Ayu Rahayu, Patima Patima, Ani Auli Ilmi, Huriati Huriati
Interprofesional Education (IPE) adalah salah satu konsep pendidikan terintegrasi untuk peningkatan kemampuan kolaborasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan kesehatan. Audio visual merupakan salah satu media penyampaian informasi yang menarik dan dapat merangsang lebih banyak indera. Tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya pengaruh pemberian informasi berbasis audio visual terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang Interprofessional Education (IPE) di FKIK UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experiment Design dengan pendekatan Pre-test – Post-test with control group design. Jumlah sampel pada penelitian sebanyak 128 responden pre-test dan post-test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Pada penelitian ini menggunakan2Kuesioneryaitukuesionerpengetahuansebanyak23pertanyaandankuesionersikapsebanyak 15 pertanyaan. Analisa data menggunakan uji statistik Uji Wilcoxon Test. Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Wilcoxon Test jika p< 0,05 yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan informasi berbasis audio visual. Pada kelompok intervensi didapatkan nilai (p= 0,000) atau < 0,05 sedangkan pada kelompok kontrol pengetahuan (p= 0,013) dan sikap pada kelompok kontrol (p= 0,003) atau < 0,05. Peneliti merekomendasikan penggunaan media audio visual dalam pemberian informasi upaya untuk meningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI BERBASIS AUDIOVISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA TENTANG INTERPROFESSIONALEDUCATION (IPE) DI FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR","authors":"Ayu Rahayu, Patima Patima, Ani Auli Ilmi, Huriati Huriati","doi":"10.53345/bimiki.v7i2.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i2.21","url":null,"abstract":"Interprofesional Education (IPE) adalah salah satu konsep pendidikan terintegrasi untuk peningkatan kemampuan kolaborasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan kesehatan. Audio visual merupakan salah satu media penyampaian informasi yang menarik dan dapat merangsang lebih banyak indera. Tujuan dari penelitian ini untuk diketahuinya pengaruh pemberian informasi berbasis audio visual terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa tentang Interprofessional Education (IPE) di FKIK UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experiment Design dengan pendekatan Pre-test – Post-test with control group design. Jumlah sampel pada penelitian sebanyak 128 responden pre-test dan post-test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Pada penelitian ini menggunakan2Kuesioneryaitukuesionerpengetahuansebanyak23pertanyaandankuesionersikapsebanyak \u000015 pertanyaan. Analisa data menggunakan uji statistik Uji Wilcoxon Test. Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji Wilcoxon Test jika p< 0,05 yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan informasi berbasis audio visual. Pada kelompok intervensi didapatkan nilai (p= 0,000) atau < 0,05 sedangkan pada kelompok kontrol pengetahuan (p= 0,013) dan sikap pada kelompok kontrol (p= 0,003) atau < 0,05. Peneliti merekomendasikan penggunaan media audio visual dalam pemberian informasi upaya untuk meningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121392967","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemaparan laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat yang telah dilakukan pada pasien dengan edema serebri dengan cedera kepala traumatik. Laporan kasus ini sejalan dengan laporan kasus tentang penanganan kegawatdaruratan pada pasien edema serebri dengan cedera kepala traumatic yang diungkapkan oleh Suyarsa dan Rahardjo (2012). Meskipun terdapat perbedaan utama terkait penanganan lanjutan antara kedua laporan kasus yang didasarkan pada hasil pemeriksaan diagnostik meliputi hasil pemeriksaan head CT Scan. Pasien yang dilaporkan oleh penulis sebelumnya menunjukkan adanya perdarahan subdural regio frontotemporoparietal kanan dan edema serebri berat dengan midline shift sehingga tindakan lanjutan yang akan dilakukan adalah pembedahan. Sedangkan pasien yang akan dilaporkan oleh penulis hanya mengalami edema serebri tanpa pendarahan sehingga penanganan lanjutan