Sediaan krim tabir surya keefektifitasannya dapat dilihat pada nilai Sun Protection factor (SPF) yang tertera pada label produknya. , dimana nilai SPF diartikan sebagai hasil bagi dari jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan. Oleh karena itu, penentuan efikasi sediaan yang mengandung tabir surya sangat penting untuk melihat kepatuhan produsen kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kadar nilai SPF pada kosmetik krim yang beredar di Kota Pati. Sampel A, B, C, D, E diuji denganspektrofotometer secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dari panjang gelombang 290-320 nm tiap 5 nm dan diukur absorbansinya, dilakukan replikasi tiga kali berturut-turut, selanjutnya dihitung dengan persamaan Mansur. Diikuti dengan uji stabilitas fisik krim yaitu organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat.Uji sifat fisik krim pada pada uji organoleptis dan uji homogenitas memenuhi syarat yang uji yang ditetapkan. Hasil uji daya sebar krim, sediaan krim yang memiliki daya sebar paling besar berturut-turut krim B, krim A, krim D, krim E, terakhir krim C. Hasil uji daya lekat krim, sediaan krim yang memiliki daya lekat paling besar berturut-turut krim D, C, B, E dan A. Pada uji SPF didapatkan produk A pelarut etanol dan etil asetat mendekati nilai SPF label, pada pelarut kloroform melebihi SPF label. Sedangkan pada krim B, C, D dan E hasil percobaan dibawah nilai label SPF sediaan.Krim tabir surya yang beredar di Kota Pati mempunyai hasil nilai SPF yang berbeda dengan yang tertera pada kemasan saat dilakukan uji nilai SPF dengan spektrofotometri UV-Vis.
{"title":"Analisis Kadar Nilai Sun Protection Factor (SPF) pada Kosmetik Krim Tabir Surya yang Beredar di Kota Pati Secara In Vitro","authors":"Dessy Erliani Mugita Sari, S. Fitrianingsih","doi":"10.31596/CJP.V4I1.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.81","url":null,"abstract":"Sediaan krim tabir surya keefektifitasannya dapat dilihat pada nilai Sun Protection factor (SPF) yang tertera pada label produknya. , dimana nilai SPF diartikan sebagai hasil bagi dari jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh suatu tabir surya dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit yang tidak diberikan perlindungan. Oleh karena itu, penentuan efikasi sediaan yang mengandung tabir surya sangat penting untuk melihat kepatuhan produsen kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kadar nilai SPF pada kosmetik krim yang beredar di Kota Pati. Sampel A, B, C, D, E diuji denganspektrofotometer secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dari panjang gelombang 290-320 nm tiap 5 nm dan diukur absorbansinya, dilakukan replikasi tiga kali berturut-turut, selanjutnya dihitung dengan persamaan Mansur. Diikuti dengan uji stabilitas fisik krim yaitu organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar dan daya lekat.Uji sifat fisik krim pada pada uji organoleptis dan uji homogenitas memenuhi syarat yang uji yang ditetapkan. Hasil uji daya sebar krim, sediaan krim yang memiliki daya sebar paling besar berturut-turut krim B, krim A, krim D, krim E, terakhir krim C. Hasil uji daya lekat krim, sediaan krim yang memiliki daya lekat paling besar berturut-turut krim D, C, B, E dan A. Pada uji SPF didapatkan produk A pelarut etanol dan etil asetat mendekati nilai SPF label, pada pelarut kloroform melebihi SPF label. Sedangkan pada krim B, C, D dan E hasil percobaan dibawah nilai label SPF sediaan.Krim tabir surya yang beredar di Kota Pati mempunyai hasil nilai SPF yang berbeda dengan yang tertera pada kemasan saat dilakukan uji nilai SPF dengan spektrofotometri UV-Vis.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122653463","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes Melitus (DM) terjadi karena sebagian besar disebabkan oleh resisten insulin di dalam tubuh. Penggunaan obat baik kombinasi dan tunggal dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat merupakan bagian dari Drug Related Problems (DRPs). Interaksi obat terjadi jika obat yang dikonsumsi mengubah efek dari obat lain yang dapat menaikkan maupun menurunkan efek suatu obat. Pengambilan data melalui rekam medik pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dilakukan secara prospektif dengan teknik pengambilan data secara total sampling sebanyak 31 pasien sesuai kriteria inklusi. Data dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan literatur Medscape, Stockley’s Drug Interaction 8th edition, Drug Interaction Fact dan kejadian interaksi obat dinilai menggunakan Drug Interaction Probability Scale (DIPS). Analisa data menggunakan SPSS univariat dan bivariat menggunakan Mann-whitney. Dari 31 pasien DM tipe 2 didapatkan penggunaan obat antidiabetik kombinasi sebanyak 93,5% dan yang berpotensi mengalami interaksi obat sebesar 90,3%, Analisa data menggunakan Mann-whitney didapatkan nilai P = 0,050 yang berarti terdapat hubungan antara penggunaan obat oral kombinasi dan tunggal dengan DRPs kategori interaksi obat dengan obat. Pada penelitian ini didapatkan nilai P = 0,050 yang berarti terdapat hubungan antara profil penggunaan obat dengan DRPs kategori interaksi obat dengan obat.
