Pub Date : 2021-05-07DOI: 10.31942/INTEKA.V6I1.4453
Siti Sarifah, Indah Riwayati, Farikha Maharani
{"title":"MODIFIKASI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita Moschata) MENGGUNAKAN METODE Heat Moisture Treatment (HMT) DENGAN VARIASI SUHU DAN LAMA PENGERINGAN","authors":"Siti Sarifah, Indah Riwayati, Farikha Maharani","doi":"10.31942/INTEKA.V6I1.4453","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V6I1.4453","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123354196","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-07DOI: 10.31942/INTEKA.V6I1.4447
Hadiono Soegeng Rahardjo, T. Santoso
{"title":"STABILITAS SUSPENSI JUS KELAPA MUDA TERHADAP PENAMBAHAN KARAGINAN","authors":"Hadiono Soegeng Rahardjo, T. Santoso","doi":"10.31942/INTEKA.V6I1.4447","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V6I1.4447","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124809614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-07DOI: 10.31942/INTEKA.V6I1.4449
Agung Sugiharto, Zidni ‘Ilma Firdaus
{"title":"PEMBUATAN BRIKET AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI MENGGUNAKAN METODE PIROLISIS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF","authors":"Agung Sugiharto, Zidni ‘Ilma Firdaus","doi":"10.31942/INTEKA.V6I1.4449","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V6I1.4449","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128680195","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-07DOI: 10.31942/INTEKA.V6I1.4451
Indah Nurdiani, Suwardiyono Suwardiyono, L. Kurniasari
{"title":"PENGARUH UKURAN PARTIKEL DAN WAKTU PERENDAMAN AMPAS TEBU PADA PENINGKATAN KUALITAS MINYAK JELANTAH","authors":"Indah Nurdiani, Suwardiyono Suwardiyono, L. Kurniasari","doi":"10.31942/INTEKA.V6I1.4451","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V6I1.4451","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126117645","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-30DOI: 10.31942/INTEKA.V6I1.4507
Ahmad Shobib, R. Firyanto, Lisdiana Kusuma Ningrum
Agar logam Nikel tidak mudah rusak yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan maupun korosi, maka salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perlindungan terhadap korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung dari logam. Salah satu cara pelapisan logam yang dapat dilakukan yaitu dengan metode elektroplating. Pelapisan nikel pada plat St 37 dengan proses elektroplating ini metode yang digunakan adalah metode ANOVA 2 sisi dengan menggunakan variabel waktu dan kuat arus. Hasil yang didapatkan bahwa semakin lama waktu pelapisan yang terjadi maka akan semakin besar dan tebal pelapisan nikel pada plat st 37. Sama halnya dengan variabel kuat arus semakin besar kuat arus, maka berat plat st37 makin bertambah hal ini dikarenakan adanya penambahan pelapisan nikel. Pada penelitian yang telah dilakukan yang paling banyak melapisi plat adalah pada saat waktu 15 menit dan kuat arus sebesar 3 Ampere yaitu 0,82 gram. Kata kunci : Elektroplating, kuat arus, Logam, Nikel, Waktu
{"title":"PENGARUH KUAT ARUS DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA PLAT BAJA ST 37 DENGAN PROSES ELEKTROPLATING","authors":"Ahmad Shobib, R. Firyanto, Lisdiana Kusuma Ningrum","doi":"10.31942/INTEKA.V6I1.4507","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V6I1.4507","url":null,"abstract":"Agar logam Nikel tidak mudah rusak yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan maupun korosi, maka salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perlindungan terhadap korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung dari logam. Salah satu cara pelapisan logam yang dapat dilakukan yaitu dengan metode elektroplating. Pelapisan nikel pada plat St 37 dengan proses elektroplating ini metode yang digunakan adalah metode ANOVA 2 sisi dengan menggunakan variabel waktu dan kuat arus. Hasil yang