Minyak goreng sawit kemasan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang dikonsumsi hampir setiap hari yang dijual dalam bentuk kemasan. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui mutu dari minyak goreng sawit kemasan yang kita komsumsi agar kesehatan tubuh bisa tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu minyak goreng sawit kemasan X dan Y berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan menentukan mutu minyak goreng sawit kemasan yang lebih baik. Parameter uji yang dilakukan adalah uji Free Fatty Acid (FFA), Moisture & Impurities (M & I), Iodine Value (IV), Peroxide Value (PV), dan Colour. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai parameter uji dari minyak goreng sawit kemasan X dan Y secara berturut – turut adalah 0,072 % dan 0,073 % untuk kadar FFA. Kadar M&I sebesar 0,043 % dan 0,046 %. Nilai IV sebesar 60,837 g I2 / 100 mg minyak dan 59,023 g I2 / 100 mg minyak. Nilai PV sebesar 0,098 Mek O2/Kg dan 0,102 Mek O2/Kg. Nilai Colour sebesar 2,5/51 Merah/Kuning dan 2,0/51 Merah/Kuning. Semua parameter uji yang dilakukan telah sesuai dengan SNI kecuali uji Colour warna kuning dan diperoleh minyak goreng sawit kemasan X lebih baik mutunya daripada Y.
{"title":"UJI MUTU MINYAK GORENG SAWIT KEMASAN X DAN Y BERDASARKAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)","authors":"Syafrinal","doi":"10.32520/jtp.v10i2.1737","DOIUrl":"https://doi.org/10.32520/jtp.v10i2.1737","url":null,"abstract":"Minyak goreng sawit kemasan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang dikonsumsi hampir setiap hari yang dijual dalam bentuk kemasan. Sangat penting bagi kita untuk mengetahui mutu dari minyak goreng sawit kemasan yang kita komsumsi agar kesehatan tubuh bisa tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mutu minyak goreng sawit kemasan X dan Y berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan menentukan mutu minyak goreng sawit kemasan yang lebih baik. Parameter uji yang dilakukan adalah uji Free Fatty Acid (FFA), Moisture & Impurities (M & I), Iodine Value (IV), Peroxide Value (PV), dan Colour. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai parameter uji dari minyak goreng sawit kemasan X dan Y secara berturut – turut adalah 0,072 % dan 0,073 % untuk kadar FFA. Kadar M&I sebesar 0,043 % dan 0,046 %. Nilai IV sebesar 60,837 g I2 / 100 mg minyak dan 59,023 g I2 / 100 mg minyak. Nilai PV sebesar 0,098 Mek O2/Kg dan 0,102 Mek O2/Kg. Nilai Colour sebesar 2,5/51 Merah/Kuning dan 2,0/51 Merah/Kuning. Semua parameter uji yang dilakukan telah sesuai dengan SNI kecuali uji Colour warna kuning dan diperoleh minyak goreng sawit kemasan X lebih baik mutunya daripada Y.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47103692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The amount of fibre consumption in Indonesia is lower than recommended by WHO. The use of nypa flour as wheat substitution in biscuit formulation is able to increase fibre content in biscuit. The aims of this research were to determine the effect of Nypa fruticans flour to the physicochemical and sensory properties of high-fiber biscuit. This research used a completely randomized design (CRD) with the concentration of Nypa fruticans flour (0, 10, 20, 30, 40, 50, and 60%) as the treatments. Data was analysed by ANOVA and DnMRT at 95% confidence level. The result showed that Nypa flour had 10% water content , 3,18% crude fiber content and color characteristic L * = 87,57; a * = -3,33; and b * = 20,17. The concentration of Nypa flour significantly affect water and crude fiber content, color characteristic, crispyness and grit, but did not significantly affect hardness, spread ratio, color (sensory), taste, aroma, overall acceptance and multiple comparison. The concentration of 40% nypa flour was the best treatment to produce high-fiber biscuit with 2,78% water content, 1,47% crude fiber content, hardness 1301,3 gF, spread ratio 5,15, color characteristic (L * = 75,51; a * = 0,18; b * = 30,00), color description (brownish yellow), slightly crunchy, rough, taste (rather liked), aroma (rather liked), and overall acceptance (rather liked). Multiple comparison tests showed that the biscuit favored by panelists similar to the reference biscuit.
