Pub Date : 2020-12-28DOI: 10.36588/sundermann.v13i2.44
Nurcahaya Gea
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana masyarakat Nias memahami konsep kemenangan; apakah konsep tersebut masih hidup di tengah kehidupan masyarakat Nias; serta bagaimana masyarakat merespon berbagai tantangan, baik masalah kemiskinan maupun bencana yang ada di sekelilingnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bauran metode penelitian sejarah dan fenomenologi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis tematik dan hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemenangan bagi masyarakat Nias (Ono Niha) adalah memperoleh lakhömi sebagai refleksi dari pola hidup di Teteholi Ana'a, mencakup fetaro atau bosi (strata), fokhö atau fo'ana'a (harta), fo'onekhe (pendidikan) dan fa'abölö (kekuatan), serta fonga'ötö (keturunan). Karena itu seluruh aktivitas hidup diarahkan untuk memperoleh lakhömi itu. Tradisi ini tidak pernah musnah, terus tampak dalam kehidupan kesehariannya, walaupun dalam cara dan bentuk yang berbeda. Terungkap juga bahwa Ono Niha selalu berusaha mencari alternatif tanpa konfrontatif dalam menghadapi permasalahan, demi mencapai kemenangan. Sikap hidup solutif yang ditampilkan adalah dengan cara mundur atau berpisah sebagai jalan alternatif tanpa konfrontatif. Masyarakat Nias secara khusus pada konteks penelitian memahami sumber penderitaan sebagai amarah Tuhan karena tidak mematuhi perintah-Nya. Pandangan dan sikap tersebut terlihat tidaklah solutif terhadap persoalan yang ada. Menyalahkan Tuhan, roh-roh jahat dan lainnya sebagai sumber penderitaan adalah pandangan tradisional yang masih dilingkupi oleh pemahaman kosmologi dunia atas dan dunia bawah, dimana dewa-dewi mau mempersulit manusia.
{"title":"Menang Tanpa Konfrontatif","authors":"Nurcahaya Gea","doi":"10.36588/sundermann.v13i2.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v13i2.44","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana masyarakat Nias memahami konsep kemenangan; apakah konsep tersebut masih hidup di tengah kehidupan masyarakat Nias; serta bagaimana masyarakat merespon berbagai tantangan, baik masalah kemiskinan maupun bencana yang ada di sekelilingnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bauran metode penelitian sejarah dan fenomenologi. Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis tematik dan hermeneutik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemenangan bagi masyarakat Nias (Ono Niha) adalah memperoleh lakhömi sebagai refleksi dari pola hidup di Teteholi Ana'a, mencakup fetaro atau bosi (strata), fokhö atau fo'ana'a (harta), fo'onekhe (pendidikan) dan fa'abölö (kekuatan), serta fonga'ötö (keturunan). Karena itu seluruh aktivitas hidup diarahkan untuk memperoleh lakhömi itu. Tradisi ini tidak pernah musnah, terus tampak dalam kehidupan kesehariannya, walaupun dalam cara dan bentuk yang berbeda. Terungkap juga bahwa Ono Niha selalu berusaha mencari alternatif tanpa konfrontatif dalam menghadapi permasalahan, demi mencapai kemenangan. Sikap hidup solutif yang ditampilkan adalah dengan cara mundur atau berpisah sebagai jalan alternatif tanpa konfrontatif. Masyarakat Nias secara khusus pada konteks penelitian memahami sumber penderitaan sebagai amarah Tuhan karena tidak mematuhi perintah-Nya. Pandangan dan sikap tersebut terlihat tidaklah solutif terhadap persoalan yang ada. Menyalahkan Tuhan, roh-roh jahat dan lainnya sebagai sumber penderitaan adalah pandangan tradisional yang masih dilingkupi oleh pemahaman kosmologi dunia atas dan dunia bawah, dimana dewa-dewi mau mempersulit manusia.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"13 11","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131687967","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-12DOI: 10.36588/sundermann.v13i2.46
Delipiter Lase, Amurisi Ndraha, Gustav Gabriel Harefa
