Gabungan beberapa analisis pada citra satelit Landsat dan Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi indikasi area prospek panas bumi. Analisis dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yang diawali dari informasi keberadaan mata air panas pada peta geologi regional lembar Takengon. Metoda penginderaan jauh seperti metoda Fault and Fracture Density (FFD) dan interpretasi circular feature diterapkan pada citra DEMNAS. Sedangkan metoda Land Surface Temperature (LST) dan Direct Principal Component Analysis (DPCA) diterapkan pada citra Landsat 8. Kenampakan circular feature, anomali LST dan indikator adanya mineral ubahan bersuhu tinggi, dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan sumber panas. Sedangkan penerapan FFD digunakan untuk memperoleh indikator adanya zona dengan permeabilitas tinggi yang diperlukan dalam sistem panas bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikasi sumber panas diperkirakan berada pada komplek vulkanik Gunung Telege yang berada di daerah Kecamatan Atu Lintang. Hal ini diperlihatkan dengan adanya circular feature dan anomali LST yang terdapat di daerah tersebut. Penerapan metoda FFD mengindikasikan adanya zona outflow yang berada di sekitar manifestasi mata air panas yang terletak di sebelah barat laut Gunung Telege. Sedangkan dari hasil penerapan metoda DPCA sulit untuk diinterpretasi dikarenakan belum adanya pemisahan yang tegas antara indikator zona argilik lanjut dan zona propilitik dari hasil DPCA tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya nilai pencampuran antar beberapa indikasi mineral dalam satu piksel yang sama. Secara umum, penggunaan metoda penginderaan jauh di Kabupaten Aceh Tengah dapat membantu untuk memberikan petunjuk awal adanya kemungkinan sistem panas bumi di daerah tersebut
{"title":"ANALISIS CITRA SATELIT LANDSAT 8 DAN DEMNAS UNTUK IDENTIFIKASI PROSPEK PANAS BUMI DI KABUPATEN ACEH TENGAH, PROVINSI ACEH","authors":"Lano Adhitya Permana, Husin Setia Nugraha, Sukaesih","doi":"10.47599/bsdg.v16i3.322","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i3.322","url":null,"abstract":"Gabungan beberapa analisis pada citra satelit Landsat dan Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi indikasi area prospek panas bumi. Analisis dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yang diawali dari informasi keberadaan mata air panas pada peta geologi regional lembar Takengon. Metoda penginderaan jauh seperti metoda Fault and Fracture Density (FFD) dan interpretasi circular feature diterapkan pada citra DEMNAS. Sedangkan metoda Land Surface Temperature (LST) dan Direct Principal Component Analysis (DPCA) diterapkan pada citra Landsat 8. Kenampakan circular feature, anomali LST dan indikator adanya mineral ubahan bersuhu tinggi, dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan sumber panas. Sedangkan penerapan FFD digunakan untuk memperoleh indikator adanya zona dengan permeabilitas tinggi yang diperlukan dalam sistem panas bumi. \u0000 \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikasi sumber panas diperkirakan berada pada komplek vulkanik Gunung Telege yang berada di daerah Kecamatan Atu Lintang. Hal ini diperlihatkan dengan adanya circular feature dan anomali LST yang terdapat di daerah tersebut. Penerapan metoda FFD mengindikasikan adanya zona outflow yang berada di sekitar manifestasi mata air panas yang terletak di sebelah barat laut Gunung Telege. Sedangkan dari hasil penerapan metoda DPCA sulit untuk diinterpretasi dikarenakan belum adanya pemisahan yang tegas antara indikator zona argilik lanjut dan zona propilitik dari hasil DPCA tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya nilai pencampuran antar beberapa indikasi mineral dalam satu piksel yang sama. Secara umum, penggunaan metoda penginderaan jauh di Kabupaten Aceh Tengah dapat membantu untuk memberikan petunjuk awal adanya kemungkinan sistem panas bumi di daerah tersebut","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129610973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di Pulau Sulawesi terdapat banyak batuan granitik yang berpotensi mengandung cebakan mineral radioaktif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tipe cebakan mineral radioaktif berdasarkan karakteristik radioaktivitas, kadar uranium dan mineralogi yang bersumber dari batuan granitik tertentu. Data yang digunakan meliputi pengukuran radioaktivitas, kadar uranium, hasil pengamatan megaskopis dan petrografis batuan serta analisis butir mineral berat batuan granitik hasil eksplorasi uranium di Pulau Sulawesi. Batuan granitik terdiri dari granit, granit biotit, granodiorit, granodiorit biotit, granodiorit hornblenda, granodiorit biotit hornblenda, granodiorit hornblenda biotit, adamelit biotit, adamelit biotit hornblenda, adamelit hornblenda biotit, diorit, diorit hornblenda biotit dan syenit. Radioaktivitas batuan granitik 50 s.d. 1.200 c/s dan kadar uranium 0,54 s.d. 36 ppm. Mineral radioaktif yang terdapat pada batuan granitik terdiri dari zirkon, monasit, alanit, thorit dan branerit. Cebakan mineral radioaktif yang berpotensi terbentuk di Pulau Sulawesi adalah cebakan thorium tipe placer pada delta dan pantai yang ada saat ini.
