Penanganan nyeri yang tepat pada anak dapat membangun kepercayaan antara pasien dan dokter, menghilangkan ketakutan pasien sehingga memberikan sikap perawatan yang positif. Salah satu upaya penanganan nyeri yang juga dapat memicu timbulnya nyeri dalam perawatan kedokteran gigi anak adalah pemberian anestesi infiltrasi. Pre-cooling merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang dinilai aman dan praktis. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh pendinginan area injeksi (pre-cooling) saat anestesi terhadap penurunan tingkat persepsi nyeri anak dengan pegukuran langsung dan tidak langsung di RSGM Soelastri. Jenis penelitian yang digunakan yaitu true eksperimental dengan post-test only control group design. Metode pre-cooling pada penelitian ini menggunakan bahan ice tube dan dilakukan pada subjek penelitian sebanyak 34 anak yang dibagi kedalam 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok pre-cooling dan tanpa pre-cooling. Pada kedua kelompok perlakuan dilakukan pengukuran persepsi nyeri secara langsung dengan Wong Baker Face Pain Rating Scale dan tidak langsung dengan Sound Eyes Motoric. Hasil pengukuran persepsi nyeri secara tidak langsung dilakukan analisis menggunakan Mann-Whitney U Test. Hasil pengukuran persepsi nyeri secara langsung dilakukan uji normalitas dengan Shapiro Wilk kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene Test dan dilanjutkan analisis data dengan Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p0,05) antara kedua kelompok perlakuan dan kelompok perlakuan pre-cooling memiliki tingkat persepsi nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa pre-cooling. Metode pre-cooling dapat digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri anak saat anestesi. Kata Kunci:
适当的疼痛治疗可以建立病人和医生之间的信任,消除病人的恐惧,提供积极的治疗态度。治疗儿童牙齿护理中引发疼痛的一种方法是进行全身麻醉。前麻醉是一种可以用来减轻疼痛的安全、实用的方法。本研究的目的是观察注射前冷却区域的影响,在Soelastri RSGM和放松神经症状直接降低儿童的疼痛知觉水平。使用的是真正的实验研究,只有post- only control group design。这项研究的前冷却剂方法是用冰管材料进行的,研究对象将多达34个孩子分成两类治疗,即前冷却和无前冷却。治疗方法包括对黄贝克脸疼痛的直接测量方法,但没有对声速摩托进行直接测量。使用Mann-Whitney U测试对疼痛的感知进行间接分析。通过与夏皮罗·威尔克(Shapiro Wilk)直接进行规范测试,然后通过列文测试进行同质测试,然后进行独立的数据分析。研究结果表明,治疗前和集体麻醉前治疗之间的显著差异(p0.05)比没有前麻醉前治疗的群体表现更低。前冷却方法可以用来降低孩子在麻醉时的疼痛知觉。关键词:
{"title":"PENGARUH TINDAKAN PENDINGINAN AREA INJEKSI (PRE-COOLING) SAAT ANESTESI TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI ANAK DI RSGM SOELASTRI","authors":"Septriyani Kaswindiarti","doi":"10.23917/jikg.v2i2.9318","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i2.9318","url":null,"abstract":"Penanganan nyeri yang tepat pada anak dapat membangun kepercayaan antara pasien dan dokter, menghilangkan ketakutan pasien sehingga memberikan sikap perawatan yang positif. Salah satu upaya penanganan nyeri yang juga dapat memicu timbulnya nyeri dalam perawatan kedokteran gigi anak adalah pemberian anestesi infiltrasi. Pre-cooling merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri yang dinilai aman dan praktis. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat adanya pengaruh pendinginan area injeksi (pre-cooling) saat anestesi terhadap penurunan tingkat persepsi nyeri anak dengan pegukuran langsung dan tidak langsung di RSGM Soelastri. Jenis penelitian yang digunakan yaitu true eksperimental dengan post-test only control group design. Metode pre-cooling pada penelitian ini menggunakan bahan ice tube dan dilakukan pada subjek penelitian sebanyak 34 anak yang dibagi kedalam 2 kelompok perlakuan, yaitu kelompok pre-cooling dan tanpa pre-cooling. Pada kedua kelompok perlakuan dilakukan pengukuran persepsi nyeri secara langsung dengan Wong Baker Face Pain Rating Scale dan tidak langsung dengan Sound Eyes Motoric. Hasil pengukuran persepsi nyeri secara tidak langsung dilakukan analisis menggunakan Mann-Whitney U Test. Hasil pengukuran persepsi nyeri secara langsung dilakukan uji normalitas dengan Shapiro Wilk kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan Levene Test dan dilanjutkan analisis data dengan Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p0,05) antara kedua kelompok perlakuan dan kelompok perlakuan pre-cooling memiliki tingkat persepsi nyeri yang lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa pre-cooling. Metode pre-cooling dapat digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri anak saat anestesi. Kata Kunci: ","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122681909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractMental retardation is a condition of individuals with limited abilities which characterized by IQ index less than 70. Children