berupa rawat intensif dengan farmakoterapi tanpa pembedahan. Tn. A 22 tahun kiriman dari RS Simeulu dengan cedera kepala traumatik. Keluhan utama adalah penurunan kesadaran Tujuan utama penanganan pasien dengan cedera kepala adalah mencegah peningkatan tekanan intracranial. Manajemen intracranial yang telah dilakukan pada Tn. A meliputi pasien diposisikan Head up 30º, terapi oksigen dengan Non-Rebreathing Mask 9L, resusitasi cairan dengan drip NaCl 0,9% 1 kolf, injeksi midazolam (extra) 5 mg1 amp, pemasangan folley cateter, pemasangan OGT ukuran 16, drip manitol 250 cc/ 30 menit dan injeksi citicolin 1 gr/ 12 jam. 1 jam setelah penanganan kegawat daruratan dilakukan pasien menunjukkan perbaikan status hemodinamik yang dipantau melalui monitor. Manajemen asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn A. dengan cedera kepala traumatik secara umum sudah dilaksanakan secara optimal yaitu dengan melakukan tindakan kegawat daruratan yang bertujuan mencegah peningkatan TIK serta prognosis pasien semakin membaik selama masa rawatan di IGD
本病例报告旨在解释对创伤性脑损伤患者的紧急护理护理所作的解释。该病例报告与Suyarsa和Rahardjo(2012)描述的创伤性脑损伤患者的紧急护理报告一致。尽管基于头部CT扫描的诊断结果的诊断诊断对这两种病例的进一步治疗存在重大差异。作者之前报告的病人表明右额颞叶区硬膜出血性出血和中线位移的重脑水肿,因此接下来的行动将是外科手术。而作者报告的患者只会有无出血的小脑水肿,因此在没有手术的情况下进行重症监护治疗。22岁的西默鲁住院治疗头部外伤。主要的抱怨是意识降低治疗头部受伤患者的主要目的是防止颅内压力增加。intracranial管理做了A先生被包括病人的头向上30º,氧气治疗与Non-Rebreathing面具9L,液体复苏注入kolf 1滴0.9%食盐,咪达唑仑(额外的)5 mg1安培,伙食承办folley OGT 16号安装,安装citicolin滴manitol 250毫升/ 30分钟和狂犬病疫苗1 gr - 12小时。在进行紧急护理一小时后,患者表现出通过显示器监测到的血液动力学状态的改善。A先生的急诊室护理管理基本上是最优的,即采取紧急紧急措施,防止病人在急诊室期间的病情和预后好转
{"title":"ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT EDEMA SEREBRI PADA CEDERA KEPALA TRAUMATIK","authors":"Nova Friska","doi":"10.53345/BIMIKI.V7I1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/BIMIKI.V7I1.27","url":null,"abstract":"Pemaparan laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan gawat darurat yang telah dilakukan pada pasien dengan edema serebri dengan cedera kepala traumatik. Laporan kasus ini sejalan dengan laporan kasus tentang penanganan kegawatdaruratan pada pasien edema serebri dengan cedera kepala traumatic yang diungkapkan oleh Suyarsa dan Rahardjo (2012). Meskipun terdapat perbedaan utama terkait penanganan lanjutan antara kedua laporan kasus yang didasarkan pada hasil pemeriksaan diagnostik meliputi hasil pemeriksaan head CT Scan. Pasien yang dilaporkan oleh penulis sebelumnya menunjukkan adanya perdarahan subdural regio frontotemporoparietal kanan dan edema serebri berat dengan midline shift sehingga tindakan lanjutan yang akan dilakukan adalah pembedahan. Sedangkan pasien yang akan dilaporkan oleh penulis hanya mengalami edema serebri tanpa pendarahan sehingga penanganan lanjutan berupa rawat intensif dengan farmakoterapi tanpa pembedahan. Tn. A 22 tahun kiriman dari RS Simeulu dengan cedera kepala traumatik. Keluhan utama adalah penurunan kesadaran Tujuan utama penanganan pasien dengan cedera kepala adalah mencegah peningkatan tekanan intracranial. Manajemen intracranial yang telah dilakukan pada Tn. A meliputi pasien diposisikan Head up 30º, terapi oksigen dengan Non-Rebreathing Mask 9L, resusitasi cairan dengan drip NaCl 0,9% 1 kolf, injeksi midazolam (extra) 5 mg1 amp, pemasangan folley cateter, pemasangan OGT ukuran 16, drip manitol 250 cc/ 30 menit dan injeksi citicolin 1 gr/ 12 jam. 1 jam setelah penanganan kegawat daruratan dilakukan pasien menunjukkan perbaikan status hemodinamik yang dipantau melalui monitor. Manajemen asuhan keperawatan gawat darurat pada Tn A. dengan cedera kepala traumatik secara umum sudah dilaksanakan secara optimal yaitu dengan melakukan tindakan kegawat daruratan yang bertujuan mencegah peningkatan TIK serta prognosis pasien semakin membaik selama masa rawatan di IGD","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134528268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Komplikasi mikrovaskular yang sering dialami pasien Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan penyembuhan luka. Daun Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, dan alkaloid, sedangkan foam bermanfaat untuk menjaga kelembapan luka yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foam dengan ekstrak daun bakung putih, dalam mempercepat kontraksi luka. Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimenta llaboratory in vivo metode yang digunakan yaitu randomized posttes tonly controlled group design dengan jumlah tikus 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (n=7). Data yang diukur adalah kontraksi luka setelah pemberian dengan rute transdermal, dan dianalisis dengan uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-way ANOVA, uji Posthoc (ujiTukey) dengan tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil: Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA, data persentase luas kontraksi luka menunjukan angka signifikasi (p< 0,05), sehingga terbukti terdapat perbedaan persentase luas kontraksi luka yang signifikan antar kelompok uji. Hasil uji post hoc (uji tukey) kontraksi luka kelompok tikus DM dibaluti foam dengan ekstrak daun bakung putih 0.2 g memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok tikus DM dibaluti foam tanpa ekstrak (p=0,01; α=0,05). Kesimpulan: Simpulan adalah penggunaan CFD (Crinum asiaticum L.) Foam dengan kandungan ekstrak 0.2 g dapat mempercepat kontraksi luka dibandingkan penggunaan foam tanpa ekstrak dan dengan kandungan ekstrak 2 g, serta 4 g.
{"title":"FOAM EKSTRAK DAUN BAKUNG PUTIH (CRINUM ASIATICUM L.) SEBAGAI INOVASI PENYEMBUHANLUKA PADA TIKUS PUTIH JANTAN DIABETES MELITUS","authors":"Ni Made Diska Widayani, Anisa Hanifatin Rahayu","doi":"10.53345/bimiki.v7i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i1.24","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Komplikasi mikrovaskular yang sering dialami pasien Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan penyembuhan luka. Daun Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, dan alkaloid, sedangkan foam bermanfaat untuk menjaga kelembapan luka yang dibutuhkan untuk mempercepat penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh foam dengan ekstrak daun bakung putih, dalam mempercepat kontraksi luka. \u0000 Metode: Penelitian ini menggunakan desain true experimenta llaboratory in vivo metode yang digunakan yaitu randomized posttes tonly controlled group design dengan jumlah tikus 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok (n=7). Data yang diukur adalah kontraksi luka setelah pemberian dengan rute transdermal, dan dianalisis dengan uji normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-way ANOVA, uji Posthoc (ujiTukey) dengan tingkat signifikansi 0,05 (p<0,05) dan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). \u0000 Hasil: Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA, data persentase luas kontraksi luka menunjukan angka signifikasi (p< 0,05), sehingga terbukti terdapat perbedaan persentase luas kontraksi luka yang signifikan antar kelompok uji. Hasil uji post hoc (uji tukey) kontraksi luka kelompok tikus DM dibaluti foam dengan ekstrak daun bakung putih 0.2 g memiliki perbedaan signifikan dengan kelompok tikus DM dibaluti foam tanpa ekstrak (p=0,01; α=0,05). \u0000 Kesimpulan: Simpulan adalah penggunaan CFD (Crinum asiaticum L.) Foam dengan kandungan ekstrak 0.2 g dapat mempercepat kontraksi luka dibandingkan penggunaan foam tanpa ekstrak dan dengan kandungan ekstrak 2 g, serta 4 g.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122847367","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Tingginya jumlah perawat yang bekerja dapat menggambarkan bahwa perawat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan sehingga diperlukan langkah strategis dalam mengelolah tenaga keperawatan kearah yang lebih baik. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan tidak terkelolanya tenaga keperawatan dengan baik adalah ketidakpuasan pada diri perawat sehingga menurunnya kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga kepuasan perawat merupakan indikator yang harus selalu diperhatikan oleh semua pihak terkait. Solusi dari permasalahan ini adalah keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai jenjang karir perawat sebagai perwujudan dalam peningkatan kualitas tenaga keperawatan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan kepuasan tenaga keperawatan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh jenjang karir terhadap kepuasan perawat di rumahsakit. Metode: Tinjauan literatur dan penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa basis data:, 12 artikel dari Google ScholardanPubmeddengan kata kuncijenjangkarirperawat, kinerja, perawat dan kepuasan perawat terhadap jenjang karir. Hasil: Dari hasil review terhadap beberapa jurnal yang masuk dalam criteria inklusi di dapatkan bahwa jenjang karir perawat memiliki efektivitas yang baik terhadap peningkatan kepuasan perawat, hal ini dapat dilihat dengan adanya system pendidikan berkelanjutan serta penghargaan kerja yang dimiliki oleh system jenjang karir.
