Terumbu karang memiliki fungsi, peranan dan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Secara ekologi terumbu karang bermanfaat sebagai sumber makanan, habitat, tempat berkembang biak dan tempat hidup bagi berbagai oarganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lifeform tutupan karang, persentase terumbu karang dan parameter fisik-kimia perairan Teluk Tanah Merah Distrik Depapre. Pengambilan data selama 7 bulan dari bulan Oktober 2017 sampai April 2018. Metode pengamatan terumbu karang yang digunakan adalah observasi dan Point Intercept Transect (PIT) pada kedalaman 3 m dan 10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 tipe lifeform karang Acropora di perairan Teluk Tanah Merah yaitu Acropora encrusting (ACE), Acropora submassive (ACS), Acropora digitate (ACD), Acropora branching (ACB,) dan Acropora tabulate (ACT), serta 9 jenis non-Acropora yaitu Coral branching (CB), Coral massive (CM), Coral submassive (CS), Coral encrusting (CE), Coral foliose (CF), Coral mushroom (CMR), Heliopora (CHL), Tubipora (CTU), dan Millepora (CME). Rentang tutupan terumbu karang hidup berkisar antara 42,00% sampai 56,67% di kedalaman 3 m dan berkisar antara 39,33% sampai 62,67% di kedalaman 10 m.Kata Kunci: Acropora; Non-Acropora; Tutupan karang hidup; Point Intercept Transect; Teluk Tanah Merah
{"title":"Tutupan Terumbu Karang di Perairan Teluk Tanah Merah, Kabupaten Jayapura","authors":"Robert Munua, Baigo Hamuna, J. D. Kalor","doi":"10.31957/ACR.V2I1.984","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/ACR.V2I1.984","url":null,"abstract":"Terumbu karang memiliki fungsi, peranan dan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Secara ekologi terumbu karang bermanfaat sebagai sumber makanan, habitat, tempat berkembang biak dan tempat hidup bagi berbagai oarganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lifeform tutupan karang, persentase terumbu karang dan parameter fisik-kimia perairan Teluk Tanah Merah Distrik Depapre. Pengambilan data selama 7 bulan dari bulan Oktober 2017 sampai April 2018. Metode pengamatan terumbu karang yang digunakan adalah observasi dan Point Intercept Transect (PIT) pada kedalaman 3 m dan 10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 tipe lifeform karang Acropora di perairan Teluk Tanah Merah yaitu Acropora encrusting (ACE), Acropora submassive (ACS), Acropora digitate (ACD), Acropora branching (ACB,) dan Acropora tabulate (ACT), serta 9 jenis non-Acropora yaitu Coral branching (CB), Coral massive (CM), Coral submassive (CS), Coral encrusting (CE), Coral foliose (CF), Coral mushroom (CMR), Heliopora (CHL), Tubipora (CTU), dan Millepora (CME). Rentang tutupan terumbu karang hidup berkisar antara 42,00% sampai 56,67% di kedalaman 3 m dan berkisar antara 39,33% sampai 62,67% di kedalaman 10 m.Kata Kunci: Acropora; Non-Acropora; Tutupan karang hidup; Point Intercept Transect; Teluk Tanah Merah","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130121782","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Trammel net dirancang dan dirakit menggunakan perhitungan yang matematis. Kajian tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuannya adalah merancang kebutuhan bahan perakit trammel net dan menganalisis hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada trammel net. Penelitian dilakukan pada Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019 di Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai, Riau. Trammel net dibagi menjadi 2, yaitu trammel net yang dibuat nelayan disebut jaring TNA dan trammel net yang dibuat oleh peniliti disebut jaring TNB. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Kebutuhan konstruksi trammel net dalam satu piece dianalisis dan dibandingkan dengan ukuran baku perakitan trammel net (SNI 01-7237-2006). Hasilnya, jaring TNA dalam satu piece panjangnya 25,3 m memiliki jumlah pelampung 48 buah, pemberat 117 buah, panjang tali PE 25 m. Kemudian, jaring TNB dengan panjang 32,1 m membutuhkan pelampung 66 buah, pemberat 156 buah, panjang tali PE 32 m. Hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada kedua tipe jaring memiliki hasil yang sesuai dengan ukuran baku perakitan trammel net.Kata Kunci: Hanging ratio; Konstruksi; Trammel net