with mental retardation tend to have poorer oral hygiene than their normal counterpart. The difficulties in oral hygiene due to lack of motoric skill, lack of parental attention and knowledge are the causes of the high caries index of children with mental retardation. This study aimed to determine the relationship between parental knowledge with the mental retardation children's caries index. A cross-sectional analytic study was conducted in this research. The study sample was 27 children aged 8-9 years. The data were collected using questionnaire of parental knowledge and an oral examination of caries index of children was recorded using DMF-T/def-t index. Data were tested by Chi Square test. The results showed an average DMF-T/def-t index 6.9 which was included in very high category. About 29.63% of the parents had the good knowledge (high category), 55.5% in medium category of parental knowledge, and 14.81% in low category. The result showed significant relationship between caries index in the child and parental knowledge (p=0.004, p0.05). The conclusion of this study is that there was a significant relationship between the parental knowledge and mental retardation children's caries index.Keywords: mental retardation, caries index, parental knowledge
{"title":"Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Perawatan Khusus Gigi Anak Retardasi Mental dengan Indeks Karies Anak","authors":"Nendika Dyah Ayu Murika Sari","doi":"10.23917/jikg.v2i2.8911","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i2.8911","url":null,"abstract":"AbstractMental retardation is a condition of individuals with limited abilities which characterized by IQ index less than 70. Children with mental retardation tend to have poorer oral hygiene than their normal counterpart. The difficulties in oral hygiene due to lack of motoric skill, lack of parental attention and knowledge are the causes of the high caries index of children with mental retardation. This study aimed to determine the relationship between parental knowledge with the mental retardation children's caries index. A cross-sectional analytic study was conducted in this research. The study sample was 27 children aged 8-9 years. The data were collected using questionnaire of parental knowledge and an oral examination of caries index of children was recorded using DMF-T/def-t index. Data were tested by Chi Square test. The results showed an average DMF-T/def-t index 6.9 which was included in very high category. About 29.63% of the parents had the good knowledge (high category), 55.5% in medium category of parental knowledge, and 14.81% in low category. The result showed significant relationship between caries index in the child and parental knowledge (p=0.004, p0.05). The conclusion of this study is that there was a significant relationship between the parental knowledge and mental retardation children's caries index.Keywords: mental retardation, caries index, parental knowledge ","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121885805","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang : Dental anxiety adalah penyebab dari gejala gangguan psikologis, seperti ketakutan dan perasaan tidak nyaman terhadap perawatan dental. Dental anxiety pada anak diakui sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan dental. Beberapa faktor yang mempengaruhi dental anxiety adalah usia dan pengalaman menjalani perawatan dental. Stimulus yang tidak menyenangkan terkait dengan perawatan dental dapat menyebabkan berkembangnya dental anxiety pada anak. Dental anxiety dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan termasuk perawatan endodontics. Tingginya dental anxiety pada anak dapat menyebabkan kegagalan menyelesaikan serangkaian prosedur perawatan endodontics. Keberhasilan perawatan endodontics dinilai dari kemampuan anak mengikuti serangkaian perawatan endodontics dan tidak terdapatnya keluhan pada pemeriksaan subjekif dan objektif . Tujuan : mengetahui hubungan dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics pada anak usia prasekolah. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional pada 87 pasien anak berusia 5 dan 6 tahun di Klinik koas Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Variabel terdiri dari 2 yaitu variabel dental anxiety pasien anak yang diukur menggunakan kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) dan variabel keberhasilan perawatan (yang diukur dari selesai atau tidaknya perawatan endodontik pada anak). Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p = 0,000 (p0,05 C=0,416) yang artinya terdapat hubungan antara dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics. Terdapat nilai koefisien kontingensi C=0,416 yang menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics pada anak usia prasekolahKata Kunci : Anak Prasekolah, Dental Anxiety, Keberhasilan Perawatan Endodontics