{"title":"Hubungan Drug Related Problems (DRPs) Kategori Interaksi Obat pada Penggunaan Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2","authors":"Annis Rahmawaty, Putri Hadianti Hidayah","doi":"10.31596/CJP.V4I1.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.76","url":null,"abstract":"Diabetes Melitus (DM) terjadi karena sebagian besar disebabkan oleh resisten insulin di dalam tubuh. Penggunaan obat baik kombinasi dan tunggal dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat merupakan bagian dari Drug Related Problems (DRPs). Interaksi obat terjadi jika obat yang dikonsumsi mengubah efek dari obat lain yang dapat menaikkan maupun menurunkan efek suatu obat. Pengambilan data melalui rekam medik pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang dilakukan secara prospektif dengan teknik pengambilan data secara total sampling sebanyak 31 pasien sesuai kriteria inklusi. Data dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan literatur Medscape, Stockley’s Drug Interaction 8th edition, Drug Interaction Fact dan kejadian interaksi obat dinilai menggunakan Drug Interaction Probability Scale (DIPS). Analisa data menggunakan SPSS univariat dan bivariat menggunakan Mann-whitney. Dari 31 pasien DM tipe 2 didapatkan penggunaan obat antidiabetik kombinasi sebanyak 93,5% dan yang berpotensi mengalami interaksi obat sebesar 90,3%, Analisa data menggunakan Mann-whitney didapatkan nilai P = 0,050 yang berarti terdapat hubungan antara penggunaan obat oral kombinasi dan tunggal dengan DRPs kategori interaksi obat dengan obat. Pada penelitian ini didapatkan nilai P = 0,050 yang berarti terdapat hubungan antara profil penggunaan obat dengan DRPs kategori interaksi obat dengan obat.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130848150","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Heri Sugito, Ali Khumaeni, W. S. Budi, Asep Yoyo Wardaya
Identifikasi kandungan zat makro pada obat-obatan kimia sangat diperlukan untuk tujuan perlindungan kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini, identifikasi magnesium (Mg) dalam produk farmasi dilakukan menggunakan LIPS (Laser-Induced Plasma Spectroscopy). Laser yang digunakan pada penelitian adalah laser Nd: YAG dan laser CO2. sampel yang digunakan adalah tablet suplemen. Sinar laser diarahkan dan difokuskan oleh lensa cembung pada sampel. Berkas plasma diinduksikan pada permukaan sampel. Spectrum emisi yang tajam dan berintensitas tinggi yang terdeteksi menggunakan laser Nd:YAG menunjukkan adanya kandungan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada sampel. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingan dengan pengujian sampel menggunakan laser CO2. Diperoleh hasil intensitas spectrum Mg jauh lebih tinggi menggunakan laser CO2.
