Pub Date : 2021-06-25DOI: 10.53345/bimiki.v9i1.137
Vidya Cynthia Dewi, Nining Sriningsih, L. Winarni
Background:Patient safety is a system designed to improve the overall safety of patient care. One of the goals of patient safety is to improve effective communication, to improve communication effectively, SBAR communication techniques are needed. Objective: To determine the relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. Method: analytic descriptive with cross sectional approach. Respondents were taken using the Accidental Sampling technique, a sample of 108 nurses from the NICU, ICU, IGD and HCU nurses. Results: Chi-square test results obtained p-value = 0.076> 0.05 which means there is no significant relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. Conclusions and recommendations: The results showed no relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. It is expected that health services can implement a formal system and training on effective communication.
{"title":"HUBUNGAN KEPATUHAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR DENGAN KESELAMATAN PASIEN PADA PERAWAT DI RSU KABUPATEN TANGERANG","authors":"Vidya Cynthia Dewi, Nining Sriningsih, L. Winarni","doi":"10.53345/bimiki.v9i1.137","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v9i1.137","url":null,"abstract":"Background:Patient safety is a system designed to improve the overall safety of patient care. One of the goals of patient safety is to improve effective communication, to improve communication effectively, SBAR communication techniques are needed. Objective: To determine the relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. Method: analytic descriptive with cross sectional approach. Respondents were taken using the Accidental Sampling technique, a sample of 108 nurses from the NICU, ICU, IGD and HCU nurses. Results: Chi-square test results obtained p-value = 0.076> 0.05 which means there is no significant relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. Conclusions and recommendations: The results showed no relationship between compliance with the application of SBAR communication with patient safety. It is expected that health services can implement a formal system and training on effective communication.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124410788","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Pendahuluan : Pola asuh orangtua dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini sangat diperlukan, agar anak dapat mengikuti perkembangan teknologi dengan positif. Untuk mendapatkan dampak positif dan menghindarkan anak dari dampak negatif, diperlukan upaya pengelolaan yang baik, tergantung pola asuh orang tua. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 160 siswa menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan variabel dependennya yaitu kecanduan gadget. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar secara langsung kuesioner kepada responden dengan menggunakan kuesioner PSDQ (Parental Style and Dimension Questionnaire) dan SAS (Smartphone Addiction Scale). Hasil: Dari 160 responden, didapatkan bahwa sebagian besar anak mendapatkan pola asuh authoritative dengan persentase 91,2% (146 responden) dengan tingkat adiksii yaitu, adiksi rendah dengan persentase 25,6% (41 responden), adiksi sedang dengan persentase 35,6 % (57 responden), dan adiksi tinggi dengan persentase 30,0 % ( 48 responden). Kesimpulan: Kecanduan gadget yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh jenis pola asuh yang didapatkan. Diharapkan orang tua menerapkan pola asuh yang benar dan sesuai agar anak tidak mengalami kecanduan gadget serta peneliti selanjutnya dapat memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecanduan gadget. Dapat juga memperluas populasi dan sampel untuk memperluas generelisasi. Kata kunci: pola asuh orang tua, kecanduan gadget ABSTRACT Introduction: Parenting parenting in the development of technology and information is now very necessary, so that children can follow the development of technology positively. To get a positive impact and prevent children from negative impacts, good management efforts are needed, depending on the parenting style. Method: This study used a quantitative design with a cross sectional approach. The population in this study were 160 students using simple random sampling technique. The independent variable in this study is parenting while the dependent variable is gadget addiction. Data collection was done by distributing questionnaires directly to respondents using the PSDQ (Parental Style and Dimension Questionnaire) and SAS (Smartphone Addiction Scale) questionnaires. Result: The results of this study indicate that the majority of children who are addicted to gadgets get authoritative parenting with a percentage of 91.2% (146 respondents), consisting of low addiction with a percentage of 25.6% (41 respondents), moderate addiction , 6% (57 respondents), and 30.0% (48 respondents). Conclusion: Gadgets addiction that occurs in adolescents is influenced by the type of parenting that is obtained. It is expected that parents apply appropriate and appropriate parenting so that children do not experience gadget addiction and researchers can then pay atten