{"title":"JENJANG KARIR TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT","authors":"Azwar Azwar, Era Fasirah","doi":"10.53345/bimiki.v7i2.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i2.22","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tingginya jumlah perawat yang bekerja dapat menggambarkan bahwa perawat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan sehingga diperlukan langkah strategis dalam mengelolah tenaga keperawatan kearah yang lebih baik. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan tidak terkelolanya tenaga keperawatan dengan baik adalah ketidakpuasan pada diri perawat sehingga menurunnya kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga kepuasan perawat merupakan indikator yang harus selalu diperhatikan oleh semua pihak terkait. Solusi dari permasalahan ini adalah keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia melalui kementerian kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai jenjang karir perawat sebagai perwujudan dalam peningkatan kualitas tenaga keperawatan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan kepuasan tenaga keperawatan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh jenjang karir terhadap kepuasan perawat di rumahsakit. \u0000Metode: Tinjauan literatur dan penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa basis data:, 12 artikel dari Google ScholardanPubmeddengan kata kuncijenjangkarirperawat, kinerja, perawat dan kepuasan perawat terhadap jenjang karir. \u0000Hasil: Dari hasil review terhadap beberapa jurnal yang masuk dalam criteria inklusi di dapatkan bahwa jenjang karir perawat memiliki efektivitas yang baik terhadap peningkatan kepuasan perawat, hal ini dapat dilihat dengan adanya system pendidikan berkelanjutan serta penghargaan kerja yang dimiliki oleh system jenjang karir.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130573816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Musdalipa, Almasari Kanita, Kasmawati Kasmawati
Pendahuluan:United Nations Children’s Fund (UNICEF) (2012) menyatakan bahwa prevalensianak yang menjalaniperawatandi rumahsakitsekitar 84%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) (2015) menyatakan hasil surveinya berdasarkan Angka kesakitan anak di Indonesia menurut kelompok usia 0-2 tahun sebesar15,14%,usia3-5tahun sebesar 25,8%,usia 6-12 tahun sebanyak 13,91%. Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupan anak karena ketika di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka, sehingga anak dapat mengalami kecemasaan akibat perubahan, baik pada status kesehatan maupun lingkungan dalam sehari-hari. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain maggalenceng. Maggalencengceng adalah permainan memindah-mindahkan butir-butir batu atau biji buah asem ke dalam lubang-lubang pada sebidang kayu atau plastik. Metode:Penulisan ini, bersifat library research (penelitian pustaka) yang disajikan secara deskriptif melalui beberapa literatur yang relevan dengan tulisan ini. Hasil dan Pembahasan:Terapi bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan efektif untuk mengatasi stress ketika dirawat di rumah sakit. Bermain maggalenceng dapat merangsang keluarnya hormon kebahagiaan, yaitu endorphin dan serotonin. Endorphin tidak saja digunakan untuk merilekskan bagian otot dan saraf, atau sebagai zat imun kita, melainkan juga mampu megurangi rasa sakit. Serotonin adalah zat yang membantu menjaga suasana hati kita dibawah kontrol pikiran, menenangkan kecemasan, dan mengurangi depresi. Kesimpulan:Terapi bermain maggalenceng efektif digunakan sebagai metode untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah. Selain mampu mengaktifkan otak anak dan menurunkan kecemasan, maggalenceng juga memiliki nilai kearifan lokal dan mengandung nilai-nilai budaya tradisional Indonesia.