{"title":"Analisis Rancang Bangun Trammel Net (Jaring Tiga Lapis)","authors":"R. S. Mardiah, T. D. Pramesthy","doi":"10.31957/ACR.V2I1.980","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/ACR.V2I1.980","url":null,"abstract":"Trammel net dirancang dan dirakit menggunakan perhitungan yang matematis. Kajian tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuannya adalah merancang kebutuhan bahan perakit trammel net dan menganalisis hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada trammel net. Penelitian dilakukan pada Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019 di Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai, Riau. Trammel net dibagi menjadi 2, yaitu trammel net yang dibuat nelayan disebut jaring TNA dan trammel net yang dibuat oleh peniliti disebut jaring TNB. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Kebutuhan konstruksi trammel net dalam satu piece dianalisis dan dibandingkan dengan ukuran baku perakitan trammel net (SNI 01-7237-2006). Hasilnya, jaring TNA dalam satu piece panjangnya 25,3 m memiliki jumlah pelampung 48 buah, pemberat 117 buah, panjang tali PE 25 m. Kemudian, jaring TNB dengan panjang 32,1 m membutuhkan pelampung 66 buah, pemberat 156 buah, panjang tali PE 32 m. Hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada kedua tipe jaring memiliki hasil yang sesuai dengan ukuran baku perakitan trammel net.Kata Kunci: Hanging ratio; Konstruksi; Trammel net","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121930624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perairan Teluk Youtefa berada di Kota Jayapura dan memiliki potensi sumberdaya alam yang menjanjikan. Salah satu sumber daya alam adalah kerang Polymesoda erosa. Habitat hidup kerang ini di sela-sela akar mangrove pada substrat lumpur, lumpur berpasir dan serasah mangrove. Akibat pengumpulan kerang yang tidak terkontrol oleh nelayan, menyebabkan jumlah kerang P. erosa di perairan Teluk Youtefa semakin menurun atau habis dari habitat hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara panjang cangkang, lebar cangkang dan faktor kondisi. Sampel kerang dikumpulkan dari tiga stasiun penelitian dengan jumlah sampel 113 individu. Hubungan morfometrik dianalisis menggunakan regresi linear dengan parameter frekuensi panjang kelas, dimensi cangkang dan faktor kondisi kerang. Hasil penelitian menunjukan frekuensi panjang kelas tertinggi berada pada ukuran 50,56 mm – 56,56 mm. Hubungan morfometrik panjang berat cangkang berkorelasi kuat positif dengan pola pertumbuhan alometrik negatif, isometrik dan alometrik positif untuk tiap stasiun. Faktor kondisi di stasiun satu adalah hubungan kuat atau besar dengan ukuran kerang P. erosa pipih, sementara stasiun dua dan tiga berukuran kecil atau kerang kurang pipih.Kata Kunci: Morfometrik; Faktor kondisi; Polymesoda erosa; Teluk Youtefa.
{"title":"Morfometrik Kerang Polymesoda erosa di Perairan Teluk Youtefa Jayapura Papua","authors":"Efray Wanimbo, J. D. Kalor","doi":"10.31957/ACR.V1I2.930","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/ACR.V1I2.930","url":null,"abstract":"Perairan Teluk Youtefa berada di Kota Jayapura dan memiliki potensi sumberdaya alam yang menjanjikan. Salah satu sumber daya alam adalah kerang Polymesoda erosa. Habitat hidup kerang ini di sela-sela akar mangrove pada substrat lumpur, lumpur berpasir dan serasah mangrove. Akibat pengumpulan kerang yang tidak terkontrol oleh nelayan, menyebabkan jumlah kerang P. erosa di perairan Teluk Youtefa semakin menurun atau habis dari habitat hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara panjang cangkang, lebar cangkang dan faktor kondisi. Sampel kerang dikumpulkan dari tiga stasiun penelitian dengan jumlah sampel 113 individu. Hubungan morfometrik dianalisis menggunakan regresi linear dengan parameter frekuensi panjang kelas, dimensi cangkang dan faktor kondisi kerang. Hasil penelitian menunjukan frekuensi panjang kelas tertinggi berada pada ukuran 50,56 mm – 56,56 mm. Hubungan morfometrik panjang berat cangkang berkorelasi kuat positif dengan pola pertumbuhan alometrik negatif, isometrik dan alometrik positif untuk tiap stasiun. Faktor kondisi di stasiun satu adalah hubungan kuat atau besar dengan ukuran kerang P. erosa pipih, sementara stasiun dua dan tiga berukuran kecil atau kerang kurang pipih.Kata Kunci: Morfometrik; Faktor kondisi; Polymesoda erosa; Teluk Youtefa.","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126882684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan kelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut adalah dengan diterapkannya wilayah-wilayah yang dilindungi, baik secara hukum maupun adat istiadat. Sasisen merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Biak dalam usaha perlindungan kawasan dan sumberdaya laut. Sasisen sudah lama dikenal oleh masyarakat adat Biak, namun pada umumnya sasisen yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Biak adalah sasisen dusun kelapa, dusun pinang, dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan adat dan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis teripang, kelimpahan dan keanekaragaman teripang di ekosistem padang lamun yang merupakan daerah sasisen (Kampung Pakreki) dan non-sasisen (Kampung Manggari) di Pulau Numfor. Metode yang digunakan dalam inventarisasi dan pengambilan data teripang adalah transek garis dengan panjang 100 m dan lebar 25 m, dimana di setiap stasiun terdapat 3 transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah sasisen ditemukan 2 jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Holothuria argus. Sedangkan di daerah non-sasisen ditemukan 8 jenis teripang yaitu Holothuria atra, Holothuria argus, Holothuria scabra, Bohadschia scabra, Agtinopyga miliaris, Bohadschia vitiensis, Holothuria nobilis, dan Agtinopyga lecanora. Jumlah individu teripang tertinggi adalah jenis H. atra di daerah sasisen. Kelimpahan teripang di daerah sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,333 ind/m2, sedangkan di daerah non-sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,167 ind/m2. Tingkat keanekaragaman di daerah sasisen 0,191 dan di daerah non-sasisen 1,808. Keanekaragaman teripang di daerah sasisen tergolong rendah, sedangkan di daerah non-sasisen tergolong sedang.Kata Kunci: Kelimpahan; Keanekaragaman; Teripang; Ekosistem lamun; Sasien dan non-sasisen
{"title":"Kelimpahan dan Keanekaragaman Teripang Pada Daerah Sasisen dan Non-Sasisen Di Perairan Pulau Numfor","authors":"Natan Baransano, Lisiard Dimara, Herlina Menufandu","doi":"10.31957/ACR.V2I1.983","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/ACR.V2I1.983","url":null,"abstract":"Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan kelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut adalah dengan diterapkannya wilayah-wilayah yang dilindungi, baik secara hukum maupun adat istiadat. Sasisen merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Biak dalam usaha perlindungan kawasan dan sumberdaya laut. Sasisen sudah lama dikenal oleh masyarakat adat Biak, namun pada umumnya sasisen yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Biak adalah sasisen dusun kelapa, dusun pinang, dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan adat dan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis teripang, kelimpahan dan keanekaragaman teripang di ekosistem padang lamun yang merupakan daerah sasisen (Kampung Pakreki) dan non-sasisen (Kampung Manggari) di Pulau Numfor. Metode yang digunakan dalam inventarisasi dan pengambilan data teripang adalah transek garis dengan panjang 100 m dan lebar 25 m, dimana di setiap stasiun terdapat 3 transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah sasisen ditemukan 2 jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Holothuria argus. Sedangkan di daerah non-sasisen ditemukan 8 jenis teripang yaitu Holothuria atra, Holothuria argus, Holothuria scabra, Bohadschia scabra, Agtinopyga miliaris, Bohadschia vitiensis, Holothuria nobilis, dan Agtinopyga lecanora. Jumlah individu teripang tertinggi adalah jenis H. atra di daerah sasisen. Kelimpahan teripang di daerah sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,333 ind/m2, sedangkan di daerah non-sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,167 ind/m2. Tingkat keanekaragaman di daerah sasisen 0,191 dan di daerah non-sasisen 1,808. Keanekaragaman teripang di daerah sasisen tergolong rendah, sedangkan di daerah non-sasisen tergolong sedang.Kata Kunci: Kelimpahan; Keanekaragaman; Teripang; Ekosistem lamun; Sasien dan non-sasisen","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"11 12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128527525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nelayan bubu lipat merupakan nelayan yang melakukan penangkapan rajungan (Portunus pelagicus). Rajungan merupakan biota yang berskala eksport dan sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional. Nilai