Virna Muhardina, Putri Meutia Sari, Tengku Mia Rahmiati, Liya Fitriyana, I. Safitri, Irmayadani Irmayadani, Safiah Safiah, Lukmanul Hakim
Biji kluwih (Artocarpus communis) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaat sebagai bahan susbtitusi dalam pembutan biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pasta biji kluwih dan lama pemanggangan terhadap karateristik dan sifat sensori biskuit (Artocarpus communis). Pembuatan biskuit dilakukan dengan mencampurkan tepung terigu, pasta biji kluwih dan bahan tambahan lainnya. Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu penambahan pasta biji Kluwih (25%, 50%, dan 75%) dan lama pemanggangan (20, 30, dan 40 menit). Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar serat dan sensori (warna, rasa, aroma dan tekstur). Hasil menunjukkan bahwa penambahan pasta biji kluwih, lama pemanggangan dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (p ≤ 0.01) terhadap kadar air, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein dan nilai sensori warna, rasa, aroma dan tekstur biskuit. Penambahan pasta biji kluwih meningkatkan kadar serat biskuit sekitar 2.50%. Biskuit terbaik diperoleh dari perlakuan dengan penambahan pasta biji kluwih 25 % dan lama pemanggangan 40 menit dan hasil uji menghasilkan biskuit yang memiliki nilai kadar air 5,88 %, kadar protein 7.95 %, warna 3.33 (normal), aroma 3.47 (normal), rasa 3.03 (normal), tekstur 3.27 (normal). Pemanfaatan pasta biji kluwih sebagai bahan subtitusi dalam pengolahan biskuit selain dapat meningkatkan kadar serat biskuit.
{"title":"Pengaruh Penambahan Pasta Biji Kluwih (Artocarpus communis) dan Lama Pemanggangan Terhadap Karakteristik dan Sensori Biskuit","authors":"Virna Muhardina, Putri Meutia Sari, Tengku Mia Rahmiati, Liya Fitriyana, I. Safitri, Irmayadani Irmayadani, Safiah Safiah, Lukmanul Hakim","doi":"10.35308/jtpp.v5i2.8627","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v5i2.8627","url":null,"abstract":"Biji kluwih (Artocarpus communis) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaat sebagai bahan susbtitusi dalam pembutan biskuit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pasta biji kluwih dan lama pemanggangan terhadap karateristik dan sifat sensori biskuit (Artocarpus communis). Pembuatan biskuit dilakukan dengan mencampurkan tepung terigu, pasta biji kluwih dan bahan tambahan lainnya. Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu penambahan pasta biji Kluwih (25%, 50%, dan 75%) dan lama pemanggangan (20, 30, dan 40 menit). Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar serat dan sensori (warna, rasa, aroma dan tekstur). Hasil menunjukkan bahwa penambahan pasta biji kluwih, lama pemanggangan dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata (p ≤ 0.01) terhadap kadar air, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar protein dan nilai sensori warna, rasa, aroma dan tekstur biskuit. Penambahan pasta biji kluwih meningkatkan kadar serat biskuit sekitar 2.50%. Biskuit terbaik diperoleh dari perlakuan dengan penambahan pasta biji kluwih 25 % dan lama pemanggangan 40 menit dan hasil uji menghasilkan biskuit yang memiliki nilai kadar air 5,88 %, kadar protein 7.95 %, warna 3.33 (normal), aroma 3.47 (normal), rasa 3.03 (normal), tekstur 3.27 (normal). Pemanfaatan pasta biji kluwih sebagai bahan subtitusi dalam pengolahan biskuit selain dapat meningkatkan kadar serat biskuit.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"241 2-3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140514748","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Non-dairy or plant-based milk is one of the new food products derived from plants. It is essential to explore the plant milk market from the different raw materials that can be used, understand the different products we can obtain from plant milk, as well as improve the characteristics of the plant milk. To do the exploratory, bibliographic research can be performed. Therefore, we applied bibliographic analysis to identify and explore the most advanced technology in plant milk research. Data was collected by using Harzing's Publish or Perish (PoP), saved as CSV and RIS, filtered and refined, and then analyzed using descriptive statistics and VOSviewer. We screened 485 papers (2012-2022) related to plant-based milk from 998 publications since 1981. Related keywords or terms of screened papers were then visualized by VOSviewer into network, overlay, and density visualization map. Based on the visualization map, there were 7 clusters of plant-based milk research field. The novelty of the research covered the importance and development of plant-based milk derivate, correlation to life cycle assessment, and occurrence of milk allergy. The term “diet” became the highest density term in publication between 2012 to 2022. On the other hand, the terms “sensory attribute”, “traditional plant”, and “health benefit” became the lowest density term.