{"title":"TERAPI BERMAIN MAGGALENCENG SEBAGAI METODE UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI: A LITERATURE REVIEW","authors":"M. Musdalipa, Almasari Kanita, Kasmawati Kasmawati","doi":"10.53345/bimiki.v7i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i1.23","url":null,"abstract":"Pendahuluan:United Nations Children’s Fund (UNICEF) (2012) menyatakan bahwa prevalensianak yang menjalaniperawatandi rumahsakitsekitar 84%. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) (2015) menyatakan hasil surveinya berdasarkan Angka kesakitan anak di Indonesia menurut kelompok usia 0-2 tahun sebesar15,14%,usia3-5tahun sebesar 25,8%,usia 6-12 tahun sebanyak 13,91%. Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupan anak karena ketika di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka, sehingga anak dapat mengalami kecemasaan akibat perubahan, baik pada status kesehatan maupun lingkungan dalam sehari-hari. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain maggalenceng. Maggalencengceng adalah permainan memindah-mindahkan butir-butir batu atau biji buah asem ke dalam lubang-lubang pada sebidang kayu atau plastik. \u0000 Metode:Penulisan ini, bersifat library research (penelitian pustaka) yang disajikan secara deskriptif melalui beberapa literatur yang relevan dengan tulisan ini. \u0000 Hasil dan Pembahasan:Terapi bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan efektif untuk mengatasi stress ketika dirawat di rumah sakit. Bermain maggalenceng dapat merangsang keluarnya hormon kebahagiaan, yaitu endorphin dan serotonin. Endorphin tidak saja digunakan untuk merilekskan bagian otot dan saraf, atau sebagai zat imun kita, melainkan juga mampu megurangi rasa sakit. Serotonin adalah zat yang membantu menjaga suasana hati kita dibawah kontrol pikiran, menenangkan kecemasan, dan mengurangi depresi. \u0000 Kesimpulan:Terapi bermain maggalenceng efektif digunakan sebagai metode untuk menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah. Selain mampu mengaktifkan otak anak dan menurunkan kecemasan, maggalenceng juga memiliki nilai kearifan lokal dan mengandung nilai-nilai budaya tradisional Indonesia.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"137 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115977401","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Self-efficacy perawat didefinisikan sebagai persepsi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan professional sesuai dengan kompetensi keperawatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, self-efficacy perawat diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beberapa aspek seperti komunikasi, perilaku asertif hingga kinerja keperawatan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan self-efficacy perawat salah satunya adalah pendekatan Neuro-linguistic programming. Artikel ini dibuat untuk mengetahui dampak positif Neuro-Linguistic Programming terhadap self-efficacy perawat. Neuro-linguistic programming terdiri dari beberapa metode seperti sensory acuity, reframing, anchoring, rapport, pacing dan leading. Melalui beberapa penelitian diketahui bahwa neuro-linguistic programming dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat, kemampuan berkomunikasi perawat, manajemen diri, kesehatan mental, stress kerja higga self-efficacy perawat dalam melakukan kompetensi keperawatan. Neuro-linguistic programming dapat menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan self-efficacy perawat yang kemudian berdampak pada kinerja dan kualitas tenaga keperawatan professional.