tukar nelayan merupakan indikator dari tingkat kesejahteraan nelayan. Pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan nilai tukar nelayan, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai tukar nelayan sebagai indikator kesejahteraan. Analisis yang digunakan adalah analisis Nilai Tukar Nelayan, analisis regresi, analisis parsial (t) dan analisis simultan (F). penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan jumlah responden yang diambil adalah 30 juragan dan 30 Anak Buah Kapal. Nilai tukar nelayan juragan berada pada kategori tinggi (105–156) dan Nilai tukar nelayan anak buah kapal berada pada kategori sedang hingga tinggi (104–170), Nilai tukar nelayan juragan 98,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan dan non perikanan memberikan nilai positif sedangkan pengeluaran operasional, konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan juragan. Nilai tukar nelayan anak buah kapal 92,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan utama, sampingan dan non perikanan memberikan nilai positif untuk nilai tukar anak buah kapal sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan anak buah kapal.Kata Kunci: Kesejahteraan nelayan; Bubu lipat; Nilai Tukar Nelayan; Suradadi
{"title":"Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Bubu Lipat di Desa Suradadi Kabupaten Tegal","authors":"Shiffa Febyarandika Shalichaty, K. Harahap","doi":"10.31957/ACR.V2I1.981","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/ACR.V2I1.981","url":null,"abstract":"Nelayan bubu lipat merupakan nelayan yang melakukan penangkapan rajungan (Portunus pelagicus). Rajungan merupakan biota yang berskala eksport dan sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional. Nilai tukar nelayan merupakan indikator dari tingkat kesejahteraan nelayan. Pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan nilai tukar nelayan, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai tukar nelayan sebagai indikator kesejahteraan. Analisis yang digunakan adalah analisis Nilai Tukar Nelayan, analisis regresi, analisis parsial (t) dan analisis simultan (F). penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan jumlah responden yang diambil adalah 30 juragan dan 30 Anak Buah Kapal. Nilai tukar nelayan juragan berada pada kategori tinggi (105–156) dan Nilai tukar nelayan anak buah kapal berada pada kategori sedang hingga tinggi (104–170), Nilai tukar nelayan juragan 98,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan dan non perikanan memberikan nilai positif sedangkan pengeluaran operasional, konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan juragan. Nilai tukar nelayan anak buah kapal 92,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan utama, sampingan dan non perikanan memberikan nilai positif untuk nilai tukar anak buah kapal sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan anak buah kapal.Kata Kunci: Kesejahteraan nelayan; Bubu lipat; Nilai Tukar Nelayan; Suradadi","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115525439","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kekayaan sumber daya pangan di Indonesia beraneka ragam sehingga dapat dijadikan sumber pangan karbohidrat, protein maupun lemak. Salah satu sumber daya alam yang potensial untuk dieksplorasi sebagai bahan pangan adalah hutan mangrove. Papua memiliki luas hutan mangrove terbesar di Indonesia yaitu 2, 49 juta ha. Masyarakat kampung Ramardori, Kabupaten Supiori telah memanfaatkan Buah mangrove jenis Bruguierra gymnorrhiza L. sebagai bahan pangan alternatif. Penelitian ini membahas proses pengolahan tradisional buah Bruguierra gymnorrhiza L. menjadi tepung yang dikonsumsi masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 di Kampung Ramardori Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori. Metode yang digunakan pada saat penelitian adalah metode observasi dan wawancara. Proses pengolahan tradisional buah Bruguierra gymnorrhiza L. menjadi pangan alternatif terdiri dari beberapa tahap yaitu, tahap pemilihan buah, perebusan buah, pengirisan dan perendaman daging buah serta perebusan dan penggilingan daging buah menjadi tepung.Kata Kunci: Pengolahan tradisional; Pangan; Bruguierra gymnorrhiza L; Kampung Ramardori