非乳制品或植物性牛奶是一种从植物中提取的新型食品。从可以使用的不同原料来探索植物奶市场,了解我们可以从植物奶中获得的不同产品,以及改善植物奶的特性是至关重要的。要进行探索性研究,可以进行书目研究。因此,我们采用文献分析法来识别和探索植物奶研究的最先进技术。采用Harzing’s Publish or Perish (PoP)收集数据,保存为CSV和RIS,进行筛选和细化,然后使用描述性统计和VOSviewer进行分析。我们从1981年以来的998份出版物中筛选了485篇与植物性牛奶相关的论文(2012-2022)。然后用VOSviewer将筛选论文的相关关键词或术语可视化为网络图、叠加图和密度可视化图。基于可视化地图,植物奶研究领域共分为7个集群。该研究的新颖性包括植物性乳衍生物的重要性和发展,与生命周期评估的相关性,以及牛奶过敏的发生。在2012年至2022年期间,“饮食”一词成为出版中密度最高的术语。另一方面,“感官属性”、“传统植物”和“健康效益”成为密度最低的术语。
{"title":"A Bibliometric Mapping of Plant-Based Milk","authors":"M. I. Febriansyah, Nafisah Eka Puteri, M. Kamal","doi":"10.35308/jtpp.v4i2.6596","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i2.6596","url":null,"abstract":"Non-dairy or plant-based milk is one of the new food products derived from plants. It is essential to explore the plant milk market from the different raw materials that can be used, understand the different products we can obtain from plant milk, as well as improve the characteristics of the plant milk. To do the exploratory, bibliographic research can be performed. Therefore, we applied bibliographic analysis to identify and explore the most advanced technology in plant milk research. Data was collected by using Harzing's Publish or Perish (PoP), saved as CSV and RIS, filtered and refined, and then analyzed using descriptive statistics and VOSviewer. We screened 485 papers (2012-2022) related to plant-based milk from 998 publications since 1981. Related keywords or terms of screened papers were then visualized by VOSviewer into network, overlay, and density visualization map. Based on the visualization map, there were 7 clusters of plant-based milk research field. The novelty of the research covered the importance and development of plant-based milk derivate, correlation to life cycle assessment, and occurrence of milk allergy. The term “diet” became the highest density term in publication between 2012 to 2022. On the other hand, the terms “sensory attribute”, “traditional plant”, and “health benefit” became the lowest density term.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117103630","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rita Khathir, Marai Rahmawati, Hendri Syah, M. Zahari
Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pengeringan cabai rawit hijau (Capsicum frustescens) yang diberi perlakuan blanching dan dikeringkan dengan alat pengering terowongan Hohenheim Aceh. Penelitian ini menggunakan rancangan 1 faktor blanching dengan 3 taraf perlakuan yaitu non blanching (B0), hot water blanching pada suhu 90ºC selama 2 menit (B1), dan steam blanching pada suhu 95ºC selama 1 menit (B2). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan sebanyak 1kg cabai rawit digunakan per satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah iradiasi matahari, suhu, kelembaban relatif, perubahan berat sampel, kadar air, rendemen, vitamin C, tingkat penerimaan konsumen dan warna. Teknik analisa data meliputi analisis laju pengeringan, energi pengeringan, dan efisiensi pengeringan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengeringan cabai rawit hijau yang diberi perlakuan steam blanching dapat mempercepat proses pengeringan dengan kualitas yang lebih baik. Perlakuan steam blanching menghasilkan laju pengeringan cabai rawit tertinggi, nilai efisiensi pengeringan tertinggi, dan penyimpangan warna paling rendah dibandingkan cabai rawit segar. Hal ini didukung oleh kinerja kendali PID pada alat pengering yang menghasilkan kombinasi suhu dan RH yang meningkatkan efektifitas proses pengeringan cabai rawit, dengan mencegah terjadinya suhu di atas 60ºC dan menciptakan sistem operasi kipas yang periodik sesuai kebutuhan.