Penelitian ini dikembangkan untuk menyelidiki persepsi dan sikap orang tua terhadap pembelajaran jarak jauh, sebagai respon atas penutupan banyak sekolah akibat pandemic Covid-19. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari orang tua siswa sekolah dasar di Kota Gunungsitoli yang ditetapkan dengan teknik purposive sampling, berjumlah dua puluh empat orang. Data dijaring dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur dan dianalisis dengan teknik analisis tematik. Studi ini menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah dalam konteks penelitian diselenggarakan dalam bentuk pembelajaran daring dan luring. Bagi orang tua, pendekatan pembelajaran yang diberlakukan pada masa darurat pandemi Covid-19 adalah sesuatu yang harus dijalani dan didukung karena ketiadaan pilihan lain. Meskipun orangtua tidak memiliki persepsi negatif, namun pembelajaran jarak jauh telah berkontribusi terhadap bertambahnya beban orangtua atau keluarga secara ekonomi, psikologi dan sosial. Minimnya keterlibatan dan dukungan orang tua dalam proses belajar anak di rumah secara umum disebabkan oleh ketiadaan waktu dan ketidakmampuan orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya di rumah. Tindakan mendampingi dan mendukung proses belajar anak di rumah dilakukan dalam bentuk penyediaan paket internet, membantu anak menguasai materi, dan ikut serta menyelesaikan tugas atau tes yang diberikan oleh guru. Temuan yang mengejutkan dari penelitian ini adalah menurunnya motivasi belajar dan kemampuan kognitif anak. Oang tua berharap agar pembelajaran jarak jauh tidak diperpanjang pada sisa tahun pelajaran 2020/2021, sehingga anak-anak boleh belajar kembali di institusi pendidikan.
{"title":"Persepsi Orangtua Siswa Sekolah Dasar di Kota Gunungsitoli Terhadap Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19","authors":"Delipiter Lase, Amurisi Ndraha, Gustav Gabriel Harefa","doi":"10.36588/sundermann.v13i2.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v13i2.46","url":null,"abstract":"Penelitian ini dikembangkan untuk menyelidiki persepsi dan sikap orang tua terhadap pembelajaran jarak jauh, sebagai respon atas penutupan banyak sekolah akibat pandemic Covid-19. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari orang tua siswa sekolah dasar di Kota Gunungsitoli yang ditetapkan dengan teknik purposive sampling, berjumlah dua puluh empat orang. Data dijaring dengan menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur dan dianalisis dengan teknik analisis tematik. Studi ini menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah dalam konteks penelitian diselenggarakan dalam bentuk pembelajaran daring dan luring. Bagi orang tua, pendekatan pembelajaran yang diberlakukan pada masa darurat pandemi Covid-19 adalah sesuatu yang harus dijalani dan didukung karena ketiadaan pilihan lain. Meskipun orangtua tidak memiliki persepsi negatif, namun pembelajaran jarak jauh telah berkontribusi terhadap bertambahnya beban orangtua atau keluarga secara ekonomi, psikologi dan sosial. Minimnya keterlibatan dan dukungan orang tua dalam proses belajar anak di rumah secara umum disebabkan oleh ketiadaan waktu dan ketidakmampuan orang tua menjadi guru bagi anak-anaknya di rumah. Tindakan mendampingi dan mendukung proses belajar anak di rumah dilakukan dalam bentuk penyediaan paket internet, membantu anak menguasai materi, dan ikut serta menyelesaikan tugas atau tes yang diberikan oleh guru. Temuan yang mengejutkan dari penelitian ini adalah menurunnya motivasi belajar dan kemampuan kognitif anak. Oang tua berharap agar pembelajaran jarak jauh tidak diperpanjang pada sisa tahun pelajaran 2020/2021, sehingga anak-anak boleh belajar kembali di institusi pendidikan.