{"title":"Pengolahan tradisonal buah Bruguiera gymnorryzha L. sebagai bahan pangan di Kampung Ramardori, Kabupaten Supiori","authors":"Popi Ida Laila Ayer, Iriani Ira Bukorpiper","doi":"10.31957/acr.v1i2.933","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/acr.v1i2.933","url":null,"abstract":"Kekayaan sumber daya pangan di Indonesia beraneka ragam sehingga dapat dijadikan sumber pangan karbohidrat, protein maupun lemak. Salah satu sumber daya alam yang potensial untuk dieksplorasi sebagai bahan pangan adalah hutan mangrove. Papua memiliki luas hutan mangrove terbesar di Indonesia yaitu 2, 49 juta ha. Masyarakat kampung Ramardori, Kabupaten Supiori telah memanfaatkan Buah mangrove jenis Bruguierra gymnorrhiza L. sebagai bahan pangan alternatif. Penelitian ini membahas proses pengolahan tradisional buah Bruguierra gymnorrhiza L. menjadi tepung yang dikonsumsi masyarakat setempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 di Kampung Ramardori Distrik Supiori Selatan Kabupaten Supiori. Metode yang digunakan pada saat penelitian adalah metode observasi dan wawancara. Proses pengolahan tradisional buah Bruguierra gymnorrhiza L. menjadi pangan alternatif terdiri dari beberapa tahap yaitu, tahap pemilihan buah, perebusan buah, pengirisan dan perendaman daging buah serta perebusan dan penggilingan daging buah menjadi tepung.Kata Kunci: Pengolahan tradisional; Pangan; Bruguierra gymnorrhiza L; Kampung Ramardori","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129204026","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
J. D. Kalor, Rosye H.R. Tanjung, E. Indrayani, Kristopholus Rumbiak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kerusakan dan kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Mimika. Pengambilan data dilakukan tanggal 13- 21 Oktober 2015, pada 6 stasiun di Pesisir Selatan Mimika yakni (1) Stasiun Manasari, (2) St. Kampung Atakwa, (3) St. Kampung Atukwa, (4) St. Kakonau, (5) St. Kampus Biru, dan (6) St. Pomako. Menggunakan transek garis dan petak contoh yang dibuat tegak lurus garis pantai di daerah intertidal. Data dianalisis menggunakan Indeks Nilai Penting dan Uji Kriteria Kerusakan berdasarkan kepadatan vegetasi. Penelitian ini menemukan Kabupaten Mimika memiliki status ekosistem mangrove yang baik-sangat baik, namun dibeberapa lokasi terdapat kerusakan yang menyebabkan kerapatan menjadi rendah.Kata Kunci: Kerusakan, Ekologi, Mangrove, Mimika, Papua
{"title":"ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN DAN KONDISI EKOLOGI EKOSISTEM MANGROVE MIMIKA PAPUA","authors":"J. D. Kalor, Rosye H.R. Tanjung, E. Indrayani, Kristopholus Rumbiak","doi":"10.31957/.v1i1.502","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/.v1i1.502","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kerusakan dan kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Mimika. Pengambilan data dilakukan tanggal 13- 21 Oktober 2015, pada 6 stasiun di Pesisir Selatan Mimika yakni (1) Stasiun Manasari, (2) St. Kampung Atakwa, (3) St. Kampung Atukwa, (4) St. Kakonau, (5) St. Kampus Biru, dan (6) St. Pomako. Menggunakan transek garis dan petak contoh yang dibuat tegak lurus garis pantai di daerah intertidal. Data dianalisis menggunakan Indeks Nilai Penting dan Uji Kriteria Kerusakan berdasarkan kepadatan vegetasi. Penelitian ini menemukan Kabupaten Mimika memiliki status ekosistem mangrove yang baik-sangat baik, namun dibeberapa lokasi terdapat kerusakan yang menyebabkan kerapatan menjadi rendah.Kata Kunci: Kerusakan, Ekologi, Mangrove, Mimika, Papua","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121527880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jamur Trichophyton sp. merupakan penyebab penyakit kulit yang disebut dengan Tinea Imbrikata. Persebaran penyakit ini di Indonesia dapat ditemukan di wilayah tertentu antara lain Papua, Sulawesi dan Sumatra. Kasus Tinea imbrikata banyak ditemukan di bagian Selatan Samudra Pasifik dengan tingkat infeksi ditemukan sebesar 18% di Papua dan Papua New Guinea. Organisme laut memiliki potensi yang sangat besar dalam menghasilkan senyawa-senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan dibandingkan dengan senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan teresterial. Spons merupakan invertebrata laut berpori yang bersifat filter feeder sehingga menjadi habitat bagi mikroorganisme. Jamur merupakan mikroorganisme simbion spons selain bakteri yang berpotensi sebagai sumber senyawa metabolit sekunder dalam bidang farmakologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur simbion spons C1K1 yang memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Trichophyton sp. Isolasi jamur simbion spons dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran dan metode tempel. Identifikasi isolat jamur dilakukan dengan pengamatan morfologi koloni jamur yang terbentuk, kemudian dilakukan pemisahan isolat satu dengan lainnya. Hasil isolasi menunjukan terdapat 25 isolat jamur simbion spons (C1K1). Analisis pengujian antijamur tahap awal dilakukan dengan metode overlay dimana diperoleh 4 isolat jamur yang memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Trichophyton sp.Kata kunci: Trichophyton sp., jamur simbion spons, metabolit sekunder
{"title":"AKTIVITAS JAMUR SIMBION SPONS TERHADAP JAMUR Trichophyton sp. DI PULAU BIAK, KABUPATEN BIAK-NUMFOR, PAPUA","authors":"Popi Il Ayer, Agus Sabdono, Agus Trianto","doi":"10.31957/.V1I1.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/.V1I1.507","url":null,"abstract":"Jamur Trichophyton sp. merupakan penyebab penyakit kulit yang disebut dengan Tinea Imbrikata. Persebaran penyakit ini di Indonesia dapat ditemukan di wilayah tertentu antara lain Papua, Sulawesi dan Sumatra. Kasus Tinea imbrikata banyak ditemukan di bagian Selatan Samudra Pasifik dengan tingkat infeksi ditemukan sebesar 18% di Papua dan Papua New Guinea. Organisme laut memiliki potensi yang sangat besar dalam menghasilkan senyawa-senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan dibandingkan dengan senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan teresterial. Spons merupakan invertebrata laut berpori yang bersifat filter feeder sehingga menjadi habitat bagi mikroorganisme. Jamur merupakan mikroorganisme simbion spons selain bakteri yang berpotensi sebagai sumber senyawa metabolit sekunder dalam bidang farmakologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur simbion spons C1K1 yang memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Trichophyton sp. Isolasi jamur simbion spons dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran dan metode tempel. Identifikasi isolat jamur dilakukan dengan pengamatan morfologi koloni jamur yang terbentuk, kemudian dilakukan pemisahan isolat satu dengan lainnya. Hasil isolasi menunjukan terdapat 25 isolat jamur simbion spons (C1K1). Analisis pengujian antijamur tahap awal dilakukan dengan metode overlay dimana diperoleh 4 isolat jamur yang memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Trichophyton sp.Kata kunci: Trichophyton sp., jamur simbion spons, metabolit sekunder","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121802963","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Lisiard Dimara, Kalvin Paiki, Eduard K Raunsay, E. Indrayani, J. D. Kalor
Sampai saat ini belum dilakukan analisis kesesuaian lokasi untuk penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah khusunya dan Perairan Kabupaten Jayapura pada umumnya. Tujuan dalam penelitian adalah untuk menentukan lokasi penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah Jayapura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi pada lokasi-lokasi yang ditentukan secara purposif. Penentuan titik samping dengan bantuan survei lapangan dan wawancara dengan nelayan. Analisis data menggunakan skoring kesesuaian, dilakukan dengan cara menurunkan hasil skoring yang diperoleh kedalam model geo-statistik untuk mendapat model, yang didasari pada transfer data Geodetic/position (Degree, Minute, Second/DMS) sehingga mendapatkan nilai tunggal, dengan formula: Numeric Value (Lat ; Long) = Degree + {Minute + (Second/ 60} / 60. Hasil penelitian yang diperoleh skoring kesesuaian perairan berdasarkan paramater biologi, fisika dan kimia perairan diperoleh nilai rata-rata 85,33% dengan kisaran 66,67 – 100 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh memperlihatkan perairan Teluk Tanah Merah berada pada kelas yang sangat sesuai (S1) untuk lokasi penempatan Sero Apung. Sedangkan zona pengembangan lokasi penempatan Sero Apung berada pada koordinat 02'26, 081 LS dan 140'21, 448 BT (titik 6) 02'125, 889 LS dan 140'21, 298 BT (titik 5). Kata Kunci : Kesesuaian Perairan, Sero Apung, Teluk Tanah Merah
