5%)。大多数患者被诊断为 IV 期(57.2%),WHO 3 型 KNF(82.2%)。KNF 患者最常用的治疗方法是新辅助化疗,其次是放疗(64.3%)。结论所有接受过一系列治疗的 KNF 患者的治疗反应结果为 CR(46.4%)、PR(46.4%)、PD(7.2%),没有 SD 患者。
{"title":"Gambaran Terapi dan Respon Terapi Karsinoma Nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang","authors":"Raina Maghri Jodie, Sukri Rahman, Aladin Aladin","doi":"10.25077/jokli.v1i1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v1i1.26","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Terapi KNF terdiri atas radioterapi, kemoterapi, maupun kombinasi keduanya. Penilaian terhadap perubahan ukuran tumor menjadi hal yang penting dalam evaluasi klinis terapi kanker. Terdapat kriteria respon tumor yang telah distandarisasi, salah satunya yaitu kriteria WHO. Respon terapi dikelompokkan menjadi 4 kategori yaitu complete response (CR), partial response (PR), progressive disease (PD), dan stable disease (SD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terapi dan respon terapi karsinoma nasofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang mengambil data dari bagian rekam medik dan poliklinik THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari 2018 – Desember 2020. Hasil: Hasil didapatkan 28 pasien KNF yang telah selesai menjalani seluruh rangkaian terapi. Dari 28 pasien, 67,8% adalah laki-laki. Kelompok usia paling banyak terdapat pada rentang usia 50-59 tahun (35,7%), berasal dari suku Minang (93%) dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA (78,5%). Sebagian besar pasien didiagnosis dengan stadium IV (57,2%) dengan jenis KNF WHO tipe 3 (82,2%). Pilihan terapi yang paling banyak diberikan pada pasien KNF yaitu kemoterapi neoadjuvan yang dilanjutkan dengan radioterapi (64,3%). Kesimpulan: Hasil respon terapi dari semua pasien KNF yang telah menjalani rangkaian pengobatan adalah CR (46,4%), PR (46,4%), PD (7,2%), dan tidak terdapat pasien dengan SD.","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"3 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139155476","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Gambaran Perluasan Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Berdasarkan CT Scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2019-2020 M. Djamil Padang 医生医院 2019-2020 年基于 CT 扫描的晚期鼻咽癌扩展情况概述
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v2i1.27
Salsabilah Arrahman, Sukri Rahman, Tuti Handayani
Karsinoma nasofaring merupakan salah satu keganasan dengan prevalensi terbanyak yang terjadi di Indonesia. Pasien dengan karsinoma nasofaring seringkali datang sudah dalam keadaan stadium lanjut (T3/T4), hal ini disebabkan karena gejala dan tanda keganasan ini pada stadium awal sangat sulit dideteksi. Penyakit ini dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dibutuhkan untuk menentukan staging. Pemeriksaan radiologi yang umum dilakukan pada kasus ini adalah dengan pemeriksaan CT scan nasofaring. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan informasi tentang keberadaan tumor dan daerah perluasan tumor yang masing-masing perluasannya memiliki prognosis yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian mengenai gambaran perluasan karsinoma nasofaring stadium lanjut berdasarkan CT scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis hasil CT scan pada rekam medis pasien. Hasil penelitian didapatkan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T3 adalah infiltrasi ke sinus paranasal sfenoid (28,6%) dan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T4 adalah ekstensi ke intrakranial (83,8%).