{"title":"STUDI POTENSI TERBENTUKNYA CEBAKAN MINERAL RADIOAKTIF PADA BATUAN GRANITIK DI PULAU SULAWESI","authors":"Ngadenin, Widodo, Rachman Fauzi, Fadia Pratiwi","doi":"10.47599/bsdg.v16i3.331","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i3.331","url":null,"abstract":"Di Pulau Sulawesi terdapat banyak batuan granitik yang berpotensi mengandung cebakan mineral radioaktif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tipe cebakan mineral radioaktif berdasarkan karakteristik radioaktivitas, kadar uranium dan mineralogi yang bersumber dari batuan granitik tertentu. Data yang digunakan meliputi pengukuran radioaktivitas, kadar uranium, hasil pengamatan megaskopis dan petrografis batuan serta analisis butir mineral berat batuan granitik hasil eksplorasi uranium di Pulau Sulawesi. Batuan granitik terdiri dari granit, granit biotit, granodiorit, granodiorit biotit, granodiorit hornblenda, granodiorit biotit hornblenda, granodiorit hornblenda biotit, adamelit biotit, adamelit biotit hornblenda, adamelit hornblenda biotit, diorit, diorit hornblenda biotit dan syenit. Radioaktivitas batuan granitik 50 s.d. 1.200 c/s dan kadar uranium 0,54 s.d. 36 ppm. Mineral radioaktif yang terdapat pada batuan granitik terdiri dari zirkon, monasit, alanit, thorit dan branerit. Cebakan mineral radioaktif yang berpotensi terbentuk di Pulau Sulawesi adalah cebakan thorium tipe placer pada delta dan pantai yang ada saat ini.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131669159","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Darmawan, Dirga Ilham Fahlevi, M. Yassar, Fachri Aldi Pramudya
Gunung Rajabasa merupakan salah satu lapangan panas bumi di Sumatra yang belum dapat dieksploitasi hingga saat ini. Keberadaan manifestasi di daerah ini menjadi petunjuk keberadaan zona reservoar panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona permeabilitas tinggi berdasarkan analisis Fault Fracture Density (FFD) dan menganalisis keterkaitan antara karakteristik struktur jalur fluida panas bumi ke permukaan dengan lokasi zona reservoar panas bumi. Metode FFD dilakukan dengan menggunakan Citra Digital Elevation Model (DEM) ALOS PALSAR untuk memetakan kelurusan/lineament yang berasosiasi dengan zona patahan maupun rekahan khususnya di area manifestasi. Observasi struktur di lapangan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil FFD. Arah dominan dari struktur yang teridentifikasi sebagian selaras dan searah dengan sistem sesar Sumatra yaitu arah Barat Laut – Tenggara dan sebagian menunjukkan respons yang memotong sistem sesar utama. Selanjutnya, hasil analisis FFD menunjukkan keterkaitan yang cukup signifikan antara zona lemah (fracturing) dengan zona reservoar panas bumi yang ditunjukkan oleh pola densitas struktur tinggi pada zona upflow di manifestasi Way Belerang, sedangkan pada zona outflow di manifestasi mata air panas Gunung Botak berada pada densitas struktur yang rendah.