{"title":"Identifikasi Kalsium dan Magnesium dalam Obat Menggunakan LIPS (Laser-Induced Plasma Spectroscopy)","authors":"Heri Sugito, Ali Khumaeni, W. S. Budi, Asep Yoyo Wardaya","doi":"10.31596/CJP.V4I1.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.78","url":null,"abstract":"Identifikasi kandungan zat makro pada obat-obatan kimia sangat diperlukan untuk tujuan perlindungan kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini, identifikasi magnesium (Mg) dalam produk farmasi dilakukan menggunakan LIPS (Laser-Induced Plasma Spectroscopy). Laser yang digunakan pada penelitian adalah laser Nd: YAG dan laser CO2. sampel yang digunakan adalah tablet suplemen. Sinar laser diarahkan dan difokuskan oleh lensa cembung pada sampel. Berkas plasma diinduksikan pada permukaan sampel. Spectrum emisi yang tajam dan berintensitas tinggi yang terdeteksi menggunakan laser Nd:YAG menunjukkan adanya kandungan Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) pada sampel. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingan dengan pengujian sampel menggunakan laser CO2. Diperoleh hasil intensitas spectrum Mg jauh lebih tinggi menggunakan laser CO2.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"2013 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127418427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Penggunaan berulang minyak goreng kelapa sawit atau disebut minyak jelantah mengalami kerusakan karena mengalami pemanasan berulang, kontak dengan air, udara dan logam. Kerusakan minyak karena mengalami oksidasi dapat dicegah dengan menambahkan antioksidan. Lidah buaya mengandung unsur vitamin dan mineral yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak lidah buaya terhadap bilangan peroksida pada minyak jelantah. Minyak jelantah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penjual gorengan, diuji kualitatif dan positif mengandung bilangan perosida. Minyak jelantah M1,M2 dan M3 ditambahkan ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 10 % b/v, 30 % b/v , 50 % b/v dan 70 % b/v yang direndam selama 5 jam. Penetapan bilangan peroksida pada minyak jelantah dilakukan dengan metode Iodometri. Hasil penelitian diperoleh kadar bilangan peroksida pada minyak jelantah tanpa penambahan ekstrak lidah buaya M1, M2 dan M3 adalah 7,60 mek O2/kg, 12,53 mek O2/kg dan 12,30 mek O2/kg. Bilangan peroksida minyak jelantah dengan penambahan ekstrak lidah buaya konsentrasi 10 % b/v, 30 % b/v, 50 % b/v dan 70 % b/v pada M1, M2 dan M3 adalah M1 6,48 mek O2/kg, 3,62 mek O2/kg, 1,95 mek O2/kg, 0,91 mek O2/kg, M2 9,89 mek O2/kg , 4,24 mek O2/kg, 3,07 mek O2/kg, 1,90 mek O2/kg dan pada M3 6,18 mek O2/kg, 2,64 mek O2/kg, 1,18 mek O2/kg, 0,96 mek O2/kg. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh penambahan ekstrak lidah buaya terhadap penurunan bilangan peroksida minyak jelantah.
食用油是社会满足日常需求所需要的食物之一。反复使用棕榈油或所谓的jelantah油是由于反复加热、接触水、空气和金属而造成的损害。油性氧化损伤可通过增加抗氧化剂来预防。芦荟含有一种天然的抗氧化剂和矿物质。这项研究的目的是确定芦荟提取物对jelantah油中的过氧化氢数的影响。这项研究使用的日晒油是从油炸食品小贩那里获得的,经过定性测试,经过积极的杀虫剂数量测试。jelantah M1,M2和M3加入芦荟提取物,浓度为10%的b/v, 30%的b/v, 50%的b/v和70 %的b/v浸泡5小时。jelantah油中的过氧化氢数的测定方法是通过地形测量方法进行的。研究发现,jelantah石油中的过氧化氢水平没有添加芦荟提物M1、M2和M3增加7.60 mek氧气/公斤,12.53 mek氧气/公斤和12.30 mek氧气/kg。民数记过氧化氢jelantah油和芦荟提取物浓度增加10 % b - v, 30 % b % b / v / v, 50和70 % b - v在M1、M2和M3是M1 6,48 mek O2 /公斤,比氧气3.62 mek公斤,比氧气1,95 mek -公斤,比氧气0.91 mek公斤,M2 9.89 mek O2 /公斤,比氧气4,24 mek -公斤,比氧气3.07 mek公斤,4英寸mek O2 /公斤,在M3 6,18 mek O2 /公斤,比氧气2,64 mek公斤,比氧气1.18美元mek公斤,比氧气0,96 mek /公斤。研究表明,芦荟提取物对jelantah的过氧化氢数的下降有影响。
{"title":"Pengaruh Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Barbadensis-Miller) Terhadap Bilangan Peroksida pada Minyak Jelantah","authors":"Eny Hastuti, S. Sari","doi":"10.31596/CJP.V4I1.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.72","url":null,"abstract":"Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Penggunaan berulang minyak goreng kelapa sawit atau disebut minyak jelantah mengalami kerusakan karena mengalami pemanasan berulang, kontak dengan air, udara dan logam. Kerusakan minyak karena mengalami oksidasi dapat dicegah dengan menambahkan antioksidan. Lidah buaya mengandung unsur vitamin dan mineral yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak lidah buaya terhadap bilangan peroksida pada minyak jelantah. Minyak jelantah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penjual gorengan, diuji kualitatif dan positif mengandung bilangan perosida. Minyak jelantah M1,M2 dan M3 ditambahkan ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 10 % b/v, 30 % b/v , 50 % b/v dan 70 % b/v yang direndam selama 5 jam. Penetapan bilangan peroksida pada minyak jelantah dilakukan dengan metode Iodometri. Hasil penelitian diperoleh kadar bilangan peroksida pada minyak jelantah tanpa penambahan ekstrak lidah buaya M1, M2 dan M3 adalah 7,60 mek O2/kg, 12,53 mek O2/kg dan 12,30 mek O2/kg. Bilangan peroksida minyak jelantah dengan penambahan ekstrak lidah buaya konsentrasi 10 % b/v, 30 % b/v, 50 % b/v dan 70 % b/v pada M1, M2 dan M3 adalah M1 6,48 mek O2/kg, 3,62 mek O2/kg, 1,95 mek O2/kg, 0,91 mek O2/kg, M2 9,89 mek O2/kg , 4,24 mek O2/kg, 3,07 mek O2/kg, 1,90 mek O2/kg dan pada M3 6,18 mek O2/kg, 2,64 mek O2/kg, 1,18 mek O2/kg, 0,96 mek O2/kg. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh penambahan ekstrak lidah buaya terhadap penurunan bilangan peroksida minyak jelantah.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130801445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wulan Agustin Ningrum, Miftahurohmah Ramadanti, Ainun Muthoharoh