{"title":"DENTAL ANXIETY DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ENDODONTICS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH","authors":"Dwi Kurniawati, Dinda Pradita Amalia","doi":"10.23917/jikg.v2i2.9144","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i2.9144","url":null,"abstract":"Latar belakang : Dental anxiety adalah penyebab dari gejala gangguan psikologis, seperti ketakutan dan perasaan tidak nyaman terhadap perawatan dental. Dental anxiety pada anak diakui sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan dental. Beberapa faktor yang mempengaruhi dental anxiety adalah usia dan pengalaman menjalani perawatan dental. Stimulus yang tidak menyenangkan terkait dengan perawatan dental dapat menyebabkan berkembangnya dental anxiety pada anak. Dental anxiety dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan termasuk perawatan endodontics. Tingginya dental anxiety pada anak dapat menyebabkan kegagalan menyelesaikan serangkaian prosedur perawatan endodontics. Keberhasilan perawatan endodontics dinilai dari kemampuan anak mengikuti serangkaian perawatan endodontics dan tidak terdapatnya keluhan pada pemeriksaan subjekif dan objektif . Tujuan : mengetahui hubungan dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics pada anak usia prasekolah. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross sectional pada 87 pasien anak berusia 5 dan 6 tahun di Klinik koas Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Variabel terdiri dari 2 yaitu variabel dental anxiety pasien anak yang diukur menggunakan kuesioner CFSS-DS (Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale) dan variabel keberhasilan perawatan (yang diukur dari selesai atau tidaknya perawatan endodontik pada anak). Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p = 0,000 (p0,05 C=0,416) yang artinya terdapat hubungan antara dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics. Terdapat nilai koefisien kontingensi C=0,416 yang menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara dental anxiety dengan keberhasilan perawatan endodontics pada anak usia prasekolahKata Kunci : Anak Prasekolah, Dental Anxiety, Keberhasilan Perawatan Endodontics","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114315046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Juwita Raditya Ningsih, Tetiana Haniastuti, Juni Handajani
ABSTRACTGingival epithelium has an important role in the protection of the gingival tissue from mechanical, physical, and chemical trauma also microbial invasion. Re-epithelialization is an important phase of post extraction socket healing. Previous study showed that banana (Musa sapientum L) latex containing tanin, saponin, flavanoid, vitamin C, and minerals i.e: kalium, magnesium, calcium induced re-epithelialization in skin wounds. The objective of the present research was to study the effectivity of banana latex gel in the re-epithelialization of post extraction socket in guinea pigs (Cavia cobaya).Fifty four guinea pigs were divided into 3 groups, there were negative control group, positive control group and banana latex gel group. Each group consisted of 18 guinea pigs. Mandibular left central incisive were extracted and CMC-Na 1% (negative control), iod-glycerin (positive control) and banana latex gel were applied into the wound socket. Guinea pigs were then sacrified at 1,3,5,7,14,24 day post extraction and processed for histological examination. The specimens were stained with hematoxilin eosin. Epithelial thickness was measured with optilab (µm). The result of Anova showed significant differences in epithelial thickness among groups (p0,05). Least Significant of Difference test showed significant differences (p0,05) at 3,5,7,14,24 day post extraction between banana latex gel group compared to negative control group and also at 7 and 24 day post extraction between banana latex gel group compared to positive control group. In conclusion, banana latex gel may induce re-epithelialization of post extraction socket. The effect of banana latex gel is similar to iod-glycerin.Key words: re-epithelialization, banana latex gel, tooth socket