{"title":"GAMBARAN POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK DENGAN KECANDUAN GADGET","authors":"Niswatus Sa’ngadah, Yuni Sufyanti Arief, Ilya Krisnana","doi":"10.53345/BIMIKI.V8I2.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V8I2.132","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Pendahuluan : Pola asuh orangtua dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini sangat diperlukan, agar anak dapat mengikuti perkembangan teknologi dengan positif. Untuk mendapatkan dampak positif dan menghindarkan anak dari dampak negatif, diperlukan upaya pengelolaan yang baik, tergantung pola asuh orang tua. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 160 siswa menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan variabel dependennya yaitu kecanduan gadget. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar secara langsung kuesioner kepada responden dengan menggunakan kuesioner PSDQ (Parental Style and Dimension Questionnaire) dan SAS (Smartphone Addiction Scale). \u0000Hasil: Dari 160 responden, didapatkan bahwa sebagian besar anak mendapatkan pola asuh authoritative dengan persentase 91,2% (146 responden) dengan tingkat adiksii yaitu, adiksi rendah dengan persentase 25,6% (41 responden), adiksi sedang dengan persentase 35,6 % (57 responden), dan adiksi tinggi dengan persentase 30,0 % ( 48 responden). \u0000Kesimpulan: Kecanduan gadget yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh jenis pola asuh yang didapatkan. Diharapkan orang tua menerapkan pola asuh yang benar dan sesuai agar anak tidak mengalami kecanduan gadget serta peneliti selanjutnya dapat memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecanduan gadget. Dapat juga memperluas populasi dan sampel untuk memperluas generelisasi. \u0000Kata kunci: pola asuh orang tua, kecanduan gadget \u0000ABSTRACT \u0000Introduction: Parenting parenting in the development of technology and information is now very necessary, so that children can follow the development of technology positively. To get a positive impact and prevent children from negative impacts, good management efforts are needed, depending on the parenting style. \u0000Method: This study used a quantitative design with a cross sectional approach. The population in this study were 160 students using simple random sampling technique. The independent variable in this study is parenting while the dependent variable is gadget addiction. Data collection was done by distributing questionnaires directly to respondents using the PSDQ (Parental Style and Dimension Questionnaire) and SAS (Smartphone Addiction Scale) questionnaires. \u0000Result: The results of this study indicate that the majority of children who are addicted to gadgets get authoritative parenting with a percentage of 91.2% (146 respondents), consisting of low addiction with a percentage of 25.6% (41 respondents), moderate addiction , 6% (57 respondents), and 30.0% (48 respondents). \u0000Conclusion: Gadgets addiction that occurs in adolescents is influenced by the type of parenting that is obtained. It is expected that parents apply appropriate and appropriate parenting so that children do not experience gadget addiction and researchers can then pay atten","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126824354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-26DOI: 10.53345/BIMIKI.V8I2.130
Cintya Della Widyanata, Yuni Sufyanti Arief, Iqlima Dwi Kurnia
Pendahuluan: Status gizi kurang saat ini menjadi masalah universal yang dihadapi di seluruh dunia, terutama Indonesia memiliki masalah gizi yang kompleks. Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap kelainan gizi sebab usia tersebut membutuhkan gizi lebih besar untuk masa pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan pola asuh dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita. Metode:. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Populasi sebesar 1.135 orang dan sampel terdiri dari 114 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pola asuh dalam pemberian makan yang diukur menggunakan kuesioner dan variabel dependen penelitian ini yaitu status gizi balita diukur berdasarkan penilaian status gizi dari WHO. Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s rho dan Chi- square dengan tingkat kemaknaan ρ = 0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita (p=0,001) dan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita (p=0,662). Kesimpulan: Sebagian besar ibu dengan pengetahuan kurang tentang gizi memiliki balita dengan status gizi kurang dan ibu menerapkan pola asuh demokratif dengan status gizi baik pada balita, hal tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan edukasi mengenai pentingnya gizi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak. Kata kunci: pengetahuan, pola asuh dalam pemberian makan, status gizi ABSTRACT Introduction: Poor nutritional status is now a universal problem faced throughout the world, especially Indonesia has complex nutritional problems. Toddler is an age group that was susceptible to nutritional disorders because that age requires greater nutrition for growth period. The purpose of this study was to analyze the relationship between knowledge and parenting in feeding with nutritional status in toddler. Methods: This study used a cross-sectional design. The population of 1,135 people and the sample consisted of 114 respondents with sampling techniques used simple random sampling. The independent variable in this study were the knowledge and parenting style of feeding which was measured used a questionnaire and the dependent variable of this study was the nutritional status of children measured by the assessment of nutritional status of the WHO. Data were analyzed used the Spearman's rho and Chi-square test with significance level ρ = 0.05. Result: The results showed that there was a relationship between knowledge of mothers with nutritional status of children (p = 0.001) and there was no relationship between parenting in feeding and nutritional status in toddler (p = 0.662). Conclusion: Most mothers with insufficient knowledge about nutrition have toddlers with poor nutritional status and mothers applied democratic parenting with good nutritional status
