Pub Date : 2021-04-09DOI: 10.32528/ijhs.v12i2.4870
D. Widayati
Latar Belakang dan Tujuan: Kepatuhan penderita Diabetes Mellitus (DM) dalam manajemen Diabetes tidak terlepas dari faktor informasi dan teman sebaya. Edukasi yang diberikan oleh teman sebaya akan meningkatkan informasi dan pemahaman pasien tentang manajemen pengelolaan DM yang salah satunya berupa manajemen diet dan perawatan mandiri karena merasa saling merasakan hal yang sama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen diabetes berbasis kelompok sebaya terhadap kepatuhan diet dan perawatan mandiri pada penderita DM. Metode: Pra eksperimen menjadi desain dalam penelitian ini dengan melibatkan 16 sampel yang diperoleh melalui purposive sampling. Data kepatuhan diet dan perawatan mandiri dianalisis melalui uji wilcoxon Sign Rank Test. Hasil: Diketahui p value 0,02 (kepatuhan diet), p value 0,01 (perawatan mandiril) pada α 0,005 yang berarti ada beda kepatuhan diet dan perawatan mandiri sebelum dan sesudah diberikan edukasi kelompok sebaya. Simpulan dan Implikasi: Edukasi berbasis kelompok sebaya dapat menigkatkan kepatuhan diet dan perawatan mandiri penderita DM karena edukasi yang diberikan oleh teman sebaya membuat seorang individu lebih dapat menerima dan percaya dengan pemikiran bahwa mereka merasakan hal yang sama. Metode ini dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan intervensi berbasis edukasi dalam menigkatkan kepatuhan diet dan perawatan mandiri penderita DM baik dalam lingkup klinik maupun komunitas.
背景和目的:糖尿病管理中的服从(DM)并不取决于信息因素和同龄人。同龄人提供的教育将增加患者对DM管理的信息和理解,其中之一是饮食管理和自助护理管理,因为他们对彼此有同样的感觉。基于这项研究的目的是了解糖尿病教育管理影响的同辈群体的DM患者对饮食和护理独立合规。方法:预实验是研究中设计涉及16通过purposive抽样的样本。威尔科森标志测试测试分析了饮食合规和自我照顾数据。结果:未知的p value 0.005(服从),p value 0,01(饮食治疗mandiril)在α0.005合规意味着有不同的饮食和同辈群体教育独立之前和之后的治疗。结论与影响:基于同辈群体的教育可以加强DM患者的饮食和自助护理,因为同龄人的教育使个人更容易接受和相信他们也有同样的感觉。这种方法可以应用为一种以教育为基础的干预措施,在临床环境和社区范围内加强DM患者的饮食和自助护理。
{"title":"Edukasi Managemen Diabetes Berbasis Kelompok Sebaya sebagai Upaya Meningkatkan Kepatuhan Diet dan Perawatan Mandiri Penderita Diabetes Mellitus","authors":"D. Widayati","doi":"10.32528/ijhs.v12i2.4870","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/ijhs.v12i2.4870","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Kepatuhan penderita Diabetes Mellitus (DM) dalam manajemen Diabetes tidak terlepas dari faktor informasi dan teman sebaya. Edukasi yang diberikan oleh teman sebaya akan meningkatkan informasi dan pemahaman pasien tentang manajemen pengelolaan DM yang salah satunya berupa manajemen diet dan perawatan mandiri karena merasa saling merasakan hal yang sama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen diabetes berbasis kelompok sebaya terhadap kepatuhan diet dan perawatan mandiri pada penderita DM. Metode: Pra eksperimen menjadi desain dalam penelitian ini dengan melibatkan 16 sampel yang diperoleh melalui purposive sampling. Data kepatuhan diet dan perawatan mandiri dianalisis melalui uji wilcoxon Sign Rank Test. Hasil: Diketahui p value 0,02 (kepatuhan diet), p value 0,01 (perawatan mandiril) pada α 0,005 yang berarti ada beda kepatuhan diet dan perawatan mandiri sebelum dan sesudah diberikan edukasi kelompok sebaya. Simpulan dan Implikasi: Edukasi berbasis kelompok sebaya dapat menigkatkan kepatuhan diet dan perawatan mandiri penderita DM karena edukasi yang diberikan oleh teman sebaya membuat seorang individu lebih dapat menerima dan percaya dengan pemikiran bahwa mereka merasakan hal yang sama. Metode ini dapat diterapkan sebagai salah satu pendekatan intervensi berbasis edukasi dalam menigkatkan kepatuhan diet dan perawatan mandiri penderita DM baik dalam lingkup klinik maupun komunitas.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123466642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-09DOI: 10.32528/ijhs.v12i2.4866
A. Nusantara, A. Kusyairi
Latar Belakang dan Tujuan: Diabetes melitus tipe 1 merupakan kelainan kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh kekurangan insulin absolut. Ketoasidosis diabetikum adalah komplikasi paling sering terjadi yang membutuhkan pengelolaan secara akurat untuk mencegah terjadinya kematian pada pasien dengan DM tipe 1. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi perilaku harian penderita DM tipe 1 yang dapat menjadi pemicu serangan ulang ketoasidosis diabetikum. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan phenomenology. Pengumpulan data dengan cara wawancara tidak terstruktur dan observasi. selanjutnya dilakukan analisis tehnik Van Manen. Partisipan berjumlah 24 orang. Hasil: Empat tema yang dihasilkan sebagai berikut: perilaku makan (jumlah, jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami KAD, perilaku minum (jumlah, jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami KAD, perilaku diit di luar aturan yang dilakukan di luar rumah, stress fisik dan psikologis. Simpulan dan Implikasi: Ketoasidosis diabetikum menjadi salah satu penyebab tingginya mortalitas pada usia anak. Oleh sebab itu penatalaksanaan pada penderita DM tipe 1 penting untuk dilakukan sehingga ketoasidosis tidak terjadi seperti memperhatikan perilaku makan, minum, diit, dan manajemen stress.