didapatkan bahwa semakin lama waktu pelapisan yang terjadi maka akan semakin besar dan tebal pelapisan nikel pada plat st 37. Sama halnya dengan variabel kuat arus semakin besar kuat arus, maka berat plat st37 makin bertambah hal ini dikarenakan adanya penambahan pelapisan nikel. Pada penelitian yang telah dilakukan yang paling banyak melapisi plat adalah pada saat waktu 15 menit dan kuat arus sebesar 3 Ampere yaitu 0,82 gram. \u0000 \u0000Kata kunci : Elektroplating, kuat arus, Logam, Nikel, Waktu","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123304522","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-20DOI: 10.31942/INTEKA.V5I1.3402
I. Riwayati, Ahmad Choirul Anam, Farikha Maharani
Kulit singkong merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal kulit singkong ini mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah dengan singkong nya, sehingga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai bahan pangan terkendala dengan karakteristik bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk dibuat menjadi produk tertentu. Oleh karena itu diperlukan proses modifikasi sebelum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan produk makanan. Salah satu metode modifikasi tepung adalah dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suhu dan lama waktu perlakuan HMT pada tepung kulit singkong terhadap sifat kelarutan dan swelling power. Teknik Heat Moisture Treatment dipakai untuk memodifikasi tepung kulit singkong ini agar tepung yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi, dengan variable suhu 90oC ,100oC ,110oC dan lama pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dengan kadar air awal 28%. Kemudian dilakukan analisa swelling power, sollubility dan analisa proksimat, dari hasil analisa didapatkan hasil swelling power dan sollubility nya menurun dari tepung kulit singkong alami. Hasil solubility dan swelling power terendah yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh pada suhu 1000C waktu 5 jam dengan solubility sebesar 6% dan swelling power sebesar 9,4. Kata kunci: Kulit singkong,Tepung modifikasi, Heat Moisture Treatment
{"title":"PENGARUH SUHU DAN WAKTU PROSES MODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) PADA TEPUNG KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT KELARUTAN DAN SWELLING POWER","authors":"I. Riwayati, Ahmad Choirul Anam, Farikha Maharani","doi":"10.31942/INTEKA.V5I1.3402","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/INTEKA.V5I1.3402","url":null,"abstract":"Kulit singkong merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal kulit singkong ini mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah dengan singkong nya, sehingga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai bahan pangan terkendala dengan karakteristik bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk dibuat menjadi produk tertentu. Oleh karena itu diperlukan proses modifikasi sebelum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan produk makanan. Salah satu metode modifikasi tepung adalah dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suhu dan lama waktu perlakuan HMT pada tepung kulit singkong terhadap sifat kelarutan dan swelling power. Teknik Heat Moisture Treatment dipakai untuk memodifikasi tepung kulit singkong ini agar tepung yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi, dengan variable suhu 90oC ,100oC ,110oC dan lama pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dengan kadar air awal 28%. Kemudian dilakukan analisa swelling power, sollubility dan analisa proksimat, dari hasil analisa didapatkan hasil swelling power dan sollubility nya menurun dari tepung kulit singkong alami. Hasil solubility dan swelling power terendah yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh pada suhu 1000C waktu 5 jam dengan solubility sebesar 6% dan swelling power sebesar 9,4. \u0000 \u0000Kata kunci: Kulit singkong,Tepung modifikasi, Heat Moisture Treatment","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122397358","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-16DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3025