{"title":"NEURO-LINGUISTIC PROGRAMMING: SOLUSI TINGKATKAN SELF-EFFICACY PERAWAT DI RUMAH SAKIT “Neuro-Linguistic Programming: A Solution to Improve Nurse’s Self-Efficacy at Hospital”","authors":"I. Triana, N. Yanti","doi":"10.53345/bimiki.v6i2.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v6i2.31","url":null,"abstract":"Self-efficacy perawat didefinisikan sebagai persepsi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan professional sesuai dengan kompetensi keperawatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, self-efficacy perawat diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beberapa aspek seperti komunikasi, perilaku asertif hingga kinerja keperawatan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan self-efficacy perawat salah satunya adalah pendekatan Neuro-linguistic programming. Artikel ini dibuat untuk mengetahui dampak positif Neuro-Linguistic Programming terhadap self-efficacy perawat. Neuro-linguistic programming terdiri dari beberapa metode seperti sensory acuity, reframing, anchoring, rapport, pacing dan leading. Melalui beberapa penelitian diketahui bahwa neuro-linguistic programming dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat, kemampuan berkomunikasi perawat, manajemen diri, kesehatan mental, stress kerja higga self-efficacy perawat dalam melakukan kompetensi keperawatan. Neuro-linguistic programming dapat menjadi sebuah solusi untuk meningkatkan self-efficacy perawat yang kemudian berdampak pada kinerja dan kualitas tenaga keperawatan professional.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130654099","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Pneumonia adalah radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya yang dapat berdampak pada status oksigenasi khususnya pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Bermain Meniup Balon (Balloon Therapy) Terhadap Status Oksigenasi Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Pneumonia Di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia tahun 2018. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pra-eksperimen dengan rancangan penelitian One group pre test and post test design dengan jumlah sampel 22 sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil: Hasil analisis bivariat didapatkan ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan aplikasi kegiatan bermain meniup balon (balloon therapy) terhadap status oksigenasi Heart Rate (HR) dan Saturasi Oksigen (SaO2) dengan masing-masing nilai ρ Value 0,000. Namun tidak terdapat perbedaan signifikan yang ditemukan pada tingkat Respiratory Rate (RR) nilai ρ Value 0,124. Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan status oksigenasi dengan menggunakan pendekatan atraumatic care.
{"title":"PENGARUH BERMAIN MENIUP BALON (BALLOON THERAPY) TERHADAP STATUS OKSIGENASI ANAKUSIA 3-5 TAHUN DENGAN PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA","authors":"Alfin Nugroho, I. Dewi, Arham Alam","doi":"10.53345/bimiki.v6i2.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v6i2.33","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Pneumonia adalah radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya yang dapat berdampak pada status oksigenasi khususnya pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Bermain Meniup Balon (Balloon Therapy) Terhadap Status Oksigenasi Anak Usia 3-5 Tahun Dengan Pneumonia Di Rumah Sakit Tk.II Pelamonia tahun 2018. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pra-eksperimen dengan rancangan penelitian One group pre test and post test design dengan jumlah sampel 22 sampel. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. \u0000Hasil: Hasil analisis bivariat didapatkan ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan aplikasi kegiatan bermain meniup balon (balloon therapy) terhadap status oksigenasi Heart Rate (HR) dan Saturasi Oksigen (SaO2) dengan masing-masing nilai ρ Value 0,000. Namun tidak terdapat perbedaan signifikan yang ditemukan pada tingkat Respiratory Rate (RR) nilai ρ Value 0,124. \u0000Kesimpulan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami gangguan status oksigenasi dengan menggunakan pendekatan atraumatic care.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131562020","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya berupa perasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai semangat. Kualitas hidup adalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh individu dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.Depresi dan kualitas hidup pada lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia.Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga. Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Metode:Penelitiankuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan simple random sampling yang melibatkan sebanyak 38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi dengan tempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal lansia. Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial Rehabilitasi Mulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.