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114940494","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian tentang etos kerja Pendeta di gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) tahun 2017. Topik ini diteliti, mengingat BNKP sebagai organisasi gereja memiliki program umum pelayanan BNKP yang pelaksanaannya dijabarkan melalui pelayanan di aras sinodal, resort dan jemaat. Berhasilnya pelaksanaan program pelayanan umum dimaksud, sangat tergantung pada kualitas etos kerja para pelayan (Pendeta) di setiap aras. Dengan pendekatan penelitian kualitatif-desktiptif, ditemukan bahwa dari 60 orang Pendeta BNKP sebagai partisipan, memiliki kualitas etos kerja yang berbeda-beda. Sebanyak 39,26% memiliki etos kerja dengan kategori tinggi, 33,33% kategori sedang serta 27,41% kategori rendah. Data ini juga ekuivalen dengan setiap 10 (sepuluh) orang pendeta, terdapat 4 (empat) orang memiliki etos kerja dengan kategori tinggi, 3 (tiga) orang sedang dan 3 (tiga) orang rendah. Penelitian ini juga berhasil merumuskan faktor-faktor yang memengaruhi etos kerja dalam konteks pelayanan BNKP, di antaranya adalah adanya krisis panggilan dan kekaburan tanggung jawab, spiritualitas dan integritas pendeta, kepemimpinan serta perbedaan latar belakang pendidikan teologi.
这篇文章是一篇关于2017年Banua Niha Keriso church牧师职业道德的研究文章。由于BNKP是一个教会组织,其执行计划是通过在雪松、度假村和教会的服务来定义的。他们成功地执行了一项公共服务计划,这在很大程度上取决于每一层楼仆人的职业道德。通过定性式研究的方法,人们发现,在60名参与者中,BNKP的神职人员具有不同的职业道德。39.26%拥有高评级的职业道德,33.33%的中等评级和27.41%的低评级。这些数据也相当于每10个神职人员,有4个(4)人有高级职业道德,3(3)中度人和3(3)低人一等。这项研究还成功地确定了影响职业道德的因素,在BNKP服务的背景下,其中包括召唤和责任的危机、牧师的灵性和正直、领导能力和神学教育背景的不同。
{"title":"Etos Kerja Pendeta BNKP","authors":"Otoriteit Dachi, Delipiter Lase","doi":"10.31219/osf.io/7c654","DOIUrl":"https://doi.org/10.31219/osf.io/7c654","url":null,"abstract":"Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian tentang etos kerja Pendeta di gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) tahun 2017. Topik ini diteliti, mengingat BNKP sebagai organisasi gereja memiliki program umum pelayanan BNKP yang pelaksanaannya dijabarkan melalui pelayanan di aras sinodal, resort dan jemaat. Berhasilnya pelaksanaan program pelayanan umum dimaksud, sangat tergantung pada kualitas etos kerja para pelayan (Pendeta) di setiap aras. Dengan pendekatan penelitian kualitatif-desktiptif, ditemukan bahwa dari 60 orang Pendeta BNKP sebagai partisipan, memiliki kualitas etos kerja yang berbeda-beda. Sebanyak 39,26% memiliki etos kerja dengan kategori tinggi, 33,33% kategori sedang serta 27,41% kategori rendah. Data ini juga ekuivalen dengan setiap 10 (sepuluh) orang pendeta, terdapat 4 (empat) orang memiliki etos kerja dengan kategori tinggi, 3 (tiga) orang sedang dan 3 (tiga) orang rendah. Penelitian ini juga berhasil merumuskan faktor-faktor yang memengaruhi etos kerja dalam konteks pelayanan BNKP, di antaranya adalah adanya krisis panggilan dan kekaburan tanggung jawab, spiritualitas dan integritas pendeta, kepemimpinan serta perbedaan latar belakang pendidikan teologi.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122789587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-25DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.25
O. N. Harefa
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) is one of the churches organized by the Western missionaries in Nias, Indonesia. Missionaries sent by Rheinische Missions-Gesellschaft (RMG) since 1865 imparted a theology of mission which emphasized the superiority of Christianity compared to other religions. This kind of mission theology can cause tension and triggered conflict among religions because of the issue of Christianization. Therefore, the primary purpose of this study was to do a critical analysis of the theology of mission of BNKP that is informed by the theology of religion, which addresses the challenge of religious pluralism in Indonesia. This research focused on mission and religions studies. Through historical, sociological, or anthropological studies and content analysis of religions and BNKP, author found four models of mission that is acknowledged by BNKP. The first is a mission as conversion. Here, mission means being a witness of the Gospel to others, so they make a personal decision to believe in Jesus Christ and to be a member of the church. The second is the church-centered mission. The mission is done for the sake of planting and building the church by self-governing, self-propagating, and self-sustaining churches. The third is missio Dei. The mission is understood as God’s mission, and the church is only the instrument of God’s mission. The last is a mission as a holistic mission. In this model, mission means reaching the whole dimension of life including the whole creation.