{"title":"PENGARUH TEPUNG BUAH NIPAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT TINGGI SERAT","authors":"Ulyarti, Surhaini, Adha Farwati","doi":"10.32520/jtp.v10i2.1697","DOIUrl":"https://doi.org/10.32520/jtp.v10i2.1697","url":null,"abstract":"The amount of fibre consumption in Indonesia is lower than recommended by WHO. The use of nypa flour as wheat substitution in biscuit formulation is able to increase fibre content in biscuit. The aims of this research were to determine the effect of Nypa fruticans flour to the physicochemical and sensory properties of high-fiber biscuit. This research used a completely randomized design (CRD) with the concentration of Nypa fruticans flour (0, 10, 20, 30, 40, 50, and 60%) as the treatments. Data was analysed by ANOVA and DnMRT at 95% confidence level. The result showed that Nypa flour had 10% water content , 3,18% crude fiber content and color characteristic L * = 87,57; a * = -3,33; and b * = 20,17. The concentration of Nypa flour significantly affect water and crude fiber content, color characteristic, crispyness and grit, but did not significantly affect hardness, spread ratio, color (sensory), taste, aroma, overall acceptance and multiple comparison. The concentration of 40% nypa flour was the best treatment to produce high-fiber biscuit with 2,78% water content, 1,47% crude fiber content, hardness 1301,3 gF, spread ratio 5,15, color characteristic (L * = 75,51; a * = 0,18; b * = 30,00), color description (brownish yellow), slightly crunchy, rough, taste (rather liked), aroma (rather liked), and overall acceptance (rather liked). Multiple comparison tests showed that the biscuit favored by panelists similar to the reference biscuit.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69696653","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Industri rumah tangga masih melakukan pemotongan tahu secara manual dengan menggunakan penggaris dan pisau. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan alat pemotong tahu semi mekanis untuk meningkatkan efektivitas waktu potong tahu, analisis teknis alat pemotong tahu. Penelitian ini meliputi pengembagan alat pemotong tahu semi mekanis yang menggunakan 2 perlakuan dengan 5 kali ulangan setiap perlakuan dan melakukan uji terhadap alat pemotong tahu dengan kadar air P1 (ukuran 10 cm x 5 cm) dan P2 (5 cm x 5 cm) berturut-turut 82,19% dan 80,35%. Hasil penelitian dari pengujian alat dengan 2 perlakuan menghasilkan kapasitas kerja efektif alat 126,2 kg/jam dan 119,64 kg/jam, kapasitas teoritis 145,73 kg/jam, efesiensi alat 86,578% dan 82,08%, persentase terpotong sempurna 88,54% dan 89,30%, persentase kerusakan hasil 5,16% dan 3,96%, kehilangan hasil 6,29% dan 6,72%, daya operator 24,61 watt dan 24,27 watt.