{"title":"Pengaruh Metode Blanching Terhadap Karakteristik Pengeringan Cabai Rawit Hijau Menggunakan Alat Pengering Terowongan Hohenheim Aceh","authors":"Rita Khathir, Marai Rahmawati, Hendri Syah, M. Zahari","doi":"10.35308/jtpp.v4i2.6614","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i2.6614","url":null,"abstract":" Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pengeringan cabai rawit hijau (Capsicum frustescens) yang diberi perlakuan blanching dan dikeringkan dengan alat pengering terowongan Hohenheim Aceh. Penelitian ini menggunakan rancangan 1 faktor blanching dengan 3 taraf perlakuan yaitu non blanching (B0), hot water blanching pada suhu 90ºC selama 2 menit (B1), dan steam blanching pada suhu 95ºC selama 1 menit (B2). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan sebanyak 1kg cabai rawit digunakan per satuan percobaan. Parameter yang diamati adalah iradiasi matahari, suhu, kelembaban relatif, perubahan berat sampel, kadar air, rendemen, vitamin C, tingkat penerimaan konsumen dan warna. Teknik analisa data meliputi analisis laju pengeringan, energi pengeringan, dan efisiensi pengeringan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengeringan cabai rawit hijau yang diberi perlakuan steam blanching dapat mempercepat proses pengeringan dengan kualitas yang lebih baik. Perlakuan steam blanching menghasilkan laju pengeringan cabai rawit tertinggi, nilai efisiensi pengeringan tertinggi, dan penyimpangan warna paling rendah dibandingkan cabai rawit segar. Hal ini didukung oleh kinerja kendali PID pada alat pengering yang menghasilkan kombinasi suhu dan RH yang meningkatkan efektifitas proses pengeringan cabai rawit, dengan mencegah terjadinya suhu di atas 60ºC dan menciptakan sistem operasi kipas yang periodik sesuai kebutuhan. ","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128571111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter mutu yang terdapat pada storage tank di PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan. Parameter mutu dari unit storage tank yang diuji yaitu untuk kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. Observasi lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengolahan CPO di Perusahaan Kelapa Sawit PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan. Analisa kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi asam basa dengan menggunakan larutan standar NaOH 0.2556 N, sedangkan analisa kadar air dan kadar kotoran menggunakan metode gravimetri. Hasil perhitungan untuk waktu 10 hari diperoleh rata-rata kadar asam lemak bebas (ALB) pada bagian atas yaitu 2,16%, lalu pada bagian tengah yaitu 2,21% dan pada bagian bawah yaitu 2,27%. Pada kadar air bagian atas dengan rata-rata yaitu 0,14%, lalu pada bagian tengah yaitu 0,18% dan pada bagian bawah yaitu 0,22%. Pada kadar kotoran bagian atas didapat dengan rata-rata yaitu 0,04%, lalu pada bagian tengah yaitu 0,05 dan pada bagian bawah yaitu 0,14%. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari analisa kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran telah memenuhi syarat standar perusahaan PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan.