{"title":"RE-EPITELISASI LUKA SOKET PASCA PENCABUTAN GIGI SETELAH PEMBERIAN GEL GETAH PISANG RAJA (Musa sapientum L) Kajian histologis pada marmut (Cavia cobaya)","authors":"Juwita Raditya Ningsih, Tetiana Haniastuti, Juni Handajani","doi":"10.23917/jikg.v2i1.6644","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i1.6644","url":null,"abstract":"ABSTRACTGingival epithelium has an important role in the protection of the gingival tissue from mechanical, physical, and chemical trauma also microbial invasion. Re-epithelialization is an important phase of post extraction socket healing. Previous study showed that banana (Musa sapientum L) latex containing tanin, saponin, flavanoid, vitamin C, and minerals i.e: kalium, magnesium, calcium induced re-epithelialization in skin wounds. The objective of the present research was to study the effectivity of banana latex gel in the re-epithelialization of post extraction socket in guinea pigs (Cavia cobaya).Fifty four guinea pigs were divided into 3 groups, there were negative control group, positive control group and banana latex gel group. Each group consisted of 18 guinea pigs. Mandibular left central incisive were extracted and CMC-Na 1% (negative control), iod-glycerin (positive control) and banana latex gel were applied into the wound socket. Guinea pigs were then sacrified at 1,3,5,7,14,24 day post extraction and processed for histological examination. The specimens were stained with hematoxilin eosin. Epithelial thickness was measured with optilab (µm). The result of Anova showed significant differences in epithelial thickness among groups (p0,05). Least Significant of Difference test showed significant differences (p0,05) at 3,5,7,14,24 day post extraction between banana latex gel group compared to negative control group and also at 7 and 24 day post extraction between banana latex gel group compared to positive control group. In conclusion, banana latex gel may induce re-epithelialization of post extraction socket. The effect of banana latex gel is similar to iod-glycerin.Key words: re-epithelialization, banana latex gel, tooth socket","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"7 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127366962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Antrian di ruang praktek dokter gigi dapat menimbulkan efek yang lebih traumatik daripada perawatan yang akan diterima pasien. Hal ini menyebabkan kecemasan pada pasien meningkat. Dental anxiety dapat berdampak buruk pada perawatan kedokteran gigi yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan perawatan. Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan, yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Salah satu cara non farmakologis adalah dengan relaksasi. Beberapa peneliti telah meneliti mengenai terapi musik sebagai cara relaksasi, dimana mendengarkan musik lebih efektif dalam menurunkan respon fisiologis daripada penggunaan obat penenang.Tujuan : untuk mengetahui pengaruh terapi musik yang didengarkan oleh pasien sebelum perawatan gigi terhadap penurunan dental anxiety pasien. Metode : Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen. Tiga puluh lima responden yang berada di ruang tunggu pasien dijadikan subjek penelitian. Setelah data identitas dilengkapi, responden dilakukan pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan. Tahap selanjutnya adalah pengaplikasian musik kepada pasien selama 10 menit. Setelah pengaplikasian musik, pasien diukur kembali tekanan darah dan nadi. Data yang didapat diolah dengan menggunakan uji paired T Test.Hasil : terdapat penurunan rerata tekanan darah sistolik sebesar 2,89 (p=0,02), penurunan rerata tekanan darah diastolik 0,57 (p= 0,58) dan penurunan rerata denyut nadi setelah terapi musik sebesar 0,1 (p= 0,7) Simpulan : terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi musik pra tindakan dental terhadap penurunan kecemasan pasien yang dilihat dari tekanan darah sistolik, tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada tekanan darah diastolik dan denyut nadi (p= 0,78) Kata kunci : dental anxiety, terapi musik, tekanan darah, denyut jantung