家居行业仍然使用线和刀进行手工切割。本研究旨在开发半机械式刀具知识,提高切削时间效率,对刀具知识进行技术分析。本研究包括半机械技术的开发,该技术使用2次处理,每次处理5次重复,并对含水率为P1(尺寸10 cm x 5 cm)和P2(5 cm x 5厘米)的切削工具技术进行测试,分别为82.19%和80.35%。双向刀具试验的结果产生了有效工作能力126.2kg/h和119.64kg/h,理论工作能力145.73kg/h,刀具效率86.578%和82.08%,完美切割88.54%和89.30%,结果损坏5.16%和3.96%,结果损失6.29%和6.72%,操作员功率24.61瓦和24.27瓦。
{"title":"UJI TEKNO-EKONOMI ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS","authors":"Renny Eka Putri, Fadhli Anas, Ashadi Hasan","doi":"10.32520/jtp.v10i2.1661","DOIUrl":"https://doi.org/10.32520/jtp.v10i2.1661","url":null,"abstract":"Industri rumah tangga masih melakukan pemotongan tahu secara manual dengan menggunakan penggaris dan pisau. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan alat pemotong tahu semi mekanis untuk meningkatkan efektivitas waktu potong tahu, analisis teknis alat pemotong tahu. Penelitian ini meliputi pengembagan alat pemotong tahu semi mekanis yang menggunakan 2 perlakuan dengan 5 kali ulangan setiap perlakuan dan melakukan uji terhadap alat pemotong tahu dengan kadar air P1 (ukuran 10 cm x 5 cm) dan P2 (5 cm x 5 cm) berturut-turut 82,19% dan 80,35%. Hasil penelitian dari pengujian alat dengan 2 perlakuan menghasilkan kapasitas kerja efektif alat 126,2 kg/jam dan 119,64 kg/jam, kapasitas teoritis 145,73 kg/jam, efesiensi alat 86,578% dan 82,08%, persentase terpotong sempurna 88,54% dan 89,30%, persentase kerusakan hasil 5,16% dan 3,96%, kehilangan hasil 6,29% dan 6,72%, daya operator 24,61 watt dan 24,27 watt. \u0000 ","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41775680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Malikul Mulki Nasni, Rika Ampuh Hadiguna, Gunarif Taib
Berkembangnya industri kopi bubuk berskala kecil dan menengah di Kota Padang menunjukkan bahwa usaha dibidang industri kopi ini memberikan prospek dan peluang, salah satu industri kopi bubuk yang ada di Kota Padang adalah kopi bubuk Cap Tiga Sendok, memiliki kapasitas produksi terkecil yaitu sebesar ±600 kg/bulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasok dalam peningkatan daya saing produk kopi, untuk menghasilkan rumusan faktor-faktor tersebut dapat menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan Partial Least Square (PLS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasok kopi dalam peningkatan daya saing produk kopi yang berada di Kota Padang, studi kasus pada usaha kopi cap Tiga Sendok. Variabel dan indikatornya diambil dari beberapa jurnal penelitian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam peningkatan daya saing produk kopi di kota Padang dipengaruhi oleh 3 variabel dari 4 variabel yang terdapat pada penelitian secara signifikan yaitu variabel struktur rantai pasok, variabel efektifitas, dan variabel kebijakan pemerintah dan 1 variabel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya saing yaitu variabel saluran rantai pasok, dalam upaya peningkatan daya saing produk kopi memerlukan dukungan yang lebih dari pemerintah untuk memperhatikan aspek saluran rantai pasok dalam peningkatan daya saing produk kopi di Kota Padang.
{"title":"ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RANTAI PASOK DALAM PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK KOPI DI KOTA PADANG","authors":"Malikul Mulki Nasni, Rika Ampuh Hadiguna, Gunarif Taib","doi":"10.32520/jtp.v10i2.1614","DOIUrl":"https://doi.org/10.32520/jtp.v10i2.1614","url":null,"abstract":"Berkembangnya industri kopi bubuk berskala kecil dan menengah di Kota Padang menunjukkan bahwa usaha dibidang industri kopi ini memberikan prospek dan peluang, salah satu industri kopi bubuk yang ada di Kota Padang adalah kopi bubuk Cap Tiga Sendok, memiliki kapasitas produksi terkecil yaitu sebesar ±600 kg/bulan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasok dalam peningkatan daya saing produk kopi, untuk menghasilkan rumusan faktor-faktor tersebut dapat menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan Partial Least Square (PLS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rantai pasok kopi dalam peningkatan daya saing produk kopi yang berada di Kota Padang, studi kasus pada usaha kopi cap Tiga Sendok. Variabel dan indikatornya diambil dari beberapa jurnal penelitian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dalam peningkatan daya saing produk kopi di kota Padang dipengaruhi oleh 3 variabel dari 4 variabel yang terdapat pada penelitian secara signifikan yaitu variabel struktur rantai pasok, variabel efektifitas, dan variabel kebijakan pemerintah dan 1 variabel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya saing yaitu variabel saluran rantai pasok, dalam upaya peningkatan daya saing produk kopi memerlukan dukungan yang lebih dari pemerintah untuk memperhatikan aspek saluran rantai pasok dalam peningkatan daya saing produk kopi di Kota Padang.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42881702","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Impaired vision and blindness are still a health problem in the world, including in Indonesia. Efforts to maintain eye health can be done by consuming foods that contain lots of vitamin A or provitamin A. Carrots are a source of provitamin A and egg yolks are a source of fat apart from being a source of vitamin A as well. This study aims to determine the effect of adding carrot flour and egg yolk on organoleptic quality and levels of beta-carotene and fat in pudding. This study is an experimental study using a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments and two replications. Observations were made subjectively on taste (organoleptic test) with 25 moderately trained panelists and objective observations included testing the levels of beta-carotene with UV-vis spectrophotometry and fat content testing using the Soxhlet method. Based on the results of the organoleptic test, it was found that the best treatment was treatment B (10:10) with four indicators assessed including color, aroma, texture and taste. The laboratory results showed that the highest beta-carotene content was between sample A (control) and sample B (10:10) with the highest average result in sample B of 50.2 and the highest fat content in sample B was 0.169. It is recommended to further researchers to test the acceptability of the product and make more use of local food in research besides being easy to find and having high nutritional value and economic value.