{"title":"Analisa Mutu Crude Palm Oil (CPO) Pada Storage Tank Di PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan","authors":"Maya Indra Rasyid, Dekka Swandika, Nurhidayatullah Nurhidayatullah","doi":"10.35308/jtpp.v4i2.6336","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i2.6336","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter mutu yang terdapat pada storage tank di PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan. Parameter mutu dari unit storage tank yang diuji yaitu untuk kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. Observasi lapangan dilakukan untuk mengamati proses pengolahan CPO di Perusahaan Kelapa Sawit PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan. Analisa kadar asam lemak bebas dilakukan dengan metode titrasi asam basa dengan menggunakan larutan standar NaOH 0.2556 N, sedangkan analisa kadar air dan kadar kotoran menggunakan metode gravimetri. Hasil perhitungan untuk waktu 10 hari diperoleh rata-rata kadar asam lemak bebas (ALB) pada bagian atas yaitu 2,16%, lalu pada bagian tengah yaitu 2,21% dan pada bagian bawah yaitu 2,27%. Pada kadar air bagian atas dengan rata-rata yaitu 0,14%, lalu pada bagian tengah yaitu 0,18% dan pada bagian bawah yaitu 0,22%. Pada kadar kotoran bagian atas didapat dengan rata-rata yaitu 0,04%, lalu pada bagian tengah yaitu 0,05 dan pada bagian bawah yaitu 0,14%. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari analisa kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran telah memenuhi syarat standar perusahaan PT. Socfin Indonesia Kebun Seunagan.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130142227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jamblang (Syzygium cumini L.) telah banyak dieksplorasi dalam dunia pangan dan farmasi di berbagai negara, karena karakteristik buah dan banyaknya manfaat kesehatan yang dimilikinya. Di Aceh, pemanfaatan tanaman jamblang masih sangat terbatas dan sebagian besar hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, pemanfaatan lain dari tumbuhan ini belum banyak diketahui masyarakat akibat terbatasnya penelitian terkait tumbuhan ini di Indonesia. Berdasarkan hasil studi literasi yang dilakukan dalam kajian ini, di berbagai negara, jamblang telah banyak dimanfaatkan dalam pengolahan pangan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan diversifikasi pangan, seperti produk jus, sirup, squash, selai, dan bubuk instan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Selain itu, telah dilakukan penelitian mengenai manfaat jamblang dalam penanganan berbagai macam penyakit, antara lain antibakteri, antikanker, antidiabetes, dan antihipertensi. Mekanisme tanaman jamblang dalam pengobatan yang telah dilaporkan, yaitu komponen bioaktif dalam jamblang mengaktivasi enzim-enzim katalase, glutathione peroksidase, glutathione-s-transferase dan SOD untuk menetralisir produksi radikal bebas yang berlebih. Kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian dan pemanfaatan jamblang di Aceh khususnya dan di Indonesia pada masa mendatang.