{"title":"GAMBARAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA ASUH DALAM PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KECAMATAN KERTOSONO, KABUPATEN NGANJUK","authors":"Cintya Della Widyanata, Yuni Sufyanti Arief, Iqlima Dwi Kurnia","doi":"10.53345/BIMIKI.V8I2.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V8I2.130","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Status gizi kurang saat ini menjadi masalah universal yang dihadapi di seluruh dunia, terutama Indonesia memiliki masalah gizi yang kompleks. Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap kelainan gizi sebab usia tersebut membutuhkan gizi lebih besar untuk masa pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan pola asuh dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita. \u0000Metode:. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Populasi sebesar 1.135 orang dan sampel terdiri dari 114 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan pola asuh dalam pemberian makan yang diukur menggunakan kuesioner dan variabel dependen penelitian ini yaitu status gizi balita diukur berdasarkan penilaian status gizi dari WHO. Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s rho dan Chi- square dengan tingkat kemaknaan ρ = 0,05. \u0000Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita (p=0,001) dan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dalam pemberian makan dengan status gizi pada balita (p=0,662). \u0000Kesimpulan: Sebagian besar ibu dengan pengetahuan kurang tentang gizi memiliki balita dengan status gizi kurang dan ibu menerapkan pola asuh demokratif dengan status gizi baik pada balita, hal tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan edukasi mengenai pentingnya gizi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak. \u0000Kata kunci: pengetahuan, pola asuh dalam pemberian makan, status gizi \u0000ABSTRACT \u0000Introduction: Poor nutritional status is now a universal problem faced throughout the world, especially Indonesia has complex nutritional problems. Toddler is an age group that was susceptible to nutritional disorders because that age requires greater nutrition for growth period. The purpose of this study was to analyze the relationship between knowledge and parenting in feeding with nutritional status in toddler. \u0000Methods: This study used a cross-sectional design. The population of 1,135 people and the sample consisted of 114 respondents with sampling techniques used simple random sampling. The independent variable in this study were the knowledge and parenting style of feeding which was measured used a questionnaire and the dependent variable of this study was the nutritional status of children measured by the assessment of nutritional status of the WHO. Data were analyzed used the Spearman's rho and Chi-square test with significance level ρ = 0.05. \u0000Result: The results showed that there was a relationship between knowledge of mothers with nutritional status of children (p = 0.001) and there was no relationship between parenting in feeding and nutritional status in toddler (p = 0.662). \u0000Conclusion: Most mothers with insufficient knowledge about nutrition have toddlers with poor nutritional status and mothers applied democratic parenting with good nutritional status ","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132686043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-26DOI: 10.53345/BIMIKI.V8I2.143
Sri Handayani, Rina puspita Sari, Wibisono Wibisono
ABSTRACTIntroduction: 52.31% of the number of health complaints in elderly women is higher than the percentage of elderly men is 49, 74%. Changes that occur in the elderly tend to decrease in physical, psychological, psychosocial systems. This requires an action activity that can reach all aspects of the decline that is by doing elderly gymnastics. The purpose of this research to identify the benefits of elderly exercise on the quality of life of the elderly. Research methods by using literature review as a guide to search for research articles obtained from the internet using the Science Direct site, and Google Scholar. The results analysis of 10 selected research articles shows that elderly exercise can have several benefits, namely: physical benefits can improve physical fitness, body balance, breathing, and decreased blood pressure in elderly hypertension. Psychological benefits can improve sleep quality, decrease insomnia levels, decrease depression levels, reduce stress levels, and manage pain. Social and environmental benefits. Elderly exercise 3 times a week with a minimum duration of 30 minutes and a maximum of 40 minutes with a time of> 4 weeks will be more effective in getting many benefits.