{"title":"IDENTIFIKASI ZONA RESERVOAR PANAS BUMI BERDASARKAN ANALISIS FAULT FRACTURE DENSITY CITRA DIGITAL ELEVATION MODEL ALOS PALSAR DI GUNUNG RAJABASA","authors":"I. Darmawan, Dirga Ilham Fahlevi, M. Yassar, Fachri Aldi Pramudya","doi":"10.47599/bsdg.v16i2.315","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i2.315","url":null,"abstract":"Gunung Rajabasa merupakan salah satu lapangan panas bumi di Sumatra yang belum dapat dieksploitasi hingga saat ini. Keberadaan manifestasi di daerah ini menjadi petunjuk keberadaan zona reservoar panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona permeabilitas tinggi berdasarkan analisis Fault Fracture Density (FFD) dan menganalisis keterkaitan antara karakteristik struktur jalur fluida panas bumi ke permukaan dengan lokasi zona reservoar panas bumi. Metode FFD dilakukan dengan menggunakan Citra Digital Elevation Model (DEM) ALOS PALSAR untuk memetakan kelurusan/lineament yang berasosiasi dengan zona patahan maupun rekahan khususnya di area manifestasi. Observasi struktur di lapangan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil FFD. Arah dominan dari struktur yang teridentifikasi sebagian selaras dan searah dengan sistem sesar Sumatra yaitu arah Barat Laut – Tenggara dan sebagian menunjukkan respons yang memotong sistem sesar utama. Selanjutnya, hasil analisis FFD menunjukkan keterkaitan yang cukup signifikan antara zona lemah (fracturing) dengan zona reservoar panas bumi yang ditunjukkan oleh pola densitas struktur tinggi pada zona upflow di manifestasi Way Belerang, sedangkan pada zona outflow di manifestasi mata air panas Gunung Botak berada pada densitas struktur yang rendah.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128122163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu cara memanfaatkan batubara bawah permukaan adalah dengan cara mengonversinya ke dalam bentuk gas yang lebih ramah lingkungan melalui metode underground coal gasification (UCG). Cekungan Sumatra Selatan adalah salah satu cekungan batubara produkfif di Indonesia. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk untuk mengetahui lokasi potensi batubara yang cocok untuk pengembangan UCG. Evaluasi potensi batubara Indonesia untuk pengembangan UCG di cekungan ini, dilakukan dengan cara mengarakterisasi lapisan batubaranya. Batubara cekungan Sumatra Selatan di Daerah Bayung Lencir, Muara Kilis, dan Srijaya Makmur dievaluasi karakteristiknya untuk melihat potensi UCG pada batubara tersebut. Parameter karakteristik yang dievaluasi meliputi peringkat, ketebalan, kemiringan dan kedalaman lapisan batubara, rasio kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, batuan pengapit berikut ketebalannya, kondisi hidrogeologis (posisi batubara terhadap akuifer), struktur geologi serta sumber daya batubara. Hasil evaluasi menunjukkan, berdasarkan karakteristik batubaranya, daerah Bayung lencir merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan UCG.
{"title":"EVALUASI PENDAHULUAN POTENSI UNDERGROUND COAL GASIFICATION DI CEKUNGAN SUMATRA SELATAN: STUDI KASUS BATUBARA FORMASI MUARA ENIM","authors":"E. P. Dwitama, M. R. Ramdhani, R. Ulfa","doi":"10.47599/bsdg.v16i2.326","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i2.326","url":null,"abstract":"Salah satu cara memanfaatkan batubara bawah permukaan adalah dengan cara mengonversinya ke dalam bentuk gas yang lebih ramah lingkungan melalui metode underground coal gasification (UCG). Cekungan Sumatra Selatan adalah salah satu cekungan batubara produkfif di Indonesia. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk untuk mengetahui lokasi potensi batubara yang cocok untuk pengembangan UCG. Evaluasi potensi batubara Indonesia untuk pengembangan UCG di cekungan ini, dilakukan dengan cara mengarakterisasi lapisan batubaranya. Batubara cekungan Sumatra Selatan di Daerah Bayung Lencir, Muara Kilis, dan Srijaya Makmur dievaluasi karakteristiknya untuk melihat potensi UCG pada batubara tersebut. Parameter karakteristik yang dievaluasi meliputi peringkat, ketebalan, kemiringan dan kedalaman lapisan batubara, rasio kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, batuan pengapit berikut ketebalannya, kondisi hidrogeologis (posisi batubara terhadap akuifer), struktur geologi serta sumber daya batubara. Hasil evaluasi menunjukkan, berdasarkan karakteristik batubaranya, daerah Bayung lencir merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan UCG.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"321 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132385638","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abizar Adi, Agus Didit Haryanto, Johanes Hutabarat, Dewi Gentana
Wilayah Gunung Tampomas yang terletak di Kecamatan Buahdua, Kecamatan Conggeang, dan Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dipilih sebagai daerah penelitian karena diperkirakan memiliki potensi panas bumi dengan hadirnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas di sekitarnya. Kemunculan manifestasi berhubungan dengan zona permeabilitas yang dikontrol oleh struktur geologi. Kelurusan punggungan dan lembah diamati dan dianalisis menggunakan citra penginderaan jauh ASTER GDEM dan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1:25.000. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara permeabilitas dengan kemunculan manifestasi panas bumi di daerah penelitian. Metode penelitian dengan melakukan analisis penginderaan jauh dan Fault Fracture Density (FFD) menggunakan pemodelan 3D micromine software. Hasil analisis penginderaan jauh dengan azimut penyinaran dari 0˚, 45˚, 90˚, 135˚ dan altitude 45˚ memperlihatkan pola utama kelurusan punggungan–lembah yang diinterpretasikan sebagai patahan memiliki arah relatif barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Indikasi struktur geologi di lapangan diperlihatkan oleh morfologi bentuk punggungan lembah, di beberapa tempat memiliki tebing curam membentuk gawir sesar dan faset segitiga. Hasil analisis FFD di daerah penelitian memiliki tingkat permeabilitas yang bervariasi dengan nilai FFD rendah (0,00–3,00 km-1), sedang (3,00-6,00 km-1) dan tinggi (6,00–9,33 km-1). Manifestasi panas bumi muncul pada zona permeabilitas yang memiliki nilai FFD sedang hingga tinggi yang ditandai oleh warna jingga dan merah. Dari pemodelan 3D micromine software terhadap zona permeabilitas dan ploting mata air panas di permukaan terlihat secara jelas kemunculan mata air panas ke permukaan difasilitasi oleh patahan yang berkembang di daerah penelitian.