{"title":"Literatur Review: Potensi Pengolahan dan Manfaat Kesehatan Jamblang (Syzygium cumini L.)","authors":"Noer Octaviana Maliza, S. Safrida, Afwa Hayuningtyas, Hanif Muchdatul Ayunda Ayunda","doi":"10.35308/jtpp.v4i2.6572","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i2.6572","url":null,"abstract":"Jamblang (Syzygium cumini L.) telah banyak dieksplorasi dalam dunia pangan dan farmasi di berbagai negara, karena karakteristik buah dan banyaknya manfaat kesehatan yang dimilikinya. Di Aceh, pemanfaatan tanaman jamblang masih sangat terbatas dan sebagian besar hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, pemanfaatan lain dari tumbuhan ini belum banyak diketahui masyarakat akibat terbatasnya penelitian terkait tumbuhan ini di Indonesia. Berdasarkan hasil studi literasi yang dilakukan dalam kajian ini, di berbagai negara, jamblang telah banyak dimanfaatkan dalam pengolahan pangan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomis, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan diversifikasi pangan, seperti produk jus, sirup, squash, selai, dan bubuk instan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami. Selain itu, telah dilakukan penelitian mengenai manfaat jamblang dalam penanganan berbagai macam penyakit, antara lain antibakteri, antikanker, antidiabetes, dan antihipertensi. Mekanisme tanaman jamblang dalam pengobatan yang telah dilaporkan, yaitu komponen bioaktif dalam jamblang mengaktivasi enzim-enzim katalase, glutathione peroksidase, glutathione-s-transferase dan SOD untuk menetralisir produksi radikal bebas yang berlebih. Kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian dan pemanfaatan jamblang di Aceh khususnya dan di Indonesia pada masa mendatang.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131962748","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Baihaqi Baihaqi, Syahirman Hakim, N. Nuraida, Mandasari Mandasari, Mahfuzah Mahfuzah
Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari proses ekstraksi dari berbagai jenis rempah dengan menggunakan pelarut organik. Salah satu rempah yang dapat dibuat menjadi Oleoresin adalah jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut etanol dan waktu maserasi terhadap hasil ekstraksi jahe merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu : Faktor I : Pelarut Etanol (E) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : E1 = 1 : 2, E2 = 1 : 4 dan E3 = 1 : 6. Faktor II : Waktu Maserasi (W) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : W1 = 6 Jam, W2 = 12 jam dan W3 = 24 jam. Oleoresin yang dihasilkan dilakukan pengamatan meliputi rendemen dan bobot jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut etanol berpengaruh sangat nyata terhadap hasil rendemen dan bobot jenis oleoresin jahe merah. Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan perlarut 1:6 dengan hasil rendemen 8.50 % dan bobot jenis 1.46. Waktu maserasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil rendemen oleoresin jahe merah, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot jenis ekstrak jahe merah. Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan 1:6 dengan hasil rendemen 6.68%. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara kombinasi perlakuan pelarut etanol dan waktu maserasi terhadap semua pengamatan yang diamati.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap Hasil Ekstraksi Oleoresin Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)","authors":"Baihaqi Baihaqi, Syahirman Hakim, N. Nuraida, Mandasari Mandasari, Mahfuzah Mahfuzah","doi":"10.35308/jtpp.v4i2.6497","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i2.6497","url":null,"abstract":"Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari proses ekstraksi dari berbagai jenis rempah dengan menggunakan pelarut organik. Salah satu rempah yang dapat dibuat menjadi Oleoresin adalah jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut etanol dan waktu maserasi terhadap hasil ekstraksi jahe merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu : Faktor I : Pelarut Etanol (E) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : E1 = 1 : 2, E2 = 1 : 4 dan E3 = 1 : 6. Faktor II : Waktu Maserasi (W) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu : W1 = 6 Jam, W2 = 12 jam dan W3 = 24 jam. Oleoresin yang dihasilkan dilakukan pengamatan meliputi rendemen dan bobot jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut etanol berpengaruh sangat nyata terhadap hasil rendemen dan bobot jenis oleoresin jahe merah. Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan perlarut 1:6 dengan hasil rendemen 8.50 % dan bobot jenis 1.46. Waktu maserasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil rendemen oleoresin jahe merah, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap bobot jenis ekstrak jahe merah. Perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan 1:6 dengan hasil rendemen 6.68%. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara kombinasi perlakuan pelarut etanol dan waktu maserasi terhadap semua pengamatan yang diamati.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123794254","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Baihaqi Baihaqi, Naya Desparita, Diah Fridayati, Ajmir Akmal, Syahirman Hakim