鼻咽癌是印度尼西亚最常见的恶性肿瘤之一。鼻咽癌患者通常处于晚期(T3/T4),这是因为这种恶性肿瘤早期的症状和体征很难被发现。这种疾病可以通过病史采集、体格检查和辅助检查来诊断。辅助检查需要通过放射检查来确定分期。在这种情况下,常见的放射检查是鼻咽 CT 扫描。根据检查结果,可以获得有关肿瘤存在和肿瘤扩展的信息,每种情况的预后都不同。因此,需要对 M. Djamil Padang 医生综合医院根据 CT 扫描描述晚期鼻咽癌的扩展情况进行研究。本研究是一项描述性研究,采用定量设计。抽样技术采用总体抽样法。通过分析患者病历上的 CT 扫描结果来收集数据。结果显示,鼻咽癌在T3期向周围组织扩展的分布情况是鼻旁蝶窦浸润(28.6%),鼻咽癌在T4期向周围组织扩展的分布情况是颅内扩展(83.8%)。
{"title":"Gambaran Perluasan Karsinoma Nasofaring Stadium Lanjut Berdasarkan CT Scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2019-2020","authors":"Salsabilah Arrahman, Sukri Rahman, Tuti Handayani","doi":"10.25077/jokli.v2i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v2i1.27","url":null,"abstract":"Karsinoma nasofaring merupakan salah satu keganasan dengan prevalensi terbanyak yang terjadi di Indonesia. Pasien dengan karsinoma nasofaring seringkali datang sudah dalam keadaan stadium lanjut (T3/T4), hal ini disebabkan karena gejala dan tanda keganasan ini pada stadium awal sangat sulit dideteksi. Penyakit ini dapat didiagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dibutuhkan untuk menentukan staging. Pemeriksaan radiologi yang umum dilakukan pada kasus ini adalah dengan pemeriksaan CT scan nasofaring. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, didapatkan informasi tentang keberadaan tumor dan daerah perluasan tumor yang masing-masing perluasannya memiliki prognosis yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian mengenai gambaran perluasan karsinoma nasofaring stadium lanjut berdasarkan CT scan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis hasil CT scan pada rekam medis pasien. Hasil penelitian didapatkan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T3 adalah infiltrasi ke sinus paranasal sfenoid (28,6%) dan distribusi perluasan karsinoma nasofaring ke jaringan sekitar terbanyak pada stadium T4 adalah ekstensi ke intrakranial (83,8%).","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"54 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139155774","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Rinitis Alergi pada Anak 儿童过敏性鼻炎
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v2i1.16
Wahyu Julianda
Pendahuluan: Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi dari mukosa hidung yang diperantai oleh Imunoglobulin E yang ditandai dengan sumbatan hidung, rhinorrhea  dan atau mata gatal dan atau bersin. Kompleksitas dan variabilitas rinitis sangat terlihat pada masa anak, dimana pada saat ini terjadi pematangan anatomis, fisiologis dan imunologis yang menghasilkan pola klinis yang sulit untuk dikaji dan juga dikelola. Tujuan: Memberikan pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan penyakit rinitis alergi pada anak sehingga dapat ditangani dengan tepat dan akurat. Tinjauan Pustaka:  Prevalensi rinitis pada anak usia prasekolah 0-6 tahun bervariasi. Genetika  memainkan peran penting sekitar 20% hingga 30% dari populasi umum dan 10% hingga 15% anak-anak mengalami atopik. Perkembangan penyakit atopik pada anak mengikuti pola atopic march, dimulai dari dermatitis atopik pada saat bayi, kemudian diikuti oleh alergi makanan, rinitis alergi dan asma. Kerjasama yang optimal antara pasien, pengasuh dan tenaga medis yang profesional dapat membantu memaksimalkan respons terhadap pengobatan rinitis alergi pada anak Kesimpulan: Rinitis alergi pada anak lebih bersifat intermiten dan memiliki lebih sedikit gejala tetapi lebih banyak komorbiditas dibandingkan dewasa. Keadaan RA tidak hanya menurunkan kualitas hidup dan kualitas  belajar, tetapi juga meningkatkan risiko beberapa kondisi seperti asma, rinosinusitis dan otitis media efusi. Penatalaksanaan farmakoterapi rinitis alergi dapat menggunakan antihistamin generasi kedua, intranasal kortikosteroid, dekongestan nasal spray, mast stabilizer, irigasi nasal saline dan imunoterapi yang disesuaikan menurut usia dan berat badan. Kata kunci: rinitis alergi pada anak, atopic march, imunoglobulin e