Pencernaan dalam tubuh yang bertugas memproses suatu makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh untuk kemudian diolah menjadi sebuah energi dibantu oleh bakteri baik. Staphylococcus aureus merupakan salah satu flora normal dalam tubuh manusia bila dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan patogen terhadap inangnya sehingga dapat membahayakan manusia. Salah satu penyebab bakteri pathogen adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur pada mulut seperti pipi, gusi, lidah, bibir dan atap atau dasar mulut atau dengan nama lain stomatitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi Linn.) dan daun belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan etanol 96% secara maserasi. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 60%, 75% dan 90%. Kontrol positif yang digunakan adalah disk ampicilin 10 ?g dan kontrol negatif menggunakan DMSO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi Linn.) dan daun belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) dengan perbandingan1:3, 2:2 dan 3:1memiliki kandungan fenol, saponin, tanin dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Perlu dilakukan pengembangan penelitian selanjutnya terhadap aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun belimbing wuluh.
{"title":"Uji Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi Linn.) dan Ekstrak Etanol Daun Blimbing Manis (Averrhoacarambola Linn.) Terhadap Daya Hambat Staphylococcus Aureus","authors":"Wulan Agustin Ningrum, Miftahurohmah Ramadanti, Ainun Muthoharoh","doi":"10.31596/CJP.V4I1.84","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.84","url":null,"abstract":"Pencernaan dalam tubuh yang bertugas memproses suatu makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh untuk kemudian diolah menjadi sebuah energi dibantu oleh bakteri baik. Staphylococcus aureus merupakan salah satu flora normal dalam tubuh manusia bila dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan patogen terhadap inangnya sehingga dapat membahayakan manusia. Salah satu penyebab bakteri pathogen adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur pada mulut seperti pipi, gusi, lidah, bibir dan atap atau dasar mulut atau dengan nama lain stomatitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi Linn.) dan daun belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan etanol 96% secara maserasi. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 60%, 75% dan 90%. Kontrol positif yang digunakan adalah disk ampicilin 10 ?g dan kontrol negatif menggunakan DMSO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa blimbi Linn.) dan daun belimbing manis (Averrhoa carambola Linn.) dengan perbandingan1:3, 2:2 dan 3:1memiliki kandungan fenol, saponin, tanin dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Perlu dilakukan pengembangan penelitian selanjutnya terhadap aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun belimbing wuluh.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"175 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116334423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tahu merupakan makanan olahan kedelai yang memiliki kandungan protein tinggi serta harganya relatif terjangkau oleh masyarakat. Cemaran bakteri pada tahu biasanya berasal dari bahan baku dan proses pengolahan tahu. Bakteri golongan coliform merupakan salah satu cemaran bakteri yang terdapat dalam tahu segar. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi serta antikanker. Tujuan penelitian ini utuk mengetahui kemampuan rimpang kunyit terhadap penurunan cemaran bakteri coliform pada tahu segar. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium sampel yang di gunakan tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit dengan konsentrasi: 25%, 50%, 75%, 100%. Metode yang di gunakan Most Probable Number (MPN) Coliform yang terdiri dari presumtive, confirmed dan complete test. Hasil penelitian menunjukkan cemaran bakteri Coliform tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit 25% ( APM 1100/g) 50% (APM 460/g), 75% ( APM 210/g ) 100% (APM 93/g ) sebagai kontrol negatif tahu segar tanpa perendaman dalam larutan kunyit APM ? 24000/gr sampel. Terjadi Penurunan cemaran bakteri Coliform pada tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit 25%, 50%, 75%, 100%.