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dan andalan produk perkebunan yang memberi kontribusi dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Dalam lima tahun terakhir, data sama menempatkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Vietnam. Terjadinya permintaan pasar kopi dunia telah memberikan tekanan kepada para importir dan pedagang besar untuk segera memberikan tanggapan terhadap tuntutan citarasa dan tuntutan konsumen lainnya. Hal ini membuka peluang bagi para produsen di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, untuk mengisi ceruk pasar (niche market) kopi spesialti yang menawarkan harga lebih mahal dibanding dengan kopi komersial biasa. Untuk memberikan jaminan bahwa pembeli akan menerima produk yang memiliki mutu sesuai dengan yang dikehendaki serta petani menerima pembagian laba yang layak, maka melalui pendekatan manajemen rantai pasok (supply chain management) dengan penerapan metode penanganan pascapanen yang baik dan benar tersebut akan mampu menghasilkan nilai tambah yang optimal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa fermentasi pada tahap pengolahan kopi dapat memberikan mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi dan juga merupakan tahapan penting untuk meningkatkan persaingan global dengan menghasilkan produk biji yang berkualitas tinggi. Penyimpanan sebaiknya dilakukan pada kondisi ruang penyimpanan yang sejuk (suhu 27°C). Penyimpanan biji kopi dalam karung dapat dilakukan dengan menumpuk/menyusun karung di atas rak-rak kayu yang diberi jarak dengan dinding. Kadar air biji penyimpanan adalah <13%
{"title":"KAJIAN STRATEGI PENERAPAN TEKNOLOGI PASCAPANEN PADA RANTAI PASOK KOPI DITINJAU DARI ASPEK NILAI TAMBAH DAN SUSUT PASCA PANEN","authors":"Baihaqi Baihaqi, Naya Desparita, Diah Fridayati, Ajmir Akmal, Syahirman Hakim","doi":"10.35308/jtpp.v4i1.5683","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i1.5683","url":null,"abstract":"Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor non migas dan andalan produk perkebunan yang memberi kontribusi dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Dalam lima tahun terakhir, data sama menempatkan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia, setelah Brazil dan Vietnam. Terjadinya permintaan pasar kopi dunia telah memberikan tekanan kepada para importir dan pedagang besar untuk segera memberikan tanggapan terhadap tuntutan citarasa dan tuntutan konsumen lainnya. Hal ini membuka peluang bagi para produsen di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, untuk mengisi ceruk pasar (niche market) kopi spesialti yang menawarkan harga lebih mahal dibanding dengan kopi komersial biasa. Untuk memberikan jaminan bahwa pembeli akan menerima produk yang memiliki mutu sesuai dengan yang dikehendaki serta petani menerima pembagian laba yang layak, maka melalui pendekatan manajemen rantai pasok (supply chain management) dengan penerapan metode penanganan pascapanen yang baik dan benar tersebut akan mampu menghasilkan nilai tambah yang optimal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa fermentasi pada tahap pengolahan kopi dapat memberikan mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi dan juga merupakan tahapan penting untuk meningkatkan persaingan global dengan menghasilkan produk biji yang berkualitas tinggi. Penyimpanan sebaiknya dilakukan pada kondisi ruang penyimpanan yang sejuk (suhu 27°C). Penyimpanan biji kopi dalam karung dapat dilakukan dengan menumpuk/menyusun karung di atas rak-rak kayu yang diberi jarak dengan dinding. Kadar air biji penyimpanan adalah <13%","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128367852","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Essential oils are essential oils that have a characteristic smell of plants and are volatile. Essential oils can be obtained by several processes such as distillation, enfleuration, maceration and extraction. Distillation is a technique used to separate the desired compound (essential oil) based on differences in boiling points. The detailing process is carried out in several ways including pre-treatment in the form of withering, drying and size reduction. Distillation can also be done by giving different distillation times. The distillation process was carried out through the stages of preparation of cinnamon leaves for determination of essential oil content, preparation of cinnamon leaves for pilot-scale distillation, separation of cinnamon leaf essential oil with distilled water, as well as analysis of the physical and chemical properties of distilled cinnamon leaf essential oil. This study used a Factorial Completely Randomized Design (CRD) with differences in distillation time (3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, and 7 hours), and leaf conditions (fresh and dry leaf conditions) for 2 replications. Data analysis was carried out with the F test at a 5% significance level, if the results were significantly different then the analysis continued with the "Duncan's New Multiple Range Test" (DNMRT) test. The results showed that the optimum distillation time was 5 hours for fresh and dry leaves with chemical and physical properties, namely yield of 0.39%, specific gravity of 1.0015, refractive index of 1.526, optical rotation -4.640 and cinnamaldehyde content of 14.21%.
