Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bangunan Consolidation Dam CD 1-1 terhadap laju sedimentasi dan volume tampungan pada bangunan Consolidation Dam CD 1-1. Pada hasil perhitungan laju sedimen menggunakan analisis berdasarkan Suripin dan perhitungan volume tampungan menggunakan perhitungan volume ruang dengan rumus prisma segitiga. Debit sedimen harian menurut Suripin dengan konsentrasi sedimen (Cs)= 1,9 × 10-7 ton, debit sedimen harian = 0,25 ton/jam, dan 0,0864 untuk konversi satuan dari kg/sek ke ton/tahun. Untuk perhitungan laju sedimen 0,2145 ton/tahun. Volume tampungan sedimen pada bangunan Consolidation Dam CD 11 = 99.246 m3. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan kondisi bangunan saat ini masih aman dalam jumlah volume tampungan sedimen. Kata Kunci: Sedimentasi, Dam Sabo, Sungai Jeneberang
{"title":"STUDI PENGARUH BANGUNAN CONSOLIDATION DAM CD 1-1 TERHADAP LAJU SEDIMENTASI DI SUNGAI JENEBERANG","authors":"M. S. S. Kuba, Irma Suryana, Lisnawati Lisnawati","doi":"10.26618/th.v12i1.2474","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v12i1.2474","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bangunan Consolidation Dam CD 1-1 terhadap laju sedimentasi dan volume tampungan pada bangunan Consolidation Dam CD 1-1. Pada hasil perhitungan laju sedimen menggunakan analisis berdasarkan Suripin dan perhitungan volume tampungan menggunakan perhitungan volume ruang dengan rumus prisma segitiga. Debit sedimen harian menurut Suripin dengan konsentrasi sedimen (Cs)= 1,9 × 10-7 ton, debit sedimen harian = 0,25 ton/jam, dan 0,0864 untuk konversi satuan dari kg/sek ke ton/tahun. Untuk perhitungan laju sedimen 0,2145 ton/tahun. Volume tampungan sedimen pada bangunan Consolidation Dam CD 11 = 99.246 m3. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan kondisi bangunan saat ini masih aman dalam jumlah volume tampungan sedimen. Kata Kunci: Sedimentasi, Dam Sabo, Sungai Jeneberang","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130965215","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pergerakan sedimen (tegangan geser dasar ( , tegangan geser kritis ( , dan kecepatan geser kritis ( ), akibat fluktuasi debit. Dan untuk mengetahui pengaruh perubahan dasar saluran (Agradasi dan Degradasi) akibat pergerakan sedimen. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan kecepatan aliran pada 10 titik di saluran, pengukuran dilakukan ketika air sudah stabil, pengukuran tinggi gerusan dan pengendapan dilakukan pada waktu saluran dalam kondisi kering. Penelitian ini menghasilkan variasi debit (Q1) : 0,0026 m3/det, menghasilkan debit aliran (q) di titik 1 sebesar 0,0017 m/det, tegangan geser ( ) : 0,870 kg/m2, tegangan geser kritis ( ) : 1,277 kg/m2, dan kecepatan geser (u*) : 0,029 m/det rata-rata o c maka butiran sedimen tersebut cenderung diam. Pada debit (Q2) : 0,0039 m3/det, menghasilkan debit aliran (q) di titik 2 sebesar 0,0054 m/det, tegangan geser ( ) : 1,299 kg/m2, tegangan geser kritis ( ) : 1,350 kg/m2, dan kecepatan geser (u*) : 0,0361 m/det menghasilkan ratarata o = c dan o c sehingga butiran sedimen tersebut cenderung mulai bergerak, dan bergerak. Semakin besar debit pengaliran semakin besar pula pergerakan sedimen. kedalaman gerusan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh variasi debit, semakin besar debit semakin besar pula gerusan yang terjadi. Kata Kunci: Saluran Terbuka, Debit flow, Angkutan Sedimen,