{"title":"LITERATURE REVIEW MANFAAT SENAM LANSIA TERHADAP KUALITAS HIDUP LANSIA","authors":"Sri Handayani, Rina puspita Sari, Wibisono Wibisono","doi":"10.53345/BIMIKI.V8I2.143","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V8I2.143","url":null,"abstract":"ABSTRACTIntroduction: 52.31% of the number of health complaints in elderly women is higher than the percentage of elderly men is 49, 74%. Changes that occur in the elderly tend to decrease in physical, psychological, psychosocial systems. This requires an action activity that can reach all aspects of the decline that is by doing elderly gymnastics. The purpose of this research to identify the benefits of elderly exercise on the quality of life of the elderly. Research methods by using literature review as a guide to search for research articles obtained from the internet using the Science Direct site, and Google Scholar. The results analysis of 10 selected research articles shows that elderly exercise can have several benefits, namely: physical benefits can improve physical fitness, body balance, breathing, and decreased blood pressure in elderly hypertension. Psychological benefits can improve sleep quality, decrease insomnia levels, decrease depression levels, reduce stress levels, and manage pain. Social and environmental benefits. Elderly exercise 3 times a week with a minimum duration of 30 minutes and a maximum of 40 minutes with a time of> 4 weeks will be more effective in getting many benefits.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130958145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran emosi, persepsi, gerakan dan prilaku yang terganggu ditandai dengan halusinasi. Anggota keluarga yang menderita skizofrenia tidak hanya menyebabkan ketergantungan saja pada keluarga, akan tetapi berdampak pada stres keluarga yang merawat dan mengurus semua kebutuhan pasien skizofrenia, sehingga dukungan sosial dari keluarga sangat dibutuhkan untuk kesembuhan pasien, jika keluarga mengalami stres maka dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap pasien akan kurang efektif.. Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 2 Kabupaten Sleman. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan deskriptif analitik menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik purposive sampling. Populasi penelitian sebanyak 80 pasien yang mengalami skizofrenia yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 2. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 67 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dukungan sosial dan kuesioner tingkat stres Uji statistik yang digunakan yaitu Kendall Tau. Hasil: Dukungan sosial termasuk kategori sedang mayoritas 33 responden (49,3). Tingkat stres yang dialami keluarga termasuk dalam kategori sedang mayoritas 39 responden (58,2). Hasil analisis dengan uji Kendall Tau menunjukan tidak ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia (0,292 > 0,05). Kesimpulan: Tidak ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Gamping 2 Kabupaten Sleman
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT STRES KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING 2 KABUPATEN SLEMAN","authors":"Firman Anugrah Protomo, Imram Radne Rimba Putri, Muhamad Irfanudin","doi":"10.53345/BIMIKI.V8I2.127","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V8I2.127","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran emosi, persepsi, gerakan dan prilaku yang terganggu ditandai dengan halusinasi. Anggota keluarga yang menderita skizofrenia tidak hanya menyebabkan ketergantungan saja pada keluarga, akan tetapi berdampak pada stres keluarga yang merawat dan mengurus semua kebutuhan pasien skizofrenia, sehingga dukungan sosial dari keluarga sangat dibutuhkan untuk kesembuhan pasien, jika keluarga mengalami stres maka dukungan sosial yang diberikan keluarga terhadap pasien akan kurang efektif.. \u0000Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 2 Kabupaten Sleman. \u0000Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan deskriptif analitik menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan teknik purposive sampling. Populasi penelitian sebanyak 80 pasien yang mengalami skizofrenia yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 2. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 67 responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner dukungan sosial dan kuesioner tingkat stres Uji statistik yang digunakan yaitu Kendall Tau. \u0000Hasil: Dukungan sosial termasuk kategori sedang mayoritas 33 responden (49,3). Tingkat stres yang dialami keluarga termasuk dalam kategori sedang mayoritas 39 responden (58,2). Hasil analisis dengan uji Kendall Tau menunjukan tidak ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia (0,292 > 0,05). \u0000Kesimpulan: Tidak ada hubungan dukungan sosial dengan tingkat stres keluarga dalam merawat pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Gamping 2 Kabupaten Sleman","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127096358","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-27DOI: 10.53345/bimiki.v8i1.123
