Pub Date : 2018-12-18DOI: 10.17977/um026v2i22018p020
Elrica Murelina, Ernanin Dyah Wijayanti
Temu giring ( Curcuma heyneana ) telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk menjaga kesehatan kulit. Kandungan fenolik yang terdapat dalam temu giring memiliki khasiat sebagai antioksidan. Fermentasi diketahui dapat meningkatkan aktivitas antioksidan karena adanya peningkatan kadar senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar senyawa fenolik total sari rimpang temu giring segar dan terfermentasi (Curcuma heyneana). Tahap penelitian ini meliputi penyaringan rimpang temu giring, fermentasi temu giring, identifikasi fitokimia, penetapan kadar fenolik total, analisis data dan membuat kesimpulan. Pembuatan sari temu giring dilakukan dengan menyari temu giring dengan air sampai didapatkan sari. Dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus selama 24 jam dengan suhu 37°C. Pengujian organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan pH. Hasil pH sari segar dan terfermentasi mengalami penurunan. Pengujian identifikasi fitokimia temu giring segar dan terfermentasi positif mengandung fenolik dan flavonoid. Tahap penetapan kadar total fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu didapatkan sari temu giring segar sebesar 9.476± 2.04 mgGAE/gram dan sari temu giring terfermentasi sebesar 61.333±1.643 mgGAE/gram. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kadar fenolik total sari temu giring segar dan terfermentasi yang mengalami peningkatan setelah difermentasi.
{"title":"Perbandingan Kadar Fenolik Total Sari Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana) Segar dan Terfermentasi","authors":"Elrica Murelina, Ernanin Dyah Wijayanti","doi":"10.17977/um026v2i22018p020","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um026v2i22018p020","url":null,"abstract":"Temu giring ( Curcuma heyneana ) telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk menjaga kesehatan kulit. Kandungan fenolik yang terdapat dalam temu giring memiliki khasiat sebagai antioksidan. Fermentasi diketahui dapat meningkatkan aktivitas antioksidan karena adanya peningkatan kadar senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar senyawa fenolik total sari rimpang temu giring segar dan terfermentasi (Curcuma heyneana). Tahap penelitian ini meliputi penyaringan rimpang temu giring, fermentasi temu giring, identifikasi fitokimia, penetapan kadar fenolik total, analisis data dan membuat kesimpulan. Pembuatan sari temu giring dilakukan dengan menyari temu giring dengan air sampai didapatkan sari. Dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus selama 24 jam dengan suhu 37°C. Pengujian organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan pH. Hasil pH sari segar dan terfermentasi mengalami penurunan. Pengujian identifikasi fitokimia temu giring segar dan terfermentasi positif mengandung fenolik dan flavonoid. Tahap penetapan kadar total fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu didapatkan sari temu giring segar sebesar 9.476± 2.04 mgGAE/gram dan sari temu giring terfermentasi sebesar 61.333±1.643 mgGAE/gram. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kadar fenolik total sari temu giring segar dan terfermentasi yang mengalami peningkatan setelah difermentasi.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130189801","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-18DOI: 10.17977/um026v2i22018p007
Oktavina Kartika Putri
Daun tin ( Ficus carica ) dikenal sebagai sumber antioksidan. Sifat antioksidan muncul karena adanya senyawa fenolik, flavonoid merupakan salah satu jenis senyawa fenolik. Masyarakat memanfaatkan daun tin dengan cara menyeduhnya dengan air mendidih sebagaimana teh. Penggunaan suhu yang tinggi dikhawatirkan merusak senyawa fenolik daun tin karena senyawa ini tidak tahan panas. Rusaknya senyawa fenolik akan menurunkan potensi antioksidan. Penelitian ini untuk mengetahui kadar fenolik total dan kadar flavonoid total seduhan daun tin segar dan kering dengan air mendidih. Metode Folin-Ciocalteu digunakan untuk penentuan kadar fenolik total sedangkan Metode Kolorimetri AlCl 3 digunakan untuk penentuan kadar flavonoid total. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar fenolik total seduhan daun tin segar dan kering dengan air mendidih berturut-turut 0,0113±0,0004% dan 0,0076±0,0004% sedangkan kadar flavonoid total seduhan daun tin segar dan kering 0,0105±0,0003% dan 0,0025±0,0002%. Dari hasil analisis data dengan Two Way Anova dapat disimpulkan bahwa penyiapan simplisia daun tin (segar dan kering) mempengaruhi kadar fenolik total dan kadar flavonoid total seduhan daun tin secara signifikan. Penggunaan air mendidih tidak menghilangkan kandungan senyawa fenolik dan flavonoid pada seduhan daun tin. Penyeduhan dengan air mendidih pada daun tin segar menghasilkan kadar fenolik total dan kadar flavonoid total tertinggi dibandingkan dengan daun tin kering.