精油是一种具有植物特有气味且易挥发的精油。精油可以通过几种方法获得,如蒸馏、膨化、浸渍和提取。蒸馏是一种根据沸点差异分离所需化合物(精油)的技术。细化过程以几种方式进行,包括以枯萎、干燥和缩小尺寸的形式进行预处理。蒸馏也可以通过不同的蒸馏时间来完成。蒸馏过程分为肉桂叶的制备、肉桂叶的制备、肉桂叶的中试蒸馏、肉桂叶精油与蒸馏水的分离、肉桂叶精油蒸馏后的理化性质分析等阶段。本研究采用因子完全随机设计(CRD),不同的蒸馏时间(3小时、4小时、5小时、6小时和7小时)和叶片条件(新鲜和干燥叶片条件)进行2次重复。数据分析采用5%显著性水平的F检验,如果结果有显著性差异,则继续采用“Duncan’s New Multiple Range test”(DNMRT)检验。结果表明,鲜叶和干叶的最佳蒸馏时间为5 h,产率为0.39%,比重为1.0015,折射率为1.526,旋光度为-4.640,肉桂醛含量为14.21%。
{"title":"Penentuan Kadar Minyak Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii, Blume) dengan Perlakuan Pendahuluan pada Daun","authors":"R. Irwanto, A. Kasim, Sahadi Didi Ismanto","doi":"10.35308/jtpp.v4i1.5661","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i1.5661","url":null,"abstract":"Essential oils are essential oils that have a characteristic smell of plants and are volatile. Essential oils can be obtained by several processes such as distillation, enfleuration, maceration and extraction. Distillation is a technique used to separate the desired compound (essential oil) based on differences in boiling points. The detailing process is carried out in several ways including pre-treatment in the form of withering, drying and size reduction. Distillation can also be done by giving different distillation times. The distillation process was carried out through the stages of preparation of cinnamon leaves for determination of essential oil content, preparation of cinnamon leaves for pilot-scale distillation, separation of cinnamon leaf essential oil with distilled water, as well as analysis of the physical and chemical properties of distilled cinnamon leaf essential oil. This study used a Factorial Completely Randomized Design (CRD) with differences in distillation time (3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, and 7 hours), and leaf conditions (fresh and dry leaf conditions) for 2 replications. Data analysis was carried out with the F test at a 5% significance level, if the results were significantly different then the analysis continued with the \"Duncan's New Multiple Range Test\" (DNMRT) test. The results showed that the optimum distillation time was 5 hours for fresh and dry leaves with chemical and physical properties, namely yield of 0.39%, specific gravity of 1.0015, refractive index of 1.526, optical rotation -4.640 and cinnamaldehyde content of 14.21%.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128365955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Microbes can grow and reproduce in almost a variety of environmental conditions. Food products are one of the environmental conditions suitable for microbial growth. Food products that contain high protein, such as fish food products, can be contaminated by microbes, because they contain nutrients that are suitable for microbial growth and environmental conditions that support growth. Microbial contamination test can be carried out by growing microbes on certain test media such as Mannitol Salt Agar/MSA media which is used to detected Staphylococcus aureus and Eosin Methylene Blue/EMB media to detected bacteria from the coliform group and the presence or absence of Escherichia coli bacteria.