Eka Nadya Rahmania, Jum Natosba, Karolin Adhisty
Kanker serviks merupakan masalah global terkait penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kesakitan hingga kematian pada wanita. Penderita kanker serviks umumnya mengalami keluhan nyeri dan kecemasan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu bentuk penerapan perawatan paliatif dengan kualitas hidup sebagai prioritas pengobatan untuk pasien dengan penyakit kronik seperti kanker serviks ialah Progressive Muscle Relaxation. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks. Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan pra eksperimental dalam klasifikasi one group pretest and posttest design. Sampel penelitian berjumlah 16 orang responden kanker serviks yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis skala nyeri dan skor kecemasan menggunakan uji paired t-test dan uji alternatif wilcoxon menunjukkan bahwa Progressive Muscle Relaxation dapat menurunkan skala nyeri dan skor kecemasan dengan p-value=0,000. Progressive Muscle Relaxation dapat merangsang sistem saraf parasimpatis yang akan mengontrol aktivitas dan mempengaruhi neurotransmitter yang mengantarkan ke sistem saraf pusat. Stimulus tersebut dapat memacu pelepasan hormon endorphin yang menimbulkan ketegangan otot berkurang sehingga tubuh menjadi relaks dan energi positif akan muncul. Energi tersebut akan menghambat jalur ujung-ujung saraf yang menimbulkan nyeri dan kecemasan sehingga tidak dapat diinterpretasikan oleh tubuh. Mekanisme tersebut dapat mengatasi keluhan nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks. Progressive Muscle Relaxation dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri khususnya perawatan paliatif bagi pasien kanker serviks guna beradaptasi dengan keluhan nyeri dan kecemasan.
{"title":"PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION SEBAGAI PENERAPAN PALLIATIF CARE TERHADAP NYERI DAN KECEMASAN PASIEN KANKER SERVIKS","authors":"Eka Nadya Rahmania, Jum Natosba, Karolin Adhisty","doi":"10.53345/bimiki.v8i1.123","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i1.123","url":null,"abstract":"Kanker serviks merupakan masalah global terkait penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kesakitan hingga kematian pada wanita. Penderita kanker serviks umumnya mengalami keluhan nyeri dan kecemasan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Salah satu bentuk penerapan perawatan paliatif dengan kualitas hidup sebagai prioritas pengobatan untuk pasien dengan penyakit kronik seperti kanker serviks ialah Progressive Muscle Relaxation. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks. Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan pra eksperimental dalam klasifikasi one group pretest and posttest design. Sampel penelitian berjumlah 16 orang responden kanker serviks yang diambil dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis skala nyeri dan skor kecemasan menggunakan uji paired t-test dan uji alternatif wilcoxon menunjukkan bahwa Progressive Muscle Relaxation dapat menurunkan skala nyeri dan skor kecemasan dengan p-value=0,000. Progressive Muscle Relaxation dapat merangsang sistem saraf parasimpatis yang akan mengontrol aktivitas dan mempengaruhi neurotransmitter yang mengantarkan ke sistem saraf pusat. Stimulus tersebut dapat memacu pelepasan hormon endorphin yang menimbulkan ketegangan otot berkurang sehingga tubuh menjadi relaks dan energi positif akan muncul. Energi tersebut akan menghambat jalur ujung-ujung saraf yang menimbulkan nyeri dan kecemasan sehingga tidak dapat diinterpretasikan oleh tubuh. Mekanisme tersebut dapat mengatasi keluhan nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks. Progressive Muscle Relaxation dapat dijadikan sebagai intervensi mandiri khususnya perawatan paliatif bagi pasien kanker serviks guna beradaptasi dengan keluhan nyeri dan kecemasan.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121416918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to analyze the effectiveness of training on the knowledge and skills of soccer players about pre-hospital management of fracture management. This study used a pre-experimental approach to the pretest-posttest. The sample in this study was 32 soccer players. The sample collection technique uses purposive sampling. The instrument in this study was a closed-ended questionnaire and observation sheet. The results of statistical tests using the Wilcoxon test with a significance level of 0.05 obtained p-value <0.001. The results of this study indicate that training with simulation methods about pre-hospital management of fracture management is effective in increasing the knowledge and skills of soccer players, and this knowledge is needed to anticipate disability due to injury from a soccer athlete due to fractures with pre-hospital management done in a good and right way.