M. Aminudin, Nayyifatus Sa’diyah, Putri Prihastuti, L. Kurniasari
Sabun telah menjadi kebutuhan primer hampir di seluruh lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kimia dan farmasi, perkembangan kosmetik mulai bergeser ke arah natural product karena adanya trend back to nature. Salah satu bahan herbal yang dapat ditambahkan dalam sediaan kosmetik sabun mandi padat adalah ekstrak kulit manggis. Kulit buah manggis diketahui tersusun atas senyawa polifenol yang cukup banyak, diantaranya adalah antosianin, tanin, xantone, dan senyawa asam fenolat. Xantone yang banyak terdapat pada kulit buah manggis berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferasi, anti-inflamasi, dan antimicrobial. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada formulasi sabun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil analisa organoleptik, derajat keasaman, kadar air, dan alkali bebas serta pengaruh variabel penambahan ekstrak kulit manggis. Tahap dari penelitian ini meliputi formulasi sabun menggunakan 15 gram minyak kelapa dengan penambahan 12 gram NaOH serta variabel berubah ekstrak kulit manggis 0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9 dan 1.1 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel sabun yang dibuat telah memenuhi Standar Nasional Indonesia 1994. Penambahan ekstrak kulit manggis tidak berpengaruh nyata terhadap uji derajat keasaman, kadar air, dan alkali bebas. akan tetapi berpengaruh terhadap warna sabun Kata kunci : formulasi, ekstrak kulit manggis, NaOH, sabun padat
{"title":"FORMULASI SABUN MANDI PADAT DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.)","authors":"M. Aminudin, Nayyifatus Sa’diyah, Putri Prihastuti, L. Kurniasari","doi":"10.31942/inteka.v4i2.3025","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i2.3025","url":null,"abstract":"Sabun telah menjadi kebutuhan primer hampir di seluruh lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kimia dan farmasi, perkembangan kosmetik mulai bergeser ke arah natural product karena adanya trend back to nature. Salah satu bahan herbal yang dapat ditambahkan dalam sediaan kosmetik sabun mandi padat adalah ekstrak kulit manggis. Kulit buah manggis diketahui tersusun atas senyawa polifenol yang cukup banyak, diantaranya adalah antosianin, tanin, xantone, dan senyawa asam fenolat. Xantone yang banyak terdapat pada kulit buah manggis berfungsi sebagai antioksidan, antiproliferasi, anti-inflamasi, dan antimicrobial. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada formulasi sabun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hasil analisa organoleptik, derajat keasaman, kadar air, dan alkali bebas serta pengaruh variabel penambahan ekstrak kulit manggis. Tahap dari penelitian ini meliputi formulasi sabun menggunakan 15 gram minyak kelapa dengan penambahan 12 gram NaOH serta variabel berubah ekstrak kulit manggis 0.1, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9 dan 1.1 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel sabun yang dibuat telah memenuhi Standar Nasional Indonesia 1994. Penambahan ekstrak kulit manggis tidak berpengaruh nyata terhadap uji derajat keasaman, kadar air, dan alkali bebas. akan tetapi berpengaruh terhadap warna sabun \u0000 \u0000Kata kunci : formulasi, ekstrak kulit manggis, NaOH, sabun padat","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131883368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2684
Paryanto Paryanto, Muhamad Eko Saputro, Restu Ari Nugroho