{"title":"Daily Behavioural Penderita Diabetes Mellitus Tipe 1 Sebagai Triggers Kekambuhan Ketoasidosis Diabetikum","authors":"A. Nusantara, A. Kusyairi","doi":"10.32528/ijhs.v12i2.4866","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/ijhs.v12i2.4866","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Diabetes melitus tipe 1 merupakan kelainan kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan oleh kekurangan insulin absolut. Ketoasidosis diabetikum adalah komplikasi paling sering terjadi yang membutuhkan pengelolaan secara akurat untuk mencegah terjadinya kematian pada pasien dengan DM tipe 1. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi perilaku harian penderita DM tipe 1 yang dapat menjadi pemicu serangan ulang ketoasidosis diabetikum. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan phenomenology. Pengumpulan data dengan cara wawancara tidak terstruktur dan observasi. selanjutnya dilakukan analisis tehnik Van Manen. Partisipan berjumlah 24 orang. Hasil: Empat tema yang dihasilkan sebagai berikut: perilaku makan (jumlah, jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami KAD, perilaku minum (jumlah, jenis, jam) sebelum terdiagnosa DM atau sebelum mengalami KAD, perilaku diit di luar aturan yang dilakukan di luar rumah, stress fisik dan psikologis. Simpulan dan Implikasi: Ketoasidosis diabetikum menjadi salah satu penyebab tingginya mortalitas pada usia anak. Oleh sebab itu penatalaksanaan pada penderita DM tipe 1 penting untuk dilakukan sehingga ketoasidosis tidak terjadi seperti memperhatikan perilaku makan, minum, diit, dan manajemen stress.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113976894","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/IJHS.V12I1.4861
M. Hasan, Romiko Romiko, Efroliza Efroliza
Latar Belakang dan Tujuan:Proses belajar dan bekerja dalam waktu bersamaan dapat menimbulkan efek negatif karena prosedur perizinan untuk melanjutkan studi sulit di dapatkan calon mahasiswa dari tempat bekerja, tugas yang terlalu banyak, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. National Center of Education Statistics (NCES) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja lebih dari 16 jam ke atas memiliki pengaruh terhadap prestasi yang lebih rendah dibanding yang tidak bekerja.Tujuan penelitianuntuk mengetahui adakah pengaruh status kerja terhadap tingkat stress belajar.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu mencari pengaruh antara variabel status kerja dan tingkat stress, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dan instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada mahasiswa semester VIII PSIK REG B di STIKes Muhammadiyah palembang. Hasil : Didapatkan data pada 64 mahasiswa semester VIII PSIK Reg B STIKes Muhammadiyah Palembang bahwa dari total 32 responden yang bekerja sebanyak 10 (31,3%) responden mengalami stress ringan dan 22 (68,8%) responden mengalami stress berat, sedangkan dari total 32 responden yang tidak bekerja 21 (65,6%) responden mengalami stress ringan, dan 11(34,4%) responden mengalami stress berat. Simpulan dan Implikasi: Hasil uji statistik diperoleh p Value = 0,012 α≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara status kerja terhadap tingkat stress, OR = ,.238 yang berarti bahwa responden yang telah bekerja 0,238 kali berpeluang mengalami stress berat.Latar Belakang dan Tujuan:Proses belajar dan bekerja dalam waktu bersamaan dapat menimbulkan efek negatif karena prosedur perizinan untuk melanjutkan studi sulit di dapatkan calon mahasiswa dari tempat bekerja, tugas yang terlalu banyak, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. National Center of Education Statistics (NCES) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja lebih dari 16 jam ke atas memiliki pengaruh terhadap prestasi yang lebih rendah dibanding yang tidak bekerja.Tujuan penelitianuntuk mengetahui adakah pengaruh status kerja terhadap tingkat stress belajar Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu mencari pengaruh antara variabel status kerja dan tingkat stress, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dan instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada mahasiswa semester VIII PSIK REG B di STIKes Muhammadiyah palembang. Hasil : Didapatkan data pada 64 mahasiswa semester VIII PSIK Reg B STIKes Muhammadiyah Palembang bahwa dari total 32 responden yang bekerja sebanyak 10 (31,3%) responden mengalami stress ringan dan 22 (68,8%) responden mengalami stress berat, sedangkan dari total 32 responden yang tidak bekerja 21 (65,6%) responden mengalami stress ringan, dan 11(34,4%) responden mengalami stress berat.Simpulan dan Implikasi: Hasil uji statistik diperoleh