{"title":"Uji Cemaran Mikroba pada Produk Makanan Ikan","authors":"Mirza Anggriawin, Novriaman Pakpahan","doi":"10.35308/jtpp.v4i1.5782","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i1.5782","url":null,"abstract":"Microbes can grow and reproduce in almost a variety of environmental conditions. Food products are one of the environmental conditions suitable for microbial growth. Food products that contain high protein, such as fish food products, can be contaminated by microbes, because they contain nutrients that are suitable for microbial growth and environmental conditions that support growth. Microbial contamination test can be carried out by growing microbes on certain test media such as Mannitol Salt Agar/MSA media which is used to detected Staphylococcus aureus and Eosin Methylene Blue/EMB media to detected bacteria from the coliform group and the presence or absence of Escherichia coli bacteria.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127243364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Esa Ghanim Fadhallah, N. Nurhidayati, Rizka Hidayati, Hanifah Hanifah, Deva Adrifani Prakasa
Pisang merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki kualitas yang unggul di Indonesia, dimana limbah kulitnya belum banyak dimanfaatkan. Onggok singkong sebagai limbah dari industri pengolahan singkong diketahui masih memiliki nilai ekonomi yang rendah dan umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kedua bahan tersebut diketahui masih mengandung komponen penting, seperti karbohidrat, kalium, klorida, HCN, magnesium, fosfor, klorida, kalsium, dan besi. Kandungan tersebut bila diolah lebih lanjut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai elektrolit baterai. Tujuan studi literatur ini adalah untuk menggali potensi limbah onggok dan kulit singkong sebagai alternatif elektrolit baterai ramah lingkungan. Metode yang digunakan dalam studi literatur ini adalah mencari informasi melalui data sekunder yaitu dari berbagai publikasi hasil penelitian. Hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa komponen ionik pada onggok singkong dan kulit pisang sangat berpotensi untuk diolah dan diaplikasikan menjadi elektrolit pada baterai. Inovasi baterai ramah lingkungan ini direalisasikan dengan membuat pasta kulit pisang dan memfermentasi onggok singkong. Pengolahan kulit pisang dan onggok singkong ini diharapkan menjadi alternatif elektrolit pada batu baterai di masa depan yang ramah lingkungan.
{"title":"Studi Literatur: Potensi Onggok Singkong dan Kulit Pisang sebagai Alternatif Elektrolit Baterai Ramah Lingkungan","authors":"Esa Ghanim Fadhallah, N. Nurhidayati, Rizka Hidayati, Hanifah Hanifah, Deva Adrifani Prakasa","doi":"10.35308/jtpp.v4i1.5677","DOIUrl":"https://doi.org/10.35308/jtpp.v4i1.5677","url":null,"abstract":"Pisang merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki kualitas yang unggul di Indonesia, dimana limbah kulitnya belum banyak dimanfaatkan. Onggok singkong sebagai limbah dari industri pengolahan singkong diketahui masih memiliki nilai ekonomi yang rendah dan umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kedua bahan tersebut diketahui masih mengandung komponen penting, seperti karbohidrat, kalium, klorida, HCN, magnesium, fosfor, klorida, kalsium, dan besi. Kandungan tersebut bila diolah lebih lanjut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai elektrolit baterai. Tujuan studi literatur ini adalah untuk menggali potensi limbah onggok dan kulit singkong sebagai alternatif elektrolit baterai ramah lingkungan. Metode yang digunakan dalam studi literatur ini adalah mencari informasi melalui data sekunder yaitu dari berbagai publikasi hasil penelitian. Hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa komponen ionik pada onggok singkong dan kulit pisang sangat berpotensi untuk diolah dan diaplikasikan menjadi elektrolit pada baterai. Inovasi baterai ramah lingkungan ini direalisasikan dengan membuat pasta kulit pisang dan memfermentasi onggok singkong. Pengolahan kulit pisang dan onggok singkong ini diharapkan menjadi alternatif elektrolit pada batu baterai di masa depan yang ramah lingkungan.","PeriodicalId":136408,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131254781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}