{"title":"PENGEMBANGAN PUDING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG WORTEL(Daucus Carrota L) DAN KUNING TELUR SEBAGAI ALTERNATIF SNACK FOOD SUMBER PRO VITAMIN A","authors":"Sepni Asmira, Delzi Ilham, Partini Widiastika","doi":"10.32520/jtp.v10i2.1583","DOIUrl":"https://doi.org/10.32520/jtp.v10i2.1583","url":null,"abstract":"Impaired vision and blindness are still a health problem in the world, including in Indonesia. Efforts to maintain eye health can be done by consuming foods that contain lots of vitamin A or provitamin A. Carrots are a source of provitamin A and egg yolks are a source of fat apart from being a source of vitamin A as well. This study aims to determine the effect of adding carrot flour and egg yolk on organoleptic quality and levels of beta-carotene and fat in pudding. This study is an experimental study using a completely randomized design (CRD) consisting of four treatments and two replications. Observations were made subjectively on taste (organoleptic test) with 25 moderately trained panelists and objective observations included testing the levels of beta-carotene with UV-vis spectrophotometry and fat content testing using the Soxhlet method. Based on the results of the organoleptic test, it was found that the best treatment was treatment B (10:10) with four indicators assessed including color, aroma, texture and taste. The laboratory results showed that the highest beta-carotene content was between sample A (control) and sample B (10:10) with the highest average result in sample B of 50.2 and the highest fat content in sample B was 0.169. It is recommended to further researchers to test the acceptability of the product and make more use of local food in research besides being easy to find and having high nutritional value and economic value.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44738793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.21776/ub.jtp.2021.022.02.6
Hanifah Nuryani Lioe, S. Suyanto, Puspo Edi Giriwono, D. Fardiaz
Pemilihan program digesti sampel dengan microwave penting dilakukan untuk memperoleh hasil destruksi yang sempurna. Kesempurnaan destruksi sampel menentukan keberterimaan parameter verifikasi metode yaitu akurasi, presisi, linearitas dan sensitivitas. Penelitian ini bertujuan untuk memilih metode destruksi microwave dalam penetapan total arsenik dalam MP-ASI menggunakan AAS-HVG. Evaluasi dilakukan terhadap parameter verifikasi metode dan perbandingan dua program microwave dilakukan dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program destruksi microwave pertama (P1) lebih baik daripada program microwave pembanding (P2) yang menghasilkan rata-rata recovery 84,79% hingga 104,57% untuk sampel bermatriks makanan dan 64,43% untuk sampel air. Presisi metode terpilih menghasilkan rata-rata RSD 6,63% hingga 13,41% untuk sampel bermatriks dan 4,66% untuk sampel air. Linearitas metode pada program terpilih menunjukkan R: 0,997 dengan koefisien variasi regresi Vx0: 4,24%, sedangkan batas deteksi dan batas kuantifikasi sebagai parameter sensitivitas berturut-turut 0,04 ng/g dan 0,12 ng/g untuk sampel bermatriks serta 0,01 ng/ml dan 0,02 ng/ml untuk sampel air. Metode penetapan kadar total arsenik dengan program microwave terpilih memenuhi syarat keberterimaan menurut uji verifikasi metode.