{"title":"Pengaruh Status Kerja terhadap Tingkat Stress Belajar Mahasiswa Semester VIII","authors":"M. Hasan, Romiko Romiko, Efroliza Efroliza","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4861","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4861","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan:Proses belajar dan bekerja dalam waktu bersamaan dapat menimbulkan efek negatif karena prosedur perizinan untuk melanjutkan studi sulit di dapatkan calon mahasiswa dari tempat bekerja, tugas yang terlalu banyak, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. National Center of Education Statistics (NCES) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja lebih dari 16 jam ke atas memiliki pengaruh terhadap prestasi yang lebih rendah dibanding yang tidak bekerja.Tujuan penelitianuntuk mengetahui adakah pengaruh status kerja terhadap tingkat stress belajar.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu mencari pengaruh antara variabel status kerja dan tingkat stress, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dan instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada mahasiswa semester VIII PSIK REG B di STIKes Muhammadiyah palembang. Hasil : Didapatkan data pada 64 mahasiswa semester VIII PSIK Reg B STIKes Muhammadiyah Palembang bahwa dari total 32 responden yang bekerja sebanyak 10 (31,3%) responden mengalami stress ringan dan 22 (68,8%) responden mengalami stress berat, sedangkan dari total 32 responden yang tidak bekerja 21 (65,6%) responden mengalami stress ringan, dan 11(34,4%) responden mengalami stress berat. Simpulan dan Implikasi: Hasil uji statistik diperoleh p Value = 0,012 α≤0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara status kerja terhadap tingkat stress, OR = ,.238 yang berarti bahwa responden yang telah bekerja 0,238 kali berpeluang mengalami stress berat.Latar Belakang dan Tujuan:Proses belajar dan bekerja dalam waktu bersamaan dapat menimbulkan efek negatif karena prosedur perizinan untuk melanjutkan studi sulit di dapatkan calon mahasiswa dari tempat bekerja, tugas yang terlalu banyak, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. National Center of Education Statistics (NCES) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja lebih dari 16 jam ke atas memiliki pengaruh terhadap prestasi yang lebih rendah dibanding yang tidak bekerja.Tujuan penelitianuntuk mengetahui adakah pengaruh status kerja terhadap tingkat stress belajar Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu mencari pengaruh antara variabel status kerja dan tingkat stress, uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dan instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diberikan pada mahasiswa semester VIII PSIK REG B di STIKes Muhammadiyah palembang. Hasil : Didapatkan data pada 64 mahasiswa semester VIII PSIK Reg B STIKes Muhammadiyah Palembang bahwa dari total 32 responden yang bekerja sebanyak 10 (31,3%) responden mengalami stress ringan dan 22 (68,8%) responden mengalami stress berat, sedangkan dari total 32 responden yang tidak bekerja 21 (65,6%) responden mengalami stress ringan, dan 11(34,4%) responden mengalami stress berat.Simpulan dan Implikasi: Hasil uji statistik diperoleh","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131660735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/ijhs.v12i1.4853
Asmuji Asmuji, Faridah Faridah
Latar Belakang dan Tujuan: Kepuasan pasien merupakan cermin kualitas pelayanan kesehatan yang mereka terima. Pelayanan penting yang dapat menjadi faktor penentu kepuasan pasien adalah pelayanan persiapan pemulangan (discharge planning). Discharge planning merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan guna menyiapkan pasien agar mampu melakukan tindakan mandiri pada waktu sudah keluar rumah sakit. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi indeks kepuasan pasien terhadap pelaksanaan discharge planning oleh perawat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di ruang rawat inap kelas I, II, dan III dua rumah sakit di Kabupaten Jember dengan sampel sebanyak 60 responden diambil secara purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil: Rata-rata nilai harapan pada rumah sakit I adalah 3,6690 dengan rata-rata nilai kenyataan 3,0130. Rata-rata nilai harapan pada rumah sakit II adalah 3,5510 dengan rata-rata nilai kenyataan 2,9730. Indeks kepuasan pasien di rumah sakit I antara harapan dan kenyataan terdapat selisih 0,656 dan di rumah sakit II selisihnya 0,578. Hasil uji statistik (t-test) menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai harapan dan kenyataan, baik di rumah sakit I (p value = 0,004; α.= 0,05) maupun di rumah sakit II (p value = 0,016; α.= 0,05). Simpulan dan Implikasi: Pelaksanaan discharge planning masih belum menjadi budaya yang mengakar pada diri tenaga kesehatan termasuk perawat, sehingga pelaksanaannya belum maksimal dan belum dapat memberikan rasa puas kepada pasien sebagai penerima layanan. Dengan demikian rumah sakit wajib menetapkan kebijakan yang mengatur tentang discharge planning.