Konsumsi karbon aktif di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan karbon aktif dalam bidang industri. Mangrove atau yang sering dikenal sebagai pohon bakau di Indonesia merupakan tanaman jenis Rhizopora yang dapat berfungsi sebagai penyaring udara panas dari laut serta penyerap gas karbon di udara. Setiap tahun hutan mangrove dapat menyerap 42 juta ton karbon di udara atau setara dengan emisi gas karbon dari 25 juta mobil. Oleh karena itu, mangrove diproses menjadi karbon aktif agar bisa dimanfaatkan. Bagian dari mangrove yang digunakan untuk pembuatan karbon aktif yaitu buahnya. Pembuatan karbon aktif terdiri dari 2 tahap yaitu proses aktivasi dan proses karbonisasi. Proses aktivasi terbagi menjadi dua, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Pada penelitian ini akan dibuat karbon aktif dari buah mangrove menggunakan metode aktivasi kimia, dengan kalium hidroksida (KOH) sebagai aktivatornya. Sedangkan proses karbonisasi menggunakan 2 proses yaitu proses karbonisasi menggunakan furnace. Pada proses karbonisasi menggunakan furnace, bahan baku yang berupa buah mangrove diaktivasi menggunakan aktivator larutan KOH dengan variasi konsentrasi 0,5 M; 1 M; 1,5 M; 2 M; dan 2,5 M. Proses aktivasi bahan baku ini dilakukan selama 24 jam. Didapatkan luas permukaan karbon aktif optimum diperoleh pada saat konsentrasi KOH 0,5 M dengan luas permukaan 18,089 m2/g. Dengan jumlah bahan baku awal sebesar 750 gr didapatkan produk karbon aktif sebesar 273 gr dan yield arang sebesar 36,4% dengan nilai laju konsumsi bahan bakar adalah 2,326 kg gas LPG/kg karbon aktif. Kata kunci: furnace, karbon aktif, mangrove
{"title":"PRODUKSI KARBON AKTIF DARI BUAH MANGROVE MENGGUNAKAN AKTIVATOR KALIUM HIDROKSIDA","authors":"Paryanto Paryanto, Muhamad Eko Saputro, Restu Ari Nugroho","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2684","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2684","url":null,"abstract":"Konsumsi karbon aktif di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan karbon aktif dalam bidang industri. Mangrove atau yang sering dikenal sebagai pohon bakau di Indonesia merupakan tanaman jenis Rhizopora yang dapat berfungsi sebagai penyaring udara panas dari laut serta penyerap gas karbon di udara. Setiap tahun hutan mangrove dapat menyerap 42 juta ton karbon di udara atau setara dengan emisi gas karbon dari 25 juta mobil. Oleh karena itu, mangrove diproses menjadi karbon aktif agar bisa dimanfaatkan. Bagian dari mangrove yang digunakan untuk pembuatan karbon aktif yaitu buahnya. Pembuatan karbon aktif terdiri dari 2 tahap yaitu proses aktivasi dan proses karbonisasi. Proses aktivasi terbagi menjadi dua, yaitu aktivasi fisika dan kimia. Pada penelitian ini akan dibuat karbon aktif dari buah mangrove menggunakan metode aktivasi kimia, dengan kalium hidroksida (KOH) sebagai aktivatornya. Sedangkan proses karbonisasi menggunakan 2 proses yaitu proses karbonisasi menggunakan furnace. Pada proses karbonisasi menggunakan furnace, bahan baku yang berupa buah mangrove diaktivasi menggunakan aktivator larutan KOH dengan variasi konsentrasi 0,5 M; 1 M; 1,5 M; 2 M; dan 2,5 M. Proses aktivasi bahan baku ini dilakukan selama 24 jam. Didapatkan luas permukaan karbon aktif optimum diperoleh pada saat konsentrasi KOH 0,5 M dengan luas permukaan 18,089 m2/g. Dengan jumlah bahan baku awal sebesar 750 gr didapatkan produk karbon aktif sebesar 273 gr dan yield arang sebesar 36,4% dengan nilai laju konsumsi bahan bakar adalah 2,326 kg gas LPG/kg karbon aktif. Kata kunci: furnace, karbon aktif, mangrove","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123903825","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2686
Harianingsih Harianingsih, Farikha Maharani