{"title":"PENETAPAN KADAR TOTAL ARSENIK DALAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DENGAN INSTRUMEN AAS-HVG: VERIFIKASI METODE DAN PERBANDINGAN PROGRAM MICROWAVE","authors":"Hanifah Nuryani Lioe, S. Suyanto, Puspo Edi Giriwono, D. Fardiaz","doi":"10.21776/ub.jtp.2021.022.02.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2021.022.02.6","url":null,"abstract":"Pemilihan program digesti sampel dengan microwave penting dilakukan untuk memperoleh hasil destruksi yang sempurna. Kesempurnaan destruksi sampel menentukan keberterimaan parameter verifikasi metode yaitu akurasi, presisi, linearitas dan sensitivitas. Penelitian ini bertujuan untuk memilih metode destruksi microwave dalam penetapan total arsenik dalam MP-ASI menggunakan AAS-HVG. Evaluasi dilakukan terhadap parameter verifikasi metode dan perbandingan dua program microwave dilakukan dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program destruksi microwave pertama (P1) lebih baik daripada program microwave pembanding (P2) yang menghasilkan rata-rata recovery 84,79% hingga 104,57% untuk sampel bermatriks makanan dan 64,43% untuk sampel air. Presisi metode terpilih menghasilkan rata-rata RSD 6,63% hingga 13,41% untuk sampel bermatriks dan 4,66% untuk sampel air. Linearitas metode pada program terpilih menunjukkan R: 0,997 dengan koefisien variasi regresi Vx0: 4,24%, sedangkan batas deteksi dan batas kuantifikasi sebagai parameter sensitivitas berturut-turut 0,04 ng/g dan 0,12 ng/g untuk sampel bermatriks serta 0,01 ng/ml dan 0,02 ng/ml untuk sampel air. Metode penetapan kadar total arsenik dengan program microwave terpilih memenuhi syarat keberterimaan menurut uji verifikasi metode.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47786575","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.21776/ub.jtp.2021.022.02.4
Nur Fitri Rahayu, H. Hardjomidjojo, S. Raharja
Usaha perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis didominasi oleh usaha perkebunan rakyat yang memiliki produk utama berupa Tandan Buah Segar (TBS). Jumlah produksi TBS tersebut sangat tinggi, namun pengelolaan rantai pasok TBS dirasakan masih kurang efisien sehingga pendapatan petani rendah. Hal ini dikarenakan jaringan distribusi komoditi sangat panjang serta fluktuasi harga pada saat distribusi TBS. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai nilai kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis dan menganalisis margin pemasaran yang diperoleh petani. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara degan petani dan anggota rantai pasok, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan Bengkalis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemetaan value chain dan margin pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jaringan rantai pasok TBS sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis, yaitu jaringan I (petani-pengumpul-pedagang besar sawit- industri), jaringan II (petani-pedagang besar sawit-industri), jaringan III (petani-pengumpul- koperasi-industri) dan jaringan IV (petani-koperasi sawit-industri). Dari empat jaringan distribusi tersebut, jaringan IV di Kecamatan Pinggir yang paling banyak memperoleh nilai farmer’s share sebesar 78,21%. Sementara, nilai terkecil diperoleh pada jaringan I di Kecamatan Bantan sebesar 46,43%.