{"title":"Indeks Kepuasan Pasien terhadap Pelaksanaan Discharge Planning oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit","authors":"Asmuji Asmuji, Faridah Faridah","doi":"10.32528/ijhs.v12i1.4853","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/ijhs.v12i1.4853","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Kepuasan pasien merupakan cermin kualitas pelayanan kesehatan yang mereka terima. Pelayanan penting yang dapat menjadi faktor penentu kepuasan pasien adalah pelayanan persiapan pemulangan (discharge planning). Discharge planning merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan guna menyiapkan pasien agar mampu melakukan tindakan mandiri pada waktu sudah keluar rumah sakit. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi indeks kepuasan pasien terhadap pelaksanaan discharge planning oleh perawat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di ruang rawat inap kelas I, II, dan III dua rumah sakit di Kabupaten Jember dengan sampel sebanyak 60 responden diambil secara purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil: Rata-rata nilai harapan pada rumah sakit I adalah 3,6690 dengan rata-rata nilai kenyataan 3,0130. Rata-rata nilai harapan pada rumah sakit II adalah 3,5510 dengan rata-rata nilai kenyataan 2,9730. Indeks kepuasan pasien di rumah sakit I antara harapan dan kenyataan terdapat selisih 0,656 dan di rumah sakit II selisihnya 0,578. Hasil uji statistik (t-test) menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai harapan dan kenyataan, baik di rumah sakit I (p value = 0,004; α.= 0,05) maupun di rumah sakit II (p value = 0,016; α.= 0,05). Simpulan dan Implikasi: Pelaksanaan discharge planning masih belum menjadi budaya yang mengakar pada diri tenaga kesehatan termasuk perawat, sehingga pelaksanaannya belum maksimal dan belum dapat memberikan rasa puas kepada pasien sebagai penerima layanan. Dengan demikian rumah sakit wajib menetapkan kebijakan yang mengatur tentang discharge planning. ","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126801435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/ijhs.v12i1.4860
Anisa Wisdayana, Efroliza Efroliza, Anita Apriany
Latar Belakang dan Tujuan: Pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien bagi perawat pelaksana dapat mewujudkan keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jika keselamatan pasien telah dilakukan dengan baik dan efektif maka mutu pelayanan keperawatan melalui aspek keselamatan pasien akan semakin meningkat dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan desain deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel dengan total Sampling sebanyak 43 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dengan cara univariat dan bivariat dengan menggunakan Chi Square. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pelaksanaan timbang terima baik sebanyak 65,1% dan keselamatan pasien baik sebanyak 53,5%. Dengan hasil uji statistik Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai (P value 0,000 0,05). Simpulan dan Implikasi: Ada hubungan pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara Palembang. Penelitian ini diharapkan dapat merancang suatu standar atau prosedur operasional atau uraian tugas khusus timbang terima terkait dengan keselamatan pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana.
{"title":"Hubungan Pelaksanaan Timbang Terima dengan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana","authors":"Anisa Wisdayana, Efroliza Efroliza, Anita Apriany","doi":"10.32528/ijhs.v12i1.4860","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/ijhs.v12i1.4860","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien bagi perawat pelaksana dapat mewujudkan keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jika keselamatan pasien telah dilakukan dengan baik dan efektif maka mutu pelayanan keperawatan melalui aspek keselamatan pasien akan semakin meningkat dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan desain deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel dengan total Sampling sebanyak 43 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dengan cara univariat dan bivariat dengan menggunakan Chi Square. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pelaksanaan timbang terima baik sebanyak 65,1% dan keselamatan pasien baik sebanyak 53,5%. Dengan hasil uji statistik Chi Square yang dilakukan diperoleh nilai (P value 0,000 0,05). Simpulan dan Implikasi: Ada hubungan pelaksanaan timbang terima dengan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RS Bhayangkara Palembang. Penelitian ini diharapkan dapat merancang suatu standar atau prosedur operasional atau uraian tugas khusus timbang terima terkait dengan keselamatan pasien yang dilakukan oleh perawat pelaksana.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130542403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/IJHS.V12I1.4857
Dedeh Husnaniyah, Depi Yulyanti, Rudi ansyah