{"title":"ANALISIS PENGINDERAAN JAUH DAN PEMODELAN 3D FAULT FRACTURE DENSITY (FFD) DALAM PENENTUAN ZONA PERMEABILITAS PERMUKAAN DI WILAYAH PANAS BUMI GUNUNG TAMPOMAS, JAWA BARAT","authors":"Abizar Adi, Agus Didit Haryanto, Johanes Hutabarat, Dewi Gentana","doi":"10.47599/bsdg.v16i2.325","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i2.325","url":null,"abstract":"Wilayah Gunung Tampomas yang terletak di Kecamatan Buahdua, Kecamatan Conggeang, dan Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dipilih sebagai daerah penelitian karena diperkirakan memiliki potensi panas bumi dengan hadirnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas di sekitarnya. Kemunculan manifestasi berhubungan dengan zona permeabilitas yang dikontrol oleh struktur geologi. Kelurusan punggungan dan lembah diamati dan dianalisis menggunakan citra penginderaan jauh ASTER GDEM dan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1:25.000. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara permeabilitas dengan kemunculan manifestasi panas bumi di daerah penelitian. Metode penelitian dengan melakukan analisis penginderaan jauh dan Fault Fracture Density (FFD) menggunakan pemodelan 3D micromine software. Hasil analisis penginderaan jauh dengan azimut penyinaran dari 0˚, 45˚, 90˚, 135˚ dan altitude 45˚ memperlihatkan pola utama kelurusan punggungan–lembah yang diinterpretasikan sebagai patahan memiliki arah relatif barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Indikasi struktur geologi di lapangan diperlihatkan oleh morfologi bentuk punggungan lembah, di beberapa tempat memiliki tebing curam membentuk gawir sesar dan faset segitiga. Hasil analisis FFD di daerah penelitian memiliki tingkat permeabilitas yang bervariasi dengan nilai FFD rendah (0,00–3,00 km-1), sedang (3,00-6,00 km-1) dan tinggi (6,00–9,33 km-1). Manifestasi panas bumi muncul pada zona permeabilitas yang memiliki nilai FFD sedang hingga tinggi yang ditandai oleh warna jingga dan merah. Dari pemodelan 3D micromine software terhadap zona permeabilitas dan ploting mata air panas di permukaan terlihat secara jelas kemunculan mata air panas ke permukaan difasilitasi oleh patahan yang berkembang di daerah penelitian.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123237753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Arifin, M. F. Rosana, Euis Tintin Yuningsih, Boy Yoseph Csssa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi hidrotermal dari fluida pembawa mineralisasi yang terdapat di Pit Ramba Joring, meliputi temperatur, tekanan, densitas dan kedalaman pembentukan mineralisasi. Penelitian ini menggunakan analisis inklusi fluida. Sampel yang dianalisis merupakan sampel yang terindikasi terbentuk bersamaan dengan mineralisasi bijih (syngenetik), pada dua tekstur utama bijih yaitu batuan dengan tekstur silica vuggy yang terbentuk pada kisaran Th 331ºC hingga 394ºC, Tm -15,19ºC hingga -12,94ºC dengan salinitas 14,42 wt% hingga 14,89 wt%. NaCl equivalent dan batuan dengan tekstur brecciated terbentuk pada kisaran Th 287,8°C hingga 398,2°C, Tm -14,89°C hingga -11,76ºC serta salinitas 13,91 wt% hingga 4,87 wt%. NaCl equivalent. Korelasi positif antara temperatur homogenisasi pembentukan mineralisasi dengan salinitas larutan menandakan bahwa proses leaching yang membentuk rongga pada batuan terjadi pada stage awal proses alterasi hidrotermal yang diawali dengan proses leaching membentuk rongga (vuggy silica) yang diikuti proses silisifikasi dengan tekstur brecciated, pada fase ini berlangsung pengendapan mineralisasi. Asal larutan yang menjadi larutan pembentuk endapan hidrotermal merupakan jenis larutan basinal water-seawater dalam bentuk connate water yang masih dipengaruhi oleh air permukaan/meteoric water yang menunjukkan adanya indikasi hubungan dengan magmatic water. Densitas fluida pembentuk bijih logam berkisar pada 0,8 gr/cm3 sampai dengan 0,9 gr/cm3 sedangkan proses pembentukan bijih pada Pit Ramba Joring termasuk dalam isothermal mixing dengan sedikit pengaruh pemanasan/boiling.