Limbah batik mempunyai sifat karsinogenik karena pewarna sintetik yang digunakan masih banyak mengandung logam berat. Pencemaran oleh logam berat ini antara lain Fe, Pb, Cr mengakibatkan kerusakan lingkungan serta berbahaya untuk kesehatan. Dari permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh solusi mengurangi pencemaran logam berat yang diakibatkan pada pewarnaan batik menggunakan adsorben lidah mertua. Lidah mertua dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat karena glikosid mampu mereduksi limbah logam berat. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah diperoleh sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan adsorben untuk mengadsorpsi Fe, Pb dan Cr pada limbah batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh, dengan indikator penurunan kadar dari logam Fe, Pb, Cr. Variasi dari waktu kontak pada penelitian ini adalah 30 menit,, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dan variasi pH yang digunakan antara lain pH 2,3,4,5, dan 6. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa waktu kontak optimum pada 150 menit dengan penurunan kadar logam berat Fe sebesar 42,17%, penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%. PH optimum pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Kata kunci : batik, lidah mertua, logam berat
{"title":"PEMANFAATAN LIDAH MERTUA (Sansiviera sp) SEBAGAI ADSORBENT Fe, Pb DAN Cr PADA LIMBAH BATIK","authors":"Harianingsih Harianingsih, Farikha Maharani","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2686","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2686","url":null,"abstract":"Limbah batik mempunyai sifat karsinogenik karena pewarna sintetik yang digunakan masih banyak mengandung logam berat. Pencemaran oleh logam berat ini antara lain Fe, Pb, Cr mengakibatkan kerusakan lingkungan serta berbahaya untuk kesehatan. Dari permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh solusi mengurangi pencemaran logam berat yang diakibatkan pada pewarnaan batik menggunakan adsorben lidah mertua. Lidah mertua dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat karena glikosid mampu mereduksi limbah logam berat. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah diperoleh sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan adsorben untuk mengadsorpsi Fe, Pb dan Cr pada limbah batik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh, dengan indikator penurunan kadar dari logam Fe, Pb, Cr. Variasi dari waktu kontak pada penelitian ini adalah 30 menit,, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dan variasi pH yang digunakan antara lain pH 2,3,4,5, dan 6. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa waktu kontak optimum pada 150 menit dengan penurunan kadar logam berat Fe sebesar 42,17%, penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%. PH optimum pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Kata kunci : batik, lidah mertua, logam berat","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123732983","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2685
Riska Andriani, A AriqhoBudi, H CintyaDewi, Dwi Handayani
Kolaborasi ekstrak sereh dengan kandungan sitronellal dan geraniol, sirih dengan kandungan eugenol, safrol, isoeugenol, dan tembakau dengan kandungan nikotin dapat membunuh serangga pada tanaman sayuran. Oleh karenanya ekstrak sereh, sirih, dan tembakau dapat digunakan sebagai pestisida organik.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar nikotin pada pestisida organik dari ektrak tembakau, sereh dan sirih sebagai pembasmi serangga terhadap tumbuhan sayuran. Dalam penelitian ini metode yang digunakan ekstraksi. Ekstrak diperoleh dengan menggiling bahan baku tembakau, sereh dapur, dam sirih dengan komposisi sesuai variable, kemudian di ekstraksi dengan solvent air sesuai variabel. Ekstrak didinginkan dan disaring untuk diuji secara organoleptik, kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini variabel rasio bahan baku dengan massa tembakau, sereh dapur dan sirih berturut – turut yaitu pada variabel 1 sebanyak 300 gr; 300 gr; 100 gr dan pada variabel 2 sebanyak 600 gr; 600 gr; 300 gr dengan suhu 50oC serta sampel diambil setiap 