Latar Belakang dan Tujuan: Stunting di sebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Permasalahan gizi pada periode tersebut akan memunculkan beragam masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada keluarga khusunya anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Metode: penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja puskesmas Kandanghaur Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik accidental sampling sebayak 308 responden. Hasil: sebanyak 16 (5,20%) responden dengan tingkat pendidikan ibu tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar, sebanyak 134 (43,50%) responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 90 (29,20%) responden dengan tingkat pendidikan SMP, sebanyak 61 (19,80%) responden dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 7 (2,30%) responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Sebanyak 116 (38,6%) anak dengan stunting dan sebanyak 189 (61,4%) anak yang tidak stunting. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p value = 0,005 ( 0,05).Simpulan dan Implikasi: tingkat pengetahuan ibu memiliki peranan yang signifikan dengan kejadian stunting. Calon ibu diharapkan dapat meningkatkan pendidikan formalnya, dikarenakan pendidikan merupakan cara praktis agar ibu lebih mudah dalam menyerap informasi kesehatan. Latar Belakang dan Tujuan: Stunting di sebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Permasalahan gizi pada periode tersebut akan memunculkan beragam masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada keluarga khusunya anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.Metode: penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja puskesmas Kandanghaur Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik accidental sampling sebayak 308 responden. Hasil: sebanyak 16 (5,20%) responden dengan tingkat pendidikan ibu tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar, sebanyak 134 (43,50%) responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 90 (29,20%) responden dengan tingkat pendidikan SMP, sebanyak 61 (19,80%) responden dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 7 (2,30%) responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Sebanyak 116 (38,6%) anak dengan stunting dan sebanyak 189 (61,4%) anak yang tidak stunting. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p value = 0,005 ( 0,05).Simpulan dan Implikasi: tingkat pengetahuan ibu memiliki peranan yang signifikan dengan kejadian stunting. Ca
背景和目的:由于长期营养不良和感染在最初1000天内反复出现而引起的发育不良(HPK)。这个时期的营养问题,会带来各种各样的健康问题。母亲的知识水平是满足其独生家庭的营养需求的一个因素。本研究的目的是确定母亲教育水平与发育事件的关系。描述性研究方法:用横截面研究研究草案。人口研究是有实际工作地区的儿童的母亲Kandanghaur印度乡村医院。抽样技术进行抽样accidental sebayak 308的受访者。结果:16(5,20%)受访者的妈妈没有学校/未完成小学教育水平和教育水平,共有134(43,50%)的受访者,多达90(29,20%)小学与初中教育水平,61%的受访者(19,80%)受访者和高中教育水平,多达7(2,30%)的受访者,具有大学教育水平。多达116(38,6%)儿童发育不良和不发育迟缓的儿童中有多达189(61,4%)。有母亲的教育水平和发育事件之间的关系的p value = 0.005(0。05)的价值。结和含义:知识水平发育发生的母亲有显著的作用。准妈妈有望改善正式教育,因为教育是实用的方法,让妈妈更容易吸收健康信息中。背景和目的:在反复感染造成,因为慢性营养不良和发育时期1000 (HPK)生活的第一天。这个时期的营养问题,会带来各种各样的健康问题。知识水平妈妈成为家庭满足营养需求的因素之一,尤其是孩子。本研究的目的是确定母亲教育水平与发育事件的关系。描述性研究方法:用横截面研究研究草案。人口研究是有实际工作地区的儿童的母亲Kandanghaur印度乡村医院。抽样技术进行抽样accidental sebayak 308的受访者。结果:16(5,20%)受访者的妈妈没有学校/未完成小学教育水平和教育水平,共有134(43,50%)的受访者,多达90(29,20%)小学与初中教育水平,61%的受访者(19,80%)受访者和高中教育水平,多达7(2,30%)的受访者,具有大学教育水平。多达116(38,6%)儿童发育不良和不发育迟缓的儿童中有多达189(61,4%)。有母亲的教育水平和发育事件之间的关系的p value = 0.005(0。05)的价值。结和含义:知识水平发育发生的母亲有显著的作用。准妈妈有望改善正式教育,因为教育是实用的方法,让妈妈更容易吸收健康信息中。
{"title":"Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting","authors":"Dedeh Husnaniyah, Depi Yulyanti, Rudi ansyah","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4857","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4857","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Stunting di sebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Permasalahan gizi pada periode tersebut akan memunculkan beragam masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada keluarga khusunya anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting. Metode: penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja puskesmas Kandanghaur Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik accidental sampling sebayak 308 responden. Hasil: sebanyak 16 (5,20%) responden dengan tingkat pendidikan ibu tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar, sebanyak 134 (43,50%) responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 90 (29,20%) responden dengan tingkat pendidikan SMP, sebanyak 61 (19,80%) responden dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 7 (2,30%) responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Sebanyak 116 (38,6%) anak dengan stunting dan sebanyak 189 (61,4%) anak yang tidak stunting. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p value = 0,005 ( 0,05).Simpulan dan Implikasi: tingkat pengetahuan ibu memiliki peranan yang signifikan dengan kejadian stunting. Calon ibu diharapkan dapat meningkatkan pendidikan formalnya, dikarenakan pendidikan merupakan cara praktis agar ibu lebih mudah dalam menyerap informasi kesehatan. Latar Belakang dan Tujuan: Stunting di sebabkan karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Permasalahan gizi pada periode tersebut akan memunculkan beragam masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada keluarga khusunya anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting.Metode: penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita di wilayah kerja puskesmas Kandanghaur Indramayu. Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik accidental sampling sebayak 308 responden. Hasil: sebanyak 16 (5,20%) responden dengan tingkat pendidikan ibu tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar, sebanyak 134 (43,50%) responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 90 (29,20%) responden dengan tingkat pendidikan SMP, sebanyak 61 (19,80%) responden dengan tingkat pendidikan SMA, sebanyak 7 (2,30%) responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi. Sebanyak 116 (38,6%) anak dengan stunting dan sebanyak 189 (61,4%) anak yang tidak stunting. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting dengan nilai p value = 0,005 ( 0,05).Simpulan dan Implikasi: tingkat pengetahuan ibu memiliki peranan yang signifikan dengan kejadian stunting. Ca","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122466136","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang dan Tujuan: Kejadian infeksi virus hepatitis B pada ibu hamil menjadi perhatian khusus, karena selain dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu, juga dapat menularkan pada bayi yang dikandungnya, terutama pada proses kelahiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paket edukasi HbsAg terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester 1 tentang HbsAg. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Group Pretes-Posttest, dengan menggunakan kuesioner, sampel pada penelitian sebanyak 35 responden dengan menggunakan tekhnik total sampling. Hasil: Mayoritas responden berusia 17-25 tahun sejumlah 19 responden (54,29%), sebagian besar ibu primipara sejumlah 23 responden (65,71%), tingkat pendidikan ibu sebagian besar SMP sebanyak 14 responden (40%), dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga sejumlah 21 responden (60%), tingkat pengetahuan ibu tentang HbsAg sebelum diberikan intervensi mayoritas kurang sejumlah 18 responden (51,43%), tingkat pengetahuan setelah intervensi mengalami peningkatan yaitu mayoritas pengetahuan baik sebanyak 24 responden (68,57%), sikap ibu sebelum intervensi mayoritas negatif sebanyak 21 responden (60%), sikap setelah intervensi mengalami peningkatan menjadi positif sejumlah 32 repsonden (91,43%). Hasil uji Wilcoxone diketahui p value 0,000 0,05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil Trimester 1 tentang HBsAg sebelum dan setelah intervensi. Simpulan dan Implikasi: Paket edukasi HbsAg dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester 1 tentang HbsAg. Dengan demikian maka paket edukasi ini dapat digunakan oleh petugas kesehatan sebagai salah satu bentuk intervensi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil agar memahami pentingnya HbsAg.
{"title":"Pengaruh Paket Edukasi HbsAg terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trisemester 1 tentang HbsAg","authors":"Nailah Islahiyah, Kholisotin Kholisotin, Yuana Dwi Agustin","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4858","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4858","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Kejadian infeksi virus hepatitis B pada ibu hamil menjadi perhatian khusus, karena selain dapat menyebabkan masalah kesehatan pada ibu, juga dapat menularkan pada bayi yang dikandungnya, terutama pada proses kelahiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh paket edukasi HbsAg terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester 1 tentang HbsAg. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimen dengan pendekatan One Group Pretes-Posttest, dengan menggunakan kuesioner, sampel pada penelitian sebanyak 35 responden dengan menggunakan tekhnik total sampling. Hasil: Mayoritas responden berusia 17-25 tahun sejumlah 19 responden (54,29%), sebagian besar ibu primipara sejumlah 23 responden (65,71%), tingkat pendidikan ibu sebagian besar SMP sebanyak 14 responden (40%), dan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga sejumlah 21 responden (60%), tingkat pengetahuan ibu tentang HbsAg sebelum diberikan intervensi mayoritas kurang sejumlah 18 responden (51,43%), tingkat pengetahuan setelah intervensi mengalami peningkatan yaitu mayoritas pengetahuan baik sebanyak 24 responden (68,57%), sikap ibu sebelum intervensi mayoritas negatif sebanyak 21 responden (60%), sikap setelah intervensi mengalami peningkatan menjadi positif sejumlah 32 repsonden (91,43%). Hasil uji Wilcoxone diketahui p value 0,000 0,05 yang berarti ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil Trimester 1 tentang HBsAg sebelum dan setelah intervensi. Simpulan dan Implikasi: Paket edukasi HbsAg dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil trimester 1 tentang HbsAg. Dengan demikian maka paket edukasi ini dapat digunakan oleh petugas kesehatan sebagai salah satu bentuk intervensi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil agar memahami pentingnya HbsAg.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132474567","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/IJHS.V12I1.4856
Z. E. Y. Anggraeni, H. Kurniawan, M. Yasin, Anis Dwi Aisyah
Latar Belakang dan Tujuan: Stunting merupakan masalah balita yang saat ini terjadi di berbagai daerah. Terjadinya stunting pada balita sering kali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru terlihat balita tersebut pendek. Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua atau keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Faktor penyebab dari beberapa penelitian diantaramya masalah BBLR, Gizi, infeksi dan lain lain. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis hubungan berat badan lahir, panjang badan lahir dan jenis kelamin pada balita stunting. Metode: Desain penelitian korelasional, dengan populasi balita stunting yang berada diwilayah desa Suci jumlah 58 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini 48 balita dengan teknik sampling simple random sampling. Hasil: Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (54,2%), memiliki riwayat berat badal lahir normal (91,7%), memiliki panjang badan lahir kurang dari 50 (52%). Hasil analisis bivariat menunjukkan pada indikator berat badan lahir P = 0.550, panjang badan lahir P= 0,744 sedangkan pada jenis kelamin P= 0,299 denan demikian semua variable tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Simpulan: Variable yang tidak berhubungan dengan kondisi stunting balita bisa dikarenakan faktor lain yang lebih dominan misal pemenuhan ASI dan pemenuhan gizi anak pada 6 bulan kehidupan pertama, sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor ini.