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)是由西方传教士在印度尼西亚尼亚斯组织的教堂之一。自1865年以来,由莱茵传教协会(RMG)派遣的传教士传授了一种传教神学,强调基督教与其他宗教相比的优越性。这种传教神学会因为基督教化问题而引起宗教间的紧张和冲突。因此,本研究的主要目的是对BNKP的使命神学进行批判性分析,该神学受到宗教神学的影响,解决了印度尼西亚宗教多元化的挑战。这项研究的重点是使命和宗教研究。通过历史、社会学或人类学的研究,以及对宗教和BNKP的内容分析,作者发现了BNKP认可的四种使命模式。第一个是作为皈依的使命。在这里,使命意味着向他人见证福音,所以他们做出个人决定,相信耶稣基督,成为教会的一员。二是以教会为中心的宣教。这个使命是为了种植和建设教会,通过自治,自我传播和自我维持的教会。第三个是神的使命。宣教被理解为上帝的使命,而教会只是上帝使命的工具。最后一个是一个整体的使命。在这个模式中,使命意味着到达生命的整个维度,包括整个创造。
{"title":"Theology of Mission of Banua Niha Keriso Protestant in the Context of Religious Pluralism in Indonesia: A Critical Analysis","authors":"O. N. Harefa","doi":"10.36588/sundermann.v1i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.25","url":null,"abstract":"Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) is one of the churches organized by the Western missionaries in Nias, Indonesia. Missionaries sent by Rheinische Missions-Gesellschaft (RMG) since 1865 imparted a theology of mission which emphasized the superiority of Christianity compared to other religions. This kind of mission theology can cause tension and triggered conflict among religions because of the issue of Christianization. Therefore, the primary purpose of this study was to do a critical analysis of the theology of mission of BNKP that is informed by the theology of religion, which addresses the challenge of religious pluralism in Indonesia. This research focused on mission and religions studies. Through historical, sociological, or anthropological studies and content analysis of religions and BNKP, author found four models of mission that is acknowledged by BNKP. The first is a mission as conversion. Here, mission means being a witness of the Gospel to others, so they make a personal decision to believe in Jesus Christ and to be a member of the church. The second is the church-centered mission. The mission is done for the sake of planting and building the church by self-governing, self-propagating, and self-sustaining churches. The third is missio Dei. The mission is understood as God’s mission, and the church is only the instrument of God’s mission. The last is a mission as a holistic mission. In this model, mission means reaching the whole dimension of life including the whole creation.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129450804","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-23DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.27
Dorkas Orienti Daeli, Sonny Eli Zaluchu
Sifat majemuk Indonesia berlangsung di dalam segala sisi. Salah satunya adalah kemajemukan di dalam azas kepercayaan dan keberagaman di dalam menganut agama. Di tengah keberagaman seperti itu, kekristenan dituntut untuk menjelaskan dirinya sebagai terang dan garam dunia kepada penganut agama lain dalam semangat kerukunan dan pluralisme. Tulisan ini menyimpulkan bahwa salah satu kunci utama membangun kerukunan adalah mengembangkan sikap dialogis yang terbuka, jujur dan saling percaya antar-umat beragama. Dialog akan membuka pintu yang tertutup akibat sikap saling curiga dan eksklusifisme. Dalam paper ini juga dijelaskan bahwa kerukunan umat beragama bukanlah pilihan melainkan panggilan di dalam keyakinan kristiani untuk menjadi berkat bagi pemeluk keyakinan lain. Analisis dan pengembangan di dalam tulisan ini dilakukan dengan model fenomenologi deskriptif.