{"title":"EFFECTIVENESS OF PRE-HOSPITAL MANAGEMENT TRAINING OF BONE FRACTURE MANAGEMENT ON KNOWLEDGE AND SKILLS OF SOCCER PLAYERS","authors":"Ellan Kukuh Nurdiansyah, Janes Jainurakhma, Hardianto Hardianto","doi":"10.53345/bimiki.v8i1.124","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i1.124","url":null,"abstract":"This study aims to analyze the effectiveness of training on the knowledge and skills of soccer players about pre-hospital management of fracture management. This study used a pre-experimental approach to the pretest-posttest. The sample in this study was 32 soccer players. The sample collection technique uses purposive sampling. The instrument in this study was a closed-ended questionnaire and observation sheet. The results of statistical tests using the Wilcoxon test with a significance level of 0.05 obtained p-value <0.001. The results of this study indicate that training with simulation methods about pre-hospital management of fracture management is effective in increasing the knowledge and skills of soccer players, and this knowledge is needed to anticipate disability due to injury from a soccer athlete due to fractures with pre-hospital management done in a good and right way.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121631582","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus meningkat setiap tahunnya. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Banyak efek yang ditimbulkan oleh ulkus diabetik diantaranya meningkatnya risiko amputasi, menurunkan kualitas hidup pasien dan risiko harga diri rendah pun rentan terjadi. Banyak metode yang telah digunakan untuk menyelesaikan masalah ulkus diabetik, diantaranya menggunakan ekstrak cacing tanah (Pheretima aspergillum ). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cacing tanah dapat meningkatkan persentase kontraksi luka dan densitas akson perifer pada ulkus diabetik. Namun tak semua pasien bersedia melakukan perawatan dengan menggunakan esktrak cacing tanah. Hal tersebut bisa dikarenakan rasa ketidaksukaan yang timbul pada cacing. Oleh karena itu, penelitian terkait perawatan Ulkus diabetik dengan menggunakan habbatus sauda dan madu dapat menjadi salah satu solusi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak menggunakan kombinasi antara keduanya melainkan hanya salah satunya saja. Penulis menawarkan ide berupa kombinasi antara habbatus sauda dan madu sebagai alternatif topikal ulkus diabetik. Dalam melakukan penatalaksanaan ulkus diabetik, terdapat tiga prinsip utama manajemen Ulkus diabetik yaitu debridement, off-loading dan control infeksi. Berdasarkan prinsip utama manajemen Ulkus diabetik, madu berperan dalam prinsip debridement. Madu memiliki sifat yang lembab (moist ) sehingga proses debridement mudah dilakukan serta mempercepat reepitelisasi jaringan. Habbatus sauda berguna dalam proses control infeksi. Kandungan senyawa aktif thymoquinone yang terdapat didalamnya berperan sebagai antibakteri dan antiimflamasi sehingga dapat menjadi antimicrobial pada ulkus diabetic. Sedangkan off-loading tidak menjadi fokus penulis dikarenakan manajemen off-loading bergantung kepada aktivitas pasien dalam keseharian. Kombinasi habbatus sauda dan madu dapat digunakan sebagai alternatif topical dalam perawatan ulkus diabetik dikarenakan pada habbatus sauda dan madu terdapat komponen yang dibutuhkan dalam manajemen ulkus diabetik. Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan ulkus diabetic menggunakan habbatus sauda dan madu sangat bergantung kepada grade ulkus diabetic, semakin kecil grade ulkus maka semakin cepat proses penyembuhan terjadi. Desain dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan kelompok pembanding (control time series design). Rekomendasi dari penulisan ini adalah adanya penelitian lanjutan terkait kombinasi habbatus sauda dan madu sebagai salah satu alternatif topical untuk mempercepat penyembuhan ulkus diabetik.