简介过敏性鼻炎是由免疫球蛋白 E 介导的鼻粘膜炎症反应,其特征是鼻塞、流鼻涕和/或眼睛发痒和/或打喷嚏。鼻炎的复杂性和多变性在儿童时期尤为明显,因为儿童在解剖、生理和免疫学方面已趋于成熟,其临床模式难以评估和处理。目的提供儿童过敏性鼻炎的诊断和管理知识,以便对其进行适当和准确的治疗。文献综述: 0-6 岁学龄前儿童鼻炎的发病率各不相同。在普通人群中,约 20% 至 30% 的儿童患有特应性鼻炎,10% 至 15% 的儿童患有特应性鼻炎,遗传在其中起着重要作用。儿童特应性疾病的发展遵循特应性进展模式,首先是婴儿期的特应性皮炎,然后是食物过敏、过敏性鼻炎和哮喘。患者、护理人员和医疗专业人员之间的最佳合作有助于最大限度地提高儿童过敏性鼻炎的治疗效果:与成人相比,儿童过敏性鼻炎更具间歇性,症状较少,但合并症较多。RA 不仅会降低生活和学习质量,还会增加哮喘、鼻炎和中耳炎等多种疾病的风险。过敏性鼻炎的药物治疗可使用第二代抗组胺药、鼻内皮质类固醇激素、减充血剂鼻喷雾剂、肥大稳定剂、生理盐水鼻腔冲洗以及根据年龄和体重调整的免疫疗法。 关键词:小儿过敏性鼻炎、特应性征、免疫球蛋白 e
{"title":"Rinitis Alergi pada Anak","authors":"Wahyu Julianda","doi":"10.25077/jokli.v2i1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v2i1.16","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Rinitis alergi merupakan reaksi inflamasi dari mukosa hidung yang diperantai oleh Imunoglobulin E yang ditandai dengan sumbatan hidung, rhinorrhea  dan atau mata gatal dan atau bersin. Kompleksitas dan variabilitas rinitis sangat terlihat pada masa anak, dimana pada saat ini terjadi pematangan anatomis, fisiologis dan imunologis yang menghasilkan pola klinis yang sulit untuk dikaji dan juga dikelola. Tujuan: Memberikan pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan penyakit rinitis alergi pada anak sehingga dapat ditangani dengan tepat dan akurat. Tinjauan Pustaka:  Prevalensi rinitis pada anak usia prasekolah 0-6 tahun bervariasi. Genetika  memainkan peran penting sekitar 20% hingga 30% dari populasi umum dan 10% hingga 15% anak-anak mengalami atopik. Perkembangan penyakit atopik pada anak mengikuti pola atopic march, dimulai dari dermatitis atopik pada saat bayi, kemudian diikuti oleh alergi makanan, rinitis alergi dan asma. Kerjasama yang optimal antara pasien, pengasuh dan tenaga medis yang profesional dapat membantu memaksimalkan respons terhadap pengobatan rinitis alergi pada anak Kesimpulan: Rinitis alergi pada anak lebih bersifat intermiten dan memiliki lebih sedikit gejala tetapi lebih banyak komorbiditas dibandingkan dewasa. Keadaan RA tidak hanya menurunkan kualitas hidup dan kualitas  belajar, tetapi juga meningkatkan risiko beberapa kondisi seperti asma, rinosinusitis dan otitis media efusi. Penatalaksanaan farmakoterapi rinitis alergi dapat menggunakan antihistamin generasi kedua, intranasal kortikosteroid, dekongestan nasal spray, mast stabilizer, irigasi nasal saline dan imunoterapi yang disesuaikan menurut usia dan berat badan. Kata kunci: rinitis alergi pada anak, atopic march, imunoglobulin e","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"22 25","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139156007","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Diagnosis dan Tatalaksana Esofagitis Korosif 腐蚀性食管炎的诊断与治疗
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v2i1.33
Tika Hakikah
Introduction: Corrosive esophagitis is inflammation of the esophagus that occurs due to exposure to acidic or alkaline corrosive substances. Clinical symptoms is not always correlated with the degree of esophagus injury. The degree based on esophagoscopy findings is important in determining management and prognosis as an accurate predictor of complications to death. Objective: To know the diagnosis and management of corrosive esophagitis. Objective: To know the diagnosis and management of corrosive esophagitis. Literature Review: Corrosive esophagitis is most common in children caused by accidental ingestion, and in adults caused by suicide. Exposure to corrosive substances can be acids (sulfuric acid, hydrochloric acid), bases (potassium hydroxide, sodium hydroxide) and other substances. Esophagoscopy is an important examination to assess the degree of esophageal injury suspected of ingesting corrosive substances. Initial management according to the degree of esophageal injury can be in the form of observation, medical and surgical. Conclusion: Corrosive esophagitis occurs due to ingestion of corrosive substances that cause burns in the esophagus. Esophagoscopy is one of the useful diagnostics for assessing the degree of injury to the esophagus with the best time being carried out in the first 12-48 hours after ingestion of corrosive substances. The initial management of ingested corrosive substances is supportive care, observation and administration of medication or surgery according to the degree of injury to the esophagus.