{"title":"Kadar Fenolik Total dan Flavonoid Total Seduhan Daun Tin (Ficus carica) Segar dan Kering dengan Air Mendidih","authors":"Oktavina Kartika Putri","doi":"10.17977/um026v2i22018p007","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um026v2i22018p007","url":null,"abstract":"Daun tin ( Ficus carica ) dikenal sebagai sumber antioksidan. Sifat antioksidan muncul karena adanya senyawa fenolik, flavonoid merupakan salah satu jenis senyawa fenolik. Masyarakat memanfaatkan daun tin dengan cara menyeduhnya dengan air mendidih sebagaimana teh. Penggunaan suhu yang tinggi dikhawatirkan merusak senyawa fenolik daun tin karena senyawa ini tidak tahan panas. Rusaknya senyawa fenolik akan menurunkan potensi antioksidan. Penelitian ini untuk mengetahui kadar fenolik total dan kadar flavonoid total seduhan daun tin segar dan kering dengan air mendidih. Metode Folin-Ciocalteu digunakan untuk penentuan kadar fenolik total sedangkan Metode Kolorimetri AlCl 3 digunakan untuk penentuan kadar flavonoid total. Hasil yang diperoleh menunjukkan kadar fenolik total seduhan daun tin segar dan kering dengan air mendidih berturut-turut 0,0113±0,0004% dan 0,0076±0,0004% sedangkan kadar flavonoid total seduhan daun tin segar dan kering 0,0105±0,0003% dan 0,0025±0,0002%. Dari hasil analisis data dengan Two Way Anova dapat disimpulkan bahwa penyiapan simplisia daun tin (segar dan kering) mempengaruhi kadar fenolik total dan kadar flavonoid total seduhan daun tin secara signifikan. Penggunaan air mendidih tidak menghilangkan kandungan senyawa fenolik dan flavonoid pada seduhan daun tin. Penyeduhan dengan air mendidih pada daun tin segar menghasilkan kadar fenolik total dan kadar flavonoid total tertinggi dibandingkan dengan daun tin kering.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132281766","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-18DOI: 10.17977/UM026V2I22018P001
Husni Wahyu Wijaya, Shogo Shimazu
Hidrogenolisis furfural (FFR) yang diketahui sebagai senyawa turunan biomassa menjadi 1,5-pentanadiol (1,5-PeD) merupakan salah satu rute penting dalam rangka menjaga kesinambungan bahan kimia. Pengembangan katalis nikel-itrium oksida untuk hidrogenolisis FFR menjadi 1,5-PeD telah berhasil disintesis dengan dua perlakuan berbeda. Katalis Ni-Y( n )HT disintesis dengan reduksi langsung dari campuran nikel-itrium hidroksidanya. Campuran nikel-itrium hidroksidanya dari prosedur preparasi yang sama dilakukan kalsinasi sebagai pretreatment sebelum proses reduksi dengan gas hydrogen dan diperoleh katalis Ni-Y 2 O 3 ( n )T. Kedua jenis katalis yang sudah tereduksi tersebut mempunyai tersusun atas nikel(0) dan itrium oksida tetapi kristalinitas keduanya berbeda. Perbedaan juga ditunjukkan pada kinerja katalisis dalam menghasilkan 1,5-PeD dari FFR. Kedua jenis katalis menunjukkan perilaku katalisis yang serupa dan antar muka Ni(0)-Y 2 O 3 diduga sebagai situs aktif untuk pemutusan ikatan C-O dari cincin furan.