{"title":"Gambaran Pemanfaatan Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica Val.) Terhadap Penurunan Cemaran Bakteri Coliform pada Tahu Segar","authors":"Rokhana Rokhana, Deatri Anugrahini","doi":"10.31596/CJP.V4I1.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.75","url":null,"abstract":"Tahu merupakan makanan olahan kedelai yang memiliki kandungan protein tinggi serta harganya relatif terjangkau oleh masyarakat. Cemaran bakteri pada tahu biasanya berasal dari bahan baku dan proses pengolahan tahu. Bakteri golongan coliform merupakan salah satu cemaran bakteri yang terdapat dalam tahu segar. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan kurkumin yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi serta antikanker. Tujuan penelitian ini utuk mengetahui kemampuan rimpang kunyit terhadap penurunan cemaran bakteri coliform pada tahu segar. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium sampel yang di gunakan tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit dengan konsentrasi: 25%, 50%, 75%, 100%. Metode yang di gunakan Most Probable Number (MPN) Coliform yang terdiri dari presumtive, confirmed dan complete test. Hasil penelitian menunjukkan cemaran bakteri Coliform tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit 25% ( APM 1100/g) 50% (APM 460/g), 75% ( APM 210/g ) 100% (APM 93/g ) sebagai kontrol negatif tahu segar tanpa perendaman dalam larutan kunyit APM ? 24000/gr sampel. Terjadi Penurunan cemaran bakteri Coliform pada tahu segar yang direndam dalam larutan kunyit 25%, 50%, 75%, 100%.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121641716","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Asma bronkial ditandai dengan peradangan saluran nafas kronis, dan timbul secara klinis penyempitan jalan nafas (mengi dan dyspnea) dan batuk. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak propolis sebagai terapi asma terhadap ketebalan otot polos bronkiolus pada mencit asma. Mencit betina Balb/C 25 ekor yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 5 kelompok. Kontrol normal (K1), kontrol negatif (K2), teofilin (K3), ekstrak propolis (K4), kombinasi teofilin + ekstrak propolis (K5). Pada hari ke-0 mencit disensitisasi dengan 10µg OVA+ 1 mg Alhidrogel dalam 0,5 mL NaCl steril 0,9% secara intraperitoneal. Pada hari ke-14 20µg OVA+ 2 mg Alhidrogel dalam 0,5 mL NaCl steril 0,9% secara intraperitoneal Pada hari ke-21, ke-23, ke-25 mencit diinhalasi OVA1%. Pada hari ke-26 sampai ke-39 kelompok K3 diberi teofilin 0,338 mg/hari, kelompok K4 diberi ekstrak propolis dosis 4 mg/ hari dan kelompok K5 diberi kombinasi teofilin + ekstrak propolis. Pada hari ke-40 mencit diterminasi untuk dianalisis ketebalan otot polos bronkiolus. Perbandingan antara kelompok negatif rata-rata rata-rata 5,35± 0,06 µm dapat diturunkan dengan ekstrak propolis (K4) rata-rata 3,73± 0,2 µm, nilai p=0,01 artinya antara kelompok kontrol negatif dan kelompok ekstrak propolis ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Ekstrak propolis terbukti dapat menurunkan ketebalan otot polos bronkiolus mencit asma