{"title":"PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN YANG DI RUMAH BERSAMA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II","authors":"Annisa Rossita, Agus Fitriangga, Yoga Pramana","doi":"10.53345/bimiki.v7i2.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i2.18","url":null,"abstract":" Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya berupa perasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai semangat. Kualitas hidup adalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh individu dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.Depresi dan kualitas hidup pada lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia.Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga. \u0000Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. \u0000Metode:Penelitiankuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan simple random sampling yang melibatkan sebanyak 38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. \u0000Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi dengan tempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal lansia. \u0000Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial Rehabilitasi Mulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125340098","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan : Masa remaja adalah masa peralihan, antara anak-anak menuju ke dewasa dan terjadi perubahan secara fisik maupun psikologis menuju kedewasaan. Remaja yang sehat adalah remaja yang tumbuh dalam lingkungan fisik, psikis, dan sosial yang baik, dan hal ini menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan merawat remaja, baik dari sisi fisik, psikis, dan psikososialnya. Mengingat bahwa di masa remaja ini mereka sering mengalami pergolakan emosi atau emosi yang begitu labil, maka orang tua punya peran dalam memerhatikan kondisi anak secara psikis maupun psikososial anak remaja tersebut. Salah satu masalah yang paling sering dialami oleh remaja sampai saat ini adalah depresi. Pembahasan : Depresi adalah gangguan jiwa yang dialami oleh remaja akibat adanya pengaruh tekanan batin yang dapat mengganggu aktivitas normal remaja. Ada berbagai faktor yang menyebabkan remaja tersebut mengalami depresi, antara lain : faktor psikologis, biologis, neuro-imunologis, teori genetik, psikososial, dan perubahan pola tidur. Masalah depresi ini bisa ditangani dengan melakukan konseling yang baik. Konseling adalah kegiatan yang dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau individu yang satu dengan dua atau 3 orang dalam memecahkan masalah pribadi dalam sebuah pertemuan tatap muka. Kesimpulan : Dengan adanya konseling, masalah depresi pada remaja bisa terdeteksi sejak dini dan akan meringankan masalah secara psikologis yang dialami oleh remaja tersebut. Perlu sekali pengoptimalan terhadap gerakan konseling di berbagai sekolah baik untuk siswa/i maupun guru melalui pelatihan konseling yang baik dan bermutu.
{"title":"OPTIMALISASI KONSELING REMAJA TERHADAP MASALAH DEPRESI YANG SERING DIALAMI OLEH REMAJA PADA TINGKAT PENDIDIKAN MENENGAH","authors":"Hans Ivander Pistar Parlindungan Hutahae","doi":"10.53345/bimiki.v7i1.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v7i1.28","url":null,"abstract":"Pendahuluan : Masa remaja adalah masa peralihan, antara anak-anak menuju ke dewasa dan terjadi perubahan secara fisik maupun psikologis menuju kedewasaan. Remaja yang sehat adalah remaja yang tumbuh dalam lingkungan fisik, psikis, dan sosial yang baik, dan hal ini menjadi tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan merawat remaja, baik dari sisi fisik, psikis, dan psikososialnya. Mengingat bahwa di masa remaja ini mereka sering mengalami pergolakan emosi atau emosi yang begitu labil, maka orang tua punya peran dalam memerhatikan kondisi anak secara psikis maupun psikososial anak remaja tersebut. Salah satu masalah yang paling sering dialami oleh remaja sampai saat ini adalah depresi. \u0000 Pembahasan : Depresi adalah gangguan jiwa yang dialami oleh remaja akibat adanya pengaruh tekanan batin yang dapat mengganggu aktivitas normal remaja. Ada berbagai faktor yang menyebabkan remaja tersebut mengalami depresi, antara lain : faktor psikologis, biologis, neuro-imunologis, teori genetik, psikososial, dan perubahan pola tidur. Masalah depresi ini bisa ditangani dengan melakukan konseling yang baik. Konseling adalah kegiatan yang dilakukan antara individu yang satu dengan individu yang lain atau individu yang satu dengan dua atau 3 orang dalam memecahkan masalah pribadi dalam sebuah pertemuan tatap muka. \u0000 Kesimpulan : Dengan adanya konseling, masalah depresi pada remaja bisa terdeteksi sejak dini dan akan meringankan masalah secara psikologis yang dialami oleh remaja tersebut. Perlu sekali pengoptimalan terhadap gerakan konseling di berbagai sekolah baik untuk siswa/i maupun guru melalui pelatihan konseling yang baik dan bermutu.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117214751","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mia Aulia Rahim, Hasnatul Sadiyah, Yudit Deasinta, Angriani Angriani