{"title":"PENGARUH MUSIK TERHADAP PENURUNAN DENTAL ANXIETY PASIEN","authors":"Dwi Kurniawati","doi":"10.23917/jikg.v2i1.6392","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i1.6392","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Antrian di ruang praktek dokter gigi dapat menimbulkan efek yang lebih traumatik daripada perawatan yang akan diterima pasien. Hal ini menyebabkan kecemasan pada pasien meningkat. Dental anxiety dapat berdampak buruk pada perawatan kedokteran gigi yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan perawatan. Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan, yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Salah satu cara non farmakologis adalah dengan relaksasi. Beberapa peneliti telah meneliti mengenai terapi musik sebagai cara relaksasi, dimana mendengarkan musik lebih efektif dalam menurunkan respon fisiologis daripada penggunaan obat penenang.Tujuan : untuk mengetahui pengaruh terapi musik yang didengarkan oleh pasien sebelum perawatan gigi terhadap penurunan dental anxiety pasien. Metode : Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen. Tiga puluh lima responden yang berada di ruang tunggu pasien dijadikan subjek penelitian. Setelah data identitas dilengkapi, responden dilakukan pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan. Tahap selanjutnya adalah pengaplikasian musik kepada pasien selama 10 menit. Setelah pengaplikasian musik, pasien diukur kembali tekanan darah dan nadi. Data yang didapat diolah dengan menggunakan uji paired T Test.Hasil : terdapat penurunan rerata tekanan darah sistolik sebesar 2,89 (p=0,02), penurunan rerata tekanan darah diastolik 0,57 (p= 0,58) dan penurunan rerata denyut nadi setelah terapi musik sebesar 0,1 (p= 0,7) Simpulan : terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi musik pra tindakan dental terhadap penurunan kecemasan pasien yang dilihat dari tekanan darah sistolik, tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada tekanan darah diastolik dan denyut nadi (p= 0,78) Kata kunci : dental anxiety, terapi musik, tekanan darah, denyut jantung","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"128 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115770557","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Resin komposit mempunyai berbagai macam jenis, salah satunya berdasar karakteristik alirannya adalah resin komposit flowable. Resin ini memiliki viskositas rendah yang menjadikannya mudah diaplikasikan dan filler yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya terhadap kekuatan, salah satunya kekuatan fleksural. Cara meningkatkan kekuatan resin komposit flowable dapat dilakukan dengan penambahan serat. Serat alam cukup diminati, salah satu serat alam yaitu serat kapas (Gossypium sp.). Hasil analisis serat kapas tersusun atas selulosa yang menjadikan kekuatan mekanis serat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan serat kapas terhadap kekuatan fleksural resin komposit flowable dan mengetahui pengaruh penambahan serat kapas terhadap peningkatan kekuatan resin komposit flowable. Penelitian ini menggunakan desain penelitian post test-only control design yang mengukur kekuatan fleksural resin komposit flowable tanpa penambahan serat kapas dan dengan penambahan serat kapas. Objek penelitian adalah resin komposit flowable sebanyak 32 sampel dibagi mejadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil Independent t-test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan (0,05) dengan rata-rata kelompok perlakukan 155,082 MPa dan kontrol 115,898 MPa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan serat kapasberpengaruh terhadap kekuatan fleksural resin komposit flowable. Penambahan serat kapas meningkatkan kekuatan fleksural resin komposit flowable.
复合树脂有各种各样的种类,其中一个原因是它的流质复合树脂。这种树脂缺乏粘度,因此易于应用和过滤,从而降低了强度,其中之一就是灵活性力。增加浮水复合树脂强度的方法可以通过增加纤维来实现。天然纤维——一种天然纤维,叫做棉纤维。棉纤维分析的结果是纤维素,使纤维的机械强度增加。本研究的目的是确定棉纤维增殖对高密度棉纤维复合材料复合材料的强度的影响,以及棉纤维的增殖对高密度棉纤维的影响。该研究采用post -only control design的研究设计,它可以在不添加棉纤维和增加棉纤维的情况下测量漂浮复合树脂的强度。研究对象是一种32个样本的可折叠复合树脂,将样本分成两组,即控制和治疗组。独立t测试结果显示,平均绩点为155,082 MPa治疗和11515898 MPa管制之间存在显著差异(0.05)。因此,可以推断,增加kapasli纤维对浮动复合材料复合材料的强度有影响。棉纤维的增加增加了浮棉复合树脂的强度。
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAPAS (Gossypium sp.) TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL RESIN KOMPOSIT FLOWABLE","authors":"Dendy Murdiyanto, Santi Galih Pratiwi","doi":"10.23917/jikg.v2i1.4863","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i1.4863","url":null,"abstract":"Resin komposit mempunyai berbagai macam jenis, salah satunya berdasar karakteristik alirannya adalah resin komposit flowable. Resin ini memiliki viskositas rendah yang menjadikannya mudah diaplikasikan dan filler yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya terhadap kekuatan, salah satunya kekuatan fleksural. Cara meningkatkan kekuatan resin komposit flowable dapat dilakukan dengan penambahan serat. Serat alam cukup diminati, salah satu serat alam yaitu serat kapas (Gossypium sp.). Hasil analisis serat kapas tersusun atas selulosa yang