{"title":"Pengaruh Suplementasi Ekstrak Propolis Terhadap Ketebalan Otot Polos Bronkiolus pada Mencit Asma","authors":"D. Palupi, Nadhifah Luqyana","doi":"10.31596/CJP.V4I1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.55","url":null,"abstract":"Asma bronkial ditandai dengan peradangan saluran nafas kronis, dan timbul secara klinis penyempitan jalan nafas (mengi dan dyspnea) dan batuk. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak propolis sebagai terapi asma terhadap ketebalan otot polos bronkiolus pada mencit asma. Mencit betina Balb/C 25 ekor yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 5 kelompok. Kontrol normal (K1), kontrol negatif (K2), teofilin (K3), ekstrak propolis (K4), kombinasi teofilin + ekstrak propolis (K5). Pada hari ke-0 mencit disensitisasi dengan 10µg OVA+ 1 mg Alhidrogel dalam 0,5 mL NaCl steril 0,9% secara intraperitoneal. Pada hari ke-14 20µg OVA+ 2 mg Alhidrogel dalam 0,5 mL NaCl steril 0,9% secara intraperitoneal Pada hari ke-21, ke-23, ke-25 mencit diinhalasi OVA1%. Pada hari ke-26 sampai ke-39 kelompok K3 diberi teofilin 0,338 mg/hari, kelompok K4 diberi ekstrak propolis dosis 4 mg/ hari dan kelompok K5 diberi kombinasi teofilin + ekstrak propolis. Pada hari ke-40 mencit diterminasi untuk dianalisis ketebalan otot polos bronkiolus. Perbandingan antara kelompok negatif rata-rata rata-rata 5,35± 0,06 µm dapat diturunkan dengan ekstrak propolis (K4) rata-rata 3,73± 0,2 µm, nilai p=0,01 artinya antara kelompok kontrol negatif dan kelompok ekstrak propolis ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Ekstrak propolis terbukti dapat menurunkan ketebalan otot polos bronkiolus mencit asma","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122750994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dyah Aryantini, L. Agustina, Ida Kristianingsih, Evi Kurniawati, Ilham Khawarizmy
Sediaan yang sedang digemari oleh masyarakat dalam mengembalikan hidrasi kulit adalah soothing gel. Soothing merupakan sediaan yang lazim disebut hydrogel dibuat dengan bahan aktif berkonsentrasi tinggi yang diharapkan dapat bekerja maksimal dalam mengembalikan kelembapan kulit. Lidah buaya telah banyak dimanfaatkan untuk melembabkan kulit. Kombinasi lidah buaya dan buah naga diharapkan bahwa kandungan kimia dari golongan flavonoid dalam buah naga dapat memberikan kontribusi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sifat fisik Formula I (FI) dan Formula II (FII) soothing gel dengan bahan aktif kombinasi lidah buaya dan buah naga konsentrasi 85% dan 95% yang meliputi organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, dan daya lekat. Penelitian ini juga diujikan terhadap panelis untuk mengetahui responnya terhadap formula yang disukai. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yakni dengan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia masing-masing zat aktif, evaluasi sifat fisik untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat memenuhi syarat sediaan setengah padat. Selanjutnya data dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif secara statistik melalui uji T. Uji kesukaan terhadap sediaan oleh panelis dilakukan terhadap 10 orang panelis berusia 18-25 tahun. Hasil dari penapisan kimia menunjukkan bahwa lidah buaya positif mengandung flavonoid dan saponin, sedangkan buah naga positif mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin. Evaluasi sifat fisik terhadap organoleptik, homogenitas, daya sebar, daya lekat, dan pH menunjukkan bahwa FI dan FII memiliki sifat yang memenuhi persyaratan sediaan setengah padat. Berdasarkan kesukaan panelis menunjukkan bahwa FI lebih disukai yakni oleh 80% responden dan FII sebanyak 20%.