福尔热化(FFR),即生物质量导数为15 -pentanadiol (15 - ped),是维持化学可维持的重要路线之一。fr氢氧根离子的二氧化二氮催化已经成功合成了两种不同的治疗方法。HT的合成催化剂是由氢氧化硫氢氧化物混合物的直接还原生成的。cal烧焦的氢气与氢气还原过程前的预验和催化剂niy - y - O - 3 (n)T。这两种催化催化剂都含有镍(0)和氧化itrum,但晶体是不同的。另外,从FFR中得到15 - ped的催化作用也显示了差异。这两种催化剂都表现出类似的催化行为和前置的Ni(0)-Y 2 O 3被认为是消除富兰环C-O键的活动地点。
{"title":"Pengembangan katalis nikel-itrium oksida untuk konversi furfural sebagai senyawa turunan biomassa menjadi 1,5-pentanediol","authors":"Husni Wahyu Wijaya, Shogo Shimazu","doi":"10.17977/UM026V2I22018P001","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/UM026V2I22018P001","url":null,"abstract":"Hidrogenolisis furfural (FFR) yang diketahui sebagai senyawa turunan biomassa menjadi 1,5-pentanadiol (1,5-PeD) merupakan salah satu rute penting dalam rangka menjaga kesinambungan bahan kimia. Pengembangan katalis nikel-itrium oksida untuk hidrogenolisis FFR menjadi 1,5-PeD telah berhasil disintesis dengan dua perlakuan berbeda. Katalis Ni-Y( n )HT disintesis dengan reduksi langsung dari campuran nikel-itrium hidroksidanya. Campuran nikel-itrium hidroksidanya dari prosedur preparasi yang sama dilakukan kalsinasi sebagai pretreatment sebelum proses reduksi dengan gas hydrogen dan diperoleh katalis Ni-Y 2 O 3 ( n )T. Kedua jenis katalis yang sudah tereduksi tersebut mempunyai tersusun atas nikel(0) dan itrium oksida tetapi kristalinitas keduanya berbeda. Perbedaan juga ditunjukkan pada kinerja katalisis dalam menghasilkan 1,5-PeD dari FFR. Kedua jenis katalis menunjukkan perilaku katalisis yang serupa dan antar muka Ni(0)-Y 2 O 3 diduga sebagai situs aktif untuk pemutusan ikatan C-O dari cincin furan.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126626968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.17977/UM026V2I12018P018
H. O. Rusdi, M. Amran
Surfaktan atau surface active agents merupakan bahan aktif yang terdapat pada detergen, sabun, shampo dan lain-lain. Penggunaan surfaktan dalam jumlah besar berdampak pada tercemarnya lingkungan, seperti pencemaran air. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran yang terjadi maka perlu dilakukan penentuan kadar surfaktan dalam air yang tercemar. Penentuan kadar surfaktan umumnya dilakukan dengan spektrofotometri sinar tampak yang melibatkan proses ekstraksi. Namun metode ini membutuhkan waktu yang lama dan banyak menggunakan pelarut, sehingga perlu dikembangkan metode yang lebih efektif dan efisien. Pada penelitian ini telah dikembangkan metode analisis surfaktan anionik berbasis analisis injeksi alir ( flow injection analysis / FIA) melalui teknik prakonsentrasi menggunakan minikolom C18 dengan deteksi spektrofotometri sinar tampak. Surfaktan anionik ( Sodium Dodecyl Sulfate ) akan membentuk pasangan ion dengan zat warna kationik ( Brilliant Green ) yang terkumpul pada minikolom C18. Pasangan ion ini kemudian dielusi dengan pelarut organik seperti metanol-kloroform (1:9). Spektrum sinar tampak dari pasangan ion BG-SDS memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 629 nm. Pasangan ion BG-SDS terbentuk dengan optimum pada pH 6. Analisis pendahuluan menunjukkan adanya hubungan yang linear antara perubahan konsentrasi SDS dengan nilai absorbansi pasangan ion. Semakin besar konsentrasi SDS maka nilai serapannya pun semakin besar. Konsentrasi BG optimum yang digunakan untuk membentuk pasangan ion sebesar 0,003 % m/v.