{"title":"Hubungan Berat Badan Lahir, Panjang Badan Lahir dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Stunting","authors":"Z. E. Y. Anggraeni, H. Kurniawan, M. Yasin, Anis Dwi Aisyah","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4856","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4856","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Stunting merupakan masalah balita yang saat ini terjadi di berbagai daerah. Terjadinya stunting pada balita sering kali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru terlihat balita tersebut pendek. Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua atau keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak. Faktor penyebab dari beberapa penelitian diantaramya masalah BBLR, Gizi, infeksi dan lain lain. Penelitian ini memiliki tujuan menganalisis hubungan berat badan lahir, panjang badan lahir dan jenis kelamin pada balita stunting. Metode: Desain penelitian korelasional, dengan populasi balita stunting yang berada diwilayah desa Suci jumlah 58 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini 48 balita dengan teknik sampling simple random sampling. Hasil: Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (54,2%), memiliki riwayat berat badal lahir normal (91,7%), memiliki panjang badan lahir kurang dari 50 (52%). Hasil analisis bivariat menunjukkan pada indikator berat badan lahir P = 0.550, panjang badan lahir P= 0,744 sedangkan pada jenis kelamin P= 0,299 denan demikian semua variable tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Simpulan: Variable yang tidak berhubungan dengan kondisi stunting balita bisa dikarenakan faktor lain yang lebih dominan misal pemenuhan ASI dan pemenuhan gizi anak pada 6 bulan kehidupan pertama, sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor ini.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132646889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-11DOI: 10.32528/IJHS.V12I1.4852
Diyan Indriyani, S. Wahyuni
Latar Belakang dan Tujuan: Kehamilan merupakan peristiwa penting yang sangat ditunggu dalam keluarga. Keluarga sebagai pendukung utama pada ibu hamil, juga tidak terlepas dari budaya yang diyakininya. Petugas kesehatan memiliki peran dalam membantu ibu hamil dan keluarga agar adaptif dengan budaya yang dimiliki terutama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil, termasuk perilaku ibu dalam monitoring kesejahteraan janin selama di rumah. Penelitian ini memiliki tujuan meningkatkan peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil dan monitoring kesejahteraan janin melalui model Edukasi Maternal-Neonatal (EMN) berbasis family cultural. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperiment dengan sampel ibu hamil di RS Kalisat dan Wilayah Puskesmas Sumbersari Jember sebanyak 100 responden yang diambil secara purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan skala likert. Hasil: Rerata peran petugas kesehatan dalam aplikasi Model EMN terhadap optimalisasi nutrisi ibu hamil pada pre test yaitu 60,51 dan hasil post test 78,30 sedangkan dalam monitoring kesejahteraan janin di rumah rerata peran petugas kesehatan pada pre test yaitu 61,50 dan nilai post test 75,65. Peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil menggunakan analisis T-test didapatkan p-value sebesar 0,01 dan terhadap optimalisasi kemampuan ibu hamil dalam monitoring kesejahteraan janin di rumah didapatkan p value 0,03. Simpulan dan Implikasi: Model EMN berbasis family cultural efektif terhadap peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil dan monitoring kesejahteraan janin. Dengan demikian model ini dapat digunakan oleh petugas kesehatan sebagai upaya preventif terhadap kematian ibu maupun janin.