{"title":"Formulasi dan Karakteristik Fisik Soothing Gel Kombinasi Lidah Buaya dan Buah Naga","authors":"Dyah Aryantini, L. Agustina, Ida Kristianingsih, Evi Kurniawati, Ilham Khawarizmy","doi":"10.31596/CJP.V4I1.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V4I1.51","url":null,"abstract":"Sediaan yang sedang digemari oleh masyarakat dalam mengembalikan hidrasi kulit adalah soothing gel. Soothing merupakan sediaan yang lazim disebut hydrogel dibuat dengan bahan aktif berkonsentrasi tinggi yang diharapkan dapat bekerja maksimal dalam mengembalikan kelembapan kulit. Lidah buaya telah banyak dimanfaatkan untuk melembabkan kulit. Kombinasi lidah buaya dan buah naga diharapkan bahwa kandungan kimia dari golongan flavonoid dalam buah naga dapat memberikan kontribusi sebagai antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sifat fisik Formula I (FI) dan Formula II (FII) soothing gel dengan bahan aktif kombinasi lidah buaya dan buah naga konsentrasi 85% dan 95% yang meliputi organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, dan daya lekat. Penelitian ini juga diujikan terhadap panelis untuk mengetahui responnya terhadap formula yang disukai. Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data yakni dengan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia masing-masing zat aktif, evaluasi sifat fisik untuk mengetahui bahwa sediaan yang dibuat memenuhi syarat sediaan setengah padat. Selanjutnya data dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif secara statistik melalui uji T. Uji kesukaan terhadap sediaan oleh panelis dilakukan terhadap 10 orang panelis berusia 18-25 tahun. Hasil dari penapisan kimia menunjukkan bahwa lidah buaya positif mengandung flavonoid dan saponin, sedangkan buah naga positif mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin. Evaluasi sifat fisik terhadap organoleptik, homogenitas, daya sebar, daya lekat, dan pH menunjukkan bahwa FI dan FII memiliki sifat yang memenuhi persyaratan sediaan setengah padat. Berdasarkan kesukaan panelis menunjukkan bahwa FI lebih disukai yakni oleh 80% responden dan FII sebanyak 20%.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132893741","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jumlah penderita Diabetes Mellitus yang semakin meningkat, menempatkan Indonesia di posisi ke-4 di dunia setah India, Cina dan Amerika serikat. Tahun 2000, Indonesia terdapat 8,4 juta penderita Diabetes Mellitus dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 21,3juta pada tahun 2030 (Soegondo dkk, 2009).Indonesia sebagai Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, diantaranya dari segi tanaman obat sehinnga banyak digunakan sebagai altenatif obat, salah satuanya untuk menurunkan kadar glukosa darah (Soriton, 2014).Salah satu tanaman obat berasal dari kearifan lokal Desa Colo kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yaitu parijoto (Medinilla speciosa Blume). Tanaman parijoto mengandung tanin, flavonoid dan glikosida pada buahnya, serta didapatkan hasil ekstrak buah parijoto memenuhi standar mutu dengan kadar flavonoid total 156 mg/RE serta memiliki aktivitas antioksidan (Wachidah, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui efek hipoglikemia fraksi etil asetat dan air Ranting Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada Tikus Putih jantan galur Wistar Dengan Metode Induksi Aloksan, mengetahui perbedaan efek hipoglikemik fraksi etil asetat dan air Ranting Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada Tikus Putih jantann galur Wistar Dengan Metode Induksi Aloksan. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan induksi aloksan pada tikus putih jantan galur wistar dan mengakibatkan rusaknya sel beta pancreas sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar. Dimana sebelum diberikan aloksan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu dan di periksa kadar darah nya. Pemberian fraksi etil asetat dan air ranting buah parijoto pada dosis 25, 50 dan 100 mg/Kg BB diberikan setelah tikus mengalami Peningkatan Kadar glukosa darah dan dikatakan diabetes mellitus dengan harapan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Data diuji menggunakan one way ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan.hasil yang diperoleh dari uji one way ANOVA didapat nilai signifikan 0.000 0.05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok perlakuan.Dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan hasil P0.05 arti nya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian fraksi air dengan etilasetat ranting buah parijoto pada tikus wistar yang diinduksi aloksan.