Menurut WHO obesitas merupakan masalah kesehatan global yang tengah marak terjadi. Obesitas bukan hanya terjadi pada orang dewasa akan tetapi juga terjadi pada anak-anak. Dampak obesitas pada anak bukanlah masalah yang bisa dikatakan biasa, karena jika anak mengalami obesitas maka anak juga beresiko mengalami hipertensi,penyakit kardiovaskuler, obstructive sleep apnea ,serta diabetes meilitus tipe 2. Prevalensi obesitas pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020. Gizi seimbang dan aktivitas fisik merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan pencegahan dan penaggulangan obesitas pada anak. Beberapa program telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti memberikan informasi tentang manfaat pola hidup sehat, penyebarluasan informasi tentang bahanya obesitas, mengajak pihak sekolah untuk memberikan pendidikan tentang pola hidup sehat , mendorong tersedianya sayur dan buah yang terjangkau oleh masyarakat untuk menunjang gizi seimbang serta program 5210 pencegahan obesitas. Program yang telah di laksanakan oleh pemerintah belum bisa mencegah tingginya angka obesitas pada anak di seluruh daerah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak. OISHI (Obesity Home Care Intervention) Sebagai Inovasi Rumah Rawat Mandiri Obesitas Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Anak Penderita Obesitas hadir sebagai suatu wadah dalam penanganan masalah obesitas pada anak di Indonesia dengan mengadopsi konsep gizi seimbang dan aktivitas fisik pada anak melalui metode konseling remainder serta menerapkan program 5210 pencegahan obesitas. Rumah rawat mandiri ini akan dijadikan wadah dalam menurunkan prevalensi obesitas pada anak sehingga dapat menurunkan angka kejadian obesitas anak di Indonesia.
{"title":"OISHI (OBESITY HOME CARE INTERVENTION) SEBAGAI INOVASI RUMAH RAWAT MANDIRI OBESITAS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP ANAK PENDERITA OBESITAS","authors":"Mia Aulia Rahim, Hasnatul Sadiyah, Yudit Deasinta, Angriani Angriani","doi":"10.53345/bimiki.v6i2.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.53345/bimiki.v6i2.30","url":null,"abstract":"Menurut WHO obesitas merupakan masalah kesehatan global yang tengah marak terjadi. Obesitas bukan hanya terjadi pada orang dewasa akan tetapi juga terjadi pada anak-anak. Dampak obesitas pada anak bukanlah masalah yang bisa dikatakan biasa, karena jika anak mengalami obesitas maka anak juga beresiko mengalami hipertensi,penyakit kardiovaskuler, obstructive sleep apnea ,serta diabetes meilitus tipe 2. Prevalensi obesitas pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020. Gizi seimbang dan aktivitas fisik merupakan beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan pencegahan dan penaggulangan obesitas pada anak. Beberapa program telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti memberikan informasi tentang manfaat pola hidup sehat, penyebarluasan informasi tentang bahanya obesitas, mengajak pihak sekolah untuk memberikan pendidikan tentang pola hidup sehat , mendorong tersedianya sayur dan buah yang terjangkau oleh masyarakat untuk menunjang gizi seimbang serta program 5210 pencegahan obesitas. Program yang telah di laksanakan oleh pemerintah belum bisa mencegah tingginya angka obesitas pada anak di seluruh daerah Indonesia, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya prevalensi obesitas pada anak. OISHI (Obesity Home Care Intervention) Sebagai Inovasi Rumah Rawat Mandiri Obesitas Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Anak Penderita Obesitas hadir sebagai suatu wadah dalam penanganan masalah obesitas pada anak di Indonesia dengan mengadopsi konsep gizi seimbang dan aktivitas fisik pada anak melalui metode konseling remainder serta menerapkan program 5210 pencegahan obesitas. Rumah rawat mandiri ini akan dijadikan wadah dalam menurunkan prevalensi obesitas pada anak sehingga dapat menurunkan angka kejadian obesitas anak di Indonesia.","PeriodicalId":127223,"journal":{"name":"BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126562862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}