menjadikan kekuatan mekanis serat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan serat kapas terhadap kekuatan fleksural resin komposit flowable dan mengetahui pengaruh penambahan serat kapas terhadap peningkatan kekuatan resin komposit flowable. Penelitian ini menggunakan desain penelitian post test-only control design yang mengukur kekuatan fleksural resin komposit flowable tanpa penambahan serat kapas dan dengan penambahan serat kapas. Objek penelitian adalah resin komposit flowable sebanyak 32 sampel dibagi mejadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Hasil Independent t-test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan (0,05) dengan rata-rata kelompok perlakukan 155,082 MPa dan kontrol 115,898 MPa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan serat kapasberpengaruh terhadap kekuatan fleksural resin komposit flowable. Penambahan serat kapas meningkatkan kekuatan fleksural resin komposit flowable.","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"114 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127975894","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Perilaku kesehatan merupakan unsur penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Termasuk dalam perilaku tersebut adalah perilaku dalam memenuhi gizi bagi tubuh, perilaku merokok, perilaku kebersihan dan perilaku pencarian kesehatan. Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh status sosial seseorang. Orang dengan status sosial rendah atau miskin cenderung mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Perilaku kesehatan juga mempengaruhi status kesehatan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan dan perilaku kesehatan gigi dengan status kesehatan mulut pada masyarakat pengemudi becak di Surakarta, Jawa Tengah. Tukang Becak dipilih karena jam kerja mereka yang spesifik dan status kurang mampu. Metode Penelitian: Metode penelitian dilakukan dengan cross sectional study design menggunakan kuisioner kesehatan dan pemeriksaan indeks DMF-T dengan responden tukang becak sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method yang dilakukan pada 5 Kecamatan berbeda untuk memperoleh data yang merata. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan uji Chi-Square dan Multinomial Logistic Regression. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 79% responden memiliki indeks DMFT sangat tinggi. Perilaku merokok yang meliputi durasi merokok (0,0018) dan frekuensi merokok (0,0003) memiliki korelasi terkuat juga faktor risiko tinggi untuk menyumbang status kesehatan mulut yang parah. Perilaku kesehatan gigi yang meliputi rutinitas menyikat gigi (0,0043) dan penggunaan obat kumur (0,02) keduanya berkontribusi signifikan terhadap risiko memiliki status kesehatan mulut yang buruk, ditambah dengan perilaku mencari kesehatan gigi karena perlunya mengunjungi dokter gigi (0,002). Kesimpulan: Perilaku merokok adalah faktor risiko yang paling jelas mempengaruhi kesehatan secara umum maupun kesehatan gigi dan mulut tukang becak, sementara rutinitas menyikat gigi, menggunakan obat kumur dan perilaku mencari kesehatan gigi sangat berkorelasi dengan derajat kesehatan gigi.
{"title":"Hubungan Perilaku Sehat dan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Derajat Kesehatan Gigi pada Komunitas Tukang Becak di Kota Surakarta, Jawa Tengah","authors":"Deny Teguh Setyaji, Morita Sari","doi":"10.23917/jikg.v2i1.4865","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i1.4865","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Perilaku kesehatan merupakan unsur penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Termasuk dalam perilaku tersebut adalah perilaku dalam memenuhi gizi bagi tubuh, perilaku merokok, perilaku kebersihan dan perilaku pencarian kesehatan. Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh status sosial seseorang. Orang dengan status sosial rendah atau miskin cenderung mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan mereka. Perilaku kesehatan juga mempengaruhi status kesehatan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan dan perilaku kesehatan gigi dengan status kesehatan mulut pada masyarakat pengemudi becak di Surakarta, Jawa Tengah. Tukang Becak dipilih karena jam kerja mereka yang spesifik dan status kurang mampu. Metode Penelitian: Metode penelitian dilakukan dengan cross sectional study design menggunakan kuisioner kesehatan dan pemeriksaan indeks DMF-T dengan responden tukang becak sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method yang dilakukan pada 5 Kecamatan berbeda untuk memperoleh data yang merata. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan uji Chi-Square dan Multinomial Logistic Regression. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 79% responden memiliki indeks DMFT sangat tinggi. Perilaku merokok yang meliputi durasi merokok (0,0018) dan frekuensi merokok (0,0003) memiliki korelasi terkuat juga faktor risiko tinggi untuk menyumbang status kesehatan mulut yang parah. Perilaku kesehatan gigi yang meliputi rutinitas menyikat gigi (0,0043) dan penggunaan obat kumur (0,02) keduanya berkontribusi signifikan terhadap risiko memiliki status kesehatan mulut yang buruk, ditambah dengan perilaku mencari kesehatan gigi karena perlunya mengunjungi dokter gigi (0,002). Kesimpulan: Perilaku merokok adalah faktor risiko yang paling jelas mempengaruhi kesehatan secara umum maupun kesehatan gigi dan mulut tukang becak, sementara rutinitas menyikat gigi, menggunakan obat kumur dan perilaku mencari kesehatan gigi sangat berkorelasi dengan derajat kesehatan gigi.","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126395739","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kontrasepsi hormonal pil, suntik dan implan merupakan jenis kontrasepsi yang banyak diminati oleh pasangan usia subur di Indonesia. Ketiga jenis kontrasepsi ini mengandung hormon seks sintetis berupa esterogen dan progesteron yang dapat meningkatkan cairan sulkus gingiva dan memicu pelepasan sitokin TNF-α sehingga mengakibatkan gingivitis. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perbedaan kadar Tumor nekrosis alpha (TNF-α) cairan sulkus gingiva pada penderita gingivitis pengguna kontrasepsi pil, suntik dan implan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analytic dengan rancangan penelitian cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 60 wanita dengan usia 25-28 tahun yang terbagi dalam 20 kelompok pil, 20 suntik dan 20 implan di kecamatan Kebonarum Klaten. Penelitian ini diawali dengan pengukuran gingival indeks kemudian pengambilan cairan sulkus gingiva menggunakan absorbent paper point lalu dilakukan penghitungan kadar TNF-α menggunakan metode ELISA. Hasil Penelitian: Hasil peneltian dengan uji statistic didapatkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p0,05). Meskipun demikian, rerata kadar TNF-α cairan sulkus gingiva penderita gingivitis sedang pengguna kontrasepsi implan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi pil dan suntik. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar TNF-α cairan sulkus gingiva penderita gingivitis pengguna kontrasepsi pil, suntik dan implan.
{"title":"EKSPRESI KADAR TUMOR NECROSIS FACTOR-α (TNF-α) CAIRAN SULKUS GINGIVA PADA PENDERITA GINGIVITIS (Kajian Pengguna Kontrasepsi Pil, Suntik dan Implan)","authors":"E. Karyadi, Ahmad Syaifyi","doi":"10.23917/jikg.v2i1.6595","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jikg.v2i1.6595","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kontrasepsi hormonal pil, suntik dan implan merupakan jenis kontrasepsi yang banyak diminati oleh pasangan usia subur di Indonesia. Ketiga jenis kontrasepsi ini mengandung hormon seks sintetis berupa esterogen dan progesteron yang dapat meningkatkan cairan sulkus gingiva dan memicu pelepasan sitokin TNF-α sehingga mengakibatkan gingivitis. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui perbedaan kadar Tumor nekrosis alpha (TNF-α) cairan sulkus gingiva pada penderita gingivitis pengguna kontrasepsi pil, suntik dan implan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analytic dengan rancangan penelitian cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 60 wanita dengan usia 25-28 tahun yang terbagi dalam 20 kelompok pil, 20 suntik dan 20 implan di kecamatan Kebonarum Klaten. Penelitian ini diawali dengan pengukuran gingival indeks kemudian pengambilan cairan sulkus gingiva menggunakan absorbent paper point lalu dilakukan penghitungan kadar TNF-α menggunakan metode ELISA. Hasil Penelitian: Hasil peneltian dengan uji statistic didapatkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p0,05). Meskipun demikian, rerata kadar TNF-α cairan sulkus gingiva penderita gingivitis sedang pengguna kontrasepsi implan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi pil dan suntik. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar TNF-α cairan sulkus gingiva penderita gingivitis pengguna kontrasepsi pil, suntik dan implan.","PeriodicalId":186189,"journal":{"name":"JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114325732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}