{"title":"Efek Hipoglikemik Fraksi Etil Asetat dan Air Ranting Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar dengan Metode Induksi Aloksan","authors":"Endra Pujiastuti, Annik Megawati","doi":"10.31596/CJP.V3I2.56","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V3I2.56","url":null,"abstract":"Jumlah penderita Diabetes Mellitus yang semakin meningkat, menempatkan Indonesia di posisi ke-4 di dunia setah India, Cina dan Amerika serikat. Tahun 2000, Indonesia terdapat 8,4 juta penderita Diabetes Mellitus dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 21,3juta pada tahun 2030 (Soegondo dkk, 2009).Indonesia sebagai Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, diantaranya dari segi tanaman obat sehinnga banyak digunakan sebagai altenatif obat, salah satuanya untuk menurunkan kadar glukosa darah (Soriton, 2014).Salah satu tanaman obat berasal dari kearifan lokal Desa Colo kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yaitu parijoto (Medinilla speciosa Blume). Tanaman parijoto mengandung tanin, flavonoid dan glikosida pada buahnya, serta didapatkan hasil ekstrak buah parijoto memenuhi standar mutu dengan kadar flavonoid total 156 mg/RE serta memiliki aktivitas antioksidan (Wachidah, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui efek hipoglikemia fraksi etil asetat dan air Ranting Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada Tikus Putih jantan galur Wistar Dengan Metode Induksi Aloksan, mengetahui perbedaan efek hipoglikemik fraksi etil asetat dan air Ranting Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume) pada Tikus Putih jantann galur Wistar Dengan Metode Induksi Aloksan. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan induksi aloksan pada tikus putih jantan galur wistar dan mengakibatkan rusaknya sel beta pancreas sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan galur wistar. Dimana sebelum diberikan aloksan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu dan di periksa kadar darah nya. Pemberian fraksi etil asetat dan air ranting buah parijoto pada dosis 25, 50 dan 100 mg/Kg BB diberikan setelah tikus mengalami Peningkatan Kadar glukosa darah dan dikatakan diabetes mellitus dengan harapan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Data diuji menggunakan one way ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan antar perlakuan.hasil yang diperoleh dari uji one way ANOVA didapat nilai signifikan 0.000 0.05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok perlakuan.Dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan hasil P0.05 arti nya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian fraksi air dengan etilasetat ranting buah parijoto pada tikus wistar yang diinduksi aloksan.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124632392","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Beberapa bagian dari Diospiros discolor (tanaman Bisbul) telah dilaporkan memiliki berbagai khasiat terkait dengan kandungan flavonoid pada masing-masing bagian tanaman tersebut. Biji buah bisbul belum dilaporkan dan diduga mempunyai kandungan yang sama dengan bagian lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan kadar flavonoid total pada ekstrak biji bisbul. Pada penelitian ini, biji buah bisbul diekstrak menggunakan pelarut aseton dan etil asetat. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi selama 4×24 jam dengan penggantian pelarut. Rendemen ekstrak aseton dan etil asetat biji buah bisbul yaitu 30,12% dan 28,14%. Kandungan metabolit sekunder pada masing-masing ekstrak diketahui melalui skrining fitokimia. Hasil Uji fitokimia menunjukkan kedua ekstrak mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, Triterpenoid/Steroid, dan Tanin. Analisis kadar flavonoid total pada kedua ekstrak dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Kadar flavonoid total ekstrak etil asetat lebih tinggi dari ekstrak aseton yaitu masing-masing 423,60 ± 2,68 dan 377,03 ± 1,50 mg Ekuivalen Katekin/ g ekstrak.
{"title":"Skrining Fitokimia dan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Aseton dan Etil Asetat Biji Buah Bisbul (Diospyros Discolor) Tumbuhan Endemik Bogor","authors":"Dian Arrisujaya, Devy Susanty, Resha Ratna Kusumah","doi":"10.31596/CJP.V3I2.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.31596/CJP.V3I2.46","url":null,"abstract":"Beberapa bagian dari Diospiros discolor (tanaman Bisbul) telah dilaporkan memiliki berbagai khasiat terkait dengan kandungan flavonoid pada masing-masing bagian tanaman tersebut. Biji buah bisbul belum dilaporkan dan diduga mempunyai kandungan yang sama dengan bagian lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan kadar flavonoid total pada ekstrak biji bisbul. Pada penelitian ini, biji buah bisbul diekstrak menggunakan pelarut aseton dan etil asetat. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi selama 4×24 jam dengan penggantian pelarut. Rendemen ekstrak aseton dan etil asetat biji buah bisbul yaitu 30,12% dan 28,14%. Kandungan metabolit sekunder pada masing-masing ekstrak diketahui melalui skrining fitokimia. Hasil Uji fitokimia menunjukkan kedua ekstrak mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, Triterpenoid/Steroid, dan Tanin. Analisis kadar flavonoid total pada kedua ekstrak dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Kadar flavonoid total ekstrak etil asetat lebih tinggi dari ekstrak aseton yaitu masing-masing 423,60 ± 2,68 dan 377,03 ± 1,50 mg Ekuivalen Katekin/ g ekstrak.","PeriodicalId":135893,"journal":{"name":"Cendekia Journal of Pharmacy","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124386221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}