{"title":"Analisis Fenomenologi Deskriptif terhadap Panggilan Iman Kristen untuk Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia","authors":"Dorkas Orienti Daeli, Sonny Eli Zaluchu","doi":"10.36588/sundermann.v1i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.27","url":null,"abstract":"Sifat majemuk Indonesia berlangsung di dalam segala sisi. Salah satunya adalah kemajemukan di dalam azas kepercayaan dan keberagaman di dalam menganut agama. Di tengah keberagaman seperti itu, kekristenan dituntut untuk menjelaskan dirinya sebagai terang dan garam dunia kepada penganut agama lain dalam semangat kerukunan dan pluralisme. Tulisan ini menyimpulkan bahwa salah satu kunci utama membangun kerukunan adalah mengembangkan sikap dialogis yang terbuka, jujur dan saling percaya antar-umat beragama. Dialog akan membuka pintu yang tertutup akibat sikap saling curiga dan eksklusifisme. Dalam paper ini juga dijelaskan bahwa kerukunan umat beragama bukanlah pilihan melainkan panggilan di dalam keyakinan kristiani untuk menjadi berkat bagi pemeluk keyakinan lain. Analisis dan pengembangan di dalam tulisan ini dilakukan dengan model fenomenologi deskriptif.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"97 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129268750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-07DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.18
Delipiter Lase
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan yang harus dilakukan di lembaga pendidikan sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan dapat bersaing dan berkontribusi secara global. Melalui kajian literatur dan analisis isi, penulis menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum saat ini dan di masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi akademik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama dan berpikir secara kritis dan kreatif. Keterampilan tak kasat mata seperti keterampilan interpersonal, berpikir global, dan literasi media dan informasi. Kurikulum juga harus dapat membentuk siswa dengan penekanan pada bidang STEM, merujuk pada pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputer, serta kewirausahaan dan magang. Selain guru memiliki kompetensi mengajar dan mendidik, literasi media, competence in globalization, competence in future strategies, dan konseling, juga perlu memiliki sikap ramah teknologi, kolaborasi, menjadi kreatif dan mengambil risiko, memiliki selera humor yang baik, serta mengajar secara holistik. Sekolah dan guru perlu mempertimbangkan pembelajaran terbuka dan daring dalam memutuskan bagaimana menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran.