{"title":"ANALISIS KESESUAIAN LOKASI SERO APUNG DI PERAIRAN TELUK TANAH MERAH KABUPATEN JAYAPURA","authors":"Lisiard Dimara, Kalvin Paiki, Eduard K Raunsay, E. Indrayani, J. D. Kalor","doi":"10.31957/.V1I1.504","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/.V1I1.504","url":null,"abstract":"Sampai saat ini belum dilakukan analisis kesesuaian lokasi untuk penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah khusunya dan Perairan Kabupaten Jayapura pada umumnya. Tujuan dalam penelitian adalah untuk menentukan lokasi penempatan Sero Apung berdasarkan parameter biologi, fisika dan kimia perairan di Teluk Tanah Merah Jayapura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi pada lokasi-lokasi yang ditentukan secara purposif. Penentuan titik samping dengan bantuan survei lapangan dan wawancara dengan nelayan. Analisis data menggunakan skoring kesesuaian, dilakukan dengan cara menurunkan hasil skoring yang diperoleh kedalam model geo-statistik untuk mendapat model, yang didasari pada transfer data Geodetic/position (Degree, Minute, Second/DMS) sehingga mendapatkan nilai tunggal, dengan formula: Numeric Value (Lat ; Long) = Degree + {Minute + (Second/ 60} / 60. Hasil penelitian yang diperoleh skoring kesesuaian perairan berdasarkan paramater biologi, fisika dan kimia perairan diperoleh nilai rata-rata 85,33% dengan kisaran 66,67 – 100 %. Berdasarkan hasil yang diperoleh memperlihatkan perairan Teluk Tanah Merah berada pada kelas yang sangat sesuai (S1) untuk lokasi penempatan Sero Apung. Sedangkan zona pengembangan lokasi penempatan Sero Apung berada pada koordinat 02'26, 081 LS dan 140'21, 448 BT (titik 6) 02'125, 889 LS dan 140'21, 298 BT (titik 5). Kata Kunci : Kesesuaian Perairan, Sero Apung, Teluk Tanah Merah","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131265696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pandan-pandanan merupakan kelompok tumbuhan monokotil yang masuk dalam famili Pandanaceae dan tumbuhan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat Papua. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan pandan-pandanan oleh masyarakat Papua di Kepulauan Yapen, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Lanijaya, dan Kabupaten Jayawijaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka.Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna serat P. tectorius Parkinson sebagai asesoris busana tradisional masih terbatas pada kalangan pendidikan sebagai mata pelajaran Muatan Lokal. Selanjutnya pemanfaatan (P. tectorius Parkinson.) tersebut masih digunakan sebagai asesoris busana tradisional dan kemudian digunakan pada berbagai lomba, yospan, penjemputan pejabat dan berbagai acara penting lainnya. Mengingat potensi berbagai bagian tumbuhan (P. tectorius Parkinson.) yang sangat besar maka perlu adanya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk menghasilkan berbagai macam prodak yang kemudian dapat dipublikasi sebagai aset daerah, terutama sebagai aset budaya.Kata kunci: Potensi dan Manfaat, Pandanus tectorius, Nabire
{"title":"POTENSI DAN PEMANFAATAN (Pandanus tectorius Parkinson.) SEBAGAI BUSANA TRADISIONAL DI KABUPATEN NABIRE PROVINSI PAPUA","authors":"Eduard K Raunsay, Ervina Elewyaan","doi":"10.31957/.V1I1.505","DOIUrl":"https://doi.org/10.31957/.V1I1.505","url":null,"abstract":"Pandan-pandanan merupakan kelompok tumbuhan monokotil yang masuk dalam famili Pandanaceae dan tumbuhan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat Papua. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan pandan-pandanan oleh masyarakat Papua di Kepulauan Yapen, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Lanijaya, dan Kabupaten Jayawijaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka.Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna serat P. tectorius Parkinson sebagai asesoris busana tradisional masih terbatas pada kalangan pendidikan sebagai mata pelajaran Muatan Lokal. Selanjutnya pemanfaatan (P. tectorius Parkinson.) tersebut masih digunakan sebagai asesoris busana tradisional dan kemudian digunakan pada berbagai lomba, yospan, penjemputan pejabat dan berbagai acara penting lainnya. Mengingat potensi berbagai bagian tumbuhan (P. tectorius Parkinson.) yang sangat besar maka perlu adanya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk menghasilkan berbagai macam prodak yang kemudian dapat dipublikasi sebagai aset daerah, terutama sebagai aset budaya.Kata kunci: Potensi dan Manfaat, Pandanus tectorius, Nabire","PeriodicalId":179620,"journal":{"name":"ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126428910","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}