该地区的油棕种植园主要由农民种植园主导,他们的主要产品是新鲜水果串。这些TBS的产量很高,但其监管机构认为,农民收入较低,效率较低。这是因为长期的商品分销网络以及TBS分销过程中价格的波动。本研究旨在绘制孟加拉地区油棕的价值链,并分析农民获得的市场利润率。本研究使用的数据是主数据和次级数据。主要的数据收集是通过对农民和供应链成员的观察和采访来完成的,而次要的数据来自加工区的园林服务。数据分析使用贴图价值链和营销边缘进行。研究结果表明,有四链网络提供TBS油棕榈Bengkalis县的人民,即网络大一世(petani-pengumpul-pedagang油棕榈-工业)、二世(大petani-pedagang sawit-industri)网络网络三世(petani-pengumpul IV - koperasi-industri)和网络(petani-koperasi sawit-industri)。在这四个分销网络中,第四网络在边缘地区的得分最高,农民的份额为78.21%。与此同时,在班坦街道上的I网络中获得的最小值为46,43%。
{"title":"ANALISIS VALUE CHAIN DAN MARGIN PEMASARAN RANTAI PASOK TANDAN BUAH SEGAR SAWIT RAKYAT DI KABUPATEN BENGKALIS","authors":"Nur Fitri Rahayu, H. Hardjomidjojo, S. Raharja","doi":"10.21776/ub.jtp.2021.022.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2021.022.02.4","url":null,"abstract":"Usaha perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis didominasi oleh usaha perkebunan rakyat yang memiliki produk utama berupa Tandan Buah Segar (TBS). Jumlah produksi TBS tersebut sangat tinggi, namun pengelolaan rantai pasok TBS dirasakan masih kurang efisien sehingga pendapatan petani rendah. Hal ini dikarenakan jaringan distribusi komoditi sangat panjang serta fluktuasi harga pada saat distribusi TBS. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai nilai kelapa sawit di Kabupaten Bengkalis dan menganalisis margin pemasaran yang diperoleh petani. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara degan petani dan anggota rantai pasok, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan Bengkalis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemetaan value chain dan margin pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jaringan rantai pasok TBS sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis, yaitu jaringan I (petani-pengumpul-pedagang besar sawit- industri), jaringan II (petani-pedagang besar sawit-industri), jaringan III (petani-pengumpul- koperasi-industri) dan jaringan IV (petani-koperasi sawit-industri). Dari empat jaringan distribusi tersebut, jaringan IV di Kecamatan Pinggir yang paling banyak memperoleh nilai farmer’s share sebesar 78,21%. Sementara, nilai terkecil diperoleh pada jaringan I di Kecamatan Bantan sebesar 46,43%.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43811706","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.21776/ub.jtp.2021.022.02.3
Nita Rosiana, E. Harmayani, Y. Pranoto
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi besar untuk dikembangkan secara komersial. Cookies yang dibuat dari 100% tepung jagung mengakibatkan penerimaan konsumen yang menurun karena tekstur cookies yang keras. Kekerasan pada cookies dari jagung dapat pula disebabkan oleh kemampuan pati dalam mengikat air dan lemak yang rendah serta struktur pati yang kompak. Salah satu metode modifikasi pati yang digunakan untuk memperbaiki sifat pati adalah asetilasi. Persyaratan derajat asetilasi pada pati yang dapat digunakan untuk menjadi produk olahan adalah 0,01-0,2. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rekayasa proses asetilasi untuk mendapatkan derajat substitusi 0,2 dan mengetahui perubahan karakteristik fisikokimia, hidrofobisitas dan kristalinitas pada pati dengan derajat substitusi 0,2. Jagung varietas Bisi-18 yang digunakan untuk penelitian berasal dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi pati jagung dan modifikasi asetilasi dengan Rancangan Acak Kelompok. Faktor 1 adalah konsentrasi asetat anhidrat (2,4,6%) dan faktor 2 adalah waktu reaksi (5,10,15 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses asetilasi terjadi pada pH 8-8,4; suhu reaksi 28-30oC selama 15 menit dengan konsentrasi asetat anhidrat 4% (v/w) menghasilkan pati terasetilasi dengan derajat subtitusi 0,2. Pati jagung tersebut mengalami perubahan karakteristik yaitu lebih hidrofob dan kristalinitas menurun. Pati terasetilasi dengan derajat substitusi 0,2 berpotensi untuk dijadikan bahan baku kue kering seperti cookies.