{"title":"KARAKTERISTIK FLUIDA PEMBAWA MINERALISASI PIT RAMBA JORING DEPOSIT MARTABE, SUMATRA UTARA","authors":"A. Arifin, M. F. Rosana, Euis Tintin Yuningsih, Boy Yoseph Csssa","doi":"10.47599/bsdg.v16i2.314","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v16i2.314","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi hidrotermal dari fluida pembawa mineralisasi yang terdapat di Pit Ramba Joring, meliputi temperatur, tekanan, densitas dan kedalaman pembentukan mineralisasi. Penelitian ini menggunakan analisis inklusi fluida. Sampel yang dianalisis merupakan sampel yang terindikasi terbentuk bersamaan dengan mineralisasi bijih (syngenetik), pada dua tekstur utama bijih yaitu batuan dengan tekstur silica vuggy yang terbentuk pada kisaran Th 331ºC hingga 394ºC, Tm -15,19ºC hingga -12,94ºC dengan salinitas 14,42 wt% hingga 14,89 wt%. NaCl equivalent dan batuan dengan tekstur brecciated terbentuk pada kisaran Th 287,8°C hingga 398,2°C, Tm -14,89°C hingga -11,76ºC serta salinitas 13,91 wt% hingga 4,87 wt%. NaCl equivalent. Korelasi positif antara temperatur homogenisasi pembentukan mineralisasi dengan salinitas larutan menandakan bahwa proses leaching yang membentuk rongga pada batuan terjadi pada stage awal proses alterasi hidrotermal yang diawali dengan proses leaching membentuk rongga (vuggy silica) yang diikuti proses silisifikasi dengan tekstur brecciated, pada fase ini berlangsung pengendapan mineralisasi. Asal larutan yang menjadi larutan pembentuk endapan hidrotermal merupakan jenis larutan basinal water-seawater dalam bentuk connate water yang masih dipengaruhi oleh air permukaan/meteoric water yang menunjukkan adanya indikasi hubungan dengan magmatic water. Densitas fluida pembentuk bijih logam berkisar pada 0,8 gr/cm3 sampai dengan 0,9 gr/cm3 sedangkan proses pembentukan bijih pada Pit Ramba Joring termasuk dalam isothermal mixing dengan sedikit pengaruh pemanasan/boiling.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124948732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aldila Jasmine Purbiyantoro, Agus Didit Haryanto, Euis Tintin Yuningsih, Haris Siagian
Lapangan Panas Bumi Sokoria terletak di Desa Sokoria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik zonasi secara vertikal batuan penudung, transisi dan reservoar pada sumur W-1 dan W-2. Pendekatan yang digunakan adalah analisis petrografi dan analisis metilen biru (MeB) untuk mengetahui rasio ilit-smektit dan kehadiran mineral alterasi dalam batuan sebagai indikator batas zona batuan penudung, transisi dan reservoar. Uji tekanan dan temperatur (P&T Test) juga digunakan sebagai panduan dalam penentuan zonasi. Hasil yang didapat bahwa zona penudung panas bumi berada dari permukaan hingga kedalaman 700 mVD (meter vertical depth), dibuktikan oleh indeks MeB sedang – tinggi (20 – 80%) penciri smektit serta temperatur batuan sekitar 100°C. Zona transisi berada dari kedalaman 700 mVD – 1100 mVD, dibuktikan oleh indeks MeB rendah (6 – 20%) sebagai penciri ilit dan ilit-smektit serta temperatur uji mencapai 200°C. Zona reservoar berada pada kedalaman 1100 mVD, dicirikan oleh indeks MeB sangat rendah (<10 %) sebagai penciri ilit serta kemunculan epidot pada sumur W-1 di kedalaman 1119 mMD (meter measured depth) dan sumur W-2 di kedalaman 1338 mMD, uji P&T menunjukkan temperatur reservoar dapat mencapai 250°C.