{"title":"Optimasi metode analisis injeksi alir pada analisis surfaktan anionik","authors":"H. O. Rusdi, M. Amran","doi":"10.17977/UM026V2I12018P018","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/UM026V2I12018P018","url":null,"abstract":"Surfaktan atau surface active agents merupakan bahan aktif yang terdapat pada detergen, sabun, shampo dan lain-lain. Penggunaan surfaktan dalam jumlah besar berdampak pada tercemarnya lingkungan, seperti pencemaran air. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran yang terjadi maka perlu dilakukan penentuan kadar surfaktan dalam air yang tercemar. Penentuan kadar surfaktan umumnya dilakukan dengan spektrofotometri sinar tampak yang melibatkan proses ekstraksi. Namun metode ini membutuhkan waktu yang lama dan banyak menggunakan pelarut, sehingga perlu dikembangkan metode yang lebih efektif dan efisien. Pada penelitian ini telah dikembangkan metode analisis surfaktan anionik berbasis analisis injeksi alir ( flow injection analysis / FIA) melalui teknik prakonsentrasi menggunakan minikolom C18 dengan deteksi spektrofotometri sinar tampak. Surfaktan anionik ( Sodium Dodecyl Sulfate ) akan membentuk pasangan ion dengan zat warna kationik ( Brilliant Green ) yang terkumpul pada minikolom C18. Pasangan ion ini kemudian dielusi dengan pelarut organik seperti metanol-kloroform (1:9). Spektrum sinar tampak dari pasangan ion BG-SDS memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 629 nm. Pasangan ion BG-SDS terbentuk dengan optimum pada pH 6. Analisis pendahuluan menunjukkan adanya hubungan yang linear antara perubahan konsentrasi SDS dengan nilai absorbansi pasangan ion. Semakin besar konsentrasi SDS maka nilai serapannya pun semakin besar. Konsentrasi BG optimum yang digunakan untuk membentuk pasangan ion sebesar 0,003 % m/v.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124339820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.17977/um026v2i12018p012
N. Setiawan, Anny Indah Widianti
Melinjo ( Gnetum gnemon L .) merupakan salah satu tanaman yang daunnya dapat digunakan sebagai antibakteri pada masalah diare karena daun melinjo mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Salah satu penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun melinjo terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, 60% b/v, 70% b/v, 80% b/v, 90% b/v, dan 100% b/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun melinjo dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli . Konsentrasi yang efektif sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli terdapat pada konsentrasi 90% b/v. Kesimpulan dari penelitian ini ekstrak etanol daun melinjo (Gnetum gnemon L) memiliki aktivitas dan efektivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli .
{"title":"Efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun melinjo (Gnetum gnemon L.) terhadap bakteri Escherichia coli","authors":"N. Setiawan, Anny Indah Widianti","doi":"10.17977/um026v2i12018p012","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um026v2i12018p012","url":null,"abstract":"Melinjo ( Gnetum gnemon L .) merupakan salah satu tanaman yang daunnya dapat digunakan sebagai antibakteri pada masalah diare karena daun melinjo mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Salah satu penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas dan efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun melinjo terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, 50% b/v, 60% b/v, 70% b/v, 80% b/v, 90% b/v, dan 100% b/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun melinjo dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli . Konsentrasi yang efektif sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli terdapat pada konsentrasi 90% b/v. Kesimpulan dari penelitian ini ekstrak etanol daun melinjo (Gnetum gnemon L) memiliki aktivitas dan efektivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli .","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127353698","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.17977/UM026V2I12018P025
Nur Candra Eka Setiawan, Ana Nurjanah
Xantin oksidase adalah enzim yang berperan dalam pembentukan asam urat. Xantin oksidase mengkatalisis hipoxantin menjadi xantin kemudian menjadi asam urat. Tanaman daun salam mampu menurunkan kadar asam urat darah karena mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat enzim xantin oleh ekstrak daun salam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekperimental yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Tahap penelitian meliputi, ekstraksi, isolasi enzim, uji aktivitas enzim dan uji daya inhibisi enzim. Pengujian aktivitas penghambatan xantin oksidasi menggunakan metode spektrofotometi pada λ290 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada varian konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 50 ppm dan 100 ppm dihasilkan berturut-turut % inhibisinya yaitu 100%, 0%, 100%, 100%, dan 0%. Allopurinol digunakan sebagai kontrol positif dengan varian konsentrasi yang sama dihasilkan % inhibisi 100%, 0%, 0%, 0%, dan 100%. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun salam dengan konsentrasi 5 ppm memiliki % inhibisi sebesar 100% setara dengan allopurinol 5 ppm. Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm ekstrak daun salam tidak menunjukkan aktivitas penghambatan yaitu 0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun salam memiliki aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif dalam menurunkan asam urat.
{"title":"Inhibisi xantin oksidase oleh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)","authors":"Nur Candra Eka Setiawan, Ana Nurjanah","doi":"10.17977/UM026V2I12018P025","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/UM026V2I12018P025","url":null,"abstract":"Xantin oksidase adalah enzim yang berperan dalam pembentukan asam urat. Xantin oksidase mengkatalisis hipoxantin menjadi xantin kemudian menjadi asam urat. Tanaman daun salam mampu menurunkan kadar asam urat darah karena mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat enzim xantin oleh ekstrak daun salam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekperimental yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Tahap penelitian meliputi, ekstraksi, isolasi enzim, uji aktivitas enzim dan uji daya inhibisi enzim. Pengujian aktivitas penghambatan xantin oksidasi menggunakan metode spektrofotometi pada λ290 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada varian konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 50 ppm dan 100 ppm dihasilkan berturut-turut % inhibisinya yaitu 100%, 0%, 100%, 100%, dan 0%. Allopurinol digunakan sebagai kontrol positif dengan varian konsentrasi yang sama dihasilkan % inhibisi 100%, 0%, 0%, 0%, dan 100%. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak daun salam dengan konsentrasi 5 ppm memiliki % inhibisi sebesar 100% setara dengan allopurinol 5 ppm. Sedangkan pada konsentrasi 100 ppm ekstrak daun salam tidak menunjukkan aktivitas penghambatan yaitu 0%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun salam memiliki aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif dalam menurunkan asam urat.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115453525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.17977/um026v2i12018p006
N. Nurmiati, E. Wijayanti
Daun gaharu mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, triterpenoid, sehingga berpotensi sebagai antioksidan. Fermentasi dapat meningkatkan aktivitas antioksidan karena adanya peningkatan senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar senyawa fenolik total antara seduhan daun gaharu dan kombucha daun gaharu (Aquailaria malaccensis). Simplisia daun gaharu dilakukan dengan diseduh pada suhu 80C selama 30 menit, kemudian difermentasi dengan kombucha selama 10 hari dengan penambahan gula 10%. Pengujian organoleptis meliputi warna, rasa, aroma dan pH. Seduhan dan kombucha daun gaharu diidentifikasi senyawa fenolik, flavonoid, tanin, dan antrakuinon. Hasil identifikasi positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, tanin, dan diuji kadar fenolik total dengan metode Follin Ciocalteau. Hasil penentuan kadar fenolik total pada seduhan sebesar 28,524±0,359 mgGAE/gram dan pada kombucha 62,857±2,104 mgGAE/gram. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan kadar fenolik total antara seduhan daun gaharu dan kombuca daun gaharu yang mengalami peningkatan setelah difermentasi.