简介腐蚀性食管炎是由于接触酸性或碱性腐蚀性物质而引起的食管炎症。临床症状并不总是与食管损伤程度相关。根据食管镜检查结果判断食管损伤程度对于确定治疗方法和预后非常重要,因为它能准确预测并发症乃至死亡。目的了解腐蚀性食管炎的诊断和治疗。目的:了解腐蚀性食管炎的诊断和治疗:了解腐蚀性食管炎的诊断和治疗。文献综述:腐蚀性食管炎最常见于意外摄入导致的儿童食管炎和自杀导致的成人食管炎。接触的腐蚀性物质可能是酸(硫酸、盐酸)、碱(氢氧化钾、氢氧化钠)和其他物质。食管镜检查是评估食管损伤程度的一项重要检查,怀疑患者摄入了腐蚀性物质。根据食管损伤的程度,可采取观察、药物治疗和手术治疗等方式进行初步处理。结论腐蚀性食管炎发生的原因是摄入腐蚀性物质导致食管灼伤。食管镜检查是评估食管损伤程度的有效诊断方法之一,最佳时间是在摄入腐蚀性物质后的 12-48 小时内进行。摄入腐蚀性物质后的初步处理方法是支持性护理、观察,并根据食道的损伤程度给予药物或手术治疗。
{"title":"Diagnosis dan Tatalaksana Esofagitis Korosif","authors":"Tika Hakikah","doi":"10.25077/jokli.v2i1.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v2i1.33","url":null,"abstract":"Introduction: Corrosive esophagitis is inflammation of the esophagus that occurs due to exposure to acidic or alkaline corrosive substances. Clinical symptoms is not always correlated with the degree of esophagus injury. The degree based on esophagoscopy findings is important in determining management and prognosis as an accurate predictor of complications to death. Objective: To know the diagnosis and management of corrosive esophagitis. Objective: To know the diagnosis and management of corrosive esophagitis. Literature Review: Corrosive esophagitis is most common in children caused by accidental ingestion, and in adults caused by suicide. Exposure to corrosive substances can be acids (sulfuric acid, hydrochloric acid), bases (potassium hydroxide, sodium hydroxide) and other substances. Esophagoscopy is an important examination to assess the degree of esophageal injury suspected of ingesting corrosive substances. Initial management according to the degree of esophageal injury can be in the form of observation, medical and surgical. Conclusion: Corrosive esophagitis occurs due to ingestion of corrosive substances that cause burns in the esophagus. Esophagoscopy is one of the useful diagnostics for assessing the degree of injury to the esophagus with the best time being carried out in the first 12-48 hours after ingestion of corrosive substances. The initial management of ingested corrosive substances is supportive care, observation and administration of medication or surgery according to the degree of injury to the esophagus.","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"23 56","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139156115","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Gambaran Kadar Pepsin pada Saliva Pasien Refluks Laringofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang 巴东 M. Djamil 医生医院喉咽反流患者唾液中胃蛋白酶水平概览
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v2i1.38
Mutiara Adinda Rahma, Ade Asyari, Yustini Alioes
Laryngopharyngeal reflux (RFL) is a condition of tissue inflammation in the upper aerodigestive tract due to the reflux of gastric and duodenal contents, the symptoms such as post-nasal drip, globus sensation, and heartburn which decrease quality of life. RFL was diagnosed subjectively using the Reflux Symptom Index (RSI) and Reflux Finding Score (RFS). The pepsin levels in saliva that were detected by ELISA can be a sensitive and objective diagnostic marker for RFL because pepsin was only produced by chief cells in the stomach. The purpose of this study was to determine the characteristics of RFL patients based on age, sex, features of complaints in RSI, features of anatomic abnormalities in RFS, and salivary pepsin levels. This study was a descriptive observational retrospective design. From September to October 2022, this study was carried out at the Medical Record Department of RSUP Dr. M. Djamil Padang. The Lemeshow formula was used as the minimum number sampling in this study, 22% was the value of the proportion of events.  