{"title":"Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0","authors":"Delipiter Lase","doi":"10.36588/sundermann.v1i1.18","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.18","url":null,"abstract":"Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan perubahan yang harus dilakukan di lembaga pendidikan sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan dapat bersaing dan berkontribusi secara global. Melalui kajian literatur dan analisis isi, penulis menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum saat ini dan di masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi akademik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama dan berpikir secara kritis dan kreatif. Keterampilan tak kasat mata seperti keterampilan interpersonal, berpikir global, dan literasi media dan informasi. Kurikulum juga harus dapat membentuk siswa dengan penekanan pada bidang STEM, merujuk pada pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputer, serta kewirausahaan dan magang. Selain guru memiliki kompetensi mengajar dan mendidik, literasi media, competence in globalization, competence in future strategies, dan konseling, juga perlu memiliki sikap ramah teknologi, kolaborasi, menjadi kreatif dan mengambil risiko, memiliki selera humor yang baik, serta mengajar secara holistik. Sekolah dan guru perlu mempertimbangkan pembelajaran terbuka dan daring dalam memutuskan bagaimana menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130273504","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-05DOI: 10.36588/sundermann.v13i1.24
Delipiter Lase, Etty Destinawati Hulu
Artikel ini membahas tentang dimensi spiritualitas dalam kepribadian guru pendidikan agama Kristen. Spiritualitas menjadi sangat penting karena pengajaran yang guru pendidikan agama Kristen lakukan bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas peserta didiknya. Ia mesti memiliki spiritualitas yang baik sehingga ia dapat menjadi teladan dalam pengajarannya. Dalam tulisan ini, penulis berupaya memaparkan nilai-nilai esensial spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru PAK dalam rangka memenuhi tugas panggilannya sebagai seseorang yang memiliki profesi sebagai guru. Untuk boleh sampai pada tujuan tersebut, penulis mengembangkan nilai-nilai esensial spiritualitas itu, dengan melakukan kajian litaratur dan analisis isi. Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, termasuk di dalamnya hakikat sipritualitas dari sudut pandang Kekristenan, penulis memaparkan nilai-nilai esensial spiritual yang harus dimiliki seorang guru PAK. Nilai-nilai esensial spiritualitas tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi, yakni dimensi personal dan dimensi relasional.
{"title":"Dimensi Spritualitas dalam Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Kristen","authors":"Delipiter Lase, Etty Destinawati Hulu","doi":"10.36588/sundermann.v13i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v13i1.24","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas tentang dimensi spiritualitas dalam kepribadian guru pendidikan agama Kristen. Spiritualitas menjadi sangat penting karena pengajaran yang guru pendidikan agama Kristen lakukan bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas peserta didiknya. Ia mesti memiliki spiritualitas yang baik sehingga ia dapat menjadi teladan dalam pengajarannya. Dalam tulisan ini, penulis berupaya memaparkan nilai-nilai esensial spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru PAK dalam rangka memenuhi tugas panggilannya sebagai seseorang yang memiliki profesi sebagai guru. Untuk boleh sampai pada tujuan tersebut, penulis mengembangkan nilai-nilai esensial spiritualitas itu, dengan melakukan kajian litaratur dan analisis isi. Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, termasuk di dalamnya hakikat sipritualitas dari sudut pandang Kekristenan, penulis memaparkan nilai-nilai esensial spiritual yang harus dimiliki seorang guru PAK. Nilai-nilai esensial spiritualitas tersebut dikelompokkan ke dalam dua dimensi, yakni dimensi personal dan dimensi relasional.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121444781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.20
Nieke Kristiana Atmadja
Paper ini hendak menjelaskan bahwa Life-story based Theology merupakan jenis teologi yang mengacu kepada respons pembaca, seperti halnya: Reading the Bible through another eyes; Laity Movement di awal tahun 80-an. Life-story based Theology, menyangkut dua aspek yakni menawarkan alternatif lain di samping metode-metode tafsir historis-kritis, tafsir literair, dan bertujuan untuk mengangkat dan menggiatkan partisipasi pembaca Alkitab, sebagai pemegang peran yang tidak kalah pentingnya dari metode-metode lain. Life-story based Theology memang tampak mudah dan sedikit bisa diparalelkan dengan kesaksian iman yang sudah lama dikenal di jemaat-jemaat. Seseorang warga gereja berdiri di depan dan bercerita mengenai pengalaman imannya. Tetapi perlu menerapkan apa yang diminta oleh Life-story based Theology, yakni teologi Kristen sebagai ungkapan dari iman yang mencari dan menyelidiki makna dari riwayat hidup Tuhan Yesus dengan segala dimensinya. Namun juga mencari makna yang terkait dari bermacam-macam interpretasi dari riwayat Yesus dengan riwayat hidup kita dengan berbagai interpretasinya. Intinya, segala dimensi dari riwayat Yesus dalam kaitan dengan riwayat hidup manusia. Itulah sebabnya, kita dapat mengatakan adanya life story yang didasarkan pada Teologi.