{"title":"Perbandingan Kadar Fenolik Total Antara Seduhan Daun Gaharu Dan Kombucha Daun Gaharu (Aquailaria malaccensis)","authors":"N. Nurmiati, E. Wijayanti","doi":"10.17977/um026v2i12018p006","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um026v2i12018p006","url":null,"abstract":"Daun gaharu mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, triterpenoid, sehingga berpotensi sebagai antioksidan. Fermentasi dapat meningkatkan aktivitas antioksidan karena adanya peningkatan senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar senyawa fenolik total antara seduhan daun gaharu dan kombucha daun gaharu (Aquailaria malaccensis). Simplisia daun gaharu dilakukan dengan diseduh pada suhu 80C selama 30 menit, kemudian difermentasi dengan kombucha selama 10 hari dengan penambahan gula 10%. Pengujian organoleptis meliputi warna, rasa, aroma dan pH. Seduhan dan kombucha daun gaharu diidentifikasi senyawa fenolik, flavonoid, tanin, dan antrakuinon. Hasil identifikasi positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, tanin, dan diuji kadar fenolik total dengan metode Follin Ciocalteau. Hasil penentuan kadar fenolik total pada seduhan sebesar 28,524±0,359 mgGAE/gram dan pada kombucha 62,857±2,104 mgGAE/gram. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan kadar fenolik total antara seduhan daun gaharu dan kombuca daun gaharu yang mengalami peningkatan setelah difermentasi.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124048625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.17977/um026v2i12018p001
Linda Jaushica Yustin, Ernanin Dyah Wijayanti
Temu giring ( Curcuma heyneana ) telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk menjaga kesehatan kulit. Senyawa kimia yang terdapat dalam temu giring adalah flavonoid, kurkumin, dan fenolik. Fermentasi pada sari temu giring dilakukan agar senyawa kompleks dipecah senyawa yang lebih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan hasil sari temu giring (Curcuma heyneana) terfermentasi Lactobacillus bulgaricus . Tahap penelitian ini meliputi penyaringan rimpang temu giring, fermentasi temu giring, skrining fitokimia, pengujian aktivitas antioksidan analisis data dan membuat kesimpulan. Pembuatan sari temu giring dilakukan dengan menyari temu giring dengan air sampai didapatkan sari. Dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus selama 24 jam dengan suhu 37°C. Pengujian organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan pH dilakukan. Pengujian skrining fitokimia sari temu giring segar dan terfermentasi positif mengandung fenolik, flavonoid, kurkumin. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode spektrometer UV-Vis dengan panjang gelombang 520 nm. Kesimpulannya bahwa sari temu giring terfermentasi memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 3,49 ppm yang tergolong sangat kuat.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Sari Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana) Terfermentasi Lactobacillus bulgaricus","authors":"Linda Jaushica Yustin, Ernanin Dyah Wijayanti","doi":"10.17977/um026v2i12018p001","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um026v2i12018p001","url":null,"abstract":"Temu giring ( Curcuma heyneana ) telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama untuk menjaga kesehatan kulit. Senyawa kimia yang terdapat dalam temu giring adalah flavonoid, kurkumin, dan fenolik. Fermentasi pada sari temu giring dilakukan agar senyawa kompleks dipecah senyawa yang lebih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan hasil sari temu giring (Curcuma heyneana) terfermentasi Lactobacillus bulgaricus . Tahap penelitian ini meliputi penyaringan rimpang temu giring, fermentasi temu giring, skrining fitokimia, pengujian aktivitas antioksidan analisis data dan membuat kesimpulan. Pembuatan sari temu giring dilakukan dengan menyari temu giring dengan air sampai didapatkan sari. Dilanjutkan dengan fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus selama 24 jam dengan suhu 37°C. Pengujian organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan pH dilakukan. Pengujian skrining fitokimia sari temu giring segar dan terfermentasi positif mengandung fenolik, flavonoid, kurkumin. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode spektrometer UV-Vis dengan panjang gelombang 520 nm. Kesimpulannya bahwa sari temu giring terfermentasi memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 sebesar 3,49 ppm yang tergolong sangat kuat.","PeriodicalId":130316,"journal":{"name":"JC-T (Journal Cis-Trans): Jurnal Kimia dan Terapannya","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125886238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}