{"title":"Peran Petugas Kesehatan dalam Optimalisasi Nutrisi Ibu Hamil dan Monitoring Kesejahteraan Janin Melalui Model Edukasi Maternal-Neonatal (EMN) Berbasis Family Cultural","authors":"Diyan Indriyani, S. Wahyuni","doi":"10.32528/IJHS.V12I1.4852","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/IJHS.V12I1.4852","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Kehamilan merupakan peristiwa penting yang sangat ditunggu dalam keluarga. Keluarga sebagai pendukung utama pada ibu hamil, juga tidak terlepas dari budaya yang diyakininya. Petugas kesehatan memiliki peran dalam membantu ibu hamil dan keluarga agar adaptif dengan budaya yang dimiliki terutama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil, termasuk perilaku ibu dalam monitoring kesejahteraan janin selama di rumah. Penelitian ini memiliki tujuan meningkatkan peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil dan monitoring kesejahteraan janin melalui model Edukasi Maternal-Neonatal (EMN) berbasis family cultural. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperiment dengan sampel ibu hamil di RS Kalisat dan Wilayah Puskesmas Sumbersari Jember sebanyak 100 responden yang diambil secara purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan skala likert. Hasil: Rerata peran petugas kesehatan dalam aplikasi Model EMN terhadap optimalisasi nutrisi ibu hamil pada pre test yaitu 60,51 dan hasil post test 78,30 sedangkan dalam monitoring kesejahteraan janin di rumah rerata peran petugas kesehatan pada pre test yaitu 61,50 dan nilai post test 75,65. Peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil menggunakan analisis T-test didapatkan p-value sebesar 0,01 dan terhadap optimalisasi kemampuan ibu hamil dalam monitoring kesejahteraan janin di rumah didapatkan p value 0,03. Simpulan dan Implikasi: Model EMN berbasis family cultural efektif terhadap peran petugas kesehatan dalam optimalisasi nutrisi ibu hamil dan monitoring kesejahteraan janin. Dengan demikian model ini dapat digunakan oleh petugas kesehatan sebagai upaya preventif terhadap kematian ibu maupun janin.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123981028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang dan Tujuan: Salah satu faktor yang menyebabkan begitu banyak korban yang jatuh ketika terjadi bencana gempa bumi dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali tingkat pengetahuan dan sikap yang di miliki oleh siswa dalam menggahadapi bencana gempa bumi. Metode: Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Advent Nias. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 12. Teknik sampling menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan korelasi spearman rho. Hasil: Rerata usia responden adalah 17 tahun sebanyak 17 (53%), sebagian besar jurusan MIA A 34 (25,4%), tingkat pengetahuan sebagian besar cukup 86 (64,2%), sikap sebagian besar negatif 101 (75,4%), hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,000 0,05 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa dalam menghadapi bencana gempa bumi. Simpulan dan Implikasi Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa SMA di Perguruan Advent Nias dalam kategori cukup, namun masih belum bisa untuk mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi bencana gempa bumi. Sementara sikap yang di miliki oleh murid di Perguruan Advent Nias dalam menghadapi bencana gempa bumi masih dalam kategori rendah. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam menghadapi bencana maka perlu diadakan pelatihan atau sosialisasi.
背景和目的:在地震灾难中造成如此多伤亡的因素之一是人们缺乏知识。本研究的目的是挖掘学生应对地震灾害的知识水平和态度。方法:与横截面方法相关的描述性。这项研究是在冒险学校进行的。这项研究的人口是12班的学生。全取样技术采用取样技术。使用的工具是问卷调查。使用rho spearman相关性进行数据分析。结果:平均年龄17岁的受访者是17(53%),大部分专业MIA A 34(25,4%),大部分知识水平不够86(64,2%)101(75,4%)大部分的消极态度,万0。05 p值的检测结果统计数据显示意味着学生知识和态度之间的关系里面面对地震灾害。结和高中学生在大学所拥有的知识影响Nias基督复临安息日会足够的范畴,但仍然不能采取正确的态度去面对地震灾害。然而,研究探险学院学生面对地震灾害时的态度仍然很低。为了提高学生的知识和态度在面对灾难,那么需要培训或社会化举行。
{"title":"Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi","authors":"lino pasaribu","doi":"10.35974/JSK.V6I2.2405","DOIUrl":"https://doi.org/10.35974/JSK.V6I2.2405","url":null,"abstract":"Latar Belakang dan Tujuan: Salah satu faktor yang menyebabkan begitu banyak korban yang jatuh ketika terjadi bencana gempa bumi dikarenakan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali tingkat pengetahuan dan sikap yang di miliki oleh siswa dalam menggahadapi bencana gempa bumi. Metode: Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Sekolah Advent Nias. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 12. Teknik sampling menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data menggunakan korelasi spearman rho. Hasil: Rerata usia responden adalah 17 tahun sebanyak 17 (53%), sebagian besar jurusan MIA A 34 (25,4%), tingkat pengetahuan sebagian besar cukup 86 (64,2%), sikap sebagian besar negatif 101 (75,4%), hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,000 0,05 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa dalam menghadapi bencana gempa bumi. Simpulan dan Implikasi Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa SMA di Perguruan Advent Nias dalam kategori cukup, namun masih belum bisa untuk mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi bencana gempa bumi. Sementara sikap yang di miliki oleh murid di Perguruan Advent Nias dalam menghadapi bencana gempa bumi masih dalam kategori rendah. Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam menghadapi bencana maka perlu diadakan pelatihan atau sosialisasi.","PeriodicalId":120047,"journal":{"name":"The Indonesian Journal of Health Science","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127291889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}