{"title":"KOMBINASI HABBATUS SAUDA (NIGELLA SATIVA) DAN MADU SEBAGAI ALTERNATIF TOPIKAL PERAWATAN ULKUS DIABETIK","authors":"Nova Friska","doi":"10.53345/BIMIKI.V7I1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V7I1.26","url":null,"abstract":"Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus meningkat setiap tahunnya. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Banyak efek yang ditimbulkan oleh ulkus diabetik diantaranya meningkatnya risiko amputasi, menurunkan kualitas hidup pasien dan risiko harga diri rendah pun rentan terjadi. Banyak metode yang telah digunakan untuk menyelesaikan masalah ulkus diabetik, diantaranya menggunakan ekstrak cacing tanah (Pheretima aspergillum ). Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ekstrak cacing tanah dapat meningkatkan persentase kontraksi luka dan densitas akson perifer pada ulkus diabetik. Namun tak semua pasien bersedia melakukan perawatan dengan menggunakan esktrak cacing tanah. Hal tersebut bisa dikarenakan rasa ketidaksukaan yang timbul pada cacing. Oleh karena itu, penelitian terkait perawatan Ulkus diabetik dengan menggunakan habbatus sauda dan madu dapat menjadi salah satu solusi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak menggunakan kombinasi antara keduanya melainkan hanya salah satunya saja. Penulis menawarkan ide berupa kombinasi antara habbatus sauda dan madu sebagai alternatif topikal ulkus diabetik. Dalam melakukan penatalaksanaan ulkus diabetik, terdapat tiga prinsip utama manajemen Ulkus diabetik yaitu debridement, off-loading dan control infeksi. Berdasarkan prinsip utama manajemen Ulkus diabetik, madu berperan dalam prinsip debridement. Madu memiliki sifat yang lembab (moist ) sehingga proses debridement mudah dilakukan serta mempercepat reepitelisasi jaringan. Habbatus sauda berguna dalam proses control infeksi. Kandungan senyawa aktif thymoquinone yang terdapat didalamnya berperan sebagai antibakteri dan antiimflamasi sehingga dapat menjadi antimicrobial pada ulkus diabetic. Sedangkan off-loading tidak menjadi fokus penulis dikarenakan manajemen off-loading bergantung kepada aktivitas pasien dalam keseharian. Kombinasi habbatus sauda dan madu dapat digunakan sebagai alternatif topical dalam perawatan ulkus diabetik dikarenakan pada habbatus sauda dan madu terdapat komponen yang dibutuhkan dalam manajemen ulkus diabetik. Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan ulkus diabetic menggunakan habbatus sauda dan madu sangat bergantung kepada grade ulkus diabetic, semakin kecil grade ulkus maka semakin cepat proses penyembuhan terjadi. Desain dalam penelitian ini adalah quasy experiment dengan kelompok pembanding (control time series design). Rekomendasi dari penulisan ini adalah adanya penelitian lanjutan terkait kombinasi habbatus sauda dan madu sebagai salah satu alternatif topical untuk mempercepat penyembuhan ulkus diabetik.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"156 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133808592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Pengobatan orang dengan skizofrenia memerlukan jangka waktu pengobatan yang panjang, meliputi terapi farmakologi maupun terapi psikososial. Kondisi ini memicu potensi terjadinya putus obat yang berakibat kekambuhan orang dengan skizofrenia. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan salah satunya dengan menggunakan teknologi. Salah satu inovasi teknologi tersebut adalah metode pengawasan kepatuhan menggunakan MEMS® cap. Alat ini digunakan untuk melakukan pengawasan kepatuhan minum obat secara elektronik. Metode: Metode penulisan menggunakan non systematic literature review. Hasil: MEMS® cap terbukti efektif digunakan di berbagai negara seperti di Eropa, Amerika, dan Asia dalam menjalankan fungsinya dalam pengawasan kepatuhan pengobatan klien skizofrenia. Kesimpulan: Teknologi (MEMS®) cap merupakan solusi dalam meningkatkan upaya kepatuhan minum obat pada orang dengan skizofrenia dan memudahkan tenaga kesehatan dalam mengawasi penggunaan obat yang dianjurkan. Teknologi ini memberikan kemudahan dengan menyediakan layanan penentuan dosis obat, waktu pengobatan, dan alarm pengingat.