{"title":"PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA, HIDROFOBISITAS DAN KRISTALINITAS PADA PATI JAGUNG VARIETAS BISI-18 TERASETILASI","authors":"Nita Rosiana, E. Harmayani, Y. Pranoto","doi":"10.21776/ub.jtp.2021.022.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2021.022.02.3","url":null,"abstract":"Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi besar untuk dikembangkan secara komersial. Cookies yang dibuat dari 100% tepung jagung mengakibatkan penerimaan konsumen yang menurun karena tekstur cookies yang keras. Kekerasan pada cookies dari jagung dapat pula disebabkan oleh kemampuan pati dalam mengikat air dan lemak yang rendah serta struktur pati yang kompak. Salah satu metode modifikasi pati yang digunakan untuk memperbaiki sifat pati adalah asetilasi. Persyaratan derajat asetilasi pada pati yang dapat digunakan untuk menjadi produk olahan adalah 0,01-0,2. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rekayasa proses asetilasi untuk mendapatkan derajat substitusi 0,2 dan mengetahui perubahan karakteristik fisikokimia, hidrofobisitas dan kristalinitas pada pati dengan derajat substitusi 0,2. Jagung varietas Bisi-18 yang digunakan untuk penelitian berasal dari Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tahapan penelitian meliputi ekstraksi pati jagung dan modifikasi asetilasi dengan Rancangan Acak Kelompok. Faktor 1 adalah konsentrasi asetat anhidrat (2,4,6%) dan faktor 2 adalah waktu reaksi (5,10,15 menit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses asetilasi terjadi pada pH 8-8,4; suhu reaksi 28-30oC selama 15 menit dengan konsentrasi asetat anhidrat 4% (v/w) menghasilkan pati terasetilasi dengan derajat subtitusi 0,2. Pati jagung tersebut mengalami perubahan karakteristik yaitu lebih hidrofob dan kristalinitas menurun. Pati terasetilasi dengan derajat substitusi 0,2 berpotensi untuk dijadikan bahan baku kue kering seperti cookies.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45107990","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.21776/ub.jtp.2021.022.02.7
Eta Imeida Tiara, E. S. Murtini
Belimbing wuluh dapat dimanfaatkan menjadi sari buah dengan metode ekstraksi osmosis. Namun, warna sari buah belimbing wuluh kurang menarik sehingga perlu ditambahkan pewarna alami yang berasal dari bunga Mexican petunia yang mengandung antosianin. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi buah : bunga dan lama osmosis untuk mendapatkan sari buah belimbing wuluh yang baik secara fisik, kimia dan organoleptik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor I yaitu proporsi buah:bunga (25:1); (25:2); (25:3) dan faktor II yaitu lama osmosis (6, 12, dan 18 jam) dengan 3 kali ulangan. Perlakuan terbaik dilakukan menggunakan metode pembobotan (Zeleny). Perlakuan terbaik ada pada sari buah belimbing wuluh dengan proporsi buah : bunga (25:1) dan lama osmosis 12 jam dengan vitamin C 16,35 mg/ml; antioksidan 57,99 ppm; total gula 9,63%; nilai kecerahan (L*) 48,0 dan nilai kemerahan 14,6. Hasil organoleptik untuk perlakuan terbaik adalah kesukaan warna 2,85 (agak suka); kesukaan rasa 3,075 (agak suka); tingkat kesukaan aroma 2,83 (agak suka); dan tingkat kesukaan kenampakan 2,95 (agak suka)
{"title":"APLIKASI METODE OSMOSIS PADA PEMBUATAN SARI BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN TAMBAHAN PEWARNA BUNGA MEXICAN PETUNIA (Ruellia simplex)","authors":"Eta Imeida Tiara, E. S. Murtini","doi":"10.21776/ub.jtp.2021.022.02.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2021.022.02.7","url":null,"abstract":"Belimbing wuluh dapat dimanfaatkan menjadi sari buah dengan metode ekstraksi osmosis. Namun, warna sari buah belimbing wuluh kurang menarik sehingga perlu ditambahkan pewarna alami yang berasal dari bunga Mexican petunia yang mengandung antosianin. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi buah : bunga dan lama osmosis untuk mendapatkan sari buah belimbing wuluh yang baik secara fisik, kimia dan organoleptik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor I yaitu proporsi buah:bunga (25:1); (25:2); (25:3) dan faktor II yaitu lama osmosis (6, 12, dan 18 jam) dengan 3 kali ulangan. Perlakuan terbaik dilakukan menggunakan metode pembobotan (Zeleny). Perlakuan terbaik ada pada sari buah belimbing wuluh dengan proporsi buah : bunga (25:1) dan lama osmosis 12 jam dengan vitamin C 16,35 mg/ml; antioksidan 57,99 ppm; total gula 9,63%; nilai kecerahan (L*) 48,0 dan nilai kemerahan 14,6. Hasil organoleptik untuk perlakuan terbaik adalah kesukaan warna 2,85 (agak suka); kesukaan rasa 3,075 (agak suka); tingkat kesukaan aroma 2,83 (agak suka); dan tingkat kesukaan kenampakan 2,95 (agak suka)","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43504583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.21776/ub.jtp.2021.022.02.5
Rosida Rosida, Sintha Soraya Santi
Uwi ungu mempunyai kandungan serat pangan dan inulin yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber prebiotik. Filtrat uwi ungu bersama susu sapi dapat difermentasi menjadi yoghurt sinbiotik. Selanjutnya yoghurt sinbiotik dan susu sapi diolah menjadi es krim untuk meningkatkan daya terima produk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh proporsi yoghurt sinbiotik dan susu sapi serta penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) pada sifat fisikokimia dan organoleptik es krim yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Faktor kesatu adalah proporsi yoghurt sinbiotik:susu (20:80, 30:70, 40:60) dan faktor kedua adalah penambahan CMC (0,4, 0,5, 0,6%). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisa sidik ragam, bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji DMRT. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan proporsi yoghurt sinbiotik:susu sapi (30:70) dan penambahan CMC 0,6%, yang menghasilkan es krim dengan rata-rata total BAL (Bakteri Asam Laktat) 5,85 log CFU/ml, pH 5,20, overrun 38,35%, laju pelelahan 15,34 menit, viskositas 108,75 mPas, rata-rata skor tekstur 4,40, skor rasa 4,73, skor warna 4,47 dan skor aroma 4,60 (suka-sangat suka). Yoghurt sinbiotik yang dihasilkan mempunyai sifat fisikokimia dan dapat diterima konsumen sehingga dapat dikembangkan sebagai minuman kesehatan.
{"title":"STUDI PEMBUATAN ES KRIM YOGHURT SINBIOTIK DARI PROPORSI YOGHURT UWI UNGU : SUSU DAN PENAMBAHAN CARBOXY METHYL CELLULOSE","authors":"Rosida Rosida, Sintha Soraya Santi","doi":"10.21776/ub.jtp.2021.022.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.jtp.2021.022.02.5","url":null,"abstract":"Uwi ungu mempunyai kandungan serat pangan dan inulin yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber prebiotik. Filtrat uwi ungu bersama susu sapi dapat difermentasi menjadi yoghurt sinbiotik. Selanjutnya yoghurt sinbiotik dan susu sapi diolah menjadi es krim untuk meningkatkan daya terima produk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh proporsi yoghurt sinbiotik dan susu sapi serta penambahan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) pada sifat fisikokimia dan organoleptik es krim yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Faktor kesatu adalah proporsi yoghurt sinbiotik:susu (20:80, 30:70, 40:60) dan faktor kedua adalah penambahan CMC (0,4, 0,5, 0,6%). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisa sidik ragam, bila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Uji DMRT. Perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan proporsi yoghurt sinbiotik:susu sapi (30:70) dan penambahan CMC 0,6%, yang menghasilkan es krim dengan rata-rata total BAL (Bakteri Asam Laktat) 5,85 log CFU/ml, pH 5,20, overrun 38,35%, laju pelelahan 15,34 menit, viskositas 108,75 mPas, rata-rata skor tekstur 4,40, skor rasa 4,73, skor warna 4,47 dan skor aroma 4,60 (suka-sangat suka). Yoghurt sinbiotik yang dihasilkan mempunyai sifat fisikokimia dan dapat diterima konsumen sehingga dapat dikembangkan sebagai minuman kesehatan.","PeriodicalId":17692,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Pertanian","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41419026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}