The findings of this study revealed that 20 patients with RFL were tested for pepsin levels in saliva at Dr. RSUP. M. Djamil Padang, with nearly the same total number of RFL patients in each age group. The majority of RFL patients (60.0%) were female, and the most common complaint felt by RFL sufferers was post-nasal drip (90.00%). The most common anatomic abnormality was diffuse laryngeal edema (100%), and the mean pepsin levels in saliva was 15.863 ng/mL. Pepsin was found in all samples. Keywords: laringofaringeal reflux, pepsin, saliva
喉咽反流(RFL)是由于胃和十二指肠内容物反流引起的上消化道组织炎症,其症状包括鼻后滴流、球状感觉和烧心,从而降低了生活质量。反流性胃炎是通过反流症状指数(RSI)和反流发现评分(RFS)进行主观诊断的。通过 ELISA 检测唾液中的胃蛋白酶水平可作为胃反流的敏感而客观的诊断指标,因为胃蛋白酶仅由胃中的首领细胞产生。本研究的目的是根据年龄、性别、RSI 主诉特征、RFS 解剖异常特征和唾液胃蛋白酶水平确定 RFL 患者的特征。 本研究采用描述性观察回顾设计。这项研究于 2022 年 9 月至 10 月在 M. Djamil Padang 医生的 RSUP 病历部进行。本研究采用 Lemeshow 公式作为最小数量抽样,22% 为事件比例值。 研究结果显示,20 名 RFL 患者在 Dr. RSUP.M. Djamil Padang进行了唾液中胃蛋白酶水平的检测,每个年龄组的RFL患者总数几乎相同。大多数 RFL 患者(60.0%)为女性,RFL 患者最常见的主诉是鼻后滴流(90.00%)。最常见的解剖异常是喉弥漫性水肿(100%),唾液中胃蛋白酶的平均水平为 15.863 纳克/毫升。所有样本中都发现了胃蛋白酶。 关键词:喉食管反流、胃蛋白酶、唾液
{"title":"Gambaran Kadar Pepsin pada Saliva Pasien Refluks Laringofaring di RSUP Dr. M. Djamil Padang","authors":"Mutiara Adinda Rahma, Ade Asyari, Yustini Alioes","doi":"10.25077/jokli.v2i1.38","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v2i1.38","url":null,"abstract":"Laryngopharyngeal reflux (RFL) is a condition of tissue inflammation in the upper aerodigestive tract due to the reflux of gastric and duodenal contents, the symptoms such as post-nasal drip, globus sensation, and heartburn which decrease quality of life. RFL was diagnosed subjectively using the Reflux Symptom Index (RSI) and Reflux Finding Score (RFS). The pepsin levels in saliva that were detected by ELISA can be a sensitive and objective diagnostic marker for RFL because pepsin was only produced by chief cells in the stomach. The purpose of this study was to determine the characteristics of RFL patients based on age, sex, features of complaints in RSI, features of anatomic abnormalities in RFS, and salivary pepsin levels. This study was a descriptive observational retrospective design. From September to October 2022, this study was carried out at the Medical Record Department of RSUP Dr. M. Djamil Padang. The Lemeshow formula was used as the minimum number sampling in this study, 22% was the value of the proportion of events.  The findings of this study revealed that 20 patients with RFL were tested for pepsin levels in saliva at Dr. RSUP. M. Djamil Padang, with nearly the same total number of RFL patients in each age group. The majority of RFL patients (60.0%) were female, and the most common complaint felt by RFL sufferers was post-nasal drip (90.00%). The most common anatomic abnormality was diffuse laryngeal edema (100%), and the mean pepsin levels in saliva was 15.863 ng/mL. Pepsin was found in all samples. Keywords: laringofaringeal reflux, pepsin, saliva","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"15 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139156585","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Penatalaksanaan Adenoma Pleomorfik Kelenjar Liur Minor Palatum 腭小唾液腺多形性腺瘤的处理方法