{"title":"KARAKTERISTIK ZONASI BATUAN RESERVOAR BERDASARKAN PETROGRAFI, SERBUK BOR, UJI TEKANAN DAN TEMPERATUR DI LAPANGAN PANAS BUMI SOKORIA, KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"Aldila Jasmine Purbiyantoro, Agus Didit Haryanto, Euis Tintin Yuningsih, Haris Siagian","doi":"10.47599/bsdg.v15i2.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v15i2.291","url":null,"abstract":"Lapangan Panas Bumi Sokoria terletak di Desa Sokoria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik zonasi secara vertikal batuan penudung, transisi dan reservoar pada sumur W-1 dan W-2. Pendekatan yang digunakan adalah analisis petrografi dan analisis metilen biru (MeB) untuk mengetahui rasio ilit-smektit dan kehadiran mineral alterasi dalam batuan sebagai indikator batas zona batuan penudung, transisi dan reservoar. Uji tekanan dan temperatur (P&T Test) juga digunakan sebagai panduan dalam penentuan zonasi. Hasil yang didapat bahwa zona penudung panas bumi berada dari permukaan hingga kedalaman 700 mVD (meter vertical depth), dibuktikan oleh indeks MeB sedang – tinggi (20 – 80%) penciri smektit serta temperatur batuan sekitar 100°C. Zona transisi berada dari kedalaman 700 mVD – 1100 mVD, dibuktikan oleh indeks MeB rendah (6 – 20%) sebagai penciri ilit dan ilit-smektit serta temperatur uji mencapai 200°C. Zona reservoar berada pada kedalaman 1100 mVD, dicirikan oleh indeks MeB sangat rendah (<10 %) sebagai penciri ilit serta kemunculan epidot pada sumur W-1 di kedalaman 1119 mMD (meter measured depth) dan sumur W-2 di kedalaman 1338 mMD, uji P&T menunjukkan temperatur reservoar dapat mencapai 250°C.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123386949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kabupaten Pelalawan, Muhammad Arief Pinandita, Galuh Yuliani, A. Subarnas, Denni Widhiyatna, Maryono, Dana Mutiara
Indonesia memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yaitu sebesar 70% di Asia Tenggara dan 50% dari lahan gambut tropis di dunia. Saat ini, pemanfaatan gambut masih relatif rendah, sedangkan ancaman kebakaran lahan gambut pada musim kemarau terus menjadi permasalahan serius di berbagai wilayah di Indonesia. Selain memiliki potensi sebagai sumber energi, gambut juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben alami bagi logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi gambut dan mengestimasi besarnya sumber daya gambut di Blok Teluk Meranti, Provinsi Riau yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alami logam berat. Karakterisasi gambut dilakukan dengan pengujian contogambut dengan kode PL-13, PL-21, dan PL-26 yang diperoleh dari Blok Teluk Meranti. Hasil uji luas permukaan menunjukkan luas permukaan PL-13, PL-21 dan PL-26 berturut-turut sebesar 241,73 m2/g, 241,80 m2/g dan 247,29 m2/g. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa gambut PL-13, PL-21, dan PL-26 memiliki kapasitas adsorpsi maksimum berturut-turut sebesar 15,06; 11,99; dan 22,93 mg/g, serta efisiensi adsorpsi berturut-turut sebesar 46,79%; 48,36%; dan 46,85%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016, gambut yang memiliki ketebalan lebih dari tiga meter memiliki fungsi lindung, maka sumber daya tereka endapan gambut yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben sebesar 90.477.890 ton.