{"title":"ANALISIS FEASIBILITAS MEDICATION EVENT MONITORING SYSTEM CAP DALAM PENINGKATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA ORANG DENGAN SKIZOFRENIA : A LITERATURE REVIEW","authors":"Alfunnafi Alfunnafi, Fahrul Rizzal Rizzal","doi":"10.53345/bimiki.v6i2.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v6i2.29","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Pengobatan orang dengan skizofrenia memerlukan jangka waktu pengobatan yang panjang, meliputi terapi farmakologi maupun terapi psikososial. Kondisi ini memicu potensi terjadinya putus obat yang berakibat kekambuhan orang dengan skizofrenia. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan salah satunya dengan menggunakan teknologi. Salah satu inovasi teknologi tersebut adalah metode pengawasan kepatuhan menggunakan MEMS® cap. Alat ini digunakan untuk melakukan pengawasan kepatuhan minum obat secara elektronik. \u0000 Metode: Metode penulisan menggunakan non systematic literature review. \u0000 Hasil: MEMS® cap terbukti efektif digunakan di berbagai negara seperti di Eropa, Amerika, dan Asia dalam menjalankan fungsinya dalam pengawasan kepatuhan pengobatan klien skizofrenia. \u0000 Kesimpulan: Teknologi (MEMS®) cap merupakan solusi dalam meningkatkan upaya kepatuhan minum obat pada orang dengan skizofrenia dan memudahkan tenaga kesehatan dalam mengawasi penggunaan obat yang dianjurkan. Teknologi ini memberikan kemudahan dengan menyediakan layanan penentuan dosis obat, waktu pengobatan, dan alarm pengingat.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123652931","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan:Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif bekam. Selain biayanya relatif murah dan juga karena perawatan media konvensional yang didukung peralatan canggih tidak bisa menjawab semua kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan, banyak cerita-cerita atau kejadian-kejadian di tengah masyarakat yang membuat banyak orang berpaling kepada pengobatan alternatif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam yaitu faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor pribadi masyarakat, faktor sosial, dan faktor pengetahuan. Metode:Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam metode penyembuhan alternatif bekam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey analitik dengan metode cross sectional study. Penarikan jumlah sampel dengan teknik accidental sampling dengan jumlah 33 responden. Hasil dan Pembahasan:Hasil penelitian berdasarkan nilai mean menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor pribadi masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam dengan nilai mean 13,88; faktor budaya dengan nilai mean 13,79; faktor sosial dengan nilai mean 13,61; faktor psikologis dengan nilai mean 13,48; faktor pengetahuan dengan nilai mean 13,24; dan faktor ekonomi dengan nilai mean 12,33. Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam metode penyembuhan alternatif bekam adalah faktor pribadi masyarakat dengan nilai mean 13,88 dan SD 2,46. Kesimpulan:Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam dengan menggunakan uji determinan.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP MASYARAKAT DALAM MEMILIH PENGOBATAN ALTERNATIF BEKAM","authors":"Kasmawati Kasmawati, Syahrul Muharram","doi":"10.53345/bimiki.v7i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i1.25","url":null,"abstract":"Pendahuluan:Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, salah satu diantaranya adalah pengobatan alternatif bekam. Selain biayanya relatif murah dan juga karena perawatan media konvensional yang didukung peralatan canggih tidak bisa menjawab semua kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan, banyak cerita-cerita atau kejadian-kejadian di tengah masyarakat yang membuat banyak orang berpaling kepada pengobatan alternatif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam yaitu faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis, faktor pribadi masyarakat, faktor sosial, dan faktor pengetahuan. \u0000 Metode:Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam metode penyembuhan alternatif bekam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey analitik dengan metode cross sectional study. Penarikan jumlah sampel dengan teknik accidental sampling dengan jumlah 33 responden. \u0000Hasil dan Pembahasan:Hasil penelitian berdasarkan nilai mean menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor pribadi masyarakat terhadap sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam dengan nilai mean 13,88; faktor budaya dengan nilai mean 13,79; faktor sosial dengan nilai mean 13,61; faktor psikologis dengan nilai mean 13,48; faktor pengetahuan dengan nilai mean 13,24; dan faktor ekonomi dengan nilai mean 12,33. Adapun faktor tertinggi yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam metode penyembuhan alternatif bekam adalah faktor pribadi masyarakat dengan nilai mean 13,88 dan SD 2,46. \u0000 Kesimpulan:Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif bekam dengan menggunakan uji determinan.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133022933","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}