30 menit selama 150 menit serta variabel pelarut 6 lt dan 9 lt. Pada uji organoleptik dihasilkan ekstrak berwarna coklat, tekstur cair, dan aroma tembakau. Pada analisa kualitatif, ekstrak pestisida dengan penambahan H2SO4 menunjukkan perubahan warna menjadi coklat tua, sedangkan pada penambahan HCl ekstrak pestisida menunjukan perubahan warna mejadi coklat muda. Analisa kuantitatif dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Kadar nikotin yang dihasilkan secara berturut – turut pada variabel 1 yaitu 2,21 A; 2,50 A; 3,28 A; 3,58 A dan 4,93 A, sedangkan pada variabel 2 yaitu 2,54; 2,78; 3,48; 3,92 dan 5,07. Variabel 1 dengan nilai y = 0,62x + 1,698, R2 = 0,9457 dan Variabel 2 dengan nilai y = 0,09x + 1,645, R2 = 0,9398. Didapatkan kadar nikotin yang terkandung semakin besar. Pestisida organik yang telah dihasilkan, dilihat dari uji kuantitatif dimana kadar nikotin semakin besar maka volume HCL juga semakin besar, dengan metode yang mudah dan bahan yang murah dapat menjadikan produk pestisida organik ini sebagai cara pengo0iptimalan pengolahan sereh, tembakau serta sirih yang lbih ekonomi. Kata kunci: Pestisida organik, ekstraksi, sereh, tembakau, sirih
{"title":"EKSTRAKSI BATANG SEREH, DAUN SIRIH DAN DAUN TEMBAKAU UNTUK PRODUKSI PESTISIDA ORGANIK","authors":"Riska Andriani, A AriqhoBudi, H CintyaDewi, Dwi Handayani","doi":"10.31942/inteka.v4i1.2685","DOIUrl":"https://doi.org/10.31942/inteka.v4i1.2685","url":null,"abstract":"Kolaborasi ekstrak sereh dengan kandungan sitronellal dan geraniol, sirih dengan kandungan eugenol, safrol, isoeugenol, dan tembakau dengan kandungan nikotin dapat membunuh serangga pada tanaman sayuran. Oleh karenanya ekstrak sereh, sirih, dan tembakau dapat digunakan sebagai pestisida organik.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kadar nikotin pada pestisida organik dari ektrak tembakau, sereh dan sirih sebagai pembasmi serangga terhadap tumbuhan sayuran. Dalam penelitian ini metode yang digunakan ekstraksi. Ekstrak diperoleh dengan menggiling bahan baku tembakau, sereh dapur, dam sirih dengan komposisi sesuai variable, kemudian di ekstraksi dengan solvent air sesuai variabel. Ekstrak didinginkan dan disaring untuk diuji secara organoleptik, kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini variabel rasio bahan baku dengan massa tembakau, sereh dapur dan sirih berturut – turut yaitu pada variabel 1 sebanyak 300 gr; 300 gr; 100 gr dan pada variabel 2 sebanyak 600 gr; 600 gr; 300 gr dengan suhu 50oC serta sampel diambil setiap 30 menit selama 150 menit serta variabel pelarut 6 lt dan 9 lt. Pada uji organoleptik dihasilkan ekstrak berwarna coklat, tekstur cair, dan aroma tembakau. Pada analisa kualitatif, ekstrak pestisida dengan penambahan H2SO4 menunjukkan perubahan warna menjadi coklat tua, sedangkan pada penambahan HCl ekstrak pestisida menunjukan perubahan warna mejadi coklat muda. Analisa kuantitatif dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Kadar nikotin yang dihasilkan secara berturut – turut pada variabel 1 yaitu 2,21 A; 2,50 A; 3,28 A; 3,58 A dan 4,93 A, sedangkan pada variabel 2 yaitu 2,54; 2,78; 3,48; 3,92 dan 5,07. Variabel 1 dengan nilai y = 0,62x + 1,698, R2 = 0,9457 dan Variabel 2 dengan nilai y = 0,09x + 1,645, R2 = 0,9398. Didapatkan kadar nikotin yang terkandung semakin besar. Pestisida organik yang telah dihasilkan, dilihat dari uji kuantitatif dimana kadar nikotin semakin besar maka volume HCL juga semakin besar, dengan metode yang mudah dan bahan yang murah dapat menjadikan produk pestisida organik ini sebagai cara pengo0iptimalan pengolahan sereh, tembakau serta sirih yang lbih ekonomi. Kata kunci: Pestisida organik, ekstraksi, sereh, tembakau, sirih","PeriodicalId":133390,"journal":{"name":"Jurnal Inovasi Teknik Kimia","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133150157","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}