{"title":"KARAKTERISASI DAN ESTIMASI SUMBER DAYA GAMBUT SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LOGAM BERAT DALAM LARUTANDI BLOK TELUK MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU","authors":"Kabupaten Pelalawan, Muhammad Arief Pinandita, Galuh Yuliani, A. Subarnas, Denni Widhiyatna, Maryono, Dana Mutiara","doi":"10.47599/bsdg.v15i2.302","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v15i2.302","url":null,"abstract":"Indonesia memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yaitu sebesar 70% di Asia Tenggara dan 50% dari lahan gambut tropis di dunia. Saat ini, pemanfaatan gambut masih relatif rendah, sedangkan ancaman kebakaran lahan gambut pada musim kemarau terus menjadi permasalahan serius di berbagai wilayah di Indonesia. Selain memiliki potensi sebagai sumber energi, gambut juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben alami bagi logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi gambut dan mengestimasi besarnya sumber daya gambut di Blok Teluk Meranti, Provinsi Riau yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alami logam berat. Karakterisasi gambut dilakukan dengan pengujian contogambut dengan kode PL-13, PL-21, dan PL-26 yang diperoleh dari Blok Teluk Meranti. Hasil uji luas permukaan menunjukkan luas permukaan PL-13, PL-21 dan PL-26 berturut-turut sebesar 241,73 m2/g, 241,80 m2/g dan 247,29 m2/g. Hasil uji adsorpsi menunjukkan bahwa gambut PL-13, PL-21, dan PL-26 memiliki kapasitas adsorpsi maksimum berturut-turut sebesar 15,06; 11,99; dan 22,93 mg/g, serta efisiensi adsorpsi berturut-turut sebesar 46,79%; 48,36%; dan 46,85%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016, gambut yang memiliki ketebalan lebih dari tiga meter memiliki fungsi lindung, maka sumber daya tereka endapan gambut yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben sebesar 90.477.890 ton.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"131 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134432536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fluida panas bumi mempunyai kandungan unsur terlarut yang sangat tinggi. Metode geokimia digunakan untuk mengetahui indikasi potensi unsur kimia ekonomis yang terlarut. Eksplorasi panas bumi telah dilakukan di seluruh wilayah Indonesia terutama oleh Badan Geologi, menghasilkan data geokimia dari mata air panas, dengan menganalisis SiO2, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, Li, As, NH4, B, F, Cl, SO4, HCO3, dan CO2. Berdasarkan hasil kompilasi data geokimia dari 256 titik lokasi mata air panas di Indonesia, diolah secara statistik untuk mengetahui tipe fluida yang mempunyai potensi unsur terlarut tinggi serta, kelompok asosiasi unsur. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng dengan permasalahan terbentuknya kerak silika, menarik untuk studi kasus potensi unsur ekonomis yang terlarut. Peninggian kandungan terlarut pada fluida panas bumi selain terbentuk secara alami, dipicu lebih kuat lagi oleh sistem operasi pembangkit panas bumi, yang mengubah fasa cair menjadi fasa uap, sehingga fasa cair yang tersisa menjadi semakin pekat. Potensi kandungan unsur kimia ekonomis ditentukan dengan pengukuran debit fasa cair terproduksi yang tersisa dan hasil analisis konsentrasi unsur terlarutnya. Hasil clustering data geokimia mata air panas diperoleh empat kelompok asosiasi unsur, kelompok SiO2–F, Al-Fe-SO4, Ca-Mg-Cl-Na-K, dan kelompok Li-B-HCO3. Kandungan litium terlarut tinggi di beberapa daerah panas bumi di Indonesia, terdapat pada mata air panas dengan fluida tipe khlorida. Brine terproduksi dari reservoir di PLTP Dieng berasal dari fluida tipe meteorik yang telah intensif bereaksi dengan batuan sekitar dan fluida tipe magmatik. Brine tersisa yang berasal dari beberapa separator dan keluar melewati silencer, di PLTP Dieng, mempunyai total debit 457,1 m3/jam, dengan kandungan kadar tinggi beberapa unsur kimia, litium 77,31-99,4 mg/l, silika 1109,25-1220,9 mg/l, boron 404,16-589,4 mg/l, kalium 2532,2-4536,5 mg/l, dan mangan 5,49-15,82 mg/l.