Pub Date : 2023-12-26 DOI: 10.25077/jokli.v1i1.9
Rizki Saputra, Sukri Rahman, Yenita Yenita
ABSTRAK Pendahuluan: Adenoma pleomorfik merupakan neoplasma yang paling sering di temukan pada kelenjar liur mayor terutama pada kelenjar liur parotis, sementara pada kelenjar liur minor paling sering ditemukan pada kelenjar liur di palatum. Adenoma Pleomorfik merupakan tumor jinak campuran yang terdiri dari komponen sel epitel, mioepitel dan mesenkim yang tersusun dalam beberapa variasi komponen. Diagnosis tumor ini dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan patologi anatomi. Penatalaksanaan kasus adenoma pleomorfik dengan eksisi tumor secara keseluruhan serta dilakukan follow up untuk mendeteksi kekambuhannya. Laporan kasus: Seorang pasien laki-laki umur 54 tahun dengan benjolan pada palatum sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien ini dilakukan reseksi tumor tanpa rekonstruksi defek sebagai penatalaksanaannya. Histopatologi mengkonfirmasi diagnosis sebagai adenoma pleomorfik. Kesimpulan: Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak tersering pada kelenjar liur, insiden tersering pada kelenjar liur mayor namun jarang ditemukan pada kenjar liur minor. Kata kunci: adenoma pleomorfik, kelenjar liur, tumor palatum
ABSTRACT 简介:多形性腺瘤是主要唾液腺(尤其是腮腺)中最常见的肿瘤,而小唾液腺中最常见的是腭部唾液腺。多形性腺瘤是一种混合性良性肿瘤,由上皮细胞、肌上皮细胞和间质细胞等多种成分组成。这种肿瘤可通过病史采集、体格检查、辅助检查和解剖病理学诊断。对多形性腺瘤病例的处理是完全切除肿瘤,并进行随访以发现复发。病例报告:一名 54 岁的男性患者入院前 10 年就出现了上颚肿块。该患者接受了肿瘤切除术,但未进行缺损重建。组织病理学确诊为多形性腺瘤。结论多形性腺瘤是唾液腺最常见的良性肿瘤,最常见于大唾液腺,但很少发生在小唾液腺。 关键词:多形性腺瘤、唾液腺、腭部肿瘤
{"title":"Penatalaksanaan Adenoma Pleomorfik Kelenjar Liur Minor Palatum","authors":"Rizki Saputra, Sukri Rahman, Yenita Yenita","doi":"10.25077/jokli.v1i1.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jokli.v1i1.9","url":null,"abstract":"ABSTRAK Pendahuluan: Adenoma pleomorfik merupakan neoplasma yang paling sering di temukan pada kelenjar liur mayor terutama pada kelenjar liur parotis, sementara pada kelenjar liur minor paling sering ditemukan pada kelenjar liur di palatum. Adenoma Pleomorfik merupakan tumor jinak campuran yang terdiri dari komponen sel epitel, mioepitel dan mesenkim yang tersusun dalam beberapa variasi komponen. Diagnosis tumor ini dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan patologi anatomi. Penatalaksanaan kasus adenoma pleomorfik dengan eksisi tumor secara keseluruhan serta dilakukan follow up untuk mendeteksi kekambuhannya. Laporan kasus: Seorang pasien laki-laki umur 54 tahun dengan benjolan pada palatum sejak 10 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien ini dilakukan reseksi tumor tanpa rekonstruksi defek sebagai penatalaksanaannya. Histopatologi mengkonfirmasi diagnosis sebagai adenoma pleomorfik. Kesimpulan: Adenoma pleomorfik merupakan tumor jinak tersering pada kelenjar liur, insiden tersering pada kelenjar liur mayor namun jarang ditemukan pada kenjar liur minor. Kata kunci: adenoma pleomorfik, kelenjar liur, tumor palatum","PeriodicalId":103527,"journal":{"name":"Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia","volume":"18 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139156381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Jurnal Otorinolaringologi Kepala dan Leher Indonesia
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1