{"title":"PAK Dewasa Dalam Konteks Dua Dunia: Indonesia dan Negeri Belanda","authors":"Nieke Kristiana Atmadja","doi":"10.36588/sundermann.v1i1.20","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.20","url":null,"abstract":"Paper ini hendak menjelaskan bahwa Life-story based Theology merupakan jenis teologi yang mengacu kepada respons pembaca, seperti halnya: Reading the Bible through another eyes; Laity Movement di awal tahun 80-an. Life-story based Theology, menyangkut dua aspek yakni menawarkan alternatif lain di samping metode-metode tafsir historis-kritis, tafsir literair, dan bertujuan untuk mengangkat dan menggiatkan partisipasi pembaca Alkitab, sebagai pemegang peran yang tidak kalah pentingnya dari metode-metode lain. Life-story based Theology memang tampak mudah dan sedikit bisa diparalelkan dengan kesaksian iman yang sudah lama dikenal di jemaat-jemaat. Seseorang warga gereja berdiri di depan dan bercerita mengenai pengalaman imannya. Tetapi perlu menerapkan apa yang diminta oleh Life-story based Theology, yakni teologi Kristen sebagai ungkapan dari iman yang mencari dan menyelidiki makna dari riwayat hidup Tuhan Yesus dengan segala dimensinya. Namun juga mencari makna yang terkait dari bermacam-macam interpretasi dari riwayat Yesus dengan riwayat hidup kita dengan berbagai interpretasinya. Intinya, segala dimensi dari riwayat Yesus dalam kaitan dengan riwayat hidup manusia. Itulah sebabnya, kita dapat mengatakan adanya life story yang didasarkan pada Teologi.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"333 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131450845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-25DOI: 10.36588/sundermann.v1i1.19
Tuhoni Telaumbanua
This article is intended to explicate how to assist the millennial generation of Ono Niha not to be uprooted from the Nias identity amid globalization and encourage them to participate in preserving Niasan culture. Through the social-historical analysis, this article appeals to the millennial generation not to be alienated from their own culture but participate in cultural conservation. Therefore, it is crucial to conduct a dialogue with millennials by presenting their origins, strengthening the family as a cultural home. Through formal education, the young generation is educated to recognize their cultural values and local wisdom as cultural heritage. Empowering them as subjects and objects of culture is one of the practices to understand local wisdom in the context of Nias. Moreover, increasing institutional roles in preserving various cultural elements are part of the way to increase the interest of millennial to learn their existence, identity, and culture.
{"title":"Kaum Milenial & Kebudayaan Nias","authors":"Tuhoni Telaumbanua","doi":"10.36588/sundermann.v1i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.36588/sundermann.v1i1.19","url":null,"abstract":"This article is intended to explicate how to assist the millennial generation of Ono Niha not to be uprooted from the Nias identity amid globalization and encourage them to participate in preserving Niasan culture. Through the social-historical analysis, this article appeals to the millennial generation not to be alienated from their own culture but participate in cultural conservation. Therefore, it is crucial to conduct a dialogue with millennials by presenting their origins, strengthening the family as a cultural home. Through formal education, the young generation is educated to recognize their cultural values and local wisdom as cultural heritage. Empowering them as subjects and objects of culture is one of the practices to understand local wisdom in the context of Nias. Moreover, increasing institutional roles in preserving various cultural elements are part of the way to increase the interest of millennial to learn their existence, identity, and culture.","PeriodicalId":137555,"journal":{"name":"SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122076375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}