{"title":"POTENSI KANDUNGAN UNSUR KIMIA EKONOMIS PADA LARUTAN PANAS BUMI DENGAN STUDI KASUS DI PLTP DIENG, KABUPATEN WONOSOBO DAN KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH","authors":"Sabtanto Joko Suprapto, Suparno, Umi Yuliatin","doi":"10.47599/bsdg.v15i2.299","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v15i2.299","url":null,"abstract":"Fluida panas bumi mempunyai kandungan unsur terlarut yang sangat tinggi. Metode geokimia digunakan untuk mengetahui indikasi potensi unsur kimia ekonomis yang terlarut. Eksplorasi panas bumi telah dilakukan di seluruh wilayah Indonesia terutama oleh Badan Geologi, menghasilkan data geokimia dari mata air panas, dengan menganalisis SiO2, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, Li, As, NH4, B, F, Cl, SO4, HCO3, dan CO2. Berdasarkan hasil kompilasi data geokimia dari 256 titik lokasi mata air panas di Indonesia, diolah secara statistik untuk mengetahui tipe fluida yang mempunyai potensi unsur terlarut tinggi serta, kelompok asosiasi unsur. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng dengan permasalahan terbentuknya kerak silika, menarik untuk studi kasus potensi unsur ekonomis yang terlarut. Peninggian kandungan terlarut pada fluida panas bumi selain terbentuk secara alami, dipicu lebih kuat lagi oleh sistem operasi pembangkit panas bumi, yang mengubah fasa cair menjadi fasa uap, sehingga fasa cair yang tersisa menjadi semakin pekat. Potensi kandungan unsur kimia ekonomis ditentukan dengan pengukuran debit fasa cair terproduksi yang tersisa dan hasil analisis konsentrasi unsur terlarutnya. Hasil clustering data geokimia mata air panas diperoleh empat kelompok asosiasi unsur, kelompok SiO2–F, Al-Fe-SO4, Ca-Mg-Cl-Na-K, dan kelompok Li-B-HCO3. Kandungan litium terlarut tinggi di beberapa daerah panas bumi di Indonesia, terdapat pada mata air panas dengan fluida tipe khlorida. Brine terproduksi dari reservoir di PLTP Dieng berasal dari fluida tipe meteorik yang telah intensif bereaksi dengan batuan sekitar dan fluida tipe magmatik. Brine tersisa yang berasal dari beberapa separator dan keluar melewati silencer, di PLTP Dieng, mempunyai total debit 457,1 m3/jam, dengan kandungan kadar tinggi beberapa unsur kimia, litium 77,31-99,4 mg/l, silika 1109,25-1220,9 mg/l, boron 404,16-589,4 mg/l, kalium 2532,2-4536,5 mg/l, dan mangan 5,49-15,82 mg/l.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"135 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130357443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Irpan Ilmi, I. Syafri, Agus Didit Haryanto, Ahmad Zarkasyi
Salah satu sifat fisika batuan yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu sistem panas bumi adalah tahanan jenis batuan. Metode magnetotellurik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tahanan jenis batuan. Pengukuran MT dilakukan pada 30 titik ukur dengan lintasan berarah utara-selatan dan jarak antar titik ukur sekitar 2000 meter. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan inversi 2-D dalam menentukan letak, delineasi, dan kedalaman sistem panas bumi Way Selabung. Berdasarkan hasil analisis data MT dan pemodelan 2-D inversi, sistem panas bumi Way Selabung berada pada zona struktur graben. Munculnya beberapa manifestasi air panas Way Selabung, Lubuk Suban dan Selabung Damping, terbentuk akibat perpotongan Sesar Way Selabung, Sesar Kotadalam dan Sesar Akarjangkang dalam suatu pola hidrogeologi di zona outflow. Hasil pemodelan 2-D memperlihatkan bagian atas terdapat kelompok nilai tahanan jenis rendah <10 Ohm.m dengan ketebalan sekitar 1500 meter dari permukaan yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung. Di bagian bawahnya terdapat kelompok nilai tahanan jenis sekitar 30-100 Ohm.m dengan kedalaman 1500 meter hingga 1750 meter yang diinterpretasikan sebagai zona reservoir.
{"title":"PEMODELAN INVERSI 2-D MENGGUNAKAN DATA MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN","authors":"Irpan Ilmi, I. Syafri, Agus Didit Haryanto, Ahmad Zarkasyi","doi":"10.47599/bsdg.v15i1.296","DOIUrl":"https://doi.org/10.47599/bsdg.v15i1.296","url":null,"abstract":"Salah satu sifat fisika batuan yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu sistem panas bumi adalah tahanan jenis batuan. Metode magnetotellurik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tahanan jenis batuan. Pengukuran MT dilakukan pada 30 titik ukur dengan lintasan berarah utara-selatan dan jarak antar titik ukur sekitar 2000 meter. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan inversi 2-D dalam menentukan letak, delineasi, dan kedalaman sistem panas bumi Way Selabung. Berdasarkan hasil analisis data MT dan pemodelan 2-D inversi, sistem panas bumi Way Selabung berada pada zona struktur graben. Munculnya beberapa manifestasi air panas Way Selabung, Lubuk Suban dan Selabung Damping, terbentuk akibat perpotongan Sesar Way Selabung, Sesar Kotadalam dan Sesar Akarjangkang dalam suatu pola hidrogeologi di zona outflow. Hasil pemodelan 2-D memperlihatkan bagian atas terdapat kelompok nilai tahanan jenis rendah <10 Ohm.m dengan ketebalan sekitar 1500 meter dari permukaan yang diinterpretasikan sebagai batuan penudung. Di bagian bawahnya terdapat kelompok nilai tahanan jenis sekitar 30-100 Ohm.m dengan kedalaman 1500 meter hingga 1750 meter yang diinterpretasikan sebagai zona reservoir.","PeriodicalId":191495,"journal":{"name":"Buletin Sumber Daya Geologi","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122015795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}