本研究旨在确定由于借位波动而产生的沉淀物位移的影响。并确定沉淀物运动导致管道(a渐变和退化)变化的影响。这项研究是通过测量管道中10个点的水位和流量速度来进行的测量,在水稳定时进行的测量,在管道干燥时进行的高空光度和降水。这些研究产生了变化借记卡(icos): 0.0026立方米/秒,产生放电(q)在1万点流动0.0017 m - det,剪应力():0,870 kg / m2,临界剪应力():1,277 kg / m2,滑动速度(u * det): 0.029 m - o c,那么这些沉淀物颗粒平均倾向于保持沉默。借记卡(Q2): 0.0039立方米/秒,产生放电(q)在2万点流动0.0054 m - det,剪应力():1,299 kg / m2,临界剪应力():1350公斤/ m2,滑动速度(u *):0.0361米/秒产生尾状虫o = c和o - c,使沉淀物开始移动。放电越大,沉淀物的运动就越大。放电的发生深度受到高度的变化影响,放电的大小和强度都在增加。关键词:开放通道、流量流量、沉积运输、
{"title":"STUDI PERGERAKAN SEDIMEN AKIBAT FLUKTUASI DEBIT PADA SALURAN TERBUKA (UJI LABORATORIUM)","authors":"Fausiah Latif, Muhammad Said, Astuti Rizky Amalia","doi":"10.26618/th.v12i1.2465","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v12i1.2465","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pergerakan sedimen (tegangan geser dasar ( , tegangan geser kritis ( , dan kecepatan geser kritis ( ), akibat fluktuasi debit. Dan untuk mengetahui pengaruh perubahan dasar saluran (Agradasi dan Degradasi) akibat pergerakan sedimen. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan kecepatan aliran pada 10 titik di saluran, pengukuran dilakukan ketika air sudah stabil, pengukuran tinggi gerusan dan pengendapan dilakukan pada waktu saluran dalam kondisi kering. Penelitian ini menghasilkan variasi debit (Q1) : 0,0026 m3/det, menghasilkan debit aliran (q) di titik 1 sebesar 0,0017 m/det, tegangan geser ( ) : 0,870 kg/m2, tegangan geser kritis ( ) : 1,277 kg/m2, dan kecepatan geser (u*) : 0,029 m/det rata-rata o c maka butiran sedimen tersebut cenderung diam. Pada debit (Q2) : 0,0039 m3/det, menghasilkan debit aliran (q) di titik 2 sebesar 0,0054 m/det, tegangan geser ( ) : 1,299 kg/m2, tegangan geser kritis ( ) : 1,350 kg/m2, dan kecepatan geser (u*) : 0,0361 m/det menghasilkan ratarata o = c dan o c sehingga butiran sedimen tersebut cenderung mulai bergerak, dan bergerak. Semakin besar debit pengaliran semakin besar pula pergerakan sedimen. kedalaman gerusan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh variasi debit, semakin besar debit semakin besar pula gerusan yang terjadi. Kata Kunci: Saluran Terbuka, Debit flow, Angkutan Sedimen, ","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123462815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Akibat dari perubahan volume angkutan sungai dapat menyebabkan bentuk dasar sungai berubah-ubah. Angkutan sedimen dasar (bed load) terjadi dipengaruhi oleh kondisi aliran meliputi debit aliran (Q), kemiringan dasar saluran (S), serta variasi komposisi sedimen dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran dan perubahan bentuk dasar (bedforms) saluran terbuka pada kondisi kritis dan superkritis dengan debit yang berbeda. Metode peneltian dilakukan dengan model fisik di laboratorium. Untuk mengetahui dan menetapkan jenis aliran yang terjadi dalam proses pengaliran pada saluran digunakan perhitungan bilangan Froude (Fr). Berdasarkan pada pengukuran dan perhitungan meliputi : debit yaitu (Untuk Q1 = 0,0057 m3/dtk, untuk Q2 = 0,0086 m3/dtk, dan untuk Q3 = 0,0104 m3/dtk). dengan h (0,084-0,099) kecepatan (0,57 m/det – 0,96 m/det). Serta hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh kecepatan aliran terhadap perubahan dasar pada kondisi aliran kritis dan superkritis yaitu besarnya kecepatan berbanding lurus dengan angka Froude, semakin tinggi kecepatan semakin besar angka Froudenya. Perubahan bentuk dasar saluran ( bedforms ) terbuka rata – rata berubah kebentuk transition. Kemudian untuk aliran superkritis berubah ke bentuk antidunes karena kecepatan aliran semakin tinggi. Kata kunci : Perubahan Dasar, Debit, Bilangan Froude
{"title":"ANALISIS PERUBAHAN DASAR SALURAN TERBUKA AKIBAT VARIASI DEBIT PADA TINGKAT ALIRAN KRITIS DAN SUPER KRITIS","authors":"Rasmawati Rauf, M SufiahNur","doi":"10.26618/th.v12i1.2464","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v12i1.2464","url":null,"abstract":"Akibat dari perubahan volume angkutan sungai dapat menyebabkan bentuk dasar sungai berubah-ubah. Angkutan sedimen dasar (bed load) terjadi dipengaruhi oleh kondisi aliran meliputi debit aliran (Q), kemiringan dasar saluran (S), serta variasi komposisi sedimen dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran dan perubahan bentuk dasar (bedforms) saluran terbuka pada kondisi kritis dan superkritis dengan debit yang berbeda. Metode peneltian dilakukan dengan model fisik di laboratorium. Untuk mengetahui dan menetapkan jenis aliran yang terjadi dalam proses pengaliran pada saluran digunakan perhitungan bilangan Froude (Fr). Berdasarkan pada pengukuran dan perhitungan meliputi : debit yaitu (Untuk Q1 = 0,0057 m3/dtk, untuk Q2 = 0,0086 m3/dtk, dan untuk Q3 = 0,0104 m3/dtk). dengan h (0,084-0,099) kecepatan (0,57 m/det – 0,96 m/det). Serta hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh kecepatan aliran terhadap perubahan dasar pada kondisi aliran kritis dan superkritis yaitu besarnya kecepatan berbanding lurus dengan angka Froude, semakin tinggi kecepatan semakin besar angka Froudenya. Perubahan bentuk dasar saluran ( bedforms ) terbuka rata – rata berubah kebentuk transition. Kemudian untuk aliran superkritis berubah ke bentuk antidunes karena kecepatan aliran semakin tinggi. Kata kunci : Perubahan Dasar, Debit, Bilangan Froude","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133382520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Untuk menghindari pembahasan yang luas serta memudahkan dalam penyelesaian masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini dilakukan untuk membuat peta zona genangan banjir sungai Paddangeng Kab.Soppeng, Sulawesi Selatan. Analisis menggunakan simulasi aliran permanen (steady flow) data yang diolah menggunakan software HEC-RAS untuk menghasilkan simulasi genangan Sungai Paddangeng. Telah Dilakukan perhitungan debit kala ulang menggunakan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III. Diperoleh hasil genangan pada kala ulang 2 Tahun debit 417.50 m3/det seluas 1353 Ha, kala ulang 5 Tahun nilai debit 503.38 m3/det seluas 1407 Ha, kala ulang 10 Tahun nilai debit 554.87 m3/det seluas 1430 Ha, kala ulang 25 Tahun nilai debit 615.42 m3/det seluas 1469 Ha, kala ulang 50 Tahun nilai debit 657.90 m3/det seluas 1469 Ha, kala ulang 100 Tahun nilai debit 698.44 m3/det seluas 1501 Ha, dan kala ulang 200 Tahun dengan nilai debit 737.85 m3/det seluas 1507 Ha. Pola genangan yang dihasilkan berada di 2 Kecamatan. Pertama Kecamatan Donri-donri tepatnya di Desa Kessing, Desa Leworeng, dan Desa Tottong. Kedua di Wilayah Kecamatan Marioriawa tepatnya di Desa Patampanua. Daerah yang memiliki genangan terluas berada di Kecamatan Donri-donri , Desa Kessing dikarenakan daerah tersebut memiliki aspek topografi yang relatif landai.Kata Kunci : Aliran Permanen, Debit, HEC-RAS.
{"title":"ANALISIS GENANGAN BANJIR SUNGAI PADDANGENG KABUPATEN SOPPENG","authors":"Indriyanti Indriyanti, Farida Gaffar, Kasmawati Kasmawati","doi":"10.26618/th.v12i1.2463","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v12i1.2463","url":null,"abstract":"Untuk menghindari pembahasan yang luas serta memudahkan dalam penyelesaian masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini dilakukan untuk membuat peta zona genangan banjir sungai Paddangeng Kab.Soppeng, Sulawesi Selatan. Analisis menggunakan simulasi aliran permanen (steady flow) data yang diolah menggunakan software HEC-RAS untuk menghasilkan simulasi genangan Sungai Paddangeng. Telah Dilakukan perhitungan debit kala ulang menggunakan Metode Distribusi Log Pearson Tipe III. Diperoleh hasil genangan pada kala ulang 2 Tahun debit 417.50 m3/det seluas 1353 Ha, kala ulang 5 Tahun nilai debit 503.38 m3/det seluas 1407 Ha, kala ulang 10 Tahun nilai debit 554.87 m3/det seluas 1430 Ha, kala ulang 25 Tahun nilai debit 615.42 m3/det seluas 1469 Ha, kala ulang 50 Tahun nilai debit 657.90 m3/det seluas 1469 Ha, kala ulang 100 Tahun nilai debit 698.44 m3/det seluas 1501 Ha, dan kala ulang 200 Tahun dengan nilai debit 737.85 m3/det seluas 1507 Ha. Pola genangan yang dihasilkan berada di 2 Kecamatan. Pertama Kecamatan Donri-donri tepatnya di Desa Kessing, Desa Leworeng, dan Desa Tottong. Kedua di Wilayah Kecamatan Marioriawa tepatnya di Desa Patampanua. Daerah yang memiliki genangan terluas berada di Kecamatan Donri-donri , Desa Kessing dikarenakan daerah tersebut memiliki aspek topografi yang relatif landai.Kata Kunci : Aliran Permanen, Debit, HEC-RAS. ","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125128501","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stabilisasi kimiawi pada tanah lempung biasanya memakai bahan semen atau kapur, pada penelitian ini digunakan serbuk marmer hasil limbah olahan industri pemotongan marmer dan larutan asam akrilat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik limbah marmer. Menganalisis kekuatan tanah lempung sebelum dan sesudah distabilisasi dengan limbah marmer (serbuk marmer), menganalisis pengaruh asam akrilat sebagai cairan aktivator stabilisasi tanah lempung dengan serbuk marmer, serta mengetahui mikrostruiktur tanah setelah distabilisasi dengan serbuk marmer dan larutan asam akrilat. Pengujian laboratorium dilakukan dengan metode pengujian pencampuran serbuk marmer 5%-30% terhadap tanah lempung dan untuk pengujian dengan larutan asam akrilat 5%-15% terhadap campuran air. Pengujian mikrostruktur tanah menggunakan SEM dan XRDyang dicampurkan kedalam sampel tanah, semakin meningkatkan nilai CBR (20%-30% serbuk marmer, CBR 6%). Untuk pengujian UCS penambahan larutan asam akrilat pada kadar optimum serbuk marmer dan dilakukan pemeranam 3 dan 7 hari, terjadi peningkatan kekuatan tanah menjadi konsistensi medium. Kandungan senyawa pada serbuk marmer adalah CaO 97,15% lebih dominan kandungan kapurnya yang merupakan bahan efektif untuk stabilisasi tanah lempung. Hal ini menunjukkan bahwa campuran serbuk marmer dan larutan asam akrilat sebagai bahan stabilisasi untuk tanah lempung dapat meningkatkan daya dukung tanah untuk subgrade pada konstruksi jalan. Kata kunci : Tanah lempung, serbuk marmer, asam akrilat, CBR dan UCS.
{"title":"UJI EKSPERIMENTAL STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN AMPAS BATU GAMPING INDUSTRI MARMER","authors":"Indriyanti Indriyanti, Kasmawati Kasmawati","doi":"10.26618/th.v11i2.2443","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v11i2.2443","url":null,"abstract":"Stabilisasi kimiawi pada tanah lempung biasanya memakai bahan semen atau kapur, pada penelitian ini digunakan serbuk marmer hasil limbah olahan industri pemotongan marmer dan larutan asam akrilat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik limbah marmer. Menganalisis kekuatan tanah lempung sebelum dan sesudah distabilisasi dengan limbah marmer (serbuk marmer), menganalisis pengaruh asam akrilat sebagai cairan aktivator stabilisasi tanah lempung dengan serbuk marmer, serta mengetahui mikrostruiktur tanah setelah distabilisasi dengan serbuk marmer dan larutan asam akrilat. Pengujian laboratorium dilakukan dengan metode pengujian pencampuran serbuk marmer 5%-30% terhadap tanah lempung dan untuk pengujian dengan larutan asam akrilat 5%-15% terhadap campuran air. Pengujian mikrostruktur tanah menggunakan SEM dan XRDyang dicampurkan kedalam sampel tanah, semakin meningkatkan nilai CBR (20%-30% serbuk marmer, CBR 6%). Untuk pengujian UCS penambahan larutan asam akrilat pada kadar optimum serbuk marmer dan dilakukan pemeranam 3 dan 7 hari, terjadi peningkatan kekuatan tanah menjadi konsistensi medium. Kandungan senyawa pada serbuk marmer adalah CaO 97,15% lebih dominan kandungan kapurnya yang merupakan bahan efektif untuk stabilisasi tanah lempung. Hal ini menunjukkan bahwa campuran serbuk marmer dan larutan asam akrilat sebagai bahan stabilisasi untuk tanah lempung dapat meningkatkan daya dukung tanah untuk subgrade pada konstruksi jalan. Kata kunci : Tanah lempung, serbuk marmer, asam akrilat, CBR dan UCS. ","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131117306","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Studi ini bertujuan untuk mengetahui tinggi gelombang berdasarkan arah angin dan berapa besar tinggi elevasi bangunan yang aman terhadap gelombang akibat angin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angin dan data pasang surut. Dari hasil analisa diperoleh elevasi muka air tertinggi (HHWL) yaitu 2,47 m, elevasi muka air rata-rata (MSL) yaitu 1,78 m, dan elevasi muka air terendah (LLWL) yaitu 0,50 m. Persentase arah angin maksimum berasal dari arah selatan sebesar 20,35% dengan kecepatan angina maksimum 10,53 knot. Gelombang terbesar dari arah selatan sebesar 34,4% , tinggi gelombang (H) sebesar 1,35 m dengan periode (T) 6,4 m/detik, sehingga diperoleh elevasi mercu bangunan pelindung pantai yang direncanakan setinggi 5,12 m, elevasi muka air rencana yaitu 2,77 m dengan tinggi jagaan (Fb) yaitu 1,00 m dengan pertimbangan kenaikan muka air setiap tahunnya akibat pemanasan global. Dari hasil pembahasan diatas Pantai Pasir Putih Pitulua Kolaka Utara perlu adanya penanganan penanggulangan abrasi dengan membangun bangunan pelindung pantai. Kata kunci : Pantai Pasir Putih Pitulua, Gelombang, Bangunan Pantai
{"title":"STUDI PREDIKSI PASANG SURUT DAN GELOMBANG UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI PADA PANTAI PASIR PUTIH PITULUA KOLAKA UTARA","authors":"Nenny T. Karim, Haekal Muhammad","doi":"10.26618/th.v11i2.2442","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v11i2.2442","url":null,"abstract":"Studi ini bertujuan untuk mengetahui tinggi gelombang berdasarkan arah angin dan berapa besar tinggi elevasi bangunan yang aman terhadap gelombang akibat angin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angin dan data pasang surut. Dari hasil analisa diperoleh elevasi muka air tertinggi (HHWL) yaitu 2,47 m, elevasi muka air rata-rata (MSL) yaitu 1,78 m, dan elevasi muka air terendah (LLWL) yaitu 0,50 m. Persentase arah angin maksimum berasal dari arah selatan sebesar 20,35% dengan kecepatan angina maksimum 10,53 knot. Gelombang terbesar dari arah selatan sebesar 34,4% , tinggi gelombang (H) sebesar 1,35 m dengan periode (T) 6,4 m/detik, sehingga diperoleh elevasi mercu bangunan pelindung pantai yang direncanakan setinggi 5,12 m, elevasi muka air rencana yaitu 2,77 m dengan tinggi jagaan (Fb) yaitu 1,00 m dengan pertimbangan kenaikan muka air setiap tahunnya akibat pemanasan global. Dari hasil pembahasan diatas Pantai Pasir Putih Pitulua Kolaka Utara perlu adanya penanganan penanggulangan abrasi dengan membangun bangunan pelindung pantai. Kata kunci : Pantai Pasir Putih Pitulua, Gelombang, Bangunan Pantai","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126840250","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja metode flushing conduit terhadap volume penggelontoran sedimen apabila panjang pipa isapnya divariasikan. Karakteristik sedimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir sedang berdasarkan skala wentworth dari hasil analisa saringan. Dari hasil penelitian menunjukan jumlah sedimen yang tergelontor untuk Q1 yaitu pada panjang pipa isp 0,5 cm jumlah volume gelontor (vg) 0,0073 m3, panjang pipa isap 1,5 cm jumlah Volume tergelontor (vg) 0,0064 m3 dan pada panjang pipa isap 2,5 cm jumlah volume gelontor (vg) yaitu 0,0060 m3. Kinerja Flushing Conduit menunjukan semakin pendek pipa isap yang digunakan maka volume gelontor yang dihasilkan semakin banyak hal ini dipengaruhi oleh jarak antar sedimen dengan pipa flushing yang semakin jauh jaraknya maka akan semakin memperlambat proses sedimen masuk kedalam pipa flushing. Mekanisme kerja flushing conduit terbagi atas tiga tahapan yaitu memberikan tekanan sehingga terjadi fluidasi, proses penghisapan endapan sedimen masuk kedalam pipa akibat fluktuasi debit dan tekanan, serta transportasi sedimen dalam pipa. kata kunci : Waduk, Sedimentasi, Flushing Conduit.
{"title":"PENGARUH VARIASI PANJANG PIPA ISAP FLUSHING CONDUIT TERHADAP VOLUME PENGGELONTORAN SEDIMEN DI WADUK (UJI EKSPERIMENTAL)","authors":"A. Mansida, La Mut, Irmawati Irmawati","doi":"10.26618/th.v11i2.2444","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v11i2.2444","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja metode flushing conduit terhadap volume penggelontoran sedimen apabila panjang pipa isapnya divariasikan. Karakteristik sedimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir sedang berdasarkan skala wentworth dari hasil analisa saringan. Dari hasil penelitian menunjukan jumlah sedimen yang tergelontor untuk Q1 yaitu pada panjang pipa isp 0,5 cm jumlah volume gelontor (vg) 0,0073 m3, panjang pipa isap 1,5 cm jumlah Volume tergelontor (vg) 0,0064 m3 dan pada panjang pipa isap 2,5 cm jumlah volume gelontor (vg) yaitu 0,0060 m3. Kinerja Flushing Conduit menunjukan semakin pendek pipa isap yang digunakan maka volume gelontor yang dihasilkan semakin banyak hal ini dipengaruhi oleh jarak antar sedimen dengan pipa flushing yang semakin jauh jaraknya maka akan semakin memperlambat proses sedimen masuk kedalam pipa flushing. Mekanisme kerja flushing conduit terbagi atas tiga tahapan yaitu memberikan tekanan sehingga terjadi fluidasi, proses penghisapan endapan sedimen masuk kedalam pipa akibat fluktuasi debit dan tekanan, serta transportasi sedimen dalam pipa. kata kunci : Waduk, Sedimentasi, Flushing Conduit. ","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127169784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pipa pengisap pada proses fluidisasi terhadap profil alur yang terbentuk, pengaruh diameter lubang perforasi dan jarak antar lubang terhadap volume slurry yang tergelontor, dan efektifitas penggunaan pipa pengisap untuk menggelontor ke hilir. Penelitian ini bersifat eksperimen, yaitu berupa pemodelan fisik di Laboratorium Hidrolika Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, dengan uji fisik yang dilakukan di model saluran yang dilengkapi dengan pompa air, pipa fluidisasi dan pipa pengisap. Simulasi model terdiri dari dua kondisi yaitu kondisi tanpa pipa pengisap dan dengan pipa pengisap. Rancangan simulasi menggunakan variasi tekanan fluidisasi (P), diameter lubang perforasi (d) dan jarak antar lubang (x). Debit air saluran dibuat konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pipa pengisap pada proses fluidisasi, berpengaruh secara signifikan pada alur yang terbentuk. Diameter lubang perforasi (d) dan jarak antar lubang (x) tersebut, juga berpengaruh terhadap besarnya volume slurry (V) yang tergelontor, di mana semakin besar diameter lubang (d) maka semakin besar volume yang tergelontor (V). Sementara, semakin kecil jarak antar lubang (x), maka semakin besar volume yang tergelontor (V). Semakin besar volume terisap dan tergelontor akibat penambahan pipa pengisap, menunjukkan bahwa penambahan pipa lebih efektif daripada fluidisasi biasa. Kata Kunci : Fluidisasi, diameter lubang perforasi (d),volume slurry tergelontor(V)
{"title":"EFEKTIFITAS PENAMBAHAN PIPA PENGISAP PADA PROSES FLUIDISASI","authors":"Andi Bunga Tongeng Anas, Fausiah Latif","doi":"10.26618/th.v11i2.2447","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v11i2.2447","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pipa pengisap pada proses fluidisasi terhadap profil alur yang terbentuk, pengaruh diameter lubang perforasi dan jarak antar lubang terhadap volume slurry yang tergelontor, dan efektifitas penggunaan pipa pengisap untuk menggelontor ke hilir. Penelitian ini bersifat eksperimen, yaitu berupa pemodelan fisik di Laboratorium Hidrolika Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, dengan uji fisik yang dilakukan di model saluran yang dilengkapi dengan pompa air, pipa fluidisasi dan pipa pengisap. Simulasi model terdiri dari dua kondisi yaitu kondisi tanpa pipa pengisap dan dengan pipa pengisap. Rancangan simulasi menggunakan variasi tekanan fluidisasi (P), diameter lubang perforasi (d) dan jarak antar lubang (x). Debit air saluran dibuat konstan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pipa pengisap pada proses fluidisasi, berpengaruh secara signifikan pada alur yang terbentuk. Diameter lubang perforasi (d) dan jarak antar lubang (x) tersebut, juga berpengaruh terhadap besarnya volume slurry (V) yang tergelontor, di mana semakin besar diameter lubang (d) maka semakin besar volume yang tergelontor (V). Sementara, semakin kecil jarak antar lubang (x), maka semakin besar volume yang tergelontor (V). Semakin besar volume terisap dan tergelontor akibat penambahan pipa pengisap, menunjukkan bahwa penambahan pipa lebih efektif daripada fluidisasi biasa. Kata Kunci : Fluidisasi, diameter lubang perforasi (d),volume slurry tergelontor(V)","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133792236","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyebabkan erosi lahan terhadap besar yang berdampak terhadap angkutan sedimen di sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah lubang pipa isap flushing conduit terhadap penggelontoran sedimen dan untuk mengetahui pengaruh jumlah lubang pipa isap terhadap tekanan isap flushing conduit. Karakteristik sedimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir sedang berdasarkan skala wentworth dari hasil analisa saringan. Dari hasil penelitian menunjukkan jumlah lubang pipa isap terhadap volume gelontor untuk 6 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0035(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0038(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0041(m3). dan untuk 10 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0042(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0046(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0054(m3). Dan untuk 14 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0064(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0065(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0067(m3). Kinerja flushing conduit menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah lubang pipa isap maka jumlah volume tergenlontor (Vg) cenderung meningkat. Hal ini diakibatkan oleh fluktuasi tekanan relatif cukup besar untuk mengusik dan mengisap endapan sedimen kedalam pipa flushing conduit.kata kunci : Flushing Conduit, Jumlah lubang pipa isap, Waduk
{"title":"PENGARUH JUMLAH LUBANG PIPA ISAP FLUSHING COINDUIT SEBAGAI ALAT PENGGELONTORAN TERHADAP VOLUME SEDIMEN DI WADUK (UJI EKSPERIMENTAL)","authors":"Miftakhul Ulfa, Neli Mastra","doi":"10.26618/th.v11i2.2446","DOIUrl":"https://doi.org/10.26618/th.v11i2.2446","url":null,"abstract":"Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyebabkan erosi lahan terhadap besar yang berdampak terhadap angkutan sedimen di sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah lubang pipa isap flushing conduit terhadap penggelontoran sedimen dan untuk mengetahui pengaruh jumlah lubang pipa isap terhadap tekanan isap flushing conduit. Karakteristik sedimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir sedang berdasarkan skala wentworth dari hasil analisa saringan. Dari hasil penelitian menunjukkan jumlah lubang pipa isap terhadap volume gelontor untuk 6 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0035(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0038(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0041(m3). dan untuk 10 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0042(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0046(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0054(m3). Dan untuk 14 lubang pada waktu (t) 3 yaitu 0,0064(m3), pada waktu (t) 6 yaitu 0,0065(m3), pada waktu (t) 9 yaitu 0,0067(m3). Kinerja flushing conduit menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah lubang pipa isap maka jumlah volume tergenlontor (Vg) cenderung meningkat. Hal ini diakibatkan oleh fluktuasi tekanan relatif cukup besar untuk mengusik dan mengisap endapan sedimen kedalam pipa flushing conduit.kata kunci : Flushing Conduit, Jumlah lubang pipa isap, Waduk","PeriodicalId":252397,"journal":{"name":"TEKNIK